Anda di halaman 1dari 9

A.

Topik Penelitian

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SAFETY RIDING PADA PERILAKUANAK SMA DI LOABAKUNG

1.1 Latar Belakang

Safety fiding merupakan upaya yang di lakukan untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dan
damapak akibat lalu lintas, kecelakaan lalu lintas merupakan masalah global seiring dengan terjadi nya
pergeseran pola penyakit dari penyakit menular sampe penyakit tidak menular, berdasarkan laporan
WHO (2004) saat ini kecelakan transportasi jalan di dunia telah mencapai 1,5 juta korban meninggal dan
35 juta korban luka- luka / cacat akibat kecelakan lalu lintas pertahun.

Sebanyak 85% korban meninggal akibat kecelakaan terjadi di negara- negara berkembang
( Ruseng 2011 ).

Kecelakan lalu lintas pembunuh ke urutan no 3 di indonesia setelah penyakit jantung dan stroke
berdasarkan data dari Ditjen Perhubungan Darat kejadian kecelakan lalu lintas di indonesia
masih terus meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2009 jumlah kecelakan mencapai
62,960 kasus dan terus meningkat menjadi 109.319 kasus pada tahun 2010 dan 109. 776 pada
tahun 2011 pada angka pertumbuan rata-rata 11.64% total korban pada tahun 2011 mencapai
176.763 orang dengan rincian 31.185 meninggal duni 36.767 luka berat 108.811 menderita luka
ringan ( Ditjen Hubdat 2008 - 2012 )

Melihat urain di atas kecelakan di karenakan kurang nya pengetahuan berlalu lintas yang benar
sehingga di perlukan sosialisasi budaya tertib berlalulintas pada masyarakat dan khusus nya
pada anak - anak pelajar dan menurut undang -undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas
surat izin mengbudi atau pengendara merupakan sebuah bukti bahwa seseorang telah di izinkan
mengendarai jenis kendaraan tertentu oleh pihak ke polisian banyaknya pelanggaran lalu lintas
di karena kan tidak memiliki SIM merupakan salah satu penyebab terjadi nya kecelakaan lalu
lintas yang ada saat ini dan keselamatan berkendara atau juga dapat di kenal dengan istilah
safety riding merupakan program untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas ( puspita sari dan
Hendrati 2013 )

Berdasarkan petunjuk berkendaraan Departemen Perhubungan RI 2009 saat mengendarai


kendaran sepeda motor ada beberapa komponen keselamatan berkendara yang perlu di
terapkan yaitu, kondisi pengendara yang harus berada dalam kondisi baik atau sehat perlu sekali
memakai alat pelindung kepala yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia ( SNI ) yang
telah di buat undang- undang no 22 tahun 2009

1.2 RUMUS MASALAH


1. Kurang nya pengetahuan remaja atau anak sekolah tentang safety riding

2. Penting nya memiliki surat berkendara

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui apakah ada hubungan safety riding dengan keselamatan pengendara

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui apakah anak sekolah paham tentang safety riding

2. Untuk mengetahui kelengkapan kendaraan dan pelindung diri

3. Perlunya peran orng tua dalam memberikan dukungan kepada anak terkait perilaku safety
riding

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi peneliti

Sebagai sarana dalam menerapkan dan mengembangkan teori yang telah di peroleh di
perkuliahan, serta menambah wawasan mengenai keselamatan

1.4. 2 Bagi Responden

Sebagai bahan untuk mengetahui gambaran mengenai perilaku berkendara pada siswa SMA dan
memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai penting nya safety riding
sebagai upaya keselamatan berkendara

BAB2

TINJUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP TEORI PENGETAHUAN

2.1.1 DEFINISI

Menurut notoatmodjo (2003) yang di kutip oleh wawan dan dewi (2011) pengetahuan
merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu sebagai besar pengetahuan manusia di peroleh mata dan telinga pengetahuan
sangat erat dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut makin luas pengetahuan nya.
Akan tetapi perlu di tekankan bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula dan menurut undang- undang no 22 tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan
yang tidak di duga dan tidak di sengaja melibatkan kendaran dengan atau tanpa pengunan jalan
lain yang mengakibatkan korban manusia / kerugian harta benda

Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi semua sektor kehidupan, gangguan akibat kecelakaan saat ini menjadi salah
satu masalah kesehatan masyarakat di indonesia karen tinggi nya angka kejadian dan kematian
akibat dari kecelakaan setiap tahun angka kejadian kecelakaan lalu lintas menewaskan hampir
1,2 juta jiwa di seluruh duni dan menyebabakan cedera lebih dari juta orang hasil dari Riskesdas
meunjukan adanya peningkatan proposi kecelakan akibat transportasi darat sebanyak dua kali
lipat, kecelakan transportasi darat merupakan penyebab utama cedera di masyarakat ( Dirjen
p2pl 2014: 157 )

Dari beberapa definisi kecelakan lalu lintas dapat di simpulkan bahwa kecelakan lalu lintas
merupakan waktu peristiwa pada lalu lintas jalan yang tidak terduga dan tidak di inginkan yang
sulit di prediksi kapan dan di mana terjadi nya

2.1. 2. PENGOLONGAN KECELAKAN LALU LINTAS

Berdasarakan menurut undang-undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
pasal 229, karakteristik kecelakan lalu lintas dapat di bagi dalam 3 ( tiga ) golongan yaitu :

1. Kecelakan lalu lintas ringan yaitu kecelakan yang mengakibatkan kerusakan kendaran

2. Kecelakan lalu lintas sedang yaitu kecelakan yang mengakibatkan luka ringan

3. Kecelakan lalu lintas berat yaitu kecelakan yang mengakibatakan korban meninggal dunia

2.1.3. DAMPAK KECELAKAAN LALU LINTAS

Berdasarkan peraturan pemerintah no 43 tahun 1993 prasarana jalan raya dan lalu lintas
dampak kecelakan lalu lintas dapat di klasifikasikan berdasarkan kondisi korban menjadi 3( tiga )
yaitu:

1. Meninggal dunia adalah korban kecelakan yang di pastikan meninggal dunia sebagian akibat
kecelakan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakan itu

2. Luka berat adalah korban kecelakan yang karena luka- luka menderita cacat atau harus di
rawat inap di rumah sakit dalam jangka waktu yang lebih lama

2.1.4. FAKTOR RESIKO KECELAKAN LALU LINTAS


2.1.4.1. Faktor manusia

Faktor manusia merupakan merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakan hampir
semua kejadian kecelakan di dahului dengan penlanggaran rambu- rambu lalu lintas

2.1.4.2. Faktor kendaran

Dalam hal ini adalah kendaran bermotor kondisi kendaran yang kurang baik juga bisa menjadi
penyebab kecelakan faktor kendaran yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak
berfungsi sebagaimana seharus nya ( abubakar 2012 )

Faktor kendaran yang paling sering adalah kelalaian perawatan yang di lakukan terhadap
kendaran ( Rahdjo 2014 )

2.1.2 KESELAMATAN BERKENDARA ( safety riding )

2.1.2.1. DEFINISI KESELAMATAN BERKENDARA ( safety riding )

Safety riding adalah perilaku pengemudia yang aman yang bisa membantu untuk menghindari
kecelakaan lalu lintas, safety riding merupakan dasar pelatihan berkendara lebih lanjut yang
lebih memperhatikan keselamatan dan pengemudi ( ariwibowo,2013)

Safety riding merupakan suatu program menekan angka kecelakan lalu lintas dengan
memberikan pemahaman pada masyarakat bahawa berlalu lintas merupakan kegiatan yang
menyangkut banyak aspek sehingga harus memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan
diri pribadi serta orng lain dan prioritas sasaran program safety riding antara lain melengkapi
kendaran dengan kaca spion, lampu sen, lampu rem, meggunakan helm berstandar SNI
( puspitasari , 2013 )

Di jelaskan di dalam buku petunjuk tata cara ber sepeda motor di indonesia yang di keluarkan
oleh Ditjen Perhubungan Darat 2009, perilaku keselamatan berkendara meliputi pengendara
kendaraan ber motor yang di wajid kan memiliki SIM, mematuhi hukum yang telah di tentukan
undang- undang no 22 tahun 2009

2.1.2.2. Atribut yang harus di pakai saat berkendara sepeda motor

1. Helem

Helem merupakan alat perlindung diri yang paling utama dan sangat wajib di pakai oleh
pengendara maupun penumpang sepeda motor yang dapat mengurangi luka serius yang
mungkin timbul apabila terjadi kecelakan lalu lintas dan pengendara sepeda motor maupun
penumpang wajid harus menggunakan helem SNI ( standar Nasional Indonesia ) ( haryotedjo
2012)
2. Pelindung mata dan wajah

Mata dan wajah sangat membutuhkan perlindungan dari angin, debu, hujan, bintang kecil,
pelindung wajah dapat memberikan pelindungan dari hal tersebut ( Ditjen perlindungan darat
2012 )

2.1.2.3 Memiliki Surat Ijin Mengemudi ( SIM )

Suarat ijin mengemudi ( SIM) adalah bukti registrasi dan identifikasi yang di berikan oleh polri
kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan sehat jasmani dan rohani memahami
peraturan lalu lintas tampil mengemudikan kendaraan bermotor setiap orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor wajib memiliki surat ijin mengemudi ( SIM ) ( Rahardjo
2014 )

2.1.2.4 Surat Tanda Nomor Kendaraan

Salah satu dokumen yang harus dimiliki seseorang pemelik kendaran adalah STNK

STNK merupakan salah satu surat penting yang menunjukan kepemilikan kendaran secara resmi,
jika tidak menunjukan STNK akan terancam denda ( Dinas perhubungan komunikasi dan
informatika 2013)

2.1.3 Definisi Perilaku

Perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi terhadap dari lingkungan nya, perilaku baru
terjadi apa bila ada suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi berupa perilaku
tertentu ( adnani 2011) dalam teori stimulasi organisem ( SOR ) penyebab terjadi nya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsangan ( stimulasi ) yang berkomunikasi dengan
organisme hosland et,al ( 1953 ) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikat nya
adalah sama dengan proses belajar individu yang terdiri dari

1. Stimulasi ( rangsang ) yang di berikan kepada organisem dapat di terima atau di tolak apabila
stimulasi tersebut tidak di terima atau di tolak berarti stimulasi itu tidak efektif dalam
mempengaruhi perhatian individu

2. Apabila stimulasi dapat perhatian dari organisme(diterima ) maka ia mengerti stimulasi ini
dan lanjutkan kepada proses berikutnya

3. Setelah itu organisme mengelola stimulasi tersebut sehingga terjadi kesedian untuk bertindak
demi stimulasi yabg telah di terima
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulasi tersebut
mempunyai tindakan dari individu tersebut ( perubahan perilaku) ( notoatmodjo,2010 )

2.1.3.1 faktor yang mempengaruhi perilaku

Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulasi ( faktor eksternal ) dengan respon ( faktor
internal ) dalam subyek atau orang yang berperilaku tersebut dengan perkaitan lain, perilaku
seseorang atau subyek di pengaruhi atau di tentukan oleh faktor- faktor baik dari luar subyek
( notoatmodjo, 2010 )

Teori Lawrence Green ( 1980 ) dalam sukidjo notoatmodjo ( 2012 ) menganalisis bahwa faktor
perilaku di pengaruhi 3 faktor utama yaitu, faktor predisposisi, faktor pemungkin, faktor
penguat

2.1.3.2 faktor predisposisi

Faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai
yang dianut masyarakat tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi ( notoatmodjo, 2012 )

1. Pengetahuan

Adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu, tanpa pengetahuan sesorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan ( achmadi, 2014 )

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau objek, sikap tidak dapat langsung di lihat tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup sikap adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial
( achamdi, 2011: 80 )

Menurut allport dalam triwibowo ( 2013 : 21 ) menjelaskan bahaw sikap memiliki 3 komponen
pokok yaitu:

1. Kepercayaan,keyakinan,ide terhadap suatu konsep

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak


3. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasiakan sensasi


yang di rasakan dengan tujuan awal memberi makana terhadap lingkungaan

2.2 KERANGKA TEORI

Variabel Bebas
Jenis kelamin Variabel Terkait
1. Pengetahuan
Umur Perilaku safety riding
2. Sikap
Persepsi
3. Persepsi
Sikap

Pengetahuan

Predisposing factors:

Enabiling factor : Reinforcing factor:

Pengalaman berkendara Dukungan keluarga


.
Kepemilikan SIM
Variabel perancu Peraturan dan kebijakan yang
berlaku
Jenis kelamin

Pengalaman berkendara

BAB 3

KONSEPTUAL PENELITIAN

3.1. Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hub

ungan atau kaitan antara konsep satu terhadap lainya dari masalah yang ingin di teliti ( notoatmodjo
Perilaku safety riding pada sisawa SMA
2010: 100 )
BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

3.2. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang di tetepkan oleh peneliti yang untuk di pelajari dan kemudian
di tarik kesimpulan ( sugiyono 2010: 61 )

3.2.1 Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahanya atau
timbul nya variabel dependen ( terkait ) variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pengetahuan, sikap( perilaku ), dan persepsi

3.2.2. Variabel Terkait

Variabel terkait adalah variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas, variabel terkait dalam penelitian ini adalah safety riding ( sugiyono, 2010 : 61 )

3.2.3. Variabel perancu


Variabel perancu adalah variabel yang menggangu hubungan antara variabel terkait dan
variabel bebas, variabel ini merupakan variabel yang tidak di teliti namun dapat mempengaruhi
hasil penelitian, variabel perancu dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, sarana serta
pengalaman berkendara

3.3. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis merupakan hasil jawaban sementara di pertanyaan penelitian yang di rumuskan


dalam bentuk hubungan antara variabel bebas dan variabel terkait, berdasarkan rumus masalah
yang di uraikan maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku keselamatan berkendara pada siswa / siswi
SMA dan SMK

2. Ada hubungan antara sikap dan perilaku keselamatan berkendara pada siswa / siswi SMA dan
SMK

3. Ada hubungan antara persepsi dan perilaku keselamatan berkendara pada siswa / siswi SMA
dan SMK

3.4. INSTRUMEN PENELITIAN

3.4.1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan di gunakan untuk pengumpulan


data( notoatmodjo, 2010: 87), instrumen yang di gunakan yaitu kuesioner yang di peroleh
melalui pedoma penelitian ( ariwibowoa, 2013 )dan materi yang di peroleh dari buku- buku
referensi yang di gunakan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan gambaran
pengetahuan dan perilaku keselamatan berkendara pada SMA N 14 & SMK N 15 SAMARINDA

Anda mungkin juga menyukai