Anda di halaman 1dari 11

Bab 4

Amortisasi dan Sinking Funds


Pendahuluan

Pada bagian ini akan dibahas lebih rinci tentang metode pembayaran hutang. Khususnya akan
dibahas 2 metode pembayaran hutang, yaitu :

1. Metode amortisasi, yaitu pembayaran hutang dilakukan secara berkala dengan jumlah
tertentu. Proses ini disebut juga amortisasi hutang.
2. Metode sinking fund atau dana pelunasan, yaitu hutang dibayarkan dengan 1 kali
pembayaran pada akhir periode hutang. Metode ini mengasumsikan bahwa peminjam
membuat pembayaran secara berkala kedalam suatu dana yang disebut dana pelunasan
/sinking fund.

Skedul Hutang Secara Umum

Misalkan pada waktu 0 pemodal meminjamkan sebesar L untuk mendapatkan rangkaian


pembayaran, pembayaran ke-r sebesar xr jatuh tempo pada waktu r ( 1 r n). Misalkan
diasumsikan bahwa pinjaman dihitung berdasarkan suku bunga efektif per tahun ir untuk tahun ke
r. Dengan demikian, jumlah yang dipinjamkan merupakan nilai sekarang dari rangkaian
pembayaran yang akan diterima. Jadi,
x1 x2 xn
(41) L= + + ... +
(1 + i1 ) (1 + i1 )(1 + i2 ) (1 + i1 )(1 + i 2 )...(1 + in )

Misal F0 = L, dan untuk t = 1, 2, 3,…, n, misalkan Ft menyatakan jumlah sisa hutang (loan
outstanding) segera setelah pembayaran ke t. Jumlah hutang yang dibayarkan pada waktu t adalah
xt – it Ft-1.

Dengan demikian, jumlah sisa hutang pada waktu t adalah

(42) Ft = Ft-1 – (xt – it Ft-1); ( 1 t n)

Persamaan ini berlaku untuk t = 1, karena telah didefinisikan F0 = L. Dengan demikian,

(43) Ft = (1+it ) Ft-1 - xt ; t 1.

Sehingga, F1 = (1+i1) F0 – x1 = (1+i1) L – x1

dan F2 = (1+i2) F1 – x2 = (1+i1) (1+i2)L – (1+i2)x1 - x2.

Secara umum,

(44) Ft = (1+i1) (1+i2)…(1+in)L – (1+i2)(1+i3) … (1+in) x1 - (1+i3)(1+i4) … (1+in) x2


- ….- (1+it) xt

35
Jadi, Ft merupakan jumlah akumulasi sampai waktu t dikurangi dengan semua pembayaran yang
akan diterima yang diakumulasikan sampai waktu yang berkaitan.
Ft juga dapat dilihat sebagai nilai pada waktu t dari jumlah pembayaran.

Jika it = it+1 = i, maka (45) (Ft – Ft+1) = (1+i) (Ft-1 – Ft) + xt+1 - xt

Misalkan ft menyatakan jumlah hutang yang dibayar pada waktu t, maka


(46) ft+1 = (1+i)ft + xt+1 - xt

Amortisasi atau Skedul Hutang

Pembayaran hutang dengan menggunakan metode amortisasi adalah jika hutang dibayarkan
secara berkala. Dengan metode amortisasi ini, setiap pembayaran hutang dirinci terdiri atas
pembayaran pokok hutang dan pembayaran bunga hutang. Penentuan jumlah pokok hutang
(principal) dan kandungan bunga (interest) dalam setiap pembayaran merupakan hal yang
penting baik bagi kreditor maupun bagi debitor. Amortization schedule atau tabel hutang adalah
suatu tabel yang memuat rincian pembayaran pokok hutang, kandungan bunga dan sisa hutang
pada setiap cicilan hutang dibuat.

Jika suatu pinjaman ingin dibayarkan kembali dengan metode amortisasi, maka rentetan
pembayaran yang dibuat akan membentuk anuitas yang nilai sekarang nya sama dengan jumlah
hutang awal. Penentuan jumlah sisa hutang (outstanding loan) setelah cicilan hutang dibuat
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat 2 pendekatan yang
dapat digunakan untuk menentukan sisa hutang ini, yaitu metode prospective dan metode
retrospective. Metode prospective menghitung sisa hutang dengan melihat sisa waktu hutang,
sedangkan metode retrospective menghitung sisa hutang dengan melihat waktu hutang yang
sudah dilewati.
Berdasarkan prospective, sisa hutang pada suatu titik waktu sama dengan nilai sekarang (present
value) pada titik waktu tersebut sisa pembayaran. Berdasarkan retrospective, sisa hutang pada
suatu titik waktu sama dengan jumlah hutang awal yang diakumulasikan sampai pada titik waktu
tersebut dikurangi dengan akumulasi sampai waktu tersebut dari semua pembayaran yang telah
dibuat. Bisa ditunjukkan bahwa kedua metode penghitungan tersebut adalah sama.

Misalkan Bt menyatakan sisa hutang pada waktu t. Misalkan Btp dan Btr masing-masing
menyatakan jumlah sisa hutang dengan metode prospective dan retrospective. Perhatikan suatu
hutang sebesar an dengan bunga I setiap perode waktu yang akan dibayarkan kembali
denganpembayaran sejumlah 1 satuan moneter pada setiap ujung periode waktu, 0 < t < n.
Jumlah sisa hutang pada waktu t dihitung setelah cicilan ke-t dibuat.
Metode prospective menghasilkan Bt r = an −t ; sedangkan metode retrospective akan
menghasilkan Btr = an (1 + i )t − st . Dapat ditunjukkan bahwa bentuk prospective dan
retrospective adalah sama.
1 − vn (1 + i )t − 1
an (+i )t − st = (1 + i )t −
i i
(1 + i ) − v − (1 + i )t + 1 1 − v n −t
t n −t
= = = an − t .
i i

36
Perhatikan kasus khusus, berdasarkan bunga pada tingkat i per satuan waktu, pinjaman sebesar an
dibuat pada waktu 0 untuk mendapatkan n kali pembayaran, setiap pembayaran sebesar 1 satuan,
yang dibuat pada waktu 1, 2, 3, …, n. Segera setelah pembayaran ke t dibuat, bersisa (n-t) kali
sisa pembayaran, dan sisa hutang adalah an-t . Menggunakan notasi sebelumnya, maka Ft = an −t .
Jumlah hutang yang dibayarkan pada waktu t, adalah

(47) ft = Ft-1 – Ft = an −t +1 − an −t = v n −t +1

Tabel Hutang/Amortisasi Hutang untuk pinjaman sebesar an

Pembayaran Jumlah Pembayaran bunga Pembayaran Sisa hutang setelah


pembayaran Pokok Hutang pembayaran
1 1 ian = 1 − v n vn an − v n = an −1
2 1 ian −1 = 1 − v n −1 v n −1 an −1 − v n −1 = an − 2
… … … … …
t 1 ian −t +1 = 1 − v n − t +1
v n − t +1
an −t +1 − v n −t +1 = an −t
… … … … …
n-1 1 ia2 = 1 − v 2
v 2
a2 − v 2 = a1
n 1 ia1 = 1 − v v a1 − v = 0
Total n n − an an

Catatan : Secara umum, apabila sejumlah L dipinjamkan untuk mendapatkan n kali pembayaran
masing-masing sebesar L / an , maka rincian pembayaran adalah skedul seperti dalam tabel
dikalikan dengan L / an .

Contoh :

Pinjaman sebesar Rp. 1000.000,- akan dikembalikan dengan cicilan selama 4 tahun dengan suku
bunga 8% per tahun. Buatlah skedul amortisasi hutang.

Solusi :

Karena cicilan dilakukan setiap tahun, maka akan ada 4 kali cicilan. Misalkan X menyatakan
1000000
besarnya cicilan. Jadi X = = Rp.1.000.000,- /3.3121 = Rp. 301.920,-
a4
Bunga yang dibayarkan pada tahun pertama = 8% x Rp.1.000.000,- = Rp. 80.000,-

Amortisasi Hutang.

37
Tahun Jumlah cicilan Bunga Pokok hutang Sisa hutang
dibayarkan dibayarkan
0 1000000
1 301923 80000 221923 778077
2 301923 62246 239677 538400
3 301923 43072 258851 279548
4 301923 22364 279559 -11
Total 1207693 207682 1000011*

Catatan : Dalam kasus di atas, jumlah pokok hutang yang dibayarkan melebihi jumlah hutang
semula, hal ini terjadi karena faktor pembulatan.

Contoh :

Pinjaman sebesar Rp 100.000.000,- akan dikembalikan dalam waktu 10 tahun dengan anuitas
yang dibayarkan setiap akhir bulan. Jumlah cicilan bulanan tersebut dihitung berdasarkan suku
bunga efektif 1 % per bulan. Tentukan
(a) Besarnya pembayaran bulanan
(b) Jumlah pokok hutang dan bunga yang dibayarkan pada tahun (i) pertama dan (ii) terakhir
(c) Setelah pembayaran keberapa sisa hutang pertama kali melebihi Rp 50.000.000,-?
(d) Untuk pembayaran ke berapa jumlah pokok hutang yang dibayarkan melebihi pembayaran
bunga?

Solusi :

(a) Pilih bulan sebagai satuan waktu, jadi n = 10 × 12 bulan = 120; dan suku bunga i = 0,01
per bulan. Kemudian tentukan a120 (dengan rumus atau dengan spreadsheet), diperoleh
a120 = 69,70052. Misalkan besarnya pembayaran bulanan Rp X, maka X a120 = 100 juta,
sehingga diperoleh X = Rp 1.434.709,-
Jumlah pembayaran pada sembarang tahun = 12X = Rp 17.216.514,-

(b) (i) Untuk menentukan jumlah pokok hutang yang dibayarkan pada tahun pertama dapat
digunakan 2 pendekatan.
Sisa hutang pada akhir tahun pertama, setelah pembayaran ke 12, merupakan nilai dari
sisa pembayaran, yaitu
X a108 = Rp 1.434.709 × 65,85779 = Rp 94.486.796,-
Ini berarti, jumlah pokok hutang yang dibayar selama tahun pertama adalah
Rp. 100.000.000 – Rp 94.486.796 = Rp 5.513.204,-
Dengan demikian, jumlah bunga yang dibayarkan pada tahun pertama
Rp 17.216.514 – Rp 5.513.204 = Rp 11.703.309,-

Cara kedua : Jumlah pokok hutang yang dibayar pada pembayaran pertama adalah
Rp 1.434.709 – (0.01 × Rp 100.000.000,-) = Rp 434.709,5. Karena anuitas, maka
rangkaian pembayaran berikutnya akan membentuk deret geometri dengan rasio
(1+0,01), yaitu 1,01. Dengan demikian, jumlah 12 kali pembayaran pertama adalah

38
= Rp 434.709,5 × s12 = Rp 5.568.336,- [ Karena ada faktor pembulatan, maka nilai yang
diperoleh berbeda dengan nilai pertama].

(ii) Jumlah pokok hutang yang dibayar pada tahun terakhir adalah jumlah sisa hutang
pada tahun terakhir. Jumlah ini = Rp 1.434.709 × a12 = Rp 16.147.766,- Sedangkan
bunga yang dibayarkan = Rp 17.216.514 - Rp 16.147.766 = Rp 1.068.747,-

(c) Setelah pembayaran ke t, sisa pokok hutang adalah Rp 1.434.709 × a120 −t . Perhatikan
persamaan 1.434.709 × a120 −t = 50.000.000, atau a120 −t = 34,85026 pada tingkat i=0,01
Dengan menghitung beberapa nilai an , maka terlihat bahwa nilai a43 = 34,81001 dan
nilai a44 = 35,45545. Dengan demikian, sisa pokok hutang pertama kali kurang dari
Rp 50.000.000,- adalah pada waktu 120 – t = 43, yaitu t = 77. Berarti bahwa sisa hutang
pertama kali kurang dari Rp 50.000.000,- setelah pembayaran ke 77.

(d) Pembayaran pokok hutang ke t adalah sejumlah Rp 434.709,5 × (1,01)t-1. Perlu untuk
mengetahui, kapan nilai ini pertama kali melebihi setengah dari pembayaran bulanan.
Dengan demikian, ingin dicari bilangan bulat terkecil sehingga
434.709,5 × (1,01)t-1 > 1.434.709/2
yaitu (1,01)t-1 > 1,605193
ln(1, 605193)
t-1 > = 50,33928
ln(1, 01)
Jadi, t > 51,33928; sehingga t yang dicari adalah t = 52 bulan.

Contoh :

Seorang pemodal membeli anuitas yang dibayarkan setiap tahun di akhir tahun selama 20 tahun.
Pembayaran pertama sebesar Rp 2.000.000,- dan pembayaran berikutnya naik sebesar
Rp 100.000,- tiap tahun. Pemodal, menggunakan suku bunga 4% per tahun dalam menghitung
harga beli anuitas tersebut, menyusun skedul yang menunjukkan pembagian setiap pembayaran
dalam bentuk pembayaran pokok hutang dan pembayaran bunga. Tentukan harga beli anuitas.
Turunkan bentuk pokok hutang dan kandungan bunga dalam pembayaran ke-t, juga sisa pokok
hutang setelah pembayaran ke-t dibuat.

Solusi :

Harga beli anuitas , dengan suku bunga 4%, adalah


= 1.900.000 a20 + 100.000 ( Ia ) 20 = Rp 38.337.120,-
Misalkan ft menyatakan pokok hutang yang dibayar pada pembayaran ke-t. Maka
ft = Rp 2.000.000 – (0,04 × Rp 38.337.120,-) = Rp 466.515,-
Karena pembayaran bertambah sebesar Rp 100.000,-, maka
ft+1 = 1,04 ft + 100.000

Untuk t > 1, maka


ft = 1,04t-1 ft + 100.000 (1,04t-2 + 1,04t-3 + … + 1)
1,04 t −1 − 1
= (1,04t-1 × 466.515 ) + 100.000
0,04

39
= 2.966.515 × 1,04t-1 - 2.500.000

Karena pembayaran ke-t adalah (1.900.000 + 100.000t), maka bunga yang dibayarkan adalah
1.900.000 + 100.000 t – [(2.966.515 × 1,04t-1) – 2.500.000]
= 4.400.000 + 100.000 t – 2.966.515 × 1,04t-1

Hutang yang dibayar sampai waktu t adalah

t t
fr = [(2.966.515 × 1,04 r −1 ) − 2.500.000]
r =1 r =1

1,04 t − 1
= 2.966.515 − 2.500.000t = 74.162.875 (1,04t – 1) – 2.500.000 t
0,04

Sisa pokok hutang setelah pembayaran ke-t adalah


38.337.120 – [74.162.875 (1,04t – 1) – 2.500.000 t]
= 112.500.000 + 2.500.000 t – 74.162.875 × 1,04 t

Contoh :

Suatu pinjaman sebesar Rp 100.000.000,- akan dikembalikan dengan anuitas yang dibayarkan
setiap setengah tahun di akhi rperiode untuk jangka waktu 3 tahun, dan dihitung berdasarkan
suku bunga efektif 15% per tahun. Buatlah skedul pembayaran yang memuat rincian setiap
pembayaran terdiri atas pembayaran pokok hutang dan pembayaran bunga serta sisa pokok
hutang.

Solusi :

Pada bunga i=15%, maka i(2)/2 = 0,072381, sehingga bunga yang dikenakan pada setiap
akhir periode setengah-tahun adalah 7,2381 × sisa hutang (loan outstanding) pada awal
setengah-tahunan. Jumlah pembayaran tahunan = 100.000.000 / a3(2) = Rp 42.268.006,-
Dengan demikian, jumlah pembayaran setiap setengah-tahun = Rp 21.134.003,-. Skedul
pembayaran diberikan dalam tabel di bawah.

(1) (2) (3) (4)


Hutang pada awal Bunga dibayarkan Hutang dibayarkan
n tengah tahun ke-n pada akhir tengah- pada akhir tengah-
(Rp) tahun ke-n tahun ke-n
[ 0,072381 × (2) ] [ 211.340.003 – (3) ]
1 100000000 7238100 13895903
2 86104097 6232301 14901702
3 71202395 5153701 15980302
4 55222092 3997030 17136973
5 38085120 2756639 18377364
6 19707756 1426467 19707536

40
Contoh :

Pinjaman sebesar Rp.1.000.000,- dikembalikan dengan cicilan sebesar Rp.100.000,0 yang


dibayarkan pada akhir setiap kuartal dengan lamanya waktu pembayaran disesuaikan dengan
kebutuhan, ditambah dengan pembayaran terakhir yang besarannya lebih kecil. Jika suku bunga
nominal yang konvertibel setiap kuartal adalah 16% tentukan jumlah yang pokok hutang dan
bunga yang dibayarkan pada pembayaran ke-4.

Solusi :

Sisa pokok hutang pada awal kuartal ke-4 (atau akhir kuartal ke-3) adalah
B4r = 1000000(1, 04)3 − 100000s3 = Rp.812.700, −
Bunga yang terkandung dalm pembayaran ke-4 =
I4 = 0,04 (Rp. 812.700,-) = Rp. 32.510,-
Pembayaran pokok hutang pada cicilan ke-4 = Rp.100.000,- - Rp.31.510,- = Rp. 67.490,-

Contoh :

A pinjam uang dari B sebesar Rp. 10.000.000,- dan sepakat untuk mengembalikan
dengan cicilan setiap kuartal yang terdiri atas cicilan pokok hutang dan bunga 8%
konvertibel setiap kuartal untuk jangka waktu 6 tahun. Pada akhir tahun ke-2, B menjual
hak nya untuk menerima pembayaran berikutnya kepada C dengan harga demikian
sehingga menghasilkan yield 10% konvertibel setiap kuartal. Tentukan besarnya bunga
yang diterima (i) oleh C; dan (ii) oleh B.

Solusi :
10.000.000 10.000.000
(i) Cicilan kuartalan yang dibayarkan A adalah = = Rp.528.710, −
a24 0,02 18,9139
Harga yang dibayarkan oleh C adalah
528.710a16 0,025 = 528.710(13, 0550) = Rp.6.902.310, −
Total pembayaran yang dibuat oleh A untuk 4 tahun terakhir
= (16)(528.710) = Rp. 8.459.360,-
Jadi, total bunga yang diperoleh C = Rp. 8.459.360,- - Rp. 6.902.310,- = Rp. 1.557.050,-

(ii) Sisa tagihan pokok hutang pada rekening B pada khir tahun ke -2 adalah
528.710a16 0,02 = (528.710)(13,5777) = Rp.7.178.670, −
Sedangkan total pembayaran yang telah dibuat oleh A selama 2 tahun adalah
(8)(528.710) = Rp 4.229.680, − sehingga jumlah pokok hutang yang telah dibayarkan
oleh A selama 2 tahun adalah Rp.10.000.000,- - Rp 7.178.670,- = Rp 2.821.330,-
Sehingga, total bunga yang diperoleh B adalah Rp. 4.229.680,- -Rp 2.821.330,-
= Rp. 1.408.350,-

41
Sinking Funds

Cara lain untuk melunasi hutang adalah dengan melakukan pembayaran satu kali (lump-sum
payment) pada ujung periode masa berlakunya hutang. Dalam banyak kejadian, peminjam atau
debitor akan meng-akumulasikan dananya sehingga jumlahnya mencukupi untuk melunasi hutang
pada akhir periode pinjaman. Pada kenyataannya, dalam beberapa kejadian, kreditor
mensyaratkan debitor untuk meng-akumulasikan dana tersebut, yang sering disebut dengan nama
sinking fund (dana pelunasan). Pembayaran yang dilakukan debitor kedalam sinking fund ini
tentunya sangat bervariasi sekali. Akan tetapi, kita akan memfokuskan pada pembayaran yang
bersifat anuitas. Dalam pembayaran hutang dengan dana pelunasan atau sinking fund ini, pihak
peminjam tetap harus membayar bunga pinjaman, yang biasa disebut sebagai service atas jasa
terhadap pinjaman. Dengan demikian, pinjaman (pokok hutang) selama masa pinjaman
merupakan dalam jumlah yang tetap.

Pada setiap titik waktu, jumlah dana pada sinking fund dapat saja digunakan untuk mencicil
hutang, sehingga sisa hutang (kalau dicicil dari sinking fund) harus sama dengan jumlah hutang
awal dikurangi dengan akumulasi dana pada sinking fund. Konsep ini sama seperti yang
digunakan pada metode amortisasi hutang. Apabila suku bunga yang dikenakan pada hutang
sama dengan suku bunga yang diperoleh sinking fund, maka metode dana pelunasan sama saja
dengan metode amortisasi.

1 1
Dari pembahasan anuitas dapat ditunjukkan bahwa = +i.
an s n
1
Perhatikan jumlah hutang sebesar satuan yang akan dicicil dalam n periode waktu. Bentuk
an
adalah jumlah dari setiap cicilan hutang yang dibayar dengan metode amortisasi, sedangkan
1
bentuk adalah jumlah dana dalam sinking fund yang diperlukan untuk membayar hutang
sn
pada akhir periode n, sedangkan i adalah jumlah bunga yang dibayarkan untuk hutang. Jadi, dapat
dilihat bahwa kedua metode pembayaran hutang adalah ekivalen.

Perhatikan hutang sebesar an akan dicicil dengan n kali pembayaran dengan masing-masing
pembayaran sebesar 1 satuan pada setiap ujung periode. Jumlah bunga yang dibayarkan pada
setiap periode adalah ian . Jadi, pada setiap akhir periode bersisa 1 − ian yang dapat digunakan
untuk sinking fund. Akan tetapi, sinking fund akan berakumulasi menjadi
(1 − ian ) sn = v n sn = an .

Untuk sebarang periode waktu t, 1 t n, jumlah bunga dalam skedul amortisasi adalah
ian −t +1 = 1 − v n −t +1 . Sedangkan jumlah bunga dalam metode sinking fund adalah jumlah bunga
yang dibayarkan untuk hutang, ian , dikurangi dengan jumlah bunga yang diperoleh pada sinking
fund. Jumlah bunga dalam sinking fund adalah akumulasi dari setoran 1 − ian pada periode
waktu t-1, yaitu (1 − ian ) st −1 . Dengan demikian, jumlah bunga dengan metode sinking fund atau
dana pelunasan pada periode waktu ke-t adalah
ian - i (1 − ian ) st −1 = (1-vn) – vn [ (1+i)t-1-1]

42
= 1 – vn – vn-t+1 + vn = 1-vn-t+1.

Dengan demikian, apabila suku bunga yang dikenakan pada hutang sama dengan suku bunga
yang diperoleh sinking fund, maka jumlah bunga pada metode pelunasan hutang /sinking fund
sama dengan jumlah bunga pada metode amortisasi.

Contoh : Pinjaman sebesar Rp. 1000.000,- akan dikembalikan dengan cicilan selama 4 tahun
dengan suku bunga 8% per tahun. Buatlah skedul pelunasan hutang atau sinking fund.

Solusi : Misalkan D menyatakan jumlah yang disetor kedalam dana pelunasan. Maka
1.000.000 1.000.000
D= = = 221.921, 3954
s4 4, 5061

Tabel sinking fund


Bunga Setoran Bunga Jumlah
Tahun dibayar dalam diperoleh Jumlah dalam hutang
sinking fund sinking fund sinking fund bersih
0 1000000
1 80000 221921,3954 0 221921,3954 778078,6046
2 80000 221921,3954 17753,71164 461596,5025 538403,4975
3 80000 221921,3954 36927,7202 720445,6182 279554,3818
4 80000 221921,3954 57635,64945 1000002,6631 -2,6631

Catatan :
Hubungan antara metode amortisasi dan metode sinking fund adalah sebagai berikut :
(1) Total pembayaran dengan metode sinking fund, yaitu bunga yang dibayarkan pada
hutang dan deposit yang dibuat untuk sinking fund sama dengan jumlah pembayaran
yang dibuat dengan metode amortisasi.
(2) Bunga bersih yang dibayrkan dengan metode sinking fund, yaitu bunga yang dibayrkan
untuk hutang dikurangin dengan bunga yang diperoleh dari sinking fund, sama dengan
bunga yang dibayarkan dengan metode amortisasi.
(3) Kenaikan tiap tahun jumlah dana dalam sinking fund, yaitu jumlah deposit ditambah
bunga yang diperoleh pada sinking fund, sama dengan jumlah pokok hutang yang
dibayarkan pada metode amortisasi.
(4) Jumlah bersih hutang dalam metode sinking fund, yaitu hutang awal dikurangi dengan
jumlah dana dalam sinking fund, sama dengan sisa hutang dalam metode amortisasi.

Oleh karena itu, tinggal sekarang melihat kasus dimana bunga yang dikenakan untuk hutang
lebih besar dari bunga yang diperoleh pada sinking fund.

Misalkan i menyatakan suku bunga yang dikenakan untuk hutang dan j menyatakan suku
bunga yang diberlakukan untuk dana pada sinking fund. Misalkan an i & j menyatakan nilai
sekarang dari anuitas sebesar 1 satuan yang dibuat pada tiap akhir periode selama n periode
waktu. Apabila pinjaman sebesar 1 satuan dibuat, maka besarnya cicilan dengan metode
1
amortisasi adalah . Akan tetapi, dari metode sinking fund, cicilan yang dibuat ini terdiri
an i & j
atas bunga yang dikenakan pada hutang, i, dan simpanan pada sinking fund yang akan

43
berakumulasi dengan tingkat bunga j, dan jumlah akumulasinya diakhir periode n harus sama
dengan jumlah hutang yang dibuat.
1 1
Jadi, haruslah = + i . Dari hubungan ini, maka bentuk dari an i & j dapat diturunkan.
an i & j sn j

1 1 1
= +i = + (i − j )
an i & j sn j an j

an j
Didapat an i & j = .
1 + (i − j )an j

Contoh :

Debitur A ingin meminjam uang Rp 1.000.000,- Kreditur B menawarkan pinjaman


demikian rupa sehingga pokok pinjaman dikembalikan pada akhir tahun ke-4. Bunga
yang dikenakan pada hutang adalah 10% efektif dan debitur A harus mengakumulasikan
uang untuk melunasi hutang dengan cara membuka tabungan sebagai sinking fund yang
memperoleh bunga 8% efektif per tahun. Kreditur C menawarkan pinjaman untuk jangka
4 tahun dengan ketentuan hutang dikembalikan dengan amortisasi. Berapa bunga
tertinggi yang diterapkan kreditur C sehingga bagi debitur A tidak ada perbedaan antara
kedua hutang tersebut ?

Solusi :
Untuk kedua metode, debitur A akan membuat 4 kali pembayaran yang dibuat pada tiap
akhir tahun supaya dapat melunasi hutangnya. Jadi, bagi debitur A tidak akan ada
perbedaan antara kedua tawaran jika pembayaran tahunan sama untuk kedua tawaran.
Pada sinking fund (pelunasan hutang) yang ditawarkan kreditur B, pembayaran tahunan
1.000.000
adalah = Rp.321.920, −
a4 0,1&0,08
Sehingga, untuk metode amortisasi, kreditur C dapat menggunakan bunga i dimana
321.920a4 i = 1000.000 , atau a4 i = 3,1064 . Dengan interpolasi, diperoleh i=10,94%.

Contoh :

Debitur membuat pinjaman sebesar Rp. 2.000.000,- untuk jangka waktu 2 tahun.
Bentuklah jadwal pembayaran sinking fund (pelunasan hutang) apabila kreditur
menerima 10% efektif dan apabila debitur mengganti jumlah yang dibayarkan untuk
hutang dengan sinking fund yang dibayarkan tiap tengah tahun dengan bunga 8%
konvertibel tiap kuartal.

44
Solusi :
Pembayaran bunga untuk pinjaman adalah Rp. 200.000,- tiap akhir tahun. Misalkan D
menyatakan setoran untuk sinking fund.
s
Maka D 8 0,02 = 2000.000, −
s2 0,02
s2 0,02 2, 02
Atau D = 2000.000 = 2000.000 = Rp.470.700, −
s8 0,02 8, 5830
Jadwal sinking fund.
Bunga setoran bunga didapat jumlah dana
tahun dibayarkan sinking fund sinking fund sinking fund Sisa hutang
0,0
0,25 0 0 0 0 2000000
0,5 0 470700 0 470700 1529300
0,75 0 0 9410 480110 1519890
1,0 200000 470700 9600 960410 1039590
1,25 0 0 19210 979620 1020380
1,5 0 470700 19590 1469910 530090
1,75 0 0 29400 1499310 500690
2,0 200000 470700 29990 2000000 0

45

Anda mungkin juga menyukai