Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................4
2.1 Definisi ...........................................................................................................4
2.2 Klasifikasi .......................................................................................................4
2.3 Epidemiologi ..................................................................................................6
2.4 Etiologi ...........................................................................................................7
2.5 Patogenesis .....................................................................................................7
2.6 Manifestasi Klinis ...........................................................................................8
2.7 Diagnosis ........................................................................................................9
2.8 Tatalaksana ...................................................................................................16
2.9 Prognosis ......................................................................................................20
BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22
VERTIGO CENTRAL
CC2

BAB 1

PENDAHULUAN
Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami dan menjadi
masalah bagi sebagian besar manusia. Umumnya keluhan vertigo menyerang sebentar
saja; hari ini terjadi, besok hilang, namun ada kalanya vertigo yang kambuh lagi
setelah beberapa bulan atau beberapa tahun. Vertigo dianggap bukan merupakan
suatu penyakit, melainkan gejala dari penyakit penyebabnya. Salah satu gejala vertigo
ialah ilusi bergerak, penderita merasakan atau melihat lingkungannya bergerak,
padahal lingkungannya diam, atau penderita merasakan dirinya bergerak, padahal
tidak. 1
Vertigo merupakan tipe dizziness yang terbanyak, yaitu 54%. Pada orang tua
kejadian vertigo adalah 56,4% dari seluruh dizziness. 93% kausa vertigo adalah
Benign Paroxysimal Positional Vertigo (BPPV). Secara umum insiden terjadinya
vertigo beragam yaitu 5 sampai 30% dari populasi dan mencapai 40% pada orang
yang berumur di atas 40 tahun.2
Vertigo salah satunya diakibatkan oleh terganggunya sistem vestibular yang
terbagi menjadi vertigo perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular) dan vertigo
sentral (akibat gangguan pada saraf vestibular atau hubungan sentral menuju batang
otak atau cerebellum). Gangguan keseimbangan tersebut beragam bentuknya dan
penyebabnya pun bermacam-macam, pada saat tertentu kondisi gangguan
keseimbangan ini dapat mengancam jiwa. Banyak sistem atau organ pada tubuh yang
ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Diantara
sistem ini yang banyak perannya ialah system vestibular, sistem visual, dan sistem
somatosensorik.2

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 2


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

Gangguan dibatang otak atau di serebelum biasanya merupakan penyebab vertigo


jenis sentral. Untuk menentukan apakah gangguan berada di batang otak, gejala lain
yang lain yang khas bagi gangguan di batang otak , misalnya diplopia, parastesia,
perubahan sensibilitas dan fungsi motorik. Banyak penderita yang mengeluhkan rasa
lemah. Kita perlu membedakan antara kelemahan umum dengan kelemahan yang
disebabkan oleh gangguan di batang otak.2

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 3


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi
(memutar) tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa
berputar atau badan yang berputar. Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yaitu
memutar. Vertigo termasuk ke dalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan
sebagai pusing, pening, sempoyongan, rasa seperti melayang atau dunia seperti
berjungkir balik. Vertigo sentral merupakan sensasi gangguan keseimbangan akibat
gangguan di pusat integrasi (serebelum dan batang otak) atau persepsi (korteks).1

2.2 Klasifikasi

sentral
vestibuler
perifer
vertigo
sistem visual
non-
vestibuler
sistem
somatosensorik

Vertigo diklasifikasikan menjadi dua yaitu vertigo vestibular dan non vestibular.
Vertigo vestibular adalah vertigo yang disebabkan oleh gangguan system vestibular
sedangkan vertigo non-vestibular disebabkan oleh gangguan sistem visual dan
somatosensori.2

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 4


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

Karakteristik vertigo vestibular dan vertigo non-vestibular


Karakteristik Vertigo vestibular Vertigo non-vestibular
Waktu Episodik Konstan
Sifat vertigo Berputar Melayang
Faktor pencetus Gerakan kepala, Stress, hiperventilasi
perubahan posisi
Gejala penyerta Mual, muntah, tuli, tinitus Gangguan mata, gangguan
somatosensorik
Tabel 1. Perbedaan vertigo vestibular dan non-vetibular

Vertigo vestibuler selanjutnya dibedakan menjadi vertigo vestibuler perifer dan


vertigo vestibuler sentral. Vertigo vestibuler perifer adalah vertigo yang terjadi akibat
gangguan alat keseimbangan tubuh di labirin (telinga dalam) atau saraf cranial VIII
(saraf vestibulokoklearis) divisi vestibuler. Vertigo vestibuler sentral adalah vertigo
yang terjadi akibat gangguan alat keseimbangan tubuh di sistem saraf pusat, baik di
pusat integrasi (serebellum dan batang otak) ataupun diarea persepsi (korteks).
Penyebab vertigo sentral antara lain adalah perdarahan atau iskemik di serebellum,
nukleus vestibular, dan koneksinya di batang otak, tumor di sistem saraf pusat,
infeksi,trauma dan sklerosis multiple. Vertigo yang disebabkan neuroma akustik juga
termasuk dalam vertigo sentral. Vertigo akibat gangguan di korteks sangat jarang
terjadi. Biasanya menimbulkan gejala kejang parsial kompleks. 2

Karakteristik vertigo vestibular sentral dan vertigo vestibular perifer

Karakteristik V. vestibular perifer V. vestibular sentral


Onset Tiba-tiba, onset mendadak Perlahan, onset gradual
Durasi Menit hingga jam Minggu hingga bulan
Frekuensi Biasanya hilang timbul Biasanya konstan

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 5


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

Intensitas Berat Sedang


Mual-muntah Tipikal Sering kali tidak ada
Diperparah perubahan Ya Kadang tidak berkaitan
Usia pasien Berapapun, biasanya muda Usia lanjut
Deficit nervi cranial atau Tidak ada Kadang disertai ataxia
cerebellum
Pendengaran Seringkali berkurang atau Biasanya normal
dengan tinnitus
Nistagmus Nistagmus horizontal dan Nistagmus horizontal atau
rotatoar, ada nistagmus vertical, tidak ada
fatigue 5-30 detik nistagmus fatigue
Penyebab Meniere’s disease Massa Cerebellar /Stroke
Labyrinthitis Encephalitis/Abscess Otak
Positional vertigo Insufisiensi A. Vertebral
Neuroma Akutik
Sklerosis Multiple
Tabel 2. Karakteristik vertigo vestibuler central dan perifer

2.3 Epidemiologi

Di United State sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya. Dari
stroke yang terjadi sekitar 85% adalah stroke iskemik, 1,5% diantaranya terjadi di
serebellum. Semua pasien dengan infraksi pada cerebellum hampir 10% memiliki
keluhan vertigo. laki-laki lebih banyak mengalami penyakit cerebrovascular
dibandingkan wanita dengan rasio 2:1. Ada peningkatan insidensi penyakit
cerebrovaskular dengan meningkatnya umur. Hanpir 50% infraksi cerebellum terjadi
pada usia 60 sampe 80 tahun, dengan rata-rata pada usia 65 tahun. 1

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 6


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

2.4 Etiologi

Vertigo central dapat disebabkan oleh perdarahahan atau iskemik pada


cerebellum, insufisiensi vertebrobasilar, diseksi arteri vertebral, neoplasma. Pada
beberapa kasus dapat juga diakibatkan oleh infeksi, trauma dan multiple sclerosis.1

2.3 Patogenesis

Sensasi keseimbangan merupakan hasil dari informasi yang tepat yang dideteksi
atau diterima oleh reseptor sistem visual, sistem vestibular, dan sistem propioseptif,
yang kemudian diintegrasikan di serebelum dan batang otak, lalu dipersepsikan oleh
korteks. Cara berjalan, postur, dan fokus mata selama kepala bergerak, semua
bergantung pada sensasi keseimbangan yang utuh. Gangguan informasi sensori, pusat
integrasi, dan persepsi berakibat pada gangguan keseimbangan. 7
Vertigo sentral merupakan sensasi gangguan keseimbangan akibat gangguan di
pusat integrasi (serebelum dan batang otak) atau persepsi (korteks). Pathogenesis
beberapa penyebab vertigo sentral adalah sebagai berikut. 7
 Oklusi arterial dan infark iskemik
Oklusi arteri dan infark iskemik dapat disebabkan oleh cardioemboli, emboli dari
plak arteri vertebralis, thrombosis arteri lokal. Satu atau kedua arteri vertebral, arteri
basilar, dan cabang-cabang arteri kecil dapat tersumbat. Namun, oklusi total arteri
besar tidak akan berakibat pada kematian karena adanya anastomosis dari sirkulus
arteriosus wilisi dan arteri posterior komunikans. Perdarahan serebelum lebih jarang
terjadi dibandingkan dengan infark serebelum. Namun begitu, perdarahan serebelum
spontan merupakan kondisi mengancam jiwa. Perdarahan serebelum biasanya
berkaitan dengan penyakit vaskular hipertensif dan antikoagulasi.7

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 7


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

 Sklerosis Mutiple
Sklerosis Mutiple merupakan penyakit demyelinisasi pada sistem saraf pusat.
Perjalanan penyakitnya fluktuatif dengan berbagai gejala dan tanda.7
 Neuroma Akustik
Neuroma Akustik adalah tumor sel Schwann yang berasal dari divisi
vestibular saraf cranial VIII (Vestibulokoklear) di kanal auditori interna proksimal.
Neuroma akustik biasanya berkembang di satu sisi (unilateral). Neuroma akustik
bilateral biasa terjadi pada orang dewasa muda dan berkaitan dengan
neurofibromatosis tipe 2. Jika tidak diberi pengobatan, neuroma akustik dapat
berkembang ke sudut serebelopontin dan menekan saraf cranial VII (Fasialis) dan
saraf kranial lainnya.7
 Penyebab lainnya
Vertigo sentral yang diakibatkan infeksi sistem saraf pusat (mikroabses) dan
kejang lobus temporal sangat jarang terjadi. Vertigo sentral traumatik disebabkan
oleh perdarahan petekie di nukleus vestibular di batang otak.7

2.4 Manifestasi Klinis


Beberapa karakteristik vertigo sentral adalah: 7
a. Onset gradual (Bertahap)
b. Lebih konstan
c. Durasi lebih panjang (minggu hingga bulan)
d. Intensitas ringan hingga sedang
e. Tidak dipengaruhi posisi kepala
f. Seringkali tidak disertai mual-muntah
g. Seringkali tidak berkaitan dengan tinnitus dan gangguan pendengaran
h. Nistagmus horizontal atau vertical, tanpa adanya nistagmus fatigue
i. Disertai dengan tanda gangguan serebelum dan batang otak. Seperti:

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 8


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

- Ataxia
- Pandangan kabur
- Diplopia
- Disfagia
- Disartria

2.5 Diagnosis

Anamnesis
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, tujuh
keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang
memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan,
ketegangan. Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul,
kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu
yang karakteristik. Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya
menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis.6
Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan
lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik
seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga perlu
ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik.6

Pemeriksaan Fisik
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik
atau neurologik – vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan fungsi
pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum.6
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan penyebab;
apakah akibat kelainan sentral – yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 9


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

– korteks serebri, serebelum, batang otak, atau berkaitan dengan sistim


vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor psikologik/psikiatrik
yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. (2) Faktor sistemik yang juga harus
dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung.6

Pemeriksaan Fisik Umum


Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah
diukur dalam posisi berbaring, duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut
jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa. 6

Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada fungsi
vestibuler/serebeler:
1. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus
dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan
bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata
tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali
lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebelar badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.6

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 10


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

Gambar 1. Uji Romberg

2. Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki
kanan/kiri ganti berganti.6
Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan
serebeler penderita akan cenderung jatuh.6

3. Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler
posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke
arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.6

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 11


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

Gambar 2. Uji Unter Berger

4. Past-pointing test
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup.
Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

5. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima
langkah ke belakang selama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral,
pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 12


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis


Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer.
1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan
cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal, kemudian
kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan
hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya
perifer atau sentral.6 Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul
setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).6
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1
menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).6

Gambar 3. Uji Dix Hallpike

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 13


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

Perbedaan nistagmus sentral dan perifer


No Nistagmus Vertigo central Vertigo perifer
1. Arah Berubah-ubah
2. Sifat Unilateral/bilateral
3. Test Posisional
- Latensi Singkat Lebih lama
- Durasi Lama Singkat
- Intensitas Sedang Larut/Sedang
- Sifat Susah ditimbulkan Mudah
ditimbulkan
4. Tes dengan rangsang (Kursi putar, Dominasi arah Sering
irigasi telinga) jarang ditemukan ditemukan
5. Fiksasi mata Tidak terpengaruh Terhambat
Tabel 3. Perbedaan nistagmus vertigo central dan perifer

b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis semisirkularis lateralis
dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30ºC) dan
air hangat (44ºC) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit.
Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya
nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 14


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance
ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga,
baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional
preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di
masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII,
sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis
secara kuantitatif.(2)

2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif, dengan tes-tes
Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli konduktif tes Rinne negatif, Weber
lateralisasi ke sisi yang tuli, dan Schwabach memendek.
b. Audiometri
Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Loudness Balance Test, SISI,
Bekesy Audiometry, Tone Decay. Pemeriksaan saraf-saraf otak lain meliputi: acies
visus, kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah, pendengaran, dan
fungsi menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas),fungsi sensorik
(hipestesi, parestesi) dan serebelar (tremor, gangguan cara berjalan).6

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 15


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain sesuai
indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
3. Neurofisiologi : Elektroensefalografi(EEG),Elektromiografi (EMG), Brainstem
Auditory Evoked Pontential (BAEP).
4. Pencitraan: CT Scan, Arteriografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI).6

2.6 Tatalaksana

Tujuan pengobatan vertigo, selain kausal (jika ditemukan penyebabnya), ialah untuk
memperbaiki ketidak seimbangan vestibuler melalui modulasi transmisi saraf;
umumnya digunakan obat yang bersifat antikolinergik.5
Insufisiensi Vertebrobasiler
Seringkali pasien dengan serangan TIA vertebrobasiler dengan gejala yang sepintas
berkembang menjadi infark yang komplit dengan semua gejalanya, kecuali bila
pasien merasakan keluhan hemiparesis, kuadriparesis, tebal perioral, kebutaan atau
penurunan kesadaran yang segera memeriksakan diri. Gejala-gejala tersebut
merupakan prodromal dari thrombosis arteri basilaris yang memerlukan pemeriksaan
serta pengobatan segera. Pengobatannya terutama dutujukan kepada control terhadap
faktor resiko (seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, dan lain-lain)
dengan obat anti-platelet untuk mencegah thrombosis.5
Anti koagulan diberikan pada pasien dengan serangan yang berulang dan juga
diberikan pada pasien yang memakai obat anti platelet tetapi masih mendapat
serangan. Heparin diberikan intra vena bolus 5.000 unit, diikuti dengan 1.000
unit/jam secara infus. Dosis diatur sehingga pada pemeriksaan “partial tromboplastin
time” sekitar 2,5 kali kontrol. Setelah 3-4 hari dapat dimulai warfarin dosis oral 5-15
mg/hari sampai INR mencapai 2 dan 3. Kemudian heparin dihentikan. Kadang-
UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 16
RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

kadang gejala muncul lagi setelah heparin dihentikan, maka untuk itu heparin boleh
dimulai kembali. Kemudian dosisnya diturunkan secara pelan-pelan.Terapi bedah
mungkin dilakukan terutama pada lesi-lesi arteri di luar kranium seperti arteri
subklavia atau vertebralis untuk dilakukan end arterektomi. Hanya saja biasanya lesi
terjadi pada arteri-arteri intra kranial. Indikasi terapi bedah masih banyak
diperdebatkan.5

Sindroma Infark
Bila terjadi infark labirin, serebelum, atau batang otak, pengobatannya hanya
simptomatis, seperti obat anti vertigo dan anti muntah. Diperlukan rehabilitasi
vestibuler dengan latihan secepatnya. Setalah pengobatan mungkin ada perbaikan tapi
selalu tidak komplit. Vertigo bisa berlangsung berbulan-bulan karena terjadinya
kerusakan struktur sentral. Banyak pula pasien mengeluh pandangannya goyang
karena nistagmus spontan dan/atau kerusakan sistem vestibuler sentral serta jaras-
jaras serebelum. Obat anti vertigo kurang bermanfaat untuk memperbaiki gejala
vertigo pasien tersebut dibanding pada vertigo akibat lesi vestibuler perifer. Pasien
dengan infark serebelum harus dikontrol dengan cermat, jangan sampai terjadi
disfungsi batang otak akibat kompresi yang mungkin terjadi akibat edema
serebelum.5

Migren Basiler
Pertama adalah pengobatan non-farmakologik berupa makan teratur, tidur teratur dan
hindari stress, serta berusaha mencari faktor pencetus dan menghindarinya, karena
pada migren basiler sering ada faktor pencetus.5 Pengobatan farmakologik meliputi
pengobatan simptomatik sewaktu serangan dan pencegahan. Untuk serangan nyeri
migren yang ringan sampai sedang dapat digunakan analgenik ringan seperti aspirin
atau NSAID digabung dengan obat anti-emetik. Sekalipun nyerinya berat janga

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 17


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

digunakan 5HTI agonis seperti ergotamine atau sumatripan karena ditakuti efek
vasokonstriksinya pada migren basiler. Obat-obat yang digunakan untuk pencegahan
migren adalah beta-blockers, obat antiserotonin, calcium channel blockers dan
NSAID. Obat yang paling efektif adalah beta-blockers tetapi pada migren basiler ada
keraguan akan timbul migraine-induced-stroke, sehingga calcium channel blockers
dianjurkan sebagai first line untuk pencegahan serangan migren basiler, dimana
Verapamil disebut-sebut sebagai drug of choice. Methysergide, suatu antiserotonin,
tidak dianjurkan karena efek vasokonstriksinya, juga anti depresan trisiklik ,
amitriptilin, walaupun biasanya efektif dalam pencegahan migren. Tidak dianjurkan
karena kecenderungannya membangkitkan aktifitas seizure.5

Tumor Otak
Tumor otak primer, khususnya tumor serebelar biasanya diobati secara pembedahan
(eksisi). Astrositoma pilositik grade I dan hemangioblastoma dapat diterapi secara
pembedahan saja. Jenis tumor lain yang memerlukan reseksi kuratif adalah
khordoma, epidermoid dan dermoid (eksisi mirosurgikal), schwannoma vestibuler,
serta schwannoma sporadik. Epindemoma, meduloblastoma dan metastase
leptomeningeal memerlukan irradiasi sebagai terapi tambahan. Radioterapi biasanya
dibatasi pada daerah yang paling berat, dikenai di daerah neuroaksis. Radiasi ini
merupakan aspek paling penting pada pengobatan massa tumor yang besar, yang
tidak dapat diobati dengan pemberian kemoterapi intratekal. Dosis radiasi biasanya
24-36 Gy (1 Gray skitar 100 rads). Pada tumor metastase serebeler dapat dilakukan
eksisi tumor dan dilanjutkan dengan radiasi. Khemoterapi biasanya diberikan secara
intra-thekal (melalui punksi lumbal atau ventrikel).5

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 18


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

Meningitis
Meningitis merupakan penyakit gawat darurat, karena itu penderita harus menginap
di rumah sakit untuk perawatan dan pengobatan intensif. Pada meningitis sebagai
komplikasi otitis media, dasar manajemen adalah terapi antibiotika inta vena.
Intervensi bedah terbatas pada myringtomi yang luas untuk memungkinkan drainase
dan kultur. Pada meningitis sebagai komplikasi ostomastoditis dan kholestoma,
pertama perlu stabilisasi keadaan umum pasien, berupa mastoidektomi radikal atau
modified radikal. Pada meningitis otogenik yang rekuren perlu dicurigai adanya
anomali kongenital. Perlu dilakukan eksplorasi telinga-tengah untuk identifikasi dan
penutupan fistula. Pada meningitis maligna dapat diberikan khemoterapi intra thekal.
Untuk meningitis limfomatosa, hal ini memberikan respons. Namun untuk meningitis
karsionatosa ternyata tidak memberi respons.5

Epilepsi
Terapi vertigo pada penderita epilepsy antara lain:
- Kausatif

- Obat anti epilepsy

- Operasi. 5

Trauma Kepala
Penderita trauma kepala berat memerlukan tindakan bedah, tetapi fraktur tulang
temporal akut dengan otorrhae pada stadium awal harus dilihat oleh THT. Harus
dilakukan tindakan mencegah infeksi. Darah di dalam meatus akustikus interna
haruskan dibiarkan dan diberikan segera antibiotic bread-spectrum secara iv.
Otorrhae yang menetap memerlukan tindakan bedah.5

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 19


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

Terapi Simptomatis

Tabel 4. Obat simptomatik untuk vertigo

1.9 Prognosis

Prognosis pasien dengan vertigo sentral bergantung pada penyakit yang


mendasarinya. Perkembangan ilmu pengetahuan tentang neurosurgical telah
meningkatkan prognosis dari berbagai kasus berat. Pada kasus infark pada arteri
basilaris atau arteri vetebra mempunyai prognosis yang buruk. Pada suatu penilitian,
sekitar 45% dari kasus tersebut mengalami koma. Prognosis pasien dengan
perdarahan serebral spontan juga buruk.3

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 20


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

BAB 3
KESIMPULAN
Vertigo merupakan suatu perasaan gangguan keseimbangan yang seringkali
dinyatakan sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia
sekelilingnya berputar. Vertigo vestibular dibagi menjadi dua yaitu vertigo perifer
dan vertigo sentral. Vertigo sentral merupakan vertigo yang terjadi akibat gangguan
organ keseimbangan tubuh di sistem saraf pusat, baik di pusat integrasi (serebelum
dan batang otak) maupun di area persepsi (korteks). Penegakan diagnosis dari
vertigo sentral diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Prinsip utama penatalaksanaan vertigo sentral adalah adalah terapi
kausal dan simptomatik dengan tujuan utama terapi yaitu, mengupayakan
tercapainya kualitas hidup yang optimal sesuai dengan perjalanan penyakitnya,
dengan mengurangi atau menghilangkan sensasi vertigo.

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 21


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH
VERTIGO CENTRAL
CC2

DAFTAR PUSTAKA

1. Foris LA, Dulebohn SC. Central Vertigo. In: Statpearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2018.
2. Bahrudin M, Neurologi Klinis. Universitas Muhamadiyah. Malang; 2016
3. Huon LK, Wang TC, Fang TY, Chuang LJ, Wang PC. Vertigo and Stroke: a
national database survey. Otol. Neurotol. 2012.
4. Marril KA, Central Vertigo. Medscape Reference.Updated : Jan 21st, 2011.
Available : Jan 6th, 2013. http://emedicine.medscape.com/article/794789-
overview
5. Joesoef AA. Neuro-Otologi Klinis. Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI.
Airlangga University Press; Jakarta. 2012.
6. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai Penerbit FKUI; Jakarta.
1998
7. Mamil KA. Central Vertigo [internet]. WebMD LLC. 21 Januari 2011.
Diunduh tanggal 8 April 2011. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104

UNIVERSITAS CENDERAWASIH | Kepaniteraan Klinik Neurologi 22


RSUD DOK II JAYAPURA
Periode 21 Januari – 16 Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas CENDERAWASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • CC1 Dewi
    CC1 Dewi
    Dokumen8 halaman
    CC1 Dewi
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • File Bunda
    File Bunda
    Dokumen2 halaman
    File Bunda
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Tabel 4
    Tabel 4
    Dokumen8 halaman
    Tabel 4
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Terapi Cairan
    Terapi Cairan
    Dokumen2 halaman
    Terapi Cairan
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Tugas PJR Abe
    Tugas PJR Abe
    Dokumen13 halaman
    Tugas PJR Abe
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Jiwa
    Jurnal Jiwa
    Dokumen16 halaman
    Jurnal Jiwa
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Medula Adrenal
    Medula Adrenal
    Dokumen9 halaman
    Medula Adrenal
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • CC1 Dewi
    CC1 Dewi
    Dokumen8 halaman
    CC1 Dewi
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • PPT Faringitis
    PPT Faringitis
    Dokumen26 halaman
    PPT Faringitis
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Cover Ikm
    Cover Ikm
    Dokumen1 halaman
    Cover Ikm
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan Lapkas THT
    Pembahasan Lapkas THT
    Dokumen19 halaman
    Pembahasan Lapkas THT
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Nama 1
    Nama 1
    Dokumen1 halaman
    Nama 1
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • CC2 - Vertigo Central DOS
    CC2 - Vertigo Central DOS
    Dokumen22 halaman
    CC2 - Vertigo Central DOS
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • PPT Vertigo Central
    PPT Vertigo Central
    Dokumen12 halaman
    PPT Vertigo Central
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Nama
    Nama
    Dokumen1 halaman
    Nama
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Hepatitis B Akut Vitri
    Hepatitis B Akut Vitri
    Dokumen5 halaman
    Hepatitis B Akut Vitri
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Jiwa
    Jurnal Jiwa
    Dokumen16 halaman
    Jurnal Jiwa
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Tenggorok
    Tenggorok
    Dokumen7 halaman
    Tenggorok
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Endometritis PPT Aa
    Endometritis PPT Aa
    Dokumen13 halaman
    Endometritis PPT Aa
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Tenggorok
    Tenggorok
    Dokumen11 halaman
    Tenggorok
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen4 halaman
    Daftar Pustaka
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Tenggorok
    Tenggorok
    Dokumen7 halaman
    Tenggorok
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Dew
    Abstrak Dew
    Dokumen2 halaman
    Abstrak Dew
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat
  • PPT Faringitis
    PPT Faringitis
    Dokumen26 halaman
    PPT Faringitis
    Dewi Oktavia Sinaga
    Belum ada peringkat