Anda di halaman 1dari 79

PENGARUH PUASA SUNNAH TERHADAP PENGENDALIAN

AMARAH SESEORANG
KARYA TULIS ILMIAH

diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi ujian akhir praktik bahasa Indonesia
tahun pelajaran 2016/2017

oleh :

Prima Rizky Nur Rasyid


NIS. 141510020

SMA DAARUL QURAN BANDUNG

2016
SMA DAARUL QURAN
BANDUNG
Jalan Nagrog No. 85 Kampung Ciwaru Kelurahan
Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung Bandung.

LEMBAR PERSETUJUAN
REVISI KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Prima Rizky Nur Rasyid


NIS : 141510020
Judul Karya Tulis Ilmiah : Pengaruh Puasa Sunnah Terhadap Pengendalian
Amarah Seseorang

No Penguji Tanda Tangan

1. Rizki Aminullah, S.Si., M.MPd.

2. Kosasih, M.Pd.

Bandung, 19 Januari 2017

Disetujui oleh
Kepala SMA Daarul Quran Bandung,

Dwi Purliantoro, S. Si., M. Pd.

1
LEMBAR PENGESAHAN

PRIMA RIZKY NUR RASYID


NIS. 141510020

PENGARUH PUASA SUNNAH TERHADAP PENGENDALIAN AMARAH


SESEORANG
(Studi Kasus di SMA Daarul Quran Bandung)

disetujui dan disahkan oleh


Pembimbing 1,

Oky Pahreisy, S.Pd.

Pembimbing 2,

Leni Puji Astuti, S.Pd.

Mengetahui,
Kepala SMA Daarul Quran Bandung

Dwi Purliantoro, S.Si., M.Pd.

2
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Pengaruh Puasa Sunnah Terhadap Pengendalian Amarah Seseorang” ini dan
seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai etika keilmuan
yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung segala risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 23 Desember 2016


Yang membuat pernyataan,

Prima Rizky Nur Rasyid


NIS. 141510020

3
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum wr. wb.


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada-Nya yang telah
melimpahkan segala nikmat dan karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan
KTI ini dengan baik.
Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam proses pembuatan karya
tulis ilmiah yang berjudul Pengaruh Puasa Sunnah terhadap Pengendalian
Amarah Seseorang ini. Dalam proses pembuatannya pun tidak luput dari bantuan
berbagai pihak. Maka dari itu, tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan
pembuatan karya ilmiah ini.
Namun tidak terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa ada
kekurangan baik dari segi susunan bahasa maupun segi yang lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kepada seluruh pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada penulis sangat diharapkan demi perbaikan KTI
ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap dengan adanya karya ilmiah mengenai ini
dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi
kepada pembaca.

Bandung, Desember 2016

Penulis

4
UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Swt.


Sang Pemilik seluruh ilmu pengetahuan yang telah memberikan segala
kenikmatan, baik nikmat iman, kesehatan dan kekuatan dalam penyusunan karya
ilmiah ini. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Saw. beserta keluarga dan para sahabatnya dan para pengikutnya sampai kelak
akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya ilmiah ini tak lepas dari
bantuan berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak, maka dari itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Mama tercinta, yaitu Ibunda Erna Listyaningrum atas doa, kegigihan,
kesabaran, serta berbagai bentuk pengorbanan yang beliau lakukan dalam
mendidik dan membesarkan saya dan adik tercinta.
2. Papa tercinta, yaitu almarhum Ayahanda Djoko Eddy Purnomo (Agung
Pamungkas) atas kegigihan dan pesan-pesan yang diwariskan kepada saya.
Semoga Allah mengumpulkan beliau bersama orang-orang yang Dia
selamatkan di akhir zaman.
3. Ust. Khairurrazi, S.Pd.I., Dr. dr. H. Samino, Sp.S., dan Bapak Ervan Abu
Nangim, S.Psi. atas waktu yang telah beliau luangkan dan ilmu yang telah
beliau bagi kepada saya untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
4. Dr. Rudi Setiawan atas dua hari yang sangat berharga dalam memberi
pengarahan mengenai karya ilmiah ini dan terima kasih atas ilmu yang beliau
bagi kepada saya.
5. Ibu Leni Puji Astuti, S.Pd. yang telah berusaha menyukseskan program karya
ilmiah bagi siswa/i kelas 12, serta Bapak Kosasih, M.Pd. atas segala kebaikan
dan kepercayaan yang beliau berikan kepada saya untuk menyelesaikan karya
ilmiah ini.
6. Bapak Oky Pahreisy, S.Pd., dan Ibu Rifa‟atul Muthmainnah, S.Pd. atas
bimbingan yang beliau berikan selama proses pembuatan karya ilmiah ini.

5
7. Seluruh asatidz-asatidzah dan guru-guru Pesantren Tahfidz Sekolah Daarul
Quran Internasional Bandung atas segala bentuk doa dan dukungannya.
Terlebih untuk dewan pembina asrama yang telah memberi izin dalam
penyelesaian karya ilmiah ini.
8. Sahabat-sahabat dan orang-orang terdekat: Alki, Daffa dan Rio atas masukan,
bantuan, doa dan dukungan yang tak henti-hentinya selalu diberikan kepada
saya.
9. Seluruh rekan-rekan Septa #7 atas ketulusan pertemanan yang luar biasa dan
yang tak akan lekang oleh waktu.

Dan terima kasih serta permohonan maaf penulis sampaikan kepada pihak-
pihak yang luput penulis sebutkan. Sungguh penulis tak dapat membalas semua
kebaikan pihak-pihak yang membantu penulis, namun penulis berharap semoga
Allah membalas kebaikan-kebaikan tersebut dengan kebaikan yang berlipat
ganda.

6
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….2


KATA PENGANTAR ………………………………………………………….4
UCAPAN TERIMAKASIH ………………………………………………….5
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..7
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….9
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..…10
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………11
A. Latar Belakang....………………………………………………………11
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………15
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………15

BAB II PENGARUH PUASA TERHADAP PENGENDALIAN AMARAH


SESEORANG………………………………………………………………….16
A. Pengertian Puasa dalam Islam............…………………………………16
1. Syarat Wajib Puasa....……………..………………………………16
2. Rukun Puasa........………………….……………………………….17
3. Hal-hal Yang Membatalkan Puasa......……………………………..17
4. Pembagian Puasa Berdasarkan Hukum Fiqih..……………………17
5. Puasa Sebagai Perisai Menahan Amarah............................................18
B. Pengertian Neuropshycology...................................................…………22
C. Emosi......................................................................................... 22
1. Pengertian Emosi...............................................................................22
2. Perkembangan Emosi.........................................................................23
3. Ciri-ciri Emosi...................................................................................23
4. Bentuk-Bentuk Reaksi Emosi............................................................23
D. Sekilas Mengenai Sistem Saraf................................................................24
1. Sistem Saraf Manusia............................................................. 25
2. Konsep Dasar Otak............................................................................26
3. Anatomi Otak Manusia dan Fungsinya..............................................26
4. Korteks Frontalis / Prefrontal Cortex (PFC)......................................28
5. Sistem Limbik (Otak Primitif).......................................................29
E. Sistem Endokrin.......................................................................................32
1. Penghasil Hormon..............................................................................33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………37


A. Metode Penelitian.…........…………………………………………….37
B. Waktu dan Tempat Penelitian.........……………………………………39
C. Prosedur Penelitian ………………………………………………….39

7
1. Tahap Persiapan ………………………………………................39
2. Tahap Pelaksanaan ………………………………………………40
3. Tahap Analisa.…………………………………………………….40
4. Penarikan Kesimpulan …….………………………………………40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………41


A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ………………………………………41
1. Wawancara kepada Ust. Khairurrazi, S.Pd.I………………………41
2. Wawancara kepada Dr. dr. H. Samino, Sp.S………………………41
3. Wawancara kepada bapak Ervan Abu Nangim, Sp.S..……………42
4. Hasil Wawancara..............................................................................42
5. Hasil Pengisian Angket.....................................................................47
B. Pembahasan....…………………………………………………………..60
1. Mekanisme Kerja Otak dalam Meregulasi Marah....…………….60
2. Peran Puasa dalam Mencegah Amarah....…......…........................62
3. Studi Kasus Puasa Sunnah di Pesantren Daarul Quran Bandung.....65

BAB V PENUTUP.……………………………………………………………72
A. Simpulan.………………………………………………………………72
B. Saran.…………………………………………………………………...73

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT PENULIS

LAMPIRAN

8
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Saraf Manusia....................................................................15


Gambar 2.2 Anatomi Otak Manusia..................................................................16
Gambar 2.3 Prefrontal Cortex dan beberapa fungsinya...................................18
Gambar 2.4 Sistem Limbik pada Otak Manusia..............................................20
Gambar 2.5 Anatomi Sistem Endokrin Manusia..............................................22
Gambar 2.6 Kelenjar Hipofisis / Pituitari..........................................................23
Gambar 2.7 Kelenjar Adrenal............................................................................24

9
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pertanyaan Wawancara dengan Ustadz / Tokoh Agama................31


Tabel 4.2 Pertanyaan Wawancara dengan Dokter Spesialis Saraf.................31
Tabel 4.3 Pertanyaan Wawancara dengan Psikolog.........................................32
Tabel 4.4 Hasil Pengisian Angket Siswa............................................................37

10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

‫ب ِۡس ِم ٱ ِهلل ٱ َّلر ۡ َۡح ٰـ ِن ٱ َّلر ِح ِي‬


ۡ‫) َوكَد‬٩( ‫) كَدۡ َٱفۡلَ َح َمن َزنَّ ٰٰٮَا‬٨( ‫) فَأَلۡيَ َميَا فُ ُج َورىَا َوتَ ۡل َوٰٮٰ َا‬٧( ‫َوه َ ۡف ٍٍ۬س َو َما َس َّوٰٮٰ َا‬
)٠١( ‫َاب َمن د ََّس ٰٰٮَا‬
َ ‫خ‬
“(7) demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, (8) maka Dia mengilhamkan
kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. (9) sungguh beruntung orang
yang menyucikannya (jiwa itu), (10) dan sungguh rugi orang yang
mengotorinya.”
Sebagaimana Allah berfirman dalam alquran Surah Asy-Syams ayat 7-10
di atas, bahwa Allah bersumpah dengan jiwa manusia yang Dia ciptakan
seimbang berdasarkan fitrah yang kuat. Keseimbangan tersebut adalah dengan
memberinya kekuatan yang sesuai dengan kebutuhannya untuk mengatur badan,
yaitu indra zahir dan batin dan kekuatan alami, seperti menyeimbangkan tulang-
tulangnya dan menambahkannya dengan kemampuan dan kekuatan yang tampak
dan tidak tampak, serta menentukan fungsi bagi setiap anggota tubuh. Kemudian,
Allah Swt. memberitahu dan memberi pemahaman kepada jiwa tersebut mengenai
sesuatu berupa keburukan dan kezaliman serta kebaikan dan ketakwaan untuk
membedakan kebaikan dan keburukan. Ini adalah dalil prinsip ikhtiar manusia.1
Kemudian, di ayat 9-10 Allah memberi kabar gembira, orang yang
menyucikan, mendidik, dan meningkatkan dirinya dengan ketakwaan dan amal
saleh, sungguh telah berhasil mendapatkan segala yang dia minta dan inginkan.
Sedangkan orang yang menyesatkan dan membiarkan dirinya, tidak mendidiknya,

1
Tafsir Al – Munir: 15/548.

11
dan tidak menggunakannya dalam beribadah dan beramal saleh, sungguh
merugilah mereka, na‟udzubillah.2
Fujur merupakan lawan kata dari takwa, yang mana ia memiliki arti fasik,
buruk, dan setiap hal yang dapat menimbulkan kerugian atau kehancuran.
Sedangkan takwa berarti istiqamah, dan menjaga diri dari akibat yang buruk.3
Makna takwa sering dimaknakan dengan "melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya" seperti dikemukakan oleh Al-Imamaini al-
Jalalaini dalam kitabnya Tafsir alquran Al-Karim (Al-Imamaini Al-
Jalalaini, Tafsir alquran Al-Karim, Kudus: Makatabah wa Mathba'ah Menara
Kudus, 1896, h. 2).
Definisi takwa di atas membentuk kalimat yang sederhana, namun dalam
pelaksanaannya, takwa bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Selalu
ada hawa nafsu dan godaan setan di setiap saat kita berusaha istiqamah dalam
ketakwaan, karena memang manusia hidup di dunia dibekali hawa nafsu, dan
hawa nafsu selalu mendorong manusia berbuat kejahatan.4 Namun, bukan berarti
dengan adanya nafsu yang dimiliki oleh manusia membuat mereka tidak dapat
menjadi orang – orang yang bertakwa. Manusia masih bisa melatih dirinya dan
berusaha agar dapat melawan hawa nafsu yang dimilikinya.
Terdapat keterkaitan yang sangat kuat antara pengendalian hawa nafsu
dengan akhlak seseorang. Seseorang yang memiliki kepribadian yang baik,
cenderung untuk melakukan kebaikan-kebaikan kepada dirinya sendiri maupun
kepada orang lain. Sebaliknya, seseorang yang memiliki kepribadian buruk akan
cenderung untuk melakukan keburukan kepada dirinya sendiri maupun kepada
orang lain. Jika hari ini kita mendapati sangat banyak tindak kriminalitas yang
terjadi di masyarakat merupakan suatu bukti krisisnya moral dalam kehidupan
masyarakat.
Dalam usahanya melawan hawa nafsu, tentu saja seseorang membutuhkan
cara / langkah / metode yang akan membantunya melatih dirinya. Dalam hal ini
penulis menemukan bahwa puasa mempunyai potensi yang besar untuk
2
Tafsir Al –Munir: 15/549
3
Tafsir Al –Munir: 15/547
4
QS. Yusuf (12) : 53

12
membantu seseorang dalam melatih dirinya mengedalikan hawa nafsu. Puasa
merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan di dalam agama Islam dan
termasuk ke dalam rukun Islam. Sehingga puasa (khususnya pada bulan
Ramadhan) merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh semua orang yang
beragama Islam.

َ ‫الص َيا ُم َ َمَك ُن ِت َب عَ ََل َّ ِاَّل َين ِمن كَ ْب ِل ُ ُْك ل َ َعل َّ ُ ُْك تَتَّ ُل‬
‫ون‬ ِ ّ ‫يٰ ٓأَُّيه َا َّ ِاَّل َين َءا َمنُو ۟ا ُن ِت َب عَلَ ْي ُ ُُك‬
Wahai orang –orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
(QS. Al – Baqarah : 183)
Banyak jurnal penelitian yang berhasil mengungkap manfaat puasa
terhadap kesehatan telah dipublikasi. Maka telah jelas dari ayat di atas bahwa
perintah puasa bukan semata-mata ibadah yang bernilai spiritual saja, namun juga
sangat bernilai tinggi bagi kesehatan manusia. Namun, ada satu penggalan kalimat
yang penulis garisbawahi dari ayat tersebut, yaitu “...agar kamu bertakwa”.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, takwa dapat didefinisikan
sebagai "melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya".
Sedangkan rintangan terberat dalam menempuh jalan takwa adalah melawan hawa
nafsu kita sendiri. Jika Allah memerintahkan kita berpuasa dengan tujuan agar
kita bertakwa, maka dengan kata lain salah satu tujuan berpuasa adalah untuk
mengajarkan kita bagaimana mengendalikan hawa nafsu sehingga kita dapat
menghindarkan diri dari berbuat keburukan dan kejahatan. Dengan kata lain,
puasa melatih seseorang untuk membentuk kepribadian yang baik dalam dirinya.
Jika kita menilik fenomena-fenomena yang terjadi dewasa ini di Indonesia,
contohnya ketika kita melihat berita-berita di televisi ataupun media-media massa
yang lainnya, dalam satu hari saja sangat banyak pemberitaan tentang tindak
kriminal yang baru terjadi. Atau fenomena lainnya, banyak sekali terjadi
fenomena „hamil sebelum menikah„ di kalangan remaja dan pemuda usia 20
tahunan. Tak hanya anak-anak kecil, di kalangan remaja hingga orang dewasa
juga banyak terjadi perkelahian, keributan yang bahkan disebabkan oleh hal-hal
sepele, contohnya seperti yang penulis pernah saksikan langsung, seorang laki-

13
laki dewasa menghajar penjual es kelapa muda karena dia memberikan kembalian
yang kurang senilai Rp. 20.000,- (menurut pelaku kekerasan itu), bahkan pelaku
mengajak teman-temannya untuk mengroyok penjual tersebut. Banyak pula di
Indonesia kasus korupsi. Kemudian, yang marak terjadi di kalangan remaja
Indonesia yaitu banyak sekali remaja yang mengakses konten pornografi di
Internet. Tak hanya kalangan remaja, dalam dunia orang dewasa memiliki skala
yang lebih luas dan ekstrem, diantaranya bisnis prostitusi yang secara gelap-
gelapan maupun terang-terangan atau bahkan telah dilegalkan terus berjalan dan
semakin banyak konsumennya.5 Dan masih banyak lagi fenomena-fenomena
krisisnya akhlak yang terjadi khsusunya di Indonesia. Di sisi lain, kita tahu bahwa
mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Maka tidak menutup
kemungkinan jika tidak sedikit dari sejumlah pelaku-pelakunya adalah pemeluk
agama Islam, meskipun tidak semua atau bahkan minoritas umat Islam. Namun
penulis tegaskan bahwa sebagaimana yang kita semua yakini, mengenai
fenomena-fenomena yang terjadi ini bukanlah salah ajaran agama, melainkan
pelaku-pelaku (orang-orang)-nya lah yang salah.
Maka dari sanalah kita dapat melihat bahwa ada nilai-nilai dalam ajaran
Islam yang diabaikan oleh umat Islam sehingga tidak teraplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam Islam terdapat ajaran aqidah dan akhlaq yang mana
keduanya selalu berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Aqidah
merupakan landasan / pondasi bagi umat Islam, dan akhlaq merupakan cerminan
dari aqidah seseorang. Jika aqidah seseorang baik maka akan baik pula
akhlaknya. Dan sebagaimana yang telah penulis paparkan di atas, Islam memiliki
suatu ibadah yang secara spesifik ditujukan untuk melatih orang-orang yang
menjalankannya agar dapat mengendalikan hawa nafsunya, yaitu Puasa.
Oleh sebab itu penulis ingin meneliti manfaat puasa ini dengan tujuan
membantu memberi solusi bagi mereka yang memiliki masalah dengan
pengendalian emosi, seperti mudah marah, emosi yang meledak-ledak, mood yang
sering tidak stabil, tidak sabaran, sangat ambisius, dan sifat-sifat yang berkaitan
dengan masalah pengendalian diri lainnya.

5
baca buku Jakarta Undercover karya Moammar Emka

14
Melalui penelitian mengenai pengaruh puasa tehadap kerja fisiologis otak
manusia yang mengatur munculnya emosi dan hawa nafsu, yang berakhir dengan
pengontrolan emosi, khususnya amarah, penulis berharap hasil penelitian tentang
puasa ini bermanfaat dan puasa (sunnah) dapat dijadikan sebagai metode atau cara
yang dapat diterapkan oleh banyak orang dalam melatih dirinya mengendalikan
emosi marah yang dimilikinya tersebut. Dengan demikian, penulis bermaksud
mengadakan penelitian tentang pengaruh puasa sunnah terhadap pengendalian
emosi amarah seseorang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut.
a. Bagaimana perbedaan kerja fisiologis otak manusia ketika dalam keadaan
puasa dan tidak puasa dalam menghadapi amarahnya?
b. Apakah dengan berpuasa, seseorang dapat lebih baik dalam menahan
amarahnya?
c. Bagaimana efektifitas puasa untuk membantu seseorang mengendalikan
amarahnya?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dibuatnya KTI ini adalah sebagai berikut.
a. Menjelaskan perbedaan mekanisme kerja otak manusia ketika ia dalam
keadaan berpuasa menghadapi situasi yang memancing amarah.
b. Menjelaskan esensi dan tujuan puasa bagi ummat Islam.
c. Menjelaskan peran puasa dalam pengendalian emosi (amarah) seeorang.
d. Menjelaskan efektivitas puasa dalam pengendalian emosi seseorang.

15
BAB II
PENGARUH PUASA TERHADAP PENGENDALIAN
AMARAH SESEORANG

A. Pengertian Puasa dalam Islam


Dikutip dari blog Nurannabawiy, Muhammad Ibnu Qosim Al-Ghazi dalam
kitab syarahnya Fathul Qorib mengatakan bahwa shiyam atau shaum (puasa)
adalah

ْ َ ‫الص َو ُم َم ْصدَ َر ِان َم ْعنَا ُ َُها لُ َغ ًة َٱ ْ ِْل ْم َساكُ َو‬


‫َشعًا ا ْم َساكُ َع ْن ُم ْف ِط ٍر‬ َّ ‫َوى َُو َو‬
ِ
‫ِب ِنيَّ ٍة َمخ ُْص ْو َص ٍة َ َِج ْي َع َنَ َ ٍار كَاب ٍِل ِل َّلص ْو ِم ِم ْن ُم ْس ِ ٍِل عَا ِك ٍل َطا ِى ٍر ِم ْن َح ْي ٍض‬
‫َوِه َف ٍاس‬
Shiyam dan shoum kedua-duanya adalah masdar (isim manshub yang
dalam tasriful fi‟il jatuh pada urutan ketiga atau yang disebut masdar (bentuk kata
nomina) : (‫ صوما‬،‫ يصوم‬،‫)صام‬.
Arti makna Shiyam dan Shoum menurut bahasa adalah imsak (menahan).
Dan menurut istilah syara‟ yaitu menahan dari segala sesuatu yang membatalkan
puasa, disertai dengan niat yang telah ditentukan dari sejak siang hari dimana
seorang muslim berpuasa, yang mempunyai akal, yang suci dari Haid dan nifas.
Sama seperti ibadah yang lainnya, puasa memiliki tata cara
pelaksanaannya sendiri yang meliputi syarat dan rukun. Berikut ini adalah syarat-
syarat wajib berpuasa, rukun-rukun puasa, serta hal-hal yang membatalkan puasa,
sebagaimana menurut Mushtafa Dib Al-Bugha (1978 : 100-101)

1. Syarat Wajib Puasa

Syarat-syarat wajib berpuasa yaitu : beragama islam, mencapai usia baligh


dan berakal sehat, serta berkemampuan untuk menjalankan puasa.

16
2. Rukun Puasa

Rukun-rukun atau fardu puasa antara lain : niat, menahan dari makan,
minum, jimak dan muntah yang disengaja.

3. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa

Hal-hal yang membatalkan puasa ada sepuluh, yaitu , memasukkan segala


sesuatu dengan sengaja ke dalam rongga badan dan kepala, menyuntikkan bahan
melalui dua jalan (qubul dan dubur), muntah dengan sengaja, bersetubuh dengan
sengaja ke dalam farji, keluar mani karena mubasyarah, haid, nifas, gila, dan
murtad.

4. Pembagian Puasa Berdasarkan Hukum Fiqih

Dikutip dari blogkaruhun berdasarkan hukumnya puasa dibagi menjadi


tiga, yaitu :
a. Puasa Wajib
Ibadah puasa yang harus dikerjakan (wajib) oleh kaum muslimin/muslimat
yang telah mukalaf serta memenuhi syarat, rukun puasa. Adapun hukumnya wajib
untuk beberapa jenis puasa berikut ini
1) Wajib karena waktu yakni puasa ramadhan.
2) Wajib karena adanya sebab dan dia adalah puasa dalam membayar kafarat.
3) Wajib karena seseorang telah mewajibkan atas dirinya seperti puasa nazar.

b. Puasa Sunnah
Maksudnya ialah puasa yang jika dikerjakan akan mendapat pahala,
namun sebalikya jika ditinggalkan pun tidak berdosa. Puasa sunnah dalam islam
antara lain : Puasa 6 hari di bulan syawal; Puasa 10 hari pertama bulan Dzulhijjah;
Puasa Arafah; Puasa Muharram; Puasa „Asyuro; Puasa Sya'ban; Puasa pada bulan
Haram (bulan yang dihormati) yaitu bulan dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan
Rajab; Puasa Senin dan Kamis; Puasa tiga hari pada pertengahan bulan (Ayyamul
Bidh) dan Puasa Dawud.

17
c. Puasa Makruh
1) Puasa yang terus menerus sepanjang masa (puasa abadan)
2) Tidak termasuk dua hari raya dan hari tasyriq

d. Puasa Haram
Jika mengerjakan puasa pada waktu tertentu maka hukumnya adalah
haram seperti pada waktu waktu berikut ini
1) Puasa pada hari raya pertama Idul Fitri
2) Puasa pada hari raya Pertama Haji
3) Puasa tiga hari sesudah hari raya haji atau hari tasyriq yakni pada 11, 12, 13
Zulhijjah.

Dari pemaparan di atas, dapat kita lihat bahwa banyak sekali puasa yang
disunnahkan bagi umat islam. Hal ini menunjukkan bahwa puasa merupakan
ibadah yang sangat dicintai Rasulullah s.a.w. karena keutamaan-keutamaannya.

5. Puasa Sebagai Perisai Menahan Amarah

Berikut ini beberapa hadis Rasul mengenai puasa, beberapa di antaranya


menjelaskan bahwa puasa merupakan salah satu cara mengendalikan emosi dan
hawa nafsu.

ِ َّ ُ‫َح َّدجَنَا َع ْبد‬


ٍ ِ ‫ َع ْن َم‬،‫اَّلل ْب ُن َم ْسلَ َم َة‬
،ِ‫ َع ِن ا َألع َْرج‬،‫ َع ْن َٱ ِِب ّ ِالزَنَ ِد‬،‫اِل‬
‫اَّلل صَل هللا عليو وسِل‬ ِ َّ ‫َع ْن َٱ ِِب ى َُرْي َر َة ـ رىض هللا عنو ـ َٱ َّن َر ُسو َل‬
‫ َوا ِن ا ْم ُر ٌؤ كَات َ ََُل َٱ ْو َصاتَ َم ُو‬،‫ فَ َال يَ ْرفُ ْث َو َْل َ َْيي َْل‬،‫الص َيا ُم ُحن َّ ٌة‬
ِ ّ " ‫كَا َل‬
ِ
ِ ِ ‫الص‬
‫اِئ َٱ ْط َي ُب‬ َّ ‫ َو َّ ِاَّلي ه َ ْف ِِس ِب َي ِد ِه لَ ُخلُ ُوف فَ ِم‬،‫ َم َّرت ْ َِْي‬.‫اِئ‬ٌ ِ ‫فَلْ َي ُل ْل ا ِ ّّن َص‬
ِ

18
َ َ ‫ ي َ ْ ُْتكُ َط َعا َم ُو َو‬،‫اَّلل تَ َع َاَل ِم ْن ِر ِحي الْ ِم ْس ِم‬
‫َشاب َ ُو َو َصي َْوتَ ُو ِم ْن‬ ِ َّ َ‫ِع ْند‬
ِ ْ ‫ َوالْ َح َس نَ ُة ِب َع‬،‫ َو َٱَنَ َٱ ْح ِزي ِب ِو‬،‫الص َيا ُم ِِل‬
." ‫ْش َٱ ْمث َا ِليَا‬ ِ ّ ،‫َٱ ْخ ِِل‬

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. :


Rasulullah (‫ )ﷺ‬mengatakan, “Puasa adalah perisai. Maka (saat berpuasa)
janganlah berhubungan suami istri dan hendaknya tidak bersikap bodoh dan
lancang, jika seseorang hendak berkelahi dengannya atau menyakitinya, maka
katakanlah dua kali, „aku sedang berpuasa‟. Nabi (‫ )ﷺ‬menambahkan, “Demi
Allah Yang jiwaku ada di tangan-Nya, bau yang keluar dari mulut orang yang
berpuasa lebih baik di sisi Allah daripada bau kasturi. (Allah berfirman tentang
orang yang berpuasa), “dia telah meninggalkannya makanan, minuman dan
keinginan (nafsu)-nya demi Aku. Puasa adalah untuk-Ku. Maka Aku yang akan
membalasnya (orang yang berpuasa) dan pahala dari perbuatan baik dikalikan
sepuluh kali”. [http://www.sunnah.com : Sahih al-Bukhari, hadis 1894]

Dari hadis di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa puasa dapat menjadi
tameng pertahanan kita untuk menahan nafsu birahi, bersikap tergesa-gesa,
gegabah, lancang dan membantu kita dalam menahan amarah atau emosi.

Mengenai kesimpulan yang sama, dalam riwayat lain dikatakan,

‫ كَا َل‬،‫ َع ِن ا ْب ِن ُح َريْ ٍج‬،‫ َٱخ َ ََْبَنَ ِىضَ ا ُم ْب ُن يُ ُوس َف‬،‫وَس‬ َ ‫َح َّدجَنَا ا ْب َرا ِى ُي ْب ُن ُم‬
ِ
‫ َٱه َّ ُو َ َِس َع َٱ ََب ى َُرْي َر َة ـ رىض هللا‬،‫ َع ْن َٱ ِِب َصا ِل ٍح َّالز ََّّي ِت‬،‫َٱخ َ ََْب ِّن َع َطا ٌء‬
‫اَّلل صَل هللا عليو وسِل‬ ِ َّ ‫ول‬ ُ ‫ُك َ ََع ِل عنو ـ ي َ ُلو ُل كَا َل َر ُس‬ ‫اَّلل ُ ه‬
ُ َّ ‫" كَا َل‬
ِ ّ ‫ َو‬.‫ َو َٱَنَ َٱ ْح ِزي ِب ِو‬،‫ فَاه َّ ُو ِِل‬،‫الص َيا َم‬
‫ َوا َذا ََك َن‬،‫الص َيا ُم ُحن َّ ٌة‬ ِ ّ َّ‫ا ْب ِن ٱ ٓ َد َم َ َُل اْل‬
ِ ِ ِ

19
‫ َٱ ْو كَات َ ََُل فَلْ َي ُل ْل‬،‫ فَا ْن َساب َّ ُو َٱ َح ٌد‬،‫ فَ َال يَ ْرفُ ْث َو َْل ي َ ْصخ َْب‬،‫ي َ ْو ُم َص ْو ِم َٱ َح ِد ُ ُْك‬
ِ
َ‫اِئ َٱ ْط َي ُب ِع ْند‬ ِ ِ ‫الص‬ ٌ ِ ‫ا ِ ّّن ا ْم ُر ٌؤ َص‬
َّ ‫ َو َّ ِاَّلي ه َ ْف ُس ُم َح َّم ٍد ِب َي ِد ِه لَ ُخلُ ُوف فَ ِم‬.‫اِئ‬
ِ
ِ ‫ ِل َّلص‬،‫اَّلل ِم ْن ِر ِحي الْ ِم ْس ِم‬
‫ َوا َذا لَ ِل َي‬،‫اِئ فَ ْر َحتَ ِان ي َ ْف َر ُ ُُح َما ا َذا َٱفْ َط َر فَ ِر َح‬
ِ ِ َّ
ِ ِ
." ‫َرب َّ ُو فَ ِر َح ب َِص ْو ِم ِو‬
Diriwayatkan oleh oleh Abu Hurairah r.a. :
Rasulullah (‫ )ﷺ‬mengatakan, "Allah berfirman, 'Semua amal anak Adam
(manusia) adalah untuk mereka, kecuali puasa adalah untuk-Ku, dan Aku yang
akan memberikan pahala untuk itu." Puasa adalah perisai. Maka janganlah kamu
berhubungan suami istri dan bertengkar (ketika sedang berpuasa), dan jika
seseorang melawan atau bertengkar dengannya, hendaknya ia mengatakan, 'saya
sedang berpuasa'. Demi Allah Yang jiwaku ada di tangan-Nya, bau yang keluar
dari mulut orang yang berpuasa lebih baik di sisi Allah daripada bau kasturi. Ada
dua kenikmatan bagi orang yang berpuasa, satu pada saat berbuka, dan pada saat
ia akan bertemu Tuhannya; maka dia akan senang karena puasanya”.
[http://www.sunnah.com : Sahih al-Bukhari 1904]

،‫ َع ْن عَلْ َل َم َة‬،‫ َع ْن ا ْب َرا ِى َي‬،‫ َع ِن ا َأل ْ ََع ِش‬،َ‫ َع ْن َٱ ِِب َ ْۡح َزة‬،‫َح َّدجَنَا َع ْبدَ ُان‬
ِ
‫اَّلل ـ رىض هللا عنو ـ فَ َلا َل ُننَّا َم َع النَّ ِ ِ ّب‬ ِ َّ ‫ َم َع َع ْب ِد‬،‫كَا َل بَيْنَا َٱَنَ َٱ ْم ِِش‬
‫ فَاه َّ ُو َٱغَ هض‬،‫صَل هللا عليو وسِل فَ َلا َل " َم ِن ْاس َت َطا َع الْ َبا َء َة فَلْ َي َ ََت َّو ْج‬
ِ
." ‫ فَاه َّ ُو َ َُل ِو َخا ٌء‬،‫ َو َم ْن ل َ ْم ي َْس َت ِط ْع فَ َعلَ ْي ِو َِب َّلص ْو ِم‬،ِ‫َص َو َٱ ْح َص ُن ِللْ َف ْرج‬
ِ َ ‫ِللْ َب‬
ِ
Diriwayatkan oleh oleh 'Alqamah r.a. :
Pada saat aku sedang berjalan dengan `Abdullah, ia berkata,"kami pernah bersama
dengan Nabi (‫ )ﷺ‬dan dia bersabda, 'Barang siapa yang mampu untuk menikah

20
maka hendaknya ia menikah, karena itu akan membantunya menahan pandangan,
dan menjaga kemaluannya dari zina, dan dia yang belum mampu untuk menikah
disarankan untuk berpuasa, karena puasa akan menjadi perisai baginya".
[http://www.sunnah.com : Sahih al-Bukhari, hadis 1905]

Dari hadis di atas, dapat kita simpulkan bahwa puasa dapat dijadikan salah
satu cara untuk mengendalikan diri terutama bagi laki-laki maupun perempuan
yang belum mampu menikah.
Selain itu, berikut ini adalah hadis yang menjelaskan tentang keistimewaan
yang akan diberikan untuk orang-orang yang senang berpuasa,

،‫ كَا َل َح َّدجَ ِِن َٱبُو َح ِاز ٍم‬، ٍ‫ َح َّدجَنَا ُسلَ ْي َم ُان ْب ُن ِب َالل‬،‫َح َّدجَنَا خ ِ َُاِل ْب ُن َمخ َ ٍَْل‬
‫" ا َّن َع ْن َسي ٍْل ـ رىض هللا عنو ـ َع ِن النَّ ِ ِ ّب صَل هللا عليو وسِل كَا َل‬
ِ
‫ َْل ي َ ْد ُخ ُل‬،‫ون ي َ ْو َم الْ ِل َيا َم ِة‬ َّ ‫ ي َ ْد ُخ ُل ِم ْن ُو‬،‫ِِف الْ َجنَّ ِة ََب ًَب ي ُ َل ُال َ َُل َّالر ََّّي ُن‬
َ ‫الصا ِئ ُم‬
،‫ َْل ي َ ْد ُخ ُل ِمنْ ُو َٱ َح ٌد غَ ْ ُْي ُ ُْه‬،‫ون‬ َّ ‫ِمنْ ُو َٱ َح ٌد غَ ْ ُْي ُ ُْه ي ُ َلا ُل َٱ ْي َن‬
َ ‫الصائِ ُم‬
َ ‫ون فَ َي ُلو ُم‬
." ‫ فَ َ ِْل ي َ ْدخ ُْل ِمنْ ُو َٱ َح ٌد‬،‫فَا َذا َد َخلُوا ُٱ ْغ ِل َق‬
ِ
Diriwayatkan oleh Sahl r.a. :
Nabi (‫ )ﷺ‬mengatakan, "Ada sebuah gerbang di surga yang disebut Ar-Rayyan,
dan mereka yang senang berpuasa akan masuk melaluinya pada hari kiamat dan
tidak ada yang boleh memasukinya kecuali mereka (ahli puasa). Ia (gerbang itu)
akan berkata, "Di mana mereka yang dahulu senang berpuasa?' Mereka akan
bangun, dan tak satu pun yang akan masuk kecuali mereka. Setelah mereka
masuk, pintu gerbang akan ditutup dan tak seorang pun akan masuk melaluinya.
[http://www.sunnah.com : Sahih al-Bukhari, hadis 1896]

Dari empat hadis yang peneliti sajikan di atas, tiga diantaranya


menyatakan bahwa ada perintah bagi orang yang sedang berpuasa untuk menahan

21
emosi dan nafsu birahinya. Melalui penelitian ini peneliti ingin mengungkap
bagaimana puasa membantu seseorang dalam menahan emosi amarahnya
sehingga puasa memberi dampak positif bagi seseorang dalam berinteraksi sosial.
Maka penulis akan menjelaskan keterkaitan puasa dengan pembentukan
kepribadian seseorang melalui pendekatan Neurophsycology.

B. Pengertian Neuropshycology
Dikutip dari Wikipedia, Neuropshycology (Bahasa Indonesia :
neuropsikologi) adalah cabang ilmu yang berada di bawah naungan dua disiplin
ilmu, yaitu psikologi dan neuroscience (neurologi), dan terlibat dalam arena ilmu
dasar dan ilmu terapan. Dalam psikologi, hal ini terkait paling dekat dengan
biopsikologi, psikologi klinis, psikologi kognitif, dan psikologi perkembangan.
Dalam ilmu saraf, hal ini terkait paling dekat dengan daerah neuroscience
kognitif, perilaku, sosial, dan afektif. Dalam domain terapan dan medis, itu adalah
terkait dengan neurologi dan psikiatri.

C. Emosi
Dikutip dari blog Psikologi 09B, emosi pada dasarnya adalah dorongan
untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah. Emosi adalah akar
untuk bertindak/memancing tindakan.

1. Pengertian Emosi

Menurut Golema, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran


khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Sedangkan Atkinson mendefinisikan emosi sebagai dorongan
yang dapat mengaktifkan dan mengarahkan perilaku dengan cara yang sama
seperti yang dilakukan motif. Emosi bisa menjadi tujuan, misal kita melakukan
aktivitas tertentu, karena kita tahu bahwa aktivitas tersebut menyenangkan.

22
2. Perkembangan Emosi

Menurut James & Lange , bahwa emosi itu timbul karena pengaruh
perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih,
tertawa itu karena gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa emosi
disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama
otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat
keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat
mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi pada diri
individu.

3. Ciri-Ciri Emosi

Dikutip dari blog Psikologi 09B, emosi sebagai suatu peristiwa psikologis
mengandung ciri-ciri sebagai berikut :
a. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti
pengamatan dan berpikir.
b. Bersifat fluktuatif (tidak tetap).
c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.

4. Bentuk-Bentuk Reaksi Emosi

Dikutip dari blog Psikologi 09B, berikut ini adalah macam-macam bentuk
reaksi emosi.
a. Reaksi amarah : hormon adrenalin meningkat, menyebabkan gelombang
energi yang cukup kuat untuk bertindak dahsyat, maka tangan menjadi mudah
menghantam lawan, detak jantung meningkat.
b. Reaksi takut : kaki akan lebih mudah diajak mengambil langkah seribu dan
wajah menjadi pucat. Hal ini disebabkan karena di pusat-pusat emosi, otak
memicu terproduksinya hormon seperti adrenalin, yang membuat tubuh
waspada dan siap bertindak.
c. Reaksi kebahagiaan : perubahan utama akibat timbulnya kebahagiaan
adalah meningkatnya kegiatan di pusat otak yang menghambat perasaan

23
negatif dan meningkatkan energi yang ada, dan menenangkan perasaan yang
menimbulkan kerisauan.
d. Reaksi perasaan cinta/kasih sayang : mencakup rangsangan parasimpatik
(secara fisiologis lawan/antagonik dari aktivitas simpatik), secara fisiologis
adalah lawan mobilisasi fight or flight, yang sama-sama dimiliki oleh rasa
takut maupun amarah. Pola parasimpatik, yang disebut “respon relaksasi”,
adalah serangkaian reaksi di seluruh tubuh yang membangkitkan keadaan
menenangkan dan puas, sehingga mempermudah kerja sama.

Dari pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa emosi adalah respons
yang dapat dilihat secara fisik pada perilaku seseorang dalam menanggapi suatu
keadaan yang menekan. Terutama emosi amarah, seperti yang dilansir blog
jmabuka : amarah yang merupakan perasaan tak terkontrol dalam menanggapi
frustasi atau hinaan, yang muncul dari ekspresi diri sesuai kehendak hati tanpa
dipikirkan terlebih dahulu. Seseorang bisa marah biasanya jika tidak menyukai
kondisi-kondisi tertentu dan hal itu akan membuatnya melakukan balas dendam.
Kemarahan merupakan campuran dari elemen-elemen emosional, fisiologis
dan kognitif.
Maka dari kesimpulan tersebut, kita dapat mengkaji ruang lingkup
neuroscience yang berkaitan dengan emosi

D. Sekilas Mengenai Sistem Saraf


Dikutip dari Wikipedia, Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang
terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan
esensial untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas motorik volunter dan involunter
organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh.

24
2. Sistem Saraf Manusia

Gambar 2.1 Sistem Saraf Manusia

Menurut Steve Parker (2007 : 68), sistem saraf terdiri atas tiga sistem atau
komponen, yang dikelompokkan berdasarkan anatomi dan fungsinya.
Sistem saraf pusat, CNS (central nervous system) adalah pusat struktur
dan mekanisme kerja tubuh. Sistem ini terdiri atas otak dan saraf utamanya,
sumsum tulang belakang (Spinal Cord). Dari CNS, 43 pasang saraf bercabang : 12
dari otak dan 31 dari tulang belakang.
Cabang saraf ini terbagi lagi, lalu meliuk di antara organ membentuk
jejaring sistem saraf tepi, PNS (peripheral nervous system). CNS dapat dilihat
sebagai koordinator dan pengambil keputusan, dengan PNS sebagai pengirim
informasi sebagai masukan sensorik, dan sebagai penerima instruksi sebagai
keluaran motorik ke otot dan kelenjar.

25
Komponen ketiga adalah sistem saraf otonom, ANS (autonomic nervous
system). Sistem ini memiliki elemen dalam CNS dan berbagi beberapa saraf
dengan sistem saraf tepi. Tugas utama ANS berkaitan dengan aktivitas otomatis
dalam tubuh, seperti : aliran darah, laju denyut jantung dan aktivitas tubuh yang
tidak kita sadari.

3. Konsep Dasar Otak

Dikutip dari Wikipedia, “Otak” (dalam bahasa Inggris : encephalon,


brain) adalah pusat sistem saraf (central nervous system, CNS) pada vertebrata
dan banyak invertebrata lainnya.

4. Anatomi Otak Manusia dan Fungsinya

Gambar 2.2 Anatomi Otak Manusia


Menurut Steve Parker (2007 : 76), berdasarkan struktur luarnya, otak
terbagi menjadi enam bagian, yaitu :
a. Lobus Frontal (Frontal Lobe)
Menghasilkan bicara, memicu gerakan, dan aspek “kepribadian”.
b. Lobus Parietal (Parietal Lobe)

26
Daerah di mana sensasi tubuh seperti, rabaan, suhu, tekanan, dan nyeri
diterima dan diterjemahkan, berada di daerah yang disebut somatosensorik.

c. Lobus Oksipital (Occipital Lobe)


Daerah ini berperan dalam pengolahan dan penerjemahan informasi visual,
dari sinyal saraf sensorik yang dikirim oleh mata.

d. Lobus Temporal (Temporal Lobe)


Pengenalan bunyi, nada dan kerasnya, terletak dalam lobus temporal; bagian
ini juga berperan dalam penyimpanan ingatan.
Gabungan empat bagian di atas disebut Serebrum (Cerebrum) atau yang
dikenal sebagai Otak Besar.

e. Serebelum / Otak Kecil (Cerebellum)


Otak kecil ini berperan dalam pengaturan waktu dan ketepatan gerakan halus,
dan mengendalikan keseimbangan postur tubuh.

f. Batang Otak (Brain Stem)


Batang otak memiliki pusat-pusat yang mengatur beberapa fungsi vital untuk
bertahan hidup; termasuk denyut jantung, napas, tekanan darah, dan beberapa
gerakan refleks, seperti menelan dan muntah.

Pemaparan mengenai sistem saraf dan otak manusia di atas hanyalah


pengantar. Namun, ada dua hal penting yang perlu diingat. Pertama, bahwa otak
adalah pusat kendali bagi segala aktivitas tubuh manusia. Dan yang kedua, bagian
depan otak, Lobus Frontal, merupakan bagian yang terlibat dalam aspek
kepribadian seseorang. Aspek kepribadian yang diatur oleh Lobus Frontal juga
berkaitan dengan emosi, hal ini akan dipaparkan dalam subbab berikut ini.

27
5. Korteks Frontalis / Prefrontal Cortex (PFC)

Gambar 2.3 Prefrontal Cortex dan beberapa fungsinya

Dikutip dari makalah revisi milik mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad


mengenai korteks frontalis ini, Prefrontal Cortex (latin : Cortex Prefrontalis)
adalah salah satu bagian anterior dari otak yang terletak pada Lobus Frontal, di
depan daerah motor dan premotor.
Menurut Jordan Grafmann (1981), Kortex Frontalis hanya ada pada otak
manusia, yang mana ia membuat manusia dapat membedakan yang benar dan
yang salah.
Menurut Stuff and Benson (1987), PFC merupakan bagian terdepan dari
lobus frontal, lobus korteks terbesar yang berisi lima bidang utama untuk fungsi
neuropsikiatri (planning, organizing, problem solving, selective attention,
personality) dan fungsi motorik dan memediasi fungsi intelektual yang lebih
tinggi (higher cognitive functions) yakni termasuk emosi dan perilaku. Fungsi
eksekutif juga dilakukan oleh daerah Prefrontal Cortex, yaitu berhubungan dengan
kemampuan untuk membedakan antara pikiran yang saling bertentangan,

28
menentukan baik dan buruk, lebih baik dan terbaik, yang sama dan berbeda,
konsekuensi masa depan dari kegiatan saat ini, bekerja menuju tujuan yang
ditetapkan, prediksi hasil, harapan berdasarkan tindakan, dan "kontrol" sosial
(kemampuan untuk menekan dan mendesak bahwa, jika tidak ditekan, dapat
menyebabkan hasil tidak dapat diterima secara sosial). Prefrontal cortex pada
manusia mengurus, mengintergrasikan, memformulasikan, memilih, memonitor,
memodifikasi, dan menilai semua kegiatan sistem syaraf yang ada.
Elly Risman (2015) merangkum pendapat Stuff dan Benson, bahwa
Prefrontal Cortex (PFC) berfungsi seperti pemimpin. PFC bertanggung jawab
untuk berkonsentrasi, memahami benar dan salah, mengendalikan diri, menunda
kepuasan, berpikir kritis dan merencanakan masa depan.
Selain PFC, di bagian dalam otak, terdapat suatu struktur fungsional yang
sangat berkaitan erat dengan emosi, yaitu Sistem Limbik (Limbic System) atau
yang disebut Otak Primitif.

6. Sistem Limbik (Otak Primitif)

Sistem Limbik memengaruhi perilaku tak sadar dan insting, yang serupa
dengan respons hewan yang berhubungan dengan upaya bertahan hidup dan
reproduksi. Komponen sistem limbik yang menyerupai cincin, terletak di tengah
pusat otak, bertindak sebagai penengah suasana hati yang paling dalam tentang
perilaku eksternal. Sistem ini juga memengaruhi perubahan fungsi tubuh, seperti
yang melibatkan pencernaan dan buang air kecil. Hubungan antara emosi dengan
masukan sensorik juga dipengaruhi sistem ini.

29
Gambar 2.4 Sistem Limbik pada Otak Manusia

a. Korpus Mamilar (Mamillary body)


Benjolan kecil neuron yang berperan sebagai stasiun pengantar,
menghantarkan informasi terutama di antara forniks dan thalamus; terlibat dalam
pengolahan ingatan.

b. Girus Singuli (Cingulate gyrus)


Bersama dengan girus parahipokampus dan bulbus olfaktori, memberntuk
korteks limbik, yang mengubah perilaku dan emosi.

c. Amigdala (Amygdaloid body)


Struktur berbentuk kacang almond ganda yang memengaruhi perilaku dan
tindakan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh; juga berperan dalam emosi seperti
rasa marah dan cemburu, dan dorongan seperti rasa lapar, haus, dan gairah
seksual.

d. Hipokampus (Hipocampus)
Pita melengkung dari substansi abu-abu yang berperan dalam proses belajar,
mengenal sesuatu yang baru, dan ingatan, khususnya dalam mengubah ingatan

30
dan informasi jangka pendek menjadi ingatan dan informasi jangka panjang, serta
berkaitan dengan pengolahan informasi yang berkaitan dengan kejadian terkini.
e. Girus Parahipokampus (Parahipocampal gyrus)
Membantu mengubah ekspresi emosi yang kuat; juga membentuk dan
mengingat kembali ingatan topografik pemandangan (selain benda, wajah, atau
fakta).

Diensefalon (Diencephalon)
Dikutip dari blog Ilmu Green, di daerah sistem limbik terdapat suatu
struktur yang disebut Diensefalon (Diencephalon), struktur ini bukan merupakan
bagian dari sistem limbik namun berkaitan satu sama lain dalam menjalankan
fungsinya dengan sistem limbik.
Menurut Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson, Diensefalon adalah
istilah yang digunakan untuk menyatakan struktur-struktur disekitar ventrikel ke
tiga dan membentuk inti bagian serebrum
Diensefalon terbagi menjadi empat bagian, yaitu : Talamus, Hipotalamus,
Subtalamus, dan Epitalamus. Bagian Diensefalon yang sangat berkaitan dengan
regulasi terjadinya marah adalah Hipotalamus. Berikut penjelasan mengenai
Hipotalamus

f. Hipotalamus (Hypothalamus)
Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan sistem susunan saraf
autonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi.

Berbicara tentang hubungan kerja fisiologis otak yang berkaitan dengan


perubahan emosi / psikologis, maka tak luput dari hubungannya yang erat dengan
sistem humoral tubuh. Sistem humoral memiliki beberapa sebutan lainnya yang
familiar, yaitu Sistem Endokrin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sistem
Hormon.

31
E. Sistem Endokrin

Gambar 2.5 Anatomi Sistem Endokrin Manusia


Menurut Sri Pujiyanto (2014 : 264), sistem endokrin mengatur aktivitas
tubuh dengan cara melepaskan atau menyekresi senyawa kimia yang dinamakan
hormon.
Menurut Neil A. Campbell dan Jane B. Reece (2010 : 140), hormon
(hormone, dari kata Yunani horman, merangsang) adalah molekul yang
disekresikan ke dalam cairan ekstraseluler; beredar di dalam darah (pada
vertebrata) atau hemolimfe (pada avertebrata), dan mengomunikasikan pesan-
pesan regulasi ke seluruh tubuh. Walaupun sistem sirkulasi memungkinkan
hormon mencapai semua sel-sel dalam tubuh, hanya sel-sel target yang memiliki
reseptor yang mampu memberi respons. Hormon merangsang respons spesifik –
misalnya perubahan dalam metabolisme – dari sel-sel targetnya, sementara sel-sel
yang tidak memiliki reseptor untuk hormon tertentu itu tidak akan terpengaruh.
Menurut Steve Parker (2007 : 104), perantara kimiawi tubuh (hormon)
dibuat oleh kelenjar-kelenjar endokrin. Sistem endokrin terdiri atas badan-badan
jaringan kelenjar, seperti tiroid, tapi juga terdiri atas kelenjar yang ada di dalam

32
suatu organ tertentu, seperti testis, ovarium, dan jantung. Sistem endokrin
menggunakan hormon untuk mengendalikan dan mengatur fungsi tubuh sama
seperti sistem saraf menggunakan sinyal listrik. Kedua sistem berintegrasi di otak
dan saling melengkapi, tapi mereka cenderung bekerja dengan kecepatan yang
berbeda. Saraf bereaksi dalam hitungan detik, tapi tindakan mereka tak lama
kemudian hilang; beberapa hormon memiliki efek yang lebih lama dan bekerja
dalam hitungan jam, minggu, bahkan tahun. Hormon mengatur proses seperti
pemecahan substansi kimia dalam metabolisme, keseimbangan cairan dan
produksi urin, pertumbuhan dan perkembangan tubuh, serta reproduksi seksual.

1. Penghasil Hormon

Menurut Steve Parker (2007 : 106), hormon membawa data kimiawi yang
mengendalikan tingkat kerja kelenjar dan organ lain. Sel penghasil hormon
ditemukan di sekeliling tubuh. Sebagian besar sel-sel itu mengelompok di dalam
kelenjar yang memiliki fungsi khusus.

a. Kelenjar Hipofisis, The Master of Gland

Gambar 2.6 Kelenjar Hipofisis / Pituitari

33
Menurut Steve Parker (2007 : 106), kelenjar pituitary atau hipofisis
merupakan kelenjar yang paling berpengaruh dalam sistem endokrin. Kelenjar ini
sebenarnya adalah dua kelenjar berbeda yang menjadi satu. Bagian depan (lobus
anterior), atau disebut juga adenohipofisis, membentuk sebagian besar massa dari
kelenjar ini. Bagian belakang (lobus posterior) atau neurohipofisis. Hipofisis
anterior membentuk delapan hormon utama di dalam kelenjar dan melepas
hormon tersebut ke dalam aliran darah. Hipofisis posterior menerima dua hormon
utama dari hipotalamus, yang terletak di atasnya, tempat hormon dibentuk oleh sel
neurosekresi. Sel neurosekresi lain membentuk hormon pengatur, yang mengalir
melalui kapiler ke lobus anterior dan mengendalikan pelepasan hormon.

b. Kelenjar Adrenal

Gambar 2.7 Kelenjar Adrenal


Menurut Sri Pujiyanto (2014 : 268), kelenjar adrenal ini terletak di bagian
atas kedua ginjal. Kelenjar ini memiliki dua bagian, yaitu bagian tengah (medulla)
dan bagian luar (cortex). Bagian medulla distimulasi oleh sistem saraf simpatik,
sedangkan bagian cortex distimulasi oleh hormon-hormon dari hipofisis.
Dikutip dari website amazine, kelenjar adrenal berfungsi melepaskan
berbagai hormon ke dalam tubuh. Dua hormon penting yang dilepaskan kelenjar
adrenal adalah kortisol dan adrenalin. Kelenjar adrenal juga berperan

34
memengaruhi organ reproduksi, berperan dalam metabolisme, dan memproduksi
respon sistem saraf simpatik. Lapisan luar (korteks) dari kelenjar adrenal
menghasilkan kortisol, sedangkan lapisan dalam (medula) menghasilkan epinefrin
yang juga dikenal sebagai adrenalin.
Dikutip dari website 101gayahidupsehat, hormon adrenalin dilepaskan
ketika seseorang sedang dalam kondisi marah, ketakutan, dan mengalami stress.
Selain itu hormon ini juga dapat dirasakan pada saat kita melakukan kegiatan-
kegiatan menegangkan, seperti berdiri di ketinggian, kecepatan tinggi, ruangan
gelap, atau dalam suasana mencekam. Berikut adalah fungsi hormon adrenalin
secara lengkap:
1) Hormon adrenalin dapat memacu aktivitas jantung dan menyempitkan
pembuluh darah kulit dan kelenjar mukosa sehingga tekanan darah meningkat.
Itulah sebabnya apabila kita sedang berada di roller coaster atau wahana lain,
maka detak jantung kita pasti meningkat berkali-kali lipat.
2) Hormon adrenalin juga meningkatkan metabolisme tubuh. Kecepatan tubuh
untuk mengolah glikogen menjadi gula dalam darah (glikogenolisis)
meningkat, sehingga dapat menaikkan kadar gula darah.
3) Memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak tubuh.
4) Adrenalin atau epinefrin bekerja dengan sistem saraf simpatik untuk
meningkatkan denyut jantung. Adrenalin juga mendorong metabolisme
karbohidrat. Ketika sistem saraf pusat melihat adanya situasi berbahaya atau
keadaan darurat, adrenalin akan dilepaskan.
5) Pada masa pelepasan adrenalin, maka aliran darah akan meningkat dan dapat
mempercepat pengiriman oksigen dan glukosa ke otot dan otak.
6) Adrenalin juga bisa digunakan untuk mengobati serangan jantung dan
disritmia jantung (gangguan irama detak jantung).
7) Fungsi Adrenalin yang membuat otak menjadi waswas dan siaga, secara tidak
langsung akan membuat indra tubuh lebih sensitif untuk bereaksi.

35
Berikut adalah fungsi hormon kortisol :
Kortisol adalah hormon steroid yang digunakan untuk mengembalikan
keseimbangan tubuh saat tubuh dalam kondisi stres. Oleh sebab itu, kortisol
disebut juga sebagai “hormon stres”. Kortisol memiliki sifat yang berlawanan
dengan insulin dan bertugas memecah lemak dan protein sehingga memainkan
peran dalam mengontrol bagaimana tubuh menggunakan persediaan nutrisi yang
ada. Sekresi kortisol berkepanjangan menyebabkan hipoglikemia dan bisa
melemahkan sistem kekebalan tubuh. Efek pada sistem kekebalan tubuh inilah
yang menyebabkan kortisol digunakan untuk mengobati alergi akibat sistem
kekebalan yang hiperaktif.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa secara umum hormon


berperan untuk mengubah ritme metabolisme, memberi respon tak kasat mata di
dalam tubuh terhadap rangsangan melalui mekanisme yang kompleks.
Rangsangan yang diterima sistem saraf (sensoris) diteruskan ke pusat saraf
kemudian diterjemahkan oleh otak yang mana kemudian otak memberi perintah
kepada sistem saraf dan endokrin beserta bagian tubuh lainnya yang bersangkutan
untuk memberi respons terhadap rangsangan spesifik tersebut dalam bentuk aksi
oleh fisik maupun reaksi kimia di dalam tubuh yang dimainkan oleh hormon. Dari
sanalah kita dapat berasumsi bahwa aktivitas hormon mempengaruhi fisiologis
tubuh seseorang, kemudian menyebabkan perpanjangan efek psikologis kepada
seseorang. Maka efek psikologis ini berkaitan erat dengan emosi dan kepribadian
seseorang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk menemukan keterkaitan
masalah dari dua sudut pandang disiplin ilmu berbeda yang terjadi dalam suatu
peristiwa yang sama dan dalam waktu yang bersamaan. Dalam penelitian ini
landasan teori menjadi acuan fokus penelitian. Kemudian dalam proses penelitian

36
ini, survey lapangan diperlukan untuk menguji kajian teori yang ada dengan data
lapangan, sehingga peneliti memutuskan untuk menggunakan metode kualitatif
dengan format deskriptif, serta menggunakan teknik wawancara, angket dan studi
pustaka untuk memecahkan jawaban dari rumusan masalah.
Menurut Cresswell (1998 : 15), pendekatan kualitatif adalah suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki
suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti
membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.
Berikut ini adalah format angket penelitian yang digunakan di dalam
penelitian ini.

ANGKET PENELITIAN
PENGARUH PUASA SUNNAH TERHADAP PENGENDALIAN EMOSI
(AMARAH) SESEORANG

Nama :
Identitas : Santri / siswa/i SMA Daarul Quran Bandung
Mohon isi angket ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, terimakasih banyak
atas partisipasi anda dalam penelitian ini. 

1. Puasa Sunnah apa yang sedang/pernah anda jalankan?


a. Senin-Kamis b. Daud c. Ayyamul Bidh
d. lainnya (……………………….)
2. Berapa lama anda menjalankan puasa Sunnah tersebut?
a. kurang dari 1 bulan b. 1 – 3 bulan c. 4 – 6 bulan d. lebih dari 6 bulan
e. lebih dari 1 tahun
3. Bagaimana perasaan / kesan yang anda rasakan saat pertama kali
berpuasa?
Jawaban :
____________________________________________________________

37
____________________________________________________________
____________________________________________________________
4. Setelah sekian lama menjalani puasa sunnah, bagaimana perasaan anda
dengan puasa yang anda jalani?
Jawaban :
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
5. Apa motivasi / yang membuat anda mau menjalankan puasa Sunnah
tersebut?
Jawaban :
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
6. Sebelum anda menjalankan puasa sunnah, apakah anda memiliki kesulitan
dalam mengontrol emosi marah?
a. Ya b. Tidak
7. Jika jawaban nomor 6 “Ya”, dengan anda berpuasa, apakah anda merasa
terbantu untuk lebih bisa mengontrol emosi anda?
a. Ya b. Tidak c. Biasa saja
Keterangan :
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
8. Jika jawaban nomor 6 “Tidak”, dengan anda berpuasa, apakah anda
merasa lebih tenang dan bahagia daripada sebelumnya?
a. Ya b. Tidak
Keterangan :
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________

38
9. Menurut anda, apa manfaat dari menjalankan ibadah puasa?
Jawaban :
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Sebagian besar dari proses penelitian dilaksanakan di Pesantren Tahfidz
Sekolah Daarul Quran Internasional Bandung, selebihnya penelitian dilaksanakan
di Rumah Sakit Islam Jakarta, Cempaka Putih, Jakarta Pusat dan di Pesantren
Tahfidz Daarul Quran Ketapang, Tangerang.

C. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, langkah-langkah yang dilakukan yaitu sebagai berikut.
a. Merumuskan masalah dan menentukan tujuan penelitian.
b. Berdiskusi dengan guru pembimbing penelitian.
c. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa angket dan menghubungi
narasumber ahli yang akan diwawancara.
d. Mempelajari konsep dasar dan mencari informasi tentang masalah-masalah
ilmiah atau kasus yang berkaitan dengan penelitian ini.
e. Mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber
ahli dengan guru pembimbing.
f. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber.

2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap wawancara dan survey. Pada tahap ini
disampaikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun kepada narasumber dan
survey melalui pengisian kuesioner oleh para narasumber yang menjadi sampel
penelitian.

39
3. Tahap Analisis
Pada tahap ini penulis melakukan pengolahan data secara keseluruhan
dengan menganalisis dari hasil wawancara dan data statistik dari kuesioner yang
telah diisi.

4. Penarikan Kesimpulan
Pada tahap ini, penulis menarik kesimpulan dari hasil analisis data
penelitian.

40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


Pada bagian ini, penulis mendeskripsikan data hasil wawancara dari
beberapa responden. Berikut pemaparan secara jelasnya.

1. Wawancara Kepada Ust. Khairurrazi, S.Pd.I. Al-Hafizh


Tabel 4.1
Pertanyaan Wawancara dengan Ustadz / Tokoh Agama
NO Pertanyaan
Di dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 183 Allah memerintahkan orang-
orang beriman untuk berpuasa dengan tujuan agar mereka dapat meraih
ketakwaan kepada Allah Swt., dan tidak mudah marah merupakan salah
1. satu ciri-ciri orang bertakwa.
Kemudian, bagaimana jika ada orang yang berpuasa namun ia tetap saja
mudah marah bahkan ketika sedang berpuasa sekalipun? Di manakah letak
kesalahan orang itu dalam menjalani puasanya?

2. Wawancara Kepada Dr. dr. H. Samino, Sp.S.


Tabel 4.2
Pertanyaan Wawancara dengan Dokter Spesialis Saraf
NO Pertanyaan
1. Ada atau tidak pengaruh puasa dengan pengendalian amarah seseorang?
Bagaimana perbedaan fisiologis otak saat puasa dan saat tidak puasa
2. sehingga dapat bermanfaat mengendalikan emosi (amarah) dan nafsu
seseorang?
Bagaimana bagi orang yang berpuasa namun tetap saja tidak ada yang
3.
berubah dari sifat pemarahnya?

41
3. Wawancara Kepada Bapak Ervan Abu Nangim, S.Psi.
Tabel 4.3
Pertanyaan Wawancara dengan Psikolog
NO Pertanyaan
1. Ada atau tidak pengaruh puasa dengan emosi seseorang?
Dalam rukun puasa ada niat, seberapa penting niat ini berperan agar puasa
2. seseorang itu berkualitas dan bisa berdampak baik bagi kesehatan maupun
emosi seseorang?
3. Adakah kaitan antara niat dan mindset?
Bagaimana perbedaan dampak puasa yang dilakukan orang yang berpuasa
4. karena terpaksa dengan orang yang berpuasa karena kesadaran atau
keinginan sendiri?

4. Hasil Wawancara
a. Ust. Khairurrazi, S.Pd.I., Al-Hafizh
Puasa merupakan suatu ibadah syar‟i yang sangat istimewa dan sangat
dicintai Allah Swt. Dan uniknya, puasa ini bukanlah syari‟at yang baru. Umat-
umat sebelum Nabi Muhammad hidup sudah melakukan ibadah puasa. Perintah
untuk berpuasa pun paling tegas Allah jelaskan di Alquran. Mengapa demikian?
Jika kita lihat di dalam Alquran, Allah memerintahkan salat, zakat dan haji
kebanyakan hanya dengan kalimat perintah saja atau dengan penjelasan singkat.
Kemudian mengenai tata cara pelaksanaannya banyak dijelaskan di dalam hadis-
hadis dan ilmu fiqih. Namun jika kita lihat perintah Allah mengenai puasa, puasa
adalah rukun iman yang paling panjang Allah jelaskan di dalam Alquran. Dari
mulai perintahnya, tujuannya, tata cara pelaksanaannya dan larangan-larangannya
Allah jelaskan langsung di dalam Alquran. Hal itu menunjukkan bahwa puasa ini
merupakan ibadah yang sangat istimewa. Allah pun berfirman dalam hadis qudsi
bahwa puasa yang dilaksanakan hamba-Nya adalah untuk-Nya, dan Dia lah yang
akan langsung memberi ganjaran atas puasa yang dilakukan hamba-Nya.
Tujuan puasa adalah untuk mengenali hakikat diri. Karena “man „arafa
nafsahu faqad „arafa rabbahu”, siapa yang mengenali dirinya, maka dia akan

42
mengenali Tuhannya. Ketika seseorang telah mengenali „oh, saya ini adalah
seorang makhluk dan saya memiliki Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Saya
hidup untuk mengabdikan diri kepada-Nya‟, maka orang itu akan selalu merasa
ada Sang Pencipta yang selalu mengawasi setiap perbuatannya. Baik yang dia
tampakkan dengan perbuatan maupun yang hanya sekedar terbesit di dalam hati.
Maka efeknya apa? Dia akan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi
segala larangan-Nya. Jadi, sebenarnya rasa khauf kepada Allah, kemudian tidak
mudah marah, tidak riya‟ dalam beribadah hanyalah efek samping dari ma‟rifatun
nafs (mengenali hakikat dirinya).
Kemudian, mengapa puasa ini merupakan ibadah yang luar biasa
istimewa? Jawabannya adalah karena ibadah puasa memiliki dua dimensi : hablun
minallah dan hablun minan nas; yaitu hubungan hamba kepada Allah dan
hubungan hamba kepada sesamanya. Jadi ketika sedang berpuasa, orang yang
memahami tujuan berpuasa akan senantiasa berbuat baik kepada Allah maupun
sesama manusia bahkan kepada sesama makhluk-Nya yang lain. Maka dari situ
lahirlah akhlak dalam berhubungan kepada Allah dan sesama manusia.
Muncullah toleransi dalam hubungan sosialnya walaupun kepada orang non-
muslim sekalipun seakan-akan tidak ada sekat, apalagi kepada sesama muslim
yang hanya berbeda madzhab, maka tidak ada masalah baginya. Orang yang
sudah mencapai takwa, ketika ia melihat orang lain melakukan kesalahan maka ia
tidak lagi akan bersikap menegurnya dengan kasar atau menilai bahwa orang itu
pantas untuk diolok-olok karena kesalahannya, melainkan ia akan berpikiran
bahwa orang itu adalah orang yang harus dia beri pemahaman maka dia akan
bersikap baik dalam memberinya pemahaman. Mengapa ini bisa terjadi? Karena
ia telah mengetahui dirinya dan Tuhannya, maka sifat rahman dan rahim Allah
juga ikut tertanam dalam dirinya.
Pada kasus orang yang berpuasa namun ia tetap saja bermaksiat, misalkan
mudah marah, berbohong dan sebagainya, maka sebenarnya bukan puasanya yang
salah, melainkan orangnya yang salah. Karena kualitas puasa yang dijalani itu
kembali lagi kepada pribadi masing-masing. Pasti ada hal yang tidak tepat pada
saat ia menjalani puasa. Puasa itu tidak dijalaninya dengan sungguh-sungguh

43
maka hasilnya pun alakadarnya saja. Maka terjadilah orang berpuasa tapi tetap
saja korupsi. Jadi kira-kira seperti itu penjelasannya.

b. Dr. dr. H. Samino, Sp.S.


Jelas ada pengaruh puasa dengan pengendalian amarah seseorang, bahkan
semua emosi negatif, dasarnya Al-Baqarah 183. Karena tujuan puasa itu untuk
mencapai takwa sebagaimana Allah jelaskan ciri-ciri orang bertakwa di QS. Ali
Imran 133-134. Jika puasa itu diniati dengan benar dan dilaksanakan dengan
benar pula, maka akan memberi bekas pada sistem mekanisme otak kita. Karena
otak berfungsi untuk proses belajar dan memiliki kemampuan belajar yang tak
terbatas. Dengan berpuasa kita disuruh berproses untuk mencapai kecerdasan
spiritual dan kecerdasan emosional (hawa nafsu).

Pada saat kita berniat untuk puasa, itu sudah merupakan proses pertama.
Niat direkam di sistem limbik, dan niat merupakan emosi karena ia merupakan
suatu keinginan, kemudian informasi niat ini diteruskan oleh Sistem Limbik ke
bagian korteks otak, tepatnya di Lobus Frontalis bagian pre-central, atau bagian
ini biasa disebut Pre-Frontal Cortex (PFC) untuk membentuk memori (ingatan)
bahwa tubuh akan berpuasa di hari itu.

Puasa itu berfungsi sebagai mekanisasi berlangsungnya proses. Bagaimana


puasa bisa mencegah orang dari marah? Misal ketika di tengah-tengah puasa
seseorang mengalami hal yang memancing amarahnya, emosi terlintas di otaknya,
tepatnya di bagian amigdala. Ketika amigdala merespon, dia memiliki 2 pilihan
keputusan : 1. Diteruskan ke PFC (dipertimbangkan scr spiritual), atau 2. Tidak
diteruskan ke PFC (Hijacked PFC; dalam hal ini sistem limbik kalah dari
besarnya energi emosi yang muncul), ketika PFC terbajak maka akan tejadi reflex
/ spontan akan melanggar puasa. Amigdala meneruskan informasi ke hipotalamus,
disekresilah hormon yang bersangkutan, kemudian otak menyuruh anggota tubuh
untuk melanggar batasan puasa (cth : marah, minum, makan, dsb). Tapi tidak
dikatakan berdosa, karena otak spiritual (PFC) belum memberi pertimbangan.
Kondisi ini disebut “lupa”.

44
Jika amigdala meneruskan informasi ke PFC, ia akan mempertimbangkan
secara intelektual dan spiritual apakah akan melanggar atau bersabar. Dikatakan
dosa ketika otak spiritual tersebut telah memberi pertimbangan : melakukan atau
tidak melakukan. “Oh kalau aku minum di siang hari ketika puasa itu berdosa lho,
dan puasaku sia-sia”, kira-kira begitulah kerja PFC. Emosi datang, baru pikiran
bermain (mempertimbangkan). Fungsi puasa dalam hal ini untuk menjadi
pengingat kita untuk tidak melakukan perbuatan dosa. Maka secara umum prinsip
puasa itu bermanfaat untuk melatih dan memperkuat ketakwaan seseorang (Ali
Imran 133-134 dan An-Nahl 128), karena puasa sebagai reminding system.
Disebut reminding system karena puasa dilakukan berulang-ulang, minimal yg
wajib setahun sekali di Ramadhan, dan ditambah bagi yang ingin melakukan
puasa sunnah. Reminding system tersebut merupakan proses yang membantu
seseorang meraih takwa, karena takwa tidak bisa diraih dengan doktrin atau hal
yang instan, namun takwa diraih dengan proses. Puasa adalah salah satu caranya
untuk memperkuat keimanan, membentuk akhlak, sehingga puasa dapat
membentuk karakter/kepribadian seseorang. Orang yang ahli puasa pasti pintar
mengendalikan marah, pasti dia pintar menjadi pemaaf. Seperti pada Ali Imran
133-134. Apabila seseorang secara sadar (PFC sudah berpikir) melanggar
puasanya maka dinyatakan berdosa. Dan apabila seseorang sering melanggar,
dengan kata lain sering bermain dengan energi negatif; seperti berpikiran negatif,
berperasaan negatif, maka itu akan memengaruhi kerja gen yang mengakibatkan
kerusakan pada gen serta sistem neuron.

Kemudian bagaimana orang yang berpuasa karena terpaksa? Atau bahkan


dia merasa lebih emosional karena rasa lapar saat berpuasa? Itu berarti dia masih
belum memahami niat dan tujuan dari puasa. Karena lapar dan haus merupakan
efek fisiologis yang sudah pasti terjadi ketika berpuasa. Namun jika puasa
dilakukan dengan nilai-nilai terpaksa seperti itu, berarti puasanya masih puasa
syareat, dia berpuasa karena aturan saja, maka dia tidak akan mendapat apapun
kecuali lapar dan haus, bahkan bisa lebih buruk dari itu. Karena justru yang
muncul pada dirinya adalah emosi negatif ketika berpuasa. Dan menurut Prof. Dr.

45
Kazuo Murakami dalam penelitiannya, „„anda akan rugi sendiri, karena itu akan
merusak dirimu, merusak neuronmu, karena kamu meng-off-kan DNA-mu.‟‟
Aktivitas DNA Cuma ada dua, on atau off. On berarti menggunakannya ke arah
(melakukan) kebaikan, sedangkan off berarti ke arah (melakukan) keburukan.

Orang yang suka marah, berpikiran negative, dan berperilaku buruk akan
berakibat buruk terhadap tubuhnya, yaitu meningkatkan radikal bebas di
tubuh, yang akan berakibat menurunkan imunitas / daya tahan tubuh; merubah
sifat-sifat sel normal menjadi kanker; mudah infeksi karena imunitasnya turun.
Maka dapat dikatakan jika seseorang suka bermaksiat / berbuat dosa atau dalam
bahasa ilmiahnya bermain dengan energy negative, akan berakibat merusak
dirinya sendiri.

c. Ervan Abu Nangim, S.Psi.


Jika dilihat dari psikologi evolusioner, saat makhluk hidup dalam kondisi
lapar, justru dia lebih mudah mengendalikan diri. Sebaliknya, saat kenyang ia
malah cenderung sulit menahan diri. Jadi memang puasa akan berpengaruh positif
pada emosi seseorang. Marah dan kesalnya orang yang lapar tidak akan
berdampak separah orang kenyang yang marah. Marahnya orang yang lapar
hanyalah dampak fisiologis tubuhnya yang lapar, itu wajar. Tetapi, orang yang
kenyang ketika ia marah, marahnya itu berasal dari keinginan (yang disengaja)
dan hawa nafsu. Jadi, orang yang berpuasa akan berlatih mengatasi kemarahan
sehingga marah yang keluar adalah marah yang alami dan mendasar, bukan marah
karena nafsu.
Lalu apa perbedaan marah yang alami dan mendasar dengan marah
berdasarkan keinginan dan hawa nafsu? Marah yang alami itu adalah marah yang
memang nyata sumber atau penyebabnya. Misal karena lapar, karena ada yang
menyakiti, atau karena ada orang yang mengambil milik kita. Sedangkan marah
yang disebabkan hawa nafsu itu lebih ke marah yang sumbernya tidak nyata atau
abstrak. Misal marah karena Persib kalah, padahal hal ini tidak ada kaitannya
dengan diri seseorang dan seharusnya tidak perlu marah, tapi ada aja orang yang
marah karena Persib kalah. Atau contoh lain, marah karena tidak ada yang

46
mengantar pergi, padahal masih bisa naik angkot saja. Begitulah kurang lebih
perbedaan marah yang alami (nyata dan berhubungan langsung penyebabnya) dan
marah karena nafsu (abstrak dan tidak berhubungan langsung penyebabnya).
Dari perbedaan tipe marah di atas, dapat dikaitkan dengan orang yang
moody, orang yang mudah berubah-ubah suasana hatinya sering cemas padahal
penyebabnya tidak jelas atau tidak nyata. Jika dia mau berpuasa, secara alami
akan terbantu untuk lebih sadar dengan apa yang sebenarnya membuat dia marah.
Dia akan bisa memisahkan mana yang benar-benar layak untuk ditanggapi dengan
marah dan mana yang tidak perlu ditanggapi dengan marah.
Kemudian, merupakan keunikan dari ajaran Islam untuk selalu
mengutamakan niat dalam setiap kegiatan ibadah dan segala aktivitas. Dalam ilmu
psikologi, niat disebut „intensi‟. Niat berperan dalam proses seseorang
menetapkan tujuan, sehingga niat membantu seseorang untuk fokus dalam
melakukan berbagai hal. Niat juga berfungsi sebagai pengingat dan penguat
motivasi. Bagaimana orang yang berpuasa tapi karena terpaksa? Orang yang
berpuasa tapi niatnya karena terpaksa akan merasa lebih berat menjalankan
puasanya, dan pastinya lebih berat untuk mengendalikan emosinya juga, sehingga
lebih lama untuk mendapatkan dampak positif berpuasa berupa pengendalian
emosi. Analoginya seperti dua orang yang bangun tidur. Yang satu dibangunin
dan yang satunya bangun sendiri. Sama-sama bangun tidur tapi yang satu lebih
cepat segar dan yang satu lagi lebih lambat.

5. Hasil Pengisian Angket


Berikut data hasil penelitian yang penulis lakukan di lapangan. Hasil data
penelitian ini didapatkan berdasarkan pengisian angket pada responden.

Tabel 4.4
Hasil Pengisian Angket Siswa
NAMA SISWA/I
PERTANYAAN
Ahmad Fairuz Dzikri Nugroho Priyotomo
Puasa sunnah apa yang Senin-Kamis & Daud Senin-Kamis & Daud

47
sedang / pernah anda
jalankan?
Berapa lama anda Lebih dari 6 bulan 1-3 bulan
menjalankan puasa
Sunnah tersebut?
Bagaimana perasaan / Menyedihkan, karena Dulu saat SD, sangat
kesan yang anda rasakan rasa laper yang gak susah.
saat pertama kali nahan, juga kondisi fisik
berpuasa? lemes.
Setelah menjalani puasa Enak dan enjoy dijalani Sangat-sangat mudah
Sunnah, bagaimana dengan sabar menahan dijalankan.
perasaan anda dengan lapar dan haus, serta
puasa yang anda jalani? menjaga biar tetep kuat.
Apa motivasi / yang Memperbanyak amal - Kurus
membuat anda mau kebaikan untuk persiapan - Lagi malas makan
menjalankan puasa kematian. - Beribadah.
Sunnah tersebut?
Sebelum anda
menjalankan puasa
Sunnah, apakah anda
Tidak Ya
memiliki kesulitan dalam
mengontrol emosi
marah?
Jika jawaban nomor 6
“Ya”, dengan anda
berpuasa, apakah anda Karena puasa mengontrol
-
merasa terbantu untuk nafsu.
lebih bisa mengontrol
emosi anda?
Jika jawaban nomor 6 Ya. -

48
“Tidak”, dengan anda Karena gak mikirin uang
berpuasa, apakah anda untuk makan, jadi lebih
merasa lebih tenang dan hemat.
bahagia daripada
sebelumnya?
Menurut anda, apa Banyak, selain baik bagi Agar kita bisa lebih bisa
manfaat dari menjalankan kesehatan tubuh, juga menghargai makanan.
ibadah puasa? hemat uang jajan, dan
yang paling penting
menahan nafsu syahwat.

NAMA SISWA/I
PERTANYAAN
Gagah Wicaksono Alsya Elry Aulia
Puasa sunnah apa yang Senin-Kamis. Senin-Kamis & Daud.
sedang / pernah anda
jalankan?
Berapa lama anda 1-3 bulan. Lebih dari 1 tahun.
menjalankan puasa
Sunnah tersebut?
Bagaimana perasaan / Keren, bisa juga ternyata Awalnya rasanya senang
kesan yang anda rasakan nahan makan. karena uang jajan gak
saat pertama kali cepat habis. Terus bisa
berpuasa? mengendalikan marah
karena kalau marah nanti
percuma puasa, dan
membuat kita lebih sabar.
Itu yang bikin senang.
Setelah menjalani puasa Gak tau. Biasa saja.
Sunnah, bagaimana
perasaan anda dengan

49
puasa yang anda jalani?
Apa motivasi / yang Tau fadhilahnya dari Ridho Allah Swt.
membuat anda mau hadis-hadis, dianjurkan
menjalankan puasa oleh ustadz-ustadz, dan
Sunnah tersebut? ngikutin temen-temen.
Sebelum anda
menjalankan puasa
Sunnah, apakah anda
Tidak Tidak
memiliki kesulitan dalam
mengontrol emosi
marah?
Jika jawaban nomor 6
“Ya”, dengan anda
berpuasa, apakah anda
Biasa saja -
merasa terbantu untuk
lebih bisa mengontrol
emosi anda?
Jika jawaban nomor 6
“Tidak”, dengan anda
Ya.
berpuasa, apakah anda
Biasa saja Pokoknya bahagia
merasa lebih tenang dan
(senang).
bahagia daripada
sebelumnya?
Menurut anda, apa Untuk melaksanakan Pokoknya lebih bisa
manfaat dari menjalankan rukun islam. Walaupun menghargai dan lebih
ibadah puasa? itu juga puasa Sunnah, sabar.
semua hal yang bersifat
ibadah itu gak ada
ruginya, pasti selalu
bermanfaat.

50
NAMA SISWA/I
PERTANYAAN
Natasya A. Putri Melati Sukma Halin
Puasa sunnah apa yang Senin-Kamis dan Daud. Senin-Kamis & Daud.
sedang / pernah anda
jalankan?
Berapa lama anda Kurang dari 1 bulan. Kurang dari 1 bulan.
menjalankan puasa
Sunnah tersebut?
Bagaimana perasaan / Senang. Rasanya kaya‟ lebih
kesan yang anda rasakan menantang, nahan nafsu
saat pertama kali amarah / emosi.
berpuasa?
Setelah menjalani puasa Biasa saja. Lama kelamaan terbiasa,
Sunnah, bagaimana jadi enjoy.
perasaan anda dengan
puasa yang anda jalani?
Apa motivasi / yang Agar banyak pahala. Untuk menjaga kesehatan
membuat anda mau atau organ tubuh.
menjalankan puasa
Sunnah tersebut?
Sebelum anda
menjalankan puasa
Sunnah, apakah anda
Ya Ya
memiliki kesulitan dalam
mengontrol emosi
marah?
Jika jawaban nomor 6 Ya.
“Ya”, dengan anda Soalnya kalau marah,
Ya.
berpuasa, apakah anda inget pahala puasanya
merasa terbantu untuk berkurang.

51
lebih bisa mengontrol
emosi anda?
Jika jawaban nomor 6
“Tidak”, dengan anda
berpuasa, apakah anda
- -
merasa lebih tenang dan
bahagia daripada
sebelumnya?
Menurut anda, apa Kurus, waktunya banyak Untuk menjaga kesehatan
manfaat dari menjalankan dipakai untuk kebaikan. sekaligus beribadah.
ibadah puasa?

NAMA SISWA/I
PERTANYAAN
Feri Rizkiardi M. Alki Wangsadibrata
Puasa sunnah apa yang Senin-Kamis Senin-Kamis, Arafah dan
sedang / pernah anda Syawal
jalankan?
Berapa lama anda Lebih dari 1 tahun. Lebih dari 6 bulan
menjalankan puasa
Sunnah tersebut?
Bagaimana perasaan / Lupa, soalnya udah 6 Lapar, lemas, haus,
kesan yang anda rasakan tahun lalu. ngantuk.
saat pertama kali
berpuasa?
Setelah menjalani puasa Semakin lama semakin Biasa saja, karena sudah
Sunnah, bagaimana susah saya berpuasa terbiasa.
perasaan anda dengan sunnah.
puasa yang anda jalani?
Apa motivasi / yang Karena peraturan yang Selain bisa menutupi
membuat anda mau bersifat memaksa. amal yang kurang, juga

52
menjalankan puasa bisa untuk program diet
Sunnah tersebut? dan mengecilkan perut
karena saya pengen
kurus.
Sebelum anda
menjalankan puasa
Sunnah, apakah anda
Ya Tidak
memiliki kesulitan dalam
mengontrol emosi
marah?
Jika jawaban nomor 6 Tidak.
“Ya”, dengan anda Mungkin karena niat
berpuasa, apakah anda awal puasanya adalah
-
merasa terbantu untuk karena peraturan, jadi
lebih bisa mengontrol tidak membantu
emosi anda? mengontrol emosi.
Jika jawaban nomor 6 Ya.
“Tidak”, dengan anda Walaupun terkadang
berpuasa, apakah anda biasa saja, namun puasa
-
merasa lebih tenang dan sunnah membantu saya
bahagia daripada untuk bersikap tenang
sebelumnya? dan mengendalikan diri.
Menurut anda, apa Anda terbebas dari Belajar menahan diri,
manfaat dari menjalankan hukuman Ust.Fauzi. bisa mengontrol diri,
ibadah puasa? (negatif) lebih tenang, terbiasa
dengan manfaat puasa
lainnya. Dan masih
banyak lagi tentunya.

PERTANYAAN NAMA SISWA/I

53
Nasep Darul Hikmah Putri Amalia N. A.
Puasa sunnah apa yang Senin-Kamis. Senin-Kamis.
sedang / pernah anda
jalankan?
Berapa lama anda Lebih dari 1 tahun. Lebih dari 1 tahun.
menjalankan puasa
Sunnah tersebut?
Bagaimana perasaan / Biasa saja. Lebih bisa menahan
kesan yang anda rasakan emosi dan lebih sabar
saat pertama kali menghadapi masalah.
berpuasa?
Setelah menjalani puasa Biasa saja. Dapat menahan emosi,
Sunnah, bagaimana gak gampang marah.
perasaan anda dengan
puasa yang anda jalani?
Apa motivasi / yang Karena aturan semata. Untuk meng-qodho‟
membuat anda mau puasa ramadhan,
menjalankan puasa menambah pahala dan
Sunnah tersebut? agar sehat dengan
berpuasa.
Sebelum anda
menjalankan puasa
Sunnah, apakah anda
Tidak Ya
memiliki kesulitan dalam
mengontrol emosi
marah?
Jika jawaban nomor 6 Ya.
“Ya”, dengan anda Dengan berpuasa, saya
Biasa saja
berpuasa, apakah anda jadi tidak mudah
merasa terbantu untuk tersinggung, gak

54
lebih bisa mengontrol gampang nangis. Dulu
emosi anda? kalau tersinggung suka
lama. Kalo lagi puasa
agak berkurang dan
jarang.
Jika jawaban nomor 6
“Tidak”, dengan anda
Tidak.
berpuasa, apakah anda
Malah merasa malas -
merasa lebih tenang dan
untuk beraktivitas.
bahagia daripada
sebelumnya?
Menurut anda, apa Mendapat pahala & Bagi beberapa orang bisa
manfaat dari menjalankan menghemat uang jajan. untuk diet. Selain itu,
ibadah puasa? puasa menambah pahala
kalau niatnya ikhlas
karena Allah. Untuk
mengganti puasa
ramadhan bagi
perempuan. Serta agar
tubuh sehat dengan
berpuasa.

NAMA SISWA/I
PERTANYAAN
Vania Annisa M. F. Wijdani Hafy
Puasa sunnah apa yang Senin-Kamis. Daud
sedang / pernah anda
jalankan?
Berapa lama anda Lebih dari 6 bulan. 1-3 bulan.
menjalankan puasa
Sunnah tersebut?

55
Bagaimana perasaan / Lemas, haus, lapar, tidak Lupa, karena pertama
kesan yang anda rasakan bersemangat melakukan kali puasa pas kelas 1
saat pertama kali sesuatu, maunya diem SD.
berpuasa? dan tidur aja di kamar.
(negatif)
Setelah menjalani puasa Alhamdulillah ringan- Jadi terbiasa.
Sunnah, bagaimana ringan saja. Tidak
perasaan anda dengan tergoda dengan teman-
puasa yang anda jalani? teman yang makan /
minum di hadapan mata.
Apa motivasi / yang Selain suatu kewajiban Dorongan teman-teman.
membuat anda mau yang harus dilaksanakan
menjalankan puasa di pesantren, menambah
Sunnah tersebut? amal baik kita, pahala
dan menjaga kesehatan.
Sebelum anda
menjalankan puasa
Sunnah, apakah anda
Ya Ya
memiliki kesulitan dalam
mengontrol emosi
marah?
Jika jawaban nomor 6
“Ya”, dengan anda Ya.
berpuasa, apakah anda Karena bisa lebih Tidak.
merasa terbantu untuk bersabar dan menahan Sama saja.
lebih bisa mengontrol kekesalan yang muncul.
emosi anda?
Jika jawaban nomor 6
“Tidak”, dengan anda - -
berpuasa, apakah anda

56
merasa lebih tenang dan
bahagia daripada
sebelumnya?
Menurut anda, apa Lebih sehat secara lahir- Ngontrol hati, jadi mikir-
manfaat dari menjalankan batin, ringan, mendetoks mikir kalo mau ngapa-
ibadah puasa? racun juga, makan pun ngapain.
lebih teratur, terjaga dan
nabung pahala.

NAMA SISWA/I
PERTANYAAN
Rossy Saili F. Maula Nurul I.
Puasa sunnah apa yang Senin-Kamis. Senin-Kamis.
sedang / pernah anda
jalankan?
Berapa lama anda Lebih dari 6 bulan. Lebih dari 1 tahun.
menjalankan puasa
Sunnah tersebut?
Bagaimana perasaan / Capek, haus, lapar, Pertama kali berpuasa
kesan yang anda rasakan bahkan sampai sakit. sunnah terasa aneh dan
saat pertama kali sulit. Karena terbiasanya
berpuasa? puasa di bulan
Ramadhan.
Setelah menjalani puasa Tidak terasa beban. Menjalankan puasa
Sunnah, bagaimana sunnah menjadi lebih
perasaan anda dengan mudah karena
puasa yang anda jalani? dibiasakan. Semoga
nantinya menjadi
kebiasaan.
Apa motivasi / yang Agar mendapat pahala. Motto sekolah,
membuat anda mau “Menjalankan yang

57
menjalankan puasa wajib, dan menghidupkan
Sunnah tersebut? yang sunnah”.
Sebelum anda
menjalankan puasa
Sunnah, apakah anda
Tidak Tidak
memiliki kesulitan dalam
mengontrol emosi
marah?
Jika jawaban nomor 6
“Ya”, dengan anda
berpuasa, apakah anda
- -
merasa terbantu untuk
lebih bisa mengontrol
emosi anda?
Jika jawaban nomor 6
Biasa saja.
“Tidak”, dengan anda
Karena bahagia atau
berpuasa, apakah anda
tenang menurut saya, Biasa saja.
merasa lebih tenang dan
tidak dipengaruhi oleh
bahagia daripada
puasa.
sebelumnya?
Menurut anda, apa Lebih sabar dan hemat Menahan hawa nafsu,
manfaat dari menjalankan uang. menumbuhkan rasa
ibadah puasa? syukur.

NAMA SISWA/I
PERTANYAAN
Rafi Evan F.
Puasa sunnah apa yang Senin-Kamis.
sedang / pernah anda
jalankan?

58
Berapa lama anda Lebih dari 1 tahun.
menjalankan puasa
Sunnah tersebut?
Bagaimana perasaan / Kaget, perlu adaptasi.
kesan yang anda rasakan
saat pertama kali
berpuasa?
Setelah menjalani puasa Amat sangat biasa saja.
Sunnah, bagaimana
perasaan anda dengan
puasa yang anda jalani?
Apa motivasi / yang Karena aturan yang ada.
membuat anda mau
menjalankan puasa
Sunnah tersebut?
Sebelum anda
menjalankan puasa
Sunnah, apakah anda
Tidak
memiliki kesulitan dalam
mengontrol emosi
marah?
Jika jawaban nomor 6
“Ya”, dengan anda
berpuasa, apakah anda
-
merasa terbantu untuk
lebih bisa mengontrol
emosi anda?
Jika jawaban nomor 6
Tidak.
“Tidak”, dengan anda
Tidak terlalu membuat tenang, justru membuat
berpuasa, apakah anda perasaan saya biasa saja (tidak berpengaruh).

59
merasa lebih tenang dan
bahagia daripada
sebelumnya?
Menurut anda, apa Tentu mendapat ridho Allah, serta bisa untuk diet
manfaat dari menjalankan (bagi yang melaksanakan).
ibadah puasa?

B. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan di lapangan, berikut
pembahasan dari hasil penelitian.

1. Mekanisme Kerja Otak Meregulasi Amarah


Amarah merupakan salah satu bentuk emosi. Emosi adalah salah satu hasil
belajar yang disimpan dan diproses di sistem limbik otak. Ketika kita menemui
suatu keadaan yang memicu amarah kita muncul, misal ketika kita kehilangan jam
tangan yang kita letakkan di atas meja kelas. Setelah bersusah payah mencari ke
berbagai tempat, kita mendapati ternyata seorang teman kita memakai jam tangan
itu tanpa izin. Jelas saja kita marah. Apabila marah tersebut dideskripsikan, pada
saat itu kita merasa sangat ingin melakukan sesuatu yang buruk untuk
melampiaskan kekesalan yang kita rasakan; jantung berdenyut kencang, napas
terasa sesak, keringat bercucuran, otot terasa tegang, dan lain sebagainya.
Dari contoh peristiwa di atas, berikut penulis paparkan penjelasan
mekanisme otak dalam meregulasi amarah.

a. Koordinasi Sistem Limbik dan Korteks Prefrontalis


Pada saat kita melihat sesuatu yang tidak mengenakkan, misal seperti
peristiwa di atas, kita melihat jam tangan kita dipakai teman kita, informasi
sensoris dikirimkan dari mata menuju otak. Otak menerjemahkan dengan sangat
cepat bahwa kejadian tersebut merupakan kejadian yang tidak mengenakkan,
sehingga muncullah emosi. Emosi memasuki bagian otak di sistem limbik yang
berbentuk seperti dua kacang almond bernama amygdala. Amygdala berfungsi

60
seperti filter informasi emosional, yang bertugas memutuskan apakah informasi
tersebut akan dikirimkan ke Korteks Prefrontalis atau tidak. Amygdala
mengidentifikasi ancaman-ancaman dan berbagai bentuk kejadian emosional,
serta mengirimkan informasi ancaman atau kejadian emosional tersebut ketika
sudah teridentifikasi.
Amygdala sangat efisien dalam memperingatkan adanya ancaman ini.
Sehingga, menyebabkan seseorang mengambil tindakan sebelum ancaman itu
sampai ke Korteks Prefrontalis (bagian otak yang bertanggung jawab untuk
berpikir dan menimbang), tanpa mampu mengecek kelayakan reaksi yang terjadi.
Dengan kata lain, otak kita punya semacam sistem kebijakan yang dapat
melaksanakan tindakan sebelum konsekuensinya dipertimbangkan secara logis
(refleks).
Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa Amygdala memiliki
dua pilihan keputusan, yaitu :
1) Amygdala mengirimkan informasi ke Korteks Prefrontalis.
Kondisi ini terjadi ketika energi emosi yang masuk di sistem limbik tidak
terlalu besar dan masih bisa ditunda responnya. Atau dengan kata lain,
ancaman yang diterjemahkan tidak terlalu mendesak.
2) Amygdala tidak mengirimkan informasi ke Korteks Prefrontalis.
Kondisi ini terjadi ketika energi emosi atau ancaman yang masuk di sistem
limbik dalam jumlah besar sehingga energi tersebut kuat mendesak tubuh
untuk segera merespon. Kondisi ini biasa disebut Hijacked Prefrontal
Cortex. Dalam kondisi ini, Amigdala mengirimkan informasinya ke
hipotalamus agar hipotalamus mengirimkan perintah untuk kelenjar
adrenal menyekresikan hormon adrenalin dan noradrenalin (hormon yang
memicu marah, takut, stress, tertekan, cemas, dan sebagainya)

Ketika seseorang marah, otot-otot tubuh menegang. Di dalam otak,


terdapat bahan kimia yang berfungsi sebagai neutrontransmitter yang bernama
catecholamine dilepaskan, menyebabkan ledakan energi negatif yang bertahan
selama beberapa menit. Pada saat yang bersamaan, detak jantung meningkat,

61
tekanan darah naik, dan demikian juga laju pernapasan. Wajah biasanya kemerah-
merahan seiring dengan peningkatan aliran darah menuju anggota badan, sebagai
persiapan aksi fisik. Ketika ledakan energi ini terjadi, biasanya seseorang
melakukan sesuatu untuk melampiaskan marahnya. Dalam rangkaian yang cepat,
tambahan hormon dan neutrontransmitter otak, adrenalin dan noradrenalin
dilepaskan, yang akan memicu suatu kondisi rangsangan yang lebih lama. Energi
negatif inilah yang disebut sebagai hawa nafsu dalam Islam.
Pada umumnya, amarah akan reda sebelum seseorang menjadi tak
terkendali. Korteks Prefrontalis yang menahan emosi sesuai proporsi rangsangan
marah tersebut. Amigdala yang memulai emosi, maka Korteks Prefrontalis lah
yang menjadi pereda emosi tersebut melalui pertimbangan nilai-nilai atau norma-
norma.
Adrenalin adalah hormon yang memicu munculnya efek-efek fisiologis
yang terjadi selama marah, efeknya bertahan dalam waktu yang lama (berjam-
jam, terkadang berhari-hari) dan selama efek tersebut berlangsung, ia
merendahkan titik batas kesabaran seseorang sehingga membuat seseorang
menjadi lebih mudah marah lagi. Biasanya, tubuh membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk kembali dalam kondisi tenang seperti semula. Selama fase penenangan
ini, seseorang masih sensitif secara emosional sehingga masih mudah muncul
amarahnya.

2. Peran Puasa dalam Menekan Amarah


Pembahasan di atas menjelaskan tentang regulasi munculnya amarah
seseorang pada umumnya. Berikut akan penulis bahas bagaimana kondisi puasa
dapat menekan atau mencegah amarah seseorang.
Dalam ajaran Islam, semua ibadah syar‟i memiliki tata cara
pelaksanaannya masing-masing atau yang biasa disebut rukun. Begitu juga ibadah
puasa. Rukun puasa yang pertama adalah niat. Dari perspektif fiqih, definisi niat
adalah “menyegaja atau memaksudkan diri untuk melakukan sesuatu disertai
dengan perbuatannya”. Dalam perspektif neuroscience, niat merupakan salah satu
emosi karena ia termasuk dalam kategori „keinginan‟. Ketika seseorang berniat

62
untuk berpuasa, sistem limbik memproses dan merekam niat tersebut dalam
bentuk emosi. Kemudian informasi keinginan untuk berpuasa tersebut dikirimkan
ke Korteks Prefrontalis. Korteks Prefrontalis menerima informasi tersebut,
kemudian ia akan memberi keputusan dan membentuk persepsi untuk tubuh agar
dalam kondisi siap untuk berpuasa. Proses pembentukan persepsi ini merupakan
rangkaian dari proses memorisasi atau pembentukan ingatan di otak korteks.
Kemudian pada saat berpuasa, jika seseorang mengalami hal yang tidak
mengenakkan baginya dan memicunya untuk marah, bagaimana puasa akan
menahan amarahnya?
Di awal proses terbentuknya emosi marah, sama seperti proses pada
umumnya, yaitu emosi diidentifikasi di amigdala. Telah dijelaskan sebelumnya
bahwa amigdala memiliki dua pilihan keputusan, yaitu mengirimkan informasi
emosi ke Korteks Prefrontalis, atau meloloskannya saja langsung ke Hipotalamus.
Kondisi berpuasa lebih memungkinkan Amigdala untuk mengirimkan
informasinya ke Korteks Prefrontalis untuk dipertimbangkan sebelum melakukan
respon fisik. Hal ini dikarenakan Sistem Limbik dan Korteks Prefrontalis telah
bekerjasama membentuk persepsi bagi tubuh agar siap untuk berpuasa pada saat
berniat sehingga memori (ingatan) bahwa tubuh sedang berpuasa lebih mudah
terakses oleh amigdala pada saat menerima rangsangan emosi. Ketika otak
mengingat bahwa tubuh sedang berpuasa, sudah menjadi satu kesatuan bahwa
otak akan mengakses ingatan lain yang berkaitan erat dengan puasa. Dengan kata
lain, ketika otak telah membentuk persepsi untuk berpuasa, maka ia akan sadar
dengan konsekuensi-konsekuensinya. Misal, ia akan sadar dengan aturan-aturan
dan larangan-larangan dalam puasa, sunnah-sunnah puasa dan sebagainya. Hal ini
memperkuat pertimbangan-pertimbangan Korteks Prefrontalis untuk tidak
meloloskan amarah sehingga amigdala tidak akan meneruskan informasinya ke
hipotalamus, dan karenanya hipotalamus tidak akan memerintahkan kelenjar
kelenjar adrenal yang letaknya menempel di atas ginjal untuk menyekresi hormon
adrenalin dan noradenalin (hormon marah) sehingga energi emosi di amigdala
lebih cepat mereda tanpa adanya respon marah secara fisik.

63
Puasa adalah ibadah yang dilakukan berulang-ulang, minimal puasa wajib
satu tahun sekali selama satu bulan (Puasa Ramadhan). Begitu juga dengan puasa
sunnah. Misalkan Puasa Daud yang dilaksanakan berselang-seling satu hari. Hari
ini puasa, besoknya tidak, lalu besoknya lagi berpuasa, besoknya lagi tidak,
seperti itu hingga seterusnya. Puasa merupakan suatu sistem ibadah yang diulang-
ulang dengan tujuan memperbarui dan memperkuat ingatan yang dihasilkan dari
proses belajar (memorisasi), maka dalam kajian ilmu Neuroscience, puasa disebut
sebagai salah satu Reminding System yang Tuhan (Allah) ciptakan untuk manusia
agar dia semakin ingat dengan-Nya, sehingga dia semakin ingat dengan hikmah
yang ia dapatkan dari berpuasa dan menjadikan ia semakin ingat bagaimana
caranya ia mendapatkan takwa itu. Karena takwa diraih dengan proses, terutama
dengan puasa yang memiliki tujuan utama agar seseorang dapat bertakwa kepada
Allah seperti yang telah dijelaskan di atas..
Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa puasa berperan dalam
proses pembelajaran spiritual dan sosial (hablun minallah dan hablun minan nas)
bagi orang yang menjalankannya sehingga ia bisa menjadi lebih sabar dan bisa
lebih menahan diri dari hawa nafsunya. Manusia memang mengalami proses
pembelajaran di setiap waktu, namun peran puasa di sini adalah sebagai fasilitator
proses pembelajaran tersebut, atau dapat dikatakan, puasa berperan dalam
mekanisasi (penggerak) proses pembelajaran tersebut. Hal ini berkaitan erat
dengan tujuan adanya puasa sebagaimana yang Allah firmankan dalam Alquran
surah Al-Baqarah : 183, yaitu agar kita dapat meraih derajat ketakwaan. Takwa
tidak dapat diraih secara instan melalui doktrinisasi, melainkan dibutuhkan proses
pembelajaran untuk meraih derajat ketakwaan. Maka di sanalah puasa berperan
sebagai penggerak percepatan proses tersebut.
Hal ini diperkuat dengan adanya kajian ilmu Psikologi Evolusioner yang
menjelaskan bahwa saat makhluk hidup dalam kondisi lapar, justru dia lebih
mudah mengendalikan diri. Sebaliknya, saat kenyang ia malah cenderung sulit
menahan diri. Dari hasil wawancara telah dijelaskan bahwa puasa membantu
seseorang mengendalikan hawa nafsunya. Hawa nafsu akan membawa seseorang
menjadi cenderung tak dapat mengontrol emosinya atau dengan kata lain dirinya

64
lah yang akan dikendalikan hawa nafsu atau emosinya sendiri. Contoh nyata dari
pernyataan tersebut adalah seperti orang yang mudah gelisah meski tak ada alasan
yang jelas mengapa ia gelisah, fenomena ini sering disebut dengan bad mood,
moody atau yang lain sebagainya. Orang yang bermalas-malasan juga termasuk
dalam kategori orang yang dikendalikan oleh hawa nafsunya. Maka di sini lah
puasa berperan untuk mengembalikan seseorang agar tidak dikendalikan oleh
keinginan-keinginannya (hawa nafsu), melainkan dirinya lah yang
mengendalikan hawa nafsu atau energi emosi negatifnya.

3. Studi Kasus Puasa Sunnah di SMA Daarul Quran Bandung


Untuk menguji teori dan konsep yang telah penulis dapatkan dari
wawancara dan studi literatur, penulis mencoba melakukan studi kasus dengan
memberi angket kepada 15 siswa/i (sekitar 30% dari jumlah siswa/i SMA Daarul
Quran Bandung) yang melaksanakan puasa sunnah sebagai sampel studi kasus.
Dari studi kasus tersebut, didapatkan data hasil survei sebagai berikut.

Data Berdasarkan Puasa Sunnah yang Dilaksanakan


a. 14 orang atau 93,3% dari siswa/i tersebut melaksanakan puasa senin-kamis
b. 6 orang atau 40% dari siswa/i tersebut melaksanakan puasa daud
c. 1 orang atau 6,7% dari siswa/i tersebut melaksanakan puasa ayyamul bidh
d. 1 orang atau 6,7% dari siswa/i tersebut melaksanakan puasa arafah
e. 1 orang atau 6,7% dari siswa/i tersebut melaksanakan puasa syawal, dan
f. 6 orang atau 40% dari siswa/i tersebut melaksanakan lebih dari satu puasa
sunnah yang disebutkan di atas.

Data Berdasarkan Lama Waktu Menjalankan Puasa


a. 2 orang atau 13,3% dari siswa/i tersebut melaksanakannya kurang dari 1
bulan
b. 3 orang atau 20% dari siswa/i tersebut melaksanakannya 1-3 bulan.
c. 4 orang atau 26,7% dari siswa/i tersebut melaksanakannya lebih dari 6
bulan.

65
d. 6 orang atau 40% dari siswa/i tersebut melaksanakannya lebih dari 1
tahun.

Data Analisa Korelasi Perkembangan Persepsi, Pemahaman dan Pengaruh


Puasa Terhadap Perkembangan Emosi
Berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan pada angket nomor 3
hingga 9 menunjukkan tiga aspek penilaian, yaitu :
a. Nomor 3 dan 4 menunjukkan penilaian terhadap perkembangan kesan
positif atau keterbiasaan yang dirasakan responden sejak saat pertama
menjalani atau mendawamkan puasa hingga terakhir kali responden
menjalani puasa. Terdapat tiga nilai pada aspek ini : meningkat (apabila
responden semakin terbiasa atau bisa menikmati puasanya), konstan
(apabila responden tidak mengalami perubahan kesan dengan puasa) dan
menurun (apabila responden mengalami penurunan kesan positif atau
semakin tidak terbiasa dengan puasa yang dijalaninya).
b. Nomor 5 dan 9 menunjukkan penilaian terhadap pemahaman dari tujuan
dan manfaat puasa serta aplikasinya untuk dijadikan motivasi menjalankan
ibadah puasa. Terdapat tiga nilai pada aspek ini : Mengerti (apabila
responden mengetahui apa tujuan dan manfaat puasa serta dapat
diaplikasikan menjadi motivasi menjalankan puasa), Pertengahan
(apabila responden mengetahui manfaat puasa dan belum memahami
tujuan utama berpuasa namun sudah bisa dijadikan motivasi berpuasa atau
apabila responden memahami tujuan berpuasa namun belum bisa dijadikan
motivasi untuk berpuasa), dan Tidak Mengerti (apabila responden hanya
memahami manfaat dari puasa dan belum memahami tujuan utamanya,
atau apabila responden terpaksa dalam berpuasa)
c. Nomor 6 sampai 8 menunjukkan penilaian terhadap berpengaruh atau
tidaknya puasa yang dijalani terhadap pengendalian emosi responden.
Terdapat dua nilai pada aspek ini : berpengaruh (apabila responden
merasakan dampak positif puasa terhadap pengendalian emosinya) dan

66
tidak berpengaruh (apabila responden tidak merasakan dampak positif
puasa terhadap pengendalian emosinya).

Dari aspek-aspek penilaian di atas, didapatkan hasil analisis data yang


akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Mengerti, berpengaruh, meningkat : 4 orang atau 26,7%.
b. Mengerti, berpengaruh, konstan : 2 orang atau 13,3%.
c. Mengerti, tidak berpengaruh, meningkat : 1 orang atau 6,7%.
d. Mengerti, tidak berpengaruh, menurun : 1 orang atau 6,7%.
e. Pertengahan, berpengaruh, meningkat : 1 orang atau 6,7%.
f. Pertengahan, berpengaruh, konstan : 1 orang atau 6,7%.
g. Pertengahan, tidak berpengaruh, meningkat : 3 orang atau 20%.
h. Tidak mengerti, berpengaruh, konstan : 1 orang atau 6,7%.
i. Tidak mengerti, tidak berpengaruh, menurun : 1 orang atau 6,7%.

Berdasarkan data-data di atas dapat diketahui bahwa 53,3% atau 8 responden


merasakan pengaruh positif puasa terhadap pengendalian emosi mereka dan
46,7% atau 7 orang lainnya tidak merasakan pengaruh tersebut. Persentase nilai
terbesar adalah „mengerti, berpengaruh dan meningkat‟ dengan perolehan angka
sebesar 26,7%. Hal ini menjelaskan bahwa 4 orang dari responden tersebut
semakin terbiasa berpuasa, lalu mereka sudah memahami tujuan dan manfaat
berpuasa serta sudah dapat menjadikannya sebagai motivasi untuk
menjalankannya, dan mereka mendapatkan pengaruh positif puasa terhadap
pengendalian emosi mereka. Kemudian persentase terbesar kedua yaitu nilai
„pertengahan, tidak berpengaruh, meningkat‟ dengan perolehan angka sebesar
20%. Hal ini menunjukkan bahwa 3 orang dari responden semakin terbiasa
dengan berpuasa, lalu mereka mengetahui tujuan dan manfaat dari puasa, akan
tetapi belum dapat menjadikannya sebagai motivasi untuk menjalankannya, dan
mereka tidak mendapat pengaruh positif puasa terhadap pengendalian emosi
mereka. Kemudian, persentase terbesar ketiga yaitu nilai ‟mengerti, berpengaruh,
konstan‟ dengan perolehan 13,3%. Hal ini menunjukkan bahwa 2 orang dari

67
responden tidak mengalami perkembangan kesan positif terhadap puasa dan
cenderung konstan, namun mereka telah memahami tujuan dan manfaat dari
berpuasa, dan mereka mendapatkan pengaruh positif puasa terhadap pengendalian
emosi mereka. Kemudian persentase terakhir adalah 6 orang responden dengan
nilai yang bervariasi (berbeda-beda), masing-masing memperoleh angka sekitar
6,7%. Dari 6 responden tersebut, 2 diantaranya merasakan pengaruh positif puasa
terhadap pengendalian emosi, sedangkan 4 sisanya tidak merasakan pengaruh
tersebut. Dua orang yang merasakan pengaruh tersebut sama-sama memiliki nilai
pertengahan, yaitu mengetahui manfaat puasa namun belum memahami tujuan
puasa. Walaupun begitu, mereka sudah bisa menjadikannya sebagai motivasi
berpuasa. Kemudian satu dari dua responden tersebut mengalami peningkatan
kesan positif terhadap puasa dan yang satu lagi konstan. Sedangkan empat orang
yang tidak merasakan pengaruh positif puasa terhadap pengendalian emosi, dua
diantaranya sudah mengerti tujuan dan manfaat puasa serta sudah dapat
menjadikannya motivasi berpuasa, dan dari dua orang itu, satu mengalami
penurunan kesan positif terhadap puasa dan yang satunya mengalami peningkatan.
Kemudian dua orang lainnya dari empat responden yang tidak merasakan
pengaruh puasa tersebut belum memahami tujuan dan manfaat puasa, lalu satu
dari dua orang tersebut mengalami penurunan kesan positif terhadap puasa dan
yang satu lagi konstan.
Mari kita bahas tentang 8 orang responden yang merasakan pengaruh
positif puasa terhadap pengendalian emosinya. Kita dapat menyimpulkan bahwa
responden yang merasakan pengaruh puasa pasti mengalami peningkatan kesan
positif terhadap puasa atau minimal konstan, karena dari 8 orang tersebut, 5 di
antaranya merasa semakin terbiasa dan 3 yang lainnya konstan. Jika dilihat dari
angket, nilai konstan ini pun bernilai positif atau dengan kata lain responden
memang sudah mulai menikmati atau terbiasa menjalankan puasa. Maka kita
simpulkan bahwa, “orang yang merasakan pengaruh positif puasa tidak merasa
semakin sulit atau berat menjalankan puasa”. Kemudian dari aspek pemahaman,
responden yang merasakan pengaruh puasa tersebut ada yang termasuk dalam
kategori mengerti sebanyak 6 dari 8 orang, dan kategori pertengahan sebanyak 2

68
dari 8 orang. Maka bisa kita simpulkan bahwa, “aspek pemahaman terhadap
tujuan utama dan manfaat berpuasa berpengaruh bagi seseorang agar bisa
mendapatkan manfaat puasa dalam mengendalikan emosinya, minimal orang itu
mengetahui manfaat dari puasa walaupun belum memahami tujuan utamanya”.
Selanjutnya, mari kita bahas tentang 7 responden yang tidak merasakan
pengaruh puasa dalam mengendalikan emosinya. Kita dapat menyimpulkan
bahwa, dari penilaian terhadap aspek perkembangan kesan positif atau
keterbiasaan responden menjalankan puasa, data menunjukkan bahwa hanya 2
dari 7 responden saja mengalami penurunan alias semakin merasa berat atau sulit
menjalankan puasa, sedangkan 4 responden yang lain justru merasa semakin enjoy
menjalankan puasa dan 1 responden sisanya konstan, akan tetapi nilai konstannya
bernilai negatif karena tak ada kesan positif yang muncul. Maka dapat kita
simpulkan bahwa, “semakin terbiasanya seseorang menjalankan puasa, tidak
menjadi faktor penentu puasanya berpengaruh dalam mengendalikan emosi”.
Jika kesimpulan ini kita bandingkan dengan aspek keterbiasaan responden yang
merasakan pengaruh puasa di atas, justru seakan-akan bertolak belakang namun
sebenarnya saling berkaitan. Maka jika kita gabungkan kedua kesimpulan
tersebut, kita akan mendapatkan kesimpulan utama : “orang yang tidak merasa
semakin berat dalam menjalankan puasa akan merasakan pengaruh puasa
dalam mengendalikan emosi, namun sudah atau semakin terbiasanya
seseorang menjalankan puasa tidak menjadi faktor penentu seseorang
mendapatkan manfaat puasa dalam mengendalikan emosi melainkan
menjadi faktor penunjang saja”. Kemudian, jika dilihat dari penilaian terhadap
aspek pemahaman tujuan dan manfaat berpuasa, data menunjukkan bahwa dari 7
responden, 2 diantaranya sudah memahami tujuan dan manfaat puasa, 3
diantaranya masih belum terlalu memahami dan 2 orang diantaranya belum
memahami. Maka dapat kita simpulkan bahwa, “pemahaman yang kurang
terhadap tujuan dan manfaat puasa berimbas kepada gagalnya puasa memberi
manfaat pengendalian emosi kepada responden, namun pemahaman yang baik
terhadap tujuan utama dan manfaat puasa tidaklah menjadi faktor penentu
berhasilnya puasa membantu seseorang mengendalikan emosi”. Jika kita

69
gabungkan kesimpulan ini dengan kesimpulan dari penilaian terhadap aspek
pemahaman responden yang merasakan manfaat puasa dalam mengendalikan
emosi, maka akan didapatkan kesimpulan utama sebagai berikut : “pemahaman
tentang tujuan utama puasa dan manfaatnya berpengaruh bagi seseorang
yang berpuasa agar bisa mendapatkan manfaat puasa dalam mengendalikan
emosinya. Namun, pemahaman yang baik tidak menjadi faktor penentu
puasa akan berhasil memberi manfaat terhadap pengendalian emosi
seseorang melainkan menjadi faktor penunjang saja”.

Dari dua kesimpulan utama di atas, kita bisa melihat bahwa ternyata
pemahaman tentang tujuan utama dan manfaat puasa serta terbiasanya seseorang
untuk menjalankan puasa tidak menjadi „faktor penentu‟ berhasil atau tidaknya
puasa dalam mengendalikan emosi seseorang, khususnya amarah.
Jadi, apa sebenarnya yang menjadi faktor penentu berhasilnya puasa dalam
membantu seseorang mengendalikan emosinya? Mari kita bahas.
Sebagai penguat hipotesa yang akan penulis ajukan, penulis akan
mengutip penjelasan dari para ahli yang menjadi narasumber penulis. Pada
wawancara dengan Bapak Dr. dr. H. Samino, Sp.S., beliau mengatakan, ”jika
puasa dilakukan dengan nilai-nilai terpaksa seperti itu, berarti puasanya masih
puasa syareat, dia berpuasa karena aturan saja, maka dia tidak akan mendapat
apapun kecuali lapar dan haus, bahkan yang dia dapatkan bisa lebih buruk dari
itu”. Kemudian pada wawancara dengan Bapak Ervan Abu Nangim, S.Psi., beliau
mengatakan, “Bagaimana orang yang berpuasa tapi karena terpaksa? Orang
yang berpuasa tapi niatnya karena terpaksa akan merasa lebih berat
menjalankan puasanya, dan pastinya lebih berat untuk mengendalikan emosinya
juga, sehingga lebih lama untuk mendapatkan dampak positif berpuasa berupa
pengendalian emosi”. Dan yang terakhir, pada wawancara dengan Ust.
Khairurrazi, S.Pd.I., Al-Hafizh, beliau mengatakan “kualitas puasa yang dijalani
itu kembali lagi kepada pribadi masing-masing. Pasti ada hal yang tidak tepat
pada saat ia menjalani puasa. Puasa itu tidak dijalaninya dengan sungguh-

70
sungguh maka hasilnya pun alakadarnya saja. Maka terjadilah orang berpuasa
tapi tetap saja korupsi”.
Dari pernyataan narasumber pertama dan kedua dapat disimpulkan bahwa
jika ada unsur keterpaksaan dalam menjalankan puasa maka seseorang akan sulit
atau bahkan tidak mendapatkan manfaat dari puasa. Sedangkan kesimpulan dari
pernyataan narasumber ketiga yaitu : kualitas puasa seseorang adalah cerminan
dari kesungguhan orang itu dalam menjalankan puasa. Pernyataan narasumber
pertama dan kedua memiliki hubungan sebab-akibat dengan pernyataan
narasumber ketiga, yaitu adanya unsur keterpaksaan akan berakibat negatif
dengan kesungguhan seseorang dalam menjalani puasa. Karena orang yang
melakukan sesuatu dengan terpaksa pasti tidak sungguh-sungguh melakukannya.
Kesungguhan ini muncul dari sejauh mana kemauan seseorang melakukan
sesuatu. Orang yang memiliki kemauan yang kuat pasti akan bersungguh-sungguh
untuk mencapai keinginannya. Hal ini diperkuat dengan data hasil studi kasus
yang penulis lakukan, bahwa 6 dari 7 responden yang tidak merasakan pengaruh
positif puasa terhadap pengendalian emosinya menyatakan bahwa mereka
melaksanakan puasa sunnah karena adanya faktor eksternal, seperti adanya
peraturan yang memaksa, ikut-ikutan teman dan program sekolah/pesantren
yang membuat mereka harus berpuasa. Hal ini menunjukkan bahwa mereka
melaksanakan ibadah puasa bukan karena munculnya kesadaran atau kemauan
dari diri sendiri melainkan karena faktor eksternal yang cenderung memaksa
mereka berpuasa.
Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa „faktor penentu‟
berhasilnya puasa memberi pengaruh positif terhadap pengendalian emosi
seseorang adalah kemauan dirinya untuk melaksanakan puasa dengan sebaik-
baiknya. Melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya ini berarti melaksanakannya
dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan oleh syari‟at.

71
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pada saat seseorang terpacu untuk marah, energi emosi terakumulasi dan
diproses di Amigdala (salah satu bagian Sistem Limbik otak manusia). Untuk
menahan amarah, Amigdala harus mengirimkan informasi emosi tersebut ke
Korteks Frontalis (PFC) otak yang berada di bagian depan otak untuk meredakan
amarah melalui pertimbangan nilai-nilai moral, spiritual, norma-norma dan logika.
Namun, jika energi emosi yang masuk di amigdala cukup kuat, akan terjadi
ledakan emosi yang lebih memungkinkan Amigdala tidak mengirimkan informasi
emosi tersebut ke PFC, melainkan akan langsung mengirimkannya ke
Hipotalamus untuk memberi perintah kepada Kelenjar Pituitari untuk
memproduksi hormon marah (adrenalin dan kortisol (noradrenalin)). Kondisi ini
dinamakan hijacked PFC, yang memungkinkan seseorang akan melakukan
sesuatu untuk melampiaskan amarahnya sebagai respon fisik tubuh tanpa
dipertimbangkan terlebih dahulu oleh PFC. Kita biasa menyebut kondisi ini
dengan sebutan „lupa‟ atau „khilaf‟.
Sedangkan pada saat seseorang berniat akan berpuasa, niat direkam oleh
Amigdala dalam bentuk emosi positif dan diinformasikan ke PFC. Kemudian,
Amigdala dan PFC bekerja sama membentuk persepsi bagi tubuh untuk siap
berpuasa. Sama halnya seperti dalam keadaan tidak berpuasa, ketika amarah
terpicu, emosi terakumulasi di Amigdala. Namun yang membedakan ketika
berpuasa adalah, informasi emosi marah yang diterima Amigdala lebih
memungkinkan untuk dikirimkan ke PFC yang akan berpikir dan menimbang
secara spiritual dan norma-norma sosial sehingga seseorang bisa lebih baik untuk
mengendalikan amarahnya. Akan tetapi, pertimbangan PFC ini masih bisa
dilanggar oleh orang itu sendiri secara sadar, maka kondisi ini lah yang dianggap
berdosa, yaitu ketika akal kita sudah berpikir dan membedakan yang benar dan
yang salah namun kita tetap melanggarnya.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa puasa sangat efektif
dalam membantu seseorang mengendalikan amarahnya, namun sejauh mana puasa

72
efektif membantu seseorang mengendalikan amarahnya bergantung kepada sejauh
mana kesungguhan orang itu dalam menjalankannya.

B. Saran
Melalui penelitian ini penulis menyarankan bagi diri penulis beserta semua
orang yang sedang, ingin, atau akan menjalankan ibadah puasa baik yang wajib
maupun yang sunnah untuk selalu meluruskan niat dan memahami tujuan, makna
dan manfaat dari puasa itu sendiri. Jangan sampai puasa yang kita lakukan hanya
sebagai pelengkap kewajiban atau niatnya bukan karena Allah, apalagi jika puasa
dijalankan karena terpaksa. Karena jika seperti itu, kita tidak akan mendapatkan
apa-apa dari puasa yang kita jalankan kecuali lapar dan haus saja, bahkan bisa jadi
lebih buruk dari itu. Maka jangan biarkan ibadah yang kita lakukan menjadi sia-
sia.

73
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bugha, Musthafa Dib. (1978). At-Tadzhib fi Adillati Matn al-Ghayah wa at-


Taqrib. Kudus: Darul Kutub.

Campbell, Neil A. (2010). Biologi. Edisi ke 8. Diterjemahkan oleh: Damaring


Tyas Wulandari. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Parker, Steve. (2007). Ensiklopedia Tubuh Manusia. Edisi ke 1. Diterjemahkan


oleh: dr. Winardini. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Pujianto, Sri. (2014). Menjelajah Dunia Biologi. Solo: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.

Sandra, Inneke, dkk. (2011). Anatomi dan Fisiologi Prefrontal Cortex (Laporan).
Bandung: Universitas Padjadjaran.

Akisay Y. (2010). Pengaruh Hormon Pada Perilaku Manusia. [online] Tersedia


di: http://akisay.blogspot.co.id/2010/10/pengaruh-hormon-pada-perilaku-
manusia.html. Diakses pada 12 November 2016.

An-Nabawiy, Nur. (2013). Bab Puasa Kitab Fathul Qorib. [online] Tersedia di:
https://nurannabawiy.wordpress.com/2013/07/13/bab-puasa-kitab-fiqih-fathul-
qorib/. Diakses pada: 22 September 2016.

Anonim. (Tanpa Tahun). 50 Fakta Kondisi Tubuh Daat Berpuasa. [online]


Tersedia di: http://health.detik.com/healthypedia/50-fakta-kondisi-tubuh-saat-
berpuasa. Diakses pada 7 November 2016.

74
Anonim. (2016). Neuropshycology. [online] Tersedia di:
https://en.wikipedia.org/wiki/Neuropsychology. Diakses pada: 27 September
2016.

Anonim. (2016). Sistem Saraf.. [online] Tersedia di:


https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf. Diakses pada: 27 September 2016.

Anonim. (2016). Otak. [online] Tersedia di: https://id.wikipedia.org/wiki/Otak.


Diakses pada: 27 September 2016.

Anonim. (Tanpa Tahun). Kenali Fungsi Kelenjar Adrenal, Hormon Adrenalin dan
Hormon Kortisol. [online] Tersedia di:. http://www.amazine.co/9969/kenali-
fungsi-kelenjar-adrenal-hormon-adrenalin-kortisol/. Diakses pada 18 Desember
2016.

Anonim. (2012). How Anger Goes Out of Control. [online] Tersedia di:
https://www.youtube.com/watch?v=bvteZ_bq0nk. Diakses pada: 1 Oktober 2016.

Anonim. (Tanpa Tahun). Shahih Al-Bukhari; Book of Fasting. [online] Tersedia


di: https://sunnah.com/bukhari/30. Diakses pada 22 September 2016.

Anonim. (2011). Hubungan Emosi dengan Kepribadian. [online] Tersedia di:


http://psikology09b.blogspot.co.id/2011/09/memahami-hubungan-antara-emosi-
dan.html. Diakses pada 15 November 2016.

Anonim. (2009). Bagaimana Marah Bisa Terjadi. [online] Tersedia di:


https://jmabuka.wordpress.com/2009/04/26/bagaimana-marah-bisa-terjadi/.
Diakses pada 19 November 2016.

75
Anonim. (2014). Hubungan Antara Hormon dan Perilaku. [online] Tersedia di:
http://ehormon.blogspot.co.id/2014/11/hubungan-antara-hormon-dan-
perilaku.html. Diakses pada 12 November 2016.

Anonim. (Tanpa Tahun). Pembagian Puasa Berdasarkan Hukum Fikih. [online]


Tersedia di: http://blogkaruhun.blogspot.co.id/2014/07/pembagian-puasa-
berdasarkan-hukum-fiqih.html. Diakses pada 22 September 2016.

Fabritius, Friederike. (2014) Prefrontal Cortex, Limbic System, and High


Performance. [online] Tersedia di:
https://www.youtube.com/watch?v=xDuQM94RT9M. Diakses pada 1 Oktober
2016.

Hendra Pagala. (2009). Perubahan Hormon Saat Berpuasa, Tinjauan Secara


Medis dan Fiqih. [online] Tersedia di:
https://hendrapagala.wordpress.com/2009/12/24/perubahan-hormon-saat-
berpuasa-tinjauan-secara-medis-dan-fiqih/. Diakses pada 8 November 2016.

Walsh, Jeffrey. (2013). Emotions: Limbic System, Processing the Environment.


[online] Tersedia di: https://www.youtube.com/watch?v=GDlDirzOSI8. Diakses
pada 27 Oktober 2016.

Mutia, Shella. (Tanpa Tahun). Fungsi Adrenalin dan Kortisol. [online] Tersedia
di: http://101gayahidupsehat.com/fungsi-adrenalin-dan-kortisol/. Diakses pada 18
Desember 2016.

Stone, Michael. (2011). The Neurobiology of Evil. [online] Tersedia di:


https://www.youtube.com/watch?v=XsiGLqBuVxs. Diakses pada 1 Oktober
2016.

Sumber Gambar :

76
Human Nervous System
http://biologyexplain.blogspot.co.id/2015/04/human-nervous-system.html

Human Brain
http://sharpbrains.com/blog/2008/06/05/your-brain-on-trading-101/

Prefrontal Cortex
http://www.adhdandyou.com/Content/images/figure2.jpg

Limbic System
https://en.wikipedia.org/wiki/Limbic_system

Endocrine System
https://www.epa.gov/endocrine-disruption/what-endocrine-system

Pituitary Gland
https://s-media-cache-
ak0.pinimg.com/originals/5a/53/04/5a5304faf0d5960b0327281b9276a709.jpg

Adrenal Glands
https://liver-doctor-main-healthdirection.netdna-ssl.com/wp-
content/uploads/2015/06/Adrenal_Cortex_X_Sect_Royalty_Free1.png?35e0b8

77
RIWAYAT PENULIS
Prima Rizky Nur Rasyid atau biasa
dipanggil Prima, lahir di Magelang, 25
Maret 1998. Buah hati dari pasangan
Djoko Eddy Purnomo (alm.) dan Erna
Listyaningrum. Anak pertama dari dua
bersaudara ini memiliki hobi bermain
futsal, musik, basket dan berorganisasi.
Remaja yang bercita-cita menjadi dokter
dan pengusaha ini pernah bersekolah
dan menyelesaikan pendidikannya di
SDN Ngempon 1 (Kabupaten Semarang) dan SMP Daarul Quran Bandung. Saat
ini penulis sedang menjalani masa-masa akhir pendidikannya di bangku SMA
Daarul Quran Bandung. Beberapa prestasi yang pernah diraih penulis yaitu :
1. Juara 1 Cerdas Cermat Islam tingkat SMA se-nasional dalam acara
TZORFAST di SMA Insan Cendekia Madani tahun 2014.
2. Peringkat 13 OSN Biologi tingkat SMA se-Kota Bandung tahun 2014.
3. Juara 2 Olimpiade PAI tingkat SMA se-Kota Bandung dalam acara Fesbar
di SMAN 6 Bandung tahun 2015.
4. Juara 2 Cerdas Cermat Islam tingkat SMA se-Kota Bandung dalam acara
FDU di SMAN 24 Bandung tahun 2015.
5. Juara 2 MHQ tingkat umum se-Bandung dan Cimahi yang
diselenggarakan di Ponpes Misbahun Nur, Cimahi tahun 2012.
6. Juara 2 Rangking 1 tingkat SMA se-Bandung Raya dalam acara Gurun
Sahara di SMAN 10 Bandung tahun 2015.
7. Juara Harapan 1 Speech Contest tingkat SMA se-Jawa Barat, DKI Jakarta
dan Banten dalam acara P.I.F. di Universitas Padjadjaran tahun 2016.
8. Juara Harapan 2 Speech Contest tingkat SMP se-Jawa Barat dalam acara
Erlangga English Speech Contest (EESC) tahun 2013.

78

Anda mungkin juga menyukai