Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PERIOPERATIF PADA KASUS SECTIO CAESARIA

OLEH:
NURHIDAYAH, S.Kep
112STYJ18

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2019
A. Konsep Dasar Perioperati
a) Pengertian perioperatif
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan pre
operatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan
berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan
pembedahan. Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja
bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan
intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca
anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. ( Keperawatan medikal-bedah : 1997 )
Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup 3 fase
pengalaman pembedahan yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.
1. Fase Pra operatif
Merupakan ijin tertulis yang ditandatangani oleh klien untuk melindungi
dalam proses operasi yang akan dilakukan. Prioritas pada prosedur
pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan
persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang
berguna untuk mencegah ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan
dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari
klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut. Pada periode pre
operatif yang lebih diutamakan adalah persiapan psikologis dan fisik
sebelum operasi.
2. Fase Intraoperatif
Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan,
memasang infus, memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan
fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga
keselamatan pasien.
3. Fase Post operatif
Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktifitas
keperawatan, mengkaji efek agen anestesi, membantu fungsi vital tubuh,
serta mencegah komplikasi. Peningkatan penyembuhan pasien dan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut, rujukan yang penting untuk
penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan.
b) Persiapan pasien perioperatif
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi
persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi
(khusus pasien).
1. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya
tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena :

1) Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.


2) Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.

2. Persiapan Fisiologi
1) Diet 8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam
sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada
operasi dengan anaesthesi umum. Pada pasien dengan anaesthesi lokal
atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang
sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :
a. Aspirasi pada saat pembedahan
b. Mengotori meja operasi.
c. Mengganggu jalannya operasi.
d. Persiapan Perut.
2) Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah
saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan
pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan
pagi hari menjelang operasi. Manfaat pemberian lavement antara lain :
a. Mencegah cidera kolon
b. Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan
dioperasi.
c. Mencegah konstipasi.
d. Mencegah infeksi.
e. Persiapan Kulit

3) Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran


dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis
dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah
kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-
kurangnya 10-20 cm2.
4) Hasil Pemeriksaan
Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.
a. Persetujuan Operasi / Informed Consent
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa
didapat dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang
tua dan kelurga terdekat. Pada kasus gawat darurat ahli bedah
mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat
izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai
usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa
waktu yang masih mungkin.
b. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima
dengan perawat OK)
c. Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera
perlu dilakukan hal tersebut di bawah ini :
a) Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut
(lavement).
b) Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
c) Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
d) Lepas perhiasan
e) Bersihkan cat kuku.
f) Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
g) Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
h) Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada
gangguan pendengaran.
i) Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang
beresiko terhadap tromboplebitis.
j) Kandung kencing harus sudah kosong.
k) Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek
meliputi ;
 Catatan tentang persiapan kulit.
 Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).
 Pemberian premedikasi.
 Pengobatan rutin.
 Data antropometri (BB, TB)
 Informed Consent
 Pemeriksan laboratorium.
d. Pemberian Obat premedikasi
Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan,
memperlancar induksi dan untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative
biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar pasien
tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.
e. Pengkajian Keperawatan Pra Bedah
a. Data Subyektif
 Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
 Pengertian tentang bedah yang di anjurkan
 Tempat
 Bentuk operasi yang harus dilakukan.
 Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit,
keterbatasan setelah di bedah.
 Kegiatan rutin sebelum operasi.
 Kegiatan rutin sesudah operasi.
 Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
 Pengalaman bedah terdahulu
 Bentuk, sifat, roentgen
 Jangka waktu
 Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
o Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan
menghadapi bedah yang dianjurkan.
o Metode-metode penyesuaian yang lazim.
o Agama dan artinya bagi pasien.
o Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
o Keluarga dan sahabat dekat
o Perubahan pola tidur
o Peningkatan seringnya berkemih.
 Status Fisiologi
o Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau
yang mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah.
o Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
o Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
o Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan)
mual, anoreksia.
o Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki,
arthritis, bedah orthopedi yang terdahulu (penggantian
sendi, fusi spinal).
o Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
o Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak
nyaman, harapan mengenai terbebas dari nyeri setelah
operasi.
b. Data Obyektif
 Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik
tentang perasaan (cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
 Tingkat interaksi dengan orang lain.
 Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari
aktifitas yang sibuk (cemas).
 Tinggi dan berat badan.
 Gejala vital.
 Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
 Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
 Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
 Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada,
kemampuan bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis
dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
 Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi
perifer sebelum bedah vaskuler atau tubuh.
 Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau
bergerak di tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.
 Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
o Takut
o Cemas
o Resiko infeksi
o Resiko injury
o Kurang pengetahuan
c) Peran dan tugas perawat di kamar operasi
Peran perawat perioperatif tampak meluas, mulai dari praoperatif, intra
operatif, sampai ke perawatan pasien pascaanestesi. Peran perawat di kamar
operasi (di Indonesia dikenal dengan sebutan OK) berdasarkan fungsi dan
tugasnya terbagi tiga, yaitu perawat administratif, perawat pada pernbedahan,
dan perawat-pada anestesi.
Gambar 2-1. Faktor-fAtor yang memengaruhi peran perawat
perioperative
Pada praktiknya, peran perawat perioperatif dipengaruhi berbagai faktor,
yaitu sebagai berikut.
 Lama pengalaman
Lamanya pengalaman bertugas di kamar operasi, terutama pada kamar
pembedahan khusus, seperti sebagai perawat instrumen di kamar bedah
saraf, onkologi, ginekologi, dan lain-lain akan memberikan dampak yang
besar terhadap peran perawat dalam menentukan hasil akhir pembe.dahan.
 Kekuatan dan ketahanan fisik
Beberapa jenis pembedahan, seperti bedah saraf, toraks, kardiovaskular,
atau spina memerlukan waktu operasi vang panjang. Pada kondisi
tersebut, perawat insirurnen harus berdiri dalam waktu lama dan
dibutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi. Oleh karena itu, agar dapat
mengikuti jalannya pembedahan secara optimal, dibutuhkan kekuatan dan
ketahanan fisik yang baik.
 Keterampilan
Keterampilan terdiri atas keterampilan psikomotor, manual dan
interpersonal yang kuat, Agar dapat mengikuti setiap jenis pembedahan
yang berbeda beda. Perawat instrument di harapkan mampu untuk
mengintegrasikan antara keterampilan yang dimiliki dengan keinginan
dari operator bedah pada setiap tindakan yang dilakukan dokter bedah dan
asisten bedah. Hal ini akan memberikan tantangan tersendiri pada perawat
untuk mengembangkan keterampilan psikomotor,mereka agar bisa
mengikuti jalannya pernbedahan.
Keterampilan psikomotor dan manual dapat dioptimalkan dengan
mengikuti pelatihan perawat instrumen yang tersertifikasi serta diakui oleh
profesi.
 Sikap professional
Pada kondisi pembedahan dengan tingkat kerumitan yang tinggi, timbul
kemungkinan perawat melakukar kesalahan saat menjalankan perannya.
Olch karena itu, perawat harus bersikap profesional dan mau tnenerima
teguran. Pada konsep tim yang digunakan dalam proses pembedalian,
setiap peran cliharapkan dapat berjalan secara optimal. Kesalahan yang
dilakukan oleh salah• satu peran akan berdampak pada keseluruhan proses
dan hasil pembedahan.
 Pengetahuan yaitu pengetahuan tentang prosedur tetap yang digunakan
institusi. Perawat metiyesuaikan peran yang akan dijalankan dengan
kebijakan di mana perawat tersebut bckerja. Pengetahuan yang optimal
tentang prosedur tetap yang berlaku akan memberikan arah pada'peran
yang akan dilaksanakan.
d) Pembagian zona di area kamar operasi
Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area.
1. Area bebas terbatas (unrestricted area) Pada area ini petugas dan pasien
tidak perlu menggunakan pakaian khusus kamar operasi.
2. Area semi ketat (semi restricted area) Pada area ini petugas wajib
mengenakan pakaian khusus kamar operasi yang terdiri atas topi, masker,
baju dan celana operasi.
3. Area ketat/terbatas (restricted area). Pada area ini petugas wajib
mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap dan melaksanakan
prosedur aseptic.
e) Prinsip steril di kamar operasi
Prinsip Aseptic Bedah harus selalu ditegakkan agar tercipta kondisi Kamar
Operasi yang benar-benar steril guna menekan angka infeksi luka operasi.
Seperti diketahui sumber kontaminasi luka operasi di kamar bedah yaitu
Petugas 35%, Pasien 50%, Instrumen 10%, Udara 14%, Lantai 1%.
Prinsip Asepsis Bedah:
1. Permukaan atau benda steril dapat bersentuhan dengan benda steril,
Benda steril kontak dengan benda tidak steril menyebabkan tidak steril
biarpun hanya 1 titik, Jika ada keraguan tentang sterilitas dapat dianggap
tidak steril,Personal scrub yang keluar dari kamar operasi maka status
sterilnya hilang, Bagian tubuh yang dianggap steril adalah bagian depan
pinggang sampai daerah bahu lengan bawah dan sarung tangan,Perawat
yang tidak scrub harus menjaga jarak aman dari area operasi. Apapun
benda steril hanya dapat digunakan untuk satu pasien. Perawat scrub bila
bersimpangan dengan tim lain yang juga steril, maka dengan cara
melintas punggung ketemu punggung atau bagian depan ketemu depan.
2. Pengaturan Petugas Kamar Bedah:
Petugas wajib ganti baju dengan baju khusus kamar operasi, lengkap
dengan topi dan masker. Petugas kamar operasi tidak boleh keluar dari
lingkungan kamar operasi sewaktu memakai baju khusus kamar operasi
meskipun memakai Scort. Petugas yang sedang sakit/flu sebaiknya tidak
ikut operasi. Masker sebaiknya diganti setiap kali ganti pasien.
3. Pengaturan Ruang Kamar Operasi:
Suhu antara 19° C- 22°C. Kelembaban antara 50% - 60%. Pencahayaan
300 – 500 lux, pada meja operasi 10.000 – 20.000 lux . Dibersihka setiap
hari, baik ada operasi atau tidak. Dilakukan bongkar besar setiap
seminggu sekali. Pintu keluar dan pintu masuk harus berbeda
f) Alat pelindung diri di kamar operasi
Jenis jenis APD yang dapat digunakan di Rumah Sakit, antara lain:
1. Sarung Tangan
Sarung tangan dapat melindungi tangan dari bahan infeksius dan
melindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan perawat. Sarung
tangan merupakan APD terprnting dalam mencegah terjadinya penyebaran
infeksi. Penggunaan sarung tangan haruslah diganti dengan setiap kontak
pada satu pasien ke pasien lainnya dalam mencegah terjadinya infeksi
silang.
2. Masker
Masker merupakan APD yang digunakan untuk menahan cipratan yang
keluar sewaktu perawat berbicara, mengurangi masuknya air borne yang
masuk ke saluran pernapasan perawat, ketika batuk dan bersin, dan juga
menahan cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke
saluran pernapasan. Pada penggunaanya, masker digunakan untuk
menutupi hidung sampai dengan dagu.
3. Respirator
Respirator merupakan masker jenis khusus yang digunakan untuk
menyaring udara ( seperti pada pasien TB paru).
4. Pelindung Mata (Googles)
Googles merupakan pelindung berupa pengaman mata terbuat dari plastik
jernih. Googles digunakan untuk melindungi mata agar terhindar dari
cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang biasanya digunakan pada
tindakan pembedahan.
5. Cap
Cap digunakan untuk menutupi rambut dan kepala agar guguran kulit dan
rambut tidak masuk ke dalam luka operasai sewaktu pembedahan. Cap
harus menutupi seluruh rambut yang dapat member sedikit perlindungan
kepada pasien.
6. Gaun
Gaun digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang
terdapat pada abdomen dan lengan petugas kesehatan sewaktu
pembedahan. Gaun terbuat dari bahan tahan cairan berperan dalam
menhan darah dan cairan lainnya berkontaminasi dengan tubuh petugas
kesehatan.
7. Aphron
Aphron terbuat dari bahan karet atau plastic sebgai pelindung tahan air di
bagian depan tubuh perawat. Aphron digunakan ketika perawa melakukan
tindakan dimana pasiennya dapat mengeluarkan cairan tubuh dan
darahnya sehingga mengenai perawat. Penggunaan aphron dapat membuat
cairan yang terkontaminasi tidak mengenai baju perawat.
B. Patofisiologi Kasus SC
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang
akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah
insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi.
C. Konsep Dasar Askep Perioperatif Kasus SC

1. Pengkajian

 Identitas klien dan penanggung


 Keluhan utama klien saat ini
 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
 Riwayat penyakit keluarga
 Keadaan klien meliputi :
a. Sirkulasi

Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan


darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL

b. Integritas ego

Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau
refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional
dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.

c. Makanan dan cairan

Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).

d. Neurosensori

Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.

e. Nyeri / ketidaknyamanan

Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi
kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.

f. Pernapasan

Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.


g. Keamanan

Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.

h. Seksualitas

Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin)


akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)

b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasi

c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,


penyembuhan dan perawatan post operasi

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi resmi pembedahan dan nyeri

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin)


akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea) Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama … x 24 jam diharapkan nyeri klien berkurang / terkontrol dengan
kriteria hasil :

 Klien melaporkan nyeri berkurang / terkontrol


 Wajah tidak tampak meringis
 Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi
1. Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.

2. Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah meringis)


terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.

3. Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex: beraktivitas, tidur, istirahat,
rileks, kognisi, perasaan, dan hubungan sosial)

4. Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi progresif, latihan napas dalam,


imajinasi, sentuhan terapeutik.)

5. Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)

6. Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu.

b. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka bekas
operasi (SC) Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil :

 Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)
 Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 -
100x/ menit)
 WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL)
Intervensi

1. Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah
ketuban.

2. Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)

3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik

4. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan. Lepaskan balutan sesuai


indikasi
5. Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum / sesudah menyentuh
luka

6. Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah WBC / sel
darah putih

7. Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan kehilangan darah selama
prosedur pembedahan

8. Anjurkan intake nutrisi yang cukup

9. Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi

c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,


penyembuhan, dan perawatan post operasi

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 6 jam diharapkan ansietas klien


berkurang dengan kriteria hasil :

 Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah


 Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang
Intervensi

1. Kaji respon psikologis terhadap kejadian dan ketersediaan sistem pendukung

2. Tetap bersama klien, bersikap tenang dan menunjukkan rasa empati

3. Observasi respon nonverbal klien (misalnya: gelisah) berkaitan dengan ansietas


yang dirasakan

4. Dukung dan arahkan kembali mekanisme koping

5. Berikan informasi yang benar mengenai prosedur pembedahan, penyembuhan, dan


perawatan post operasi

6. Diskusikan pengalaman / harapan kelahiran anak pada masa lalu

7. Evaluasi perubahan ansietas yang dialami klien secara verbal


d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi resmi pembedahan dan nyeri

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan klien klien


dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan tanpa di sertai nyeri

dengan kriteria hasil :

Klien dapat mengidentivikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktvitas

Intervensi :

a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas


Rasional:

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam keluhan


kelemahan,keletihan yang berkenaan dengan aktivitas

b. Catat tipe anestesi yang di berikan pada saat intra partus pada waktu klien sadar
Rasional : Pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktivitas klien

c. Anjurkan klien untuk istirahat


Rasional :

Dengan istirahat dapat mempercepat pemulihan tenega untuk beraktivitas, klien


dapat rileks

d. Bantu dalam pemenuhan aktivitas sesuai kebutuhan


Rasional :

Dapat memberikan rasa tenang dan aman pada klien karena kebutuhan klien
terpenuhi

e. Tingkatkan aktivitas secara bertahap


Rasional :

Dapat meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC

Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC

Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta
: EGC

Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter
Umum. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC

Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi

Anda mungkin juga menyukai