KARDIOVASKULAR
TINGKAT 3C
NELLY
MARINI ANTIKA
WARDIMAN AHMAD
WULAN ANGGRAINY SAMAS
BAB 1 (PENDAHULUAN)
tidak dapat bertahan hidup, dengan sekitar dua per tiga kematian terjadi
dalam waktu yang singkat setelah serangan dan sebelum dirawat di rumah
sakit (Rampengan, 2015).
Berdasarkan uraian diatas maka penting untuk tenaga kesehatan
mengetahui penatalaksanaan medis yang tepat dilakukan pada klien
dengan kegawatdaruratan sistem kardiovaskular dengan diagnosa medis
sindrome koroner akut.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep
kegawatdaruratan kardiovaskular mengenai asuhan keperawatan
Sindrome Koroner Akut.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengertian Sindrome Koroner Akut.
b) Mengetahui klasifikasi Sindrome Koroner Akut.
c) Mengetahui etiologi Sindrome Koroner Akut.
d) Mengetahui tanda dan gejala Sindrome Koroner Akut.
e) Mengetahui pemeriksaan penunjang Sindrome Koroner Akut.
f) Mengetahui prognosis penyakit Sindrome Koroner Akut.
g) Mengetahui penatalaksanaan medis Sindrome Koroner Akut.
h) Mengetahui asuhan keperawatan Sindrome Koroner Akut.
3
C. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat bagi penulis dan pembaca
Memperoleh dan meningkatkan pemahaman tentang konsep
kegawatdaruratan kardiovaskular mengenai asuhan keperawatan
sindrome koroner akut.
A. PENGERTIAN
Istilah sindroma koroner akut (SKA) telah dikembangkan untuk
menggambarkan kumpulan kondisi-kondisi iskemik yang meliputi
spektrum diagnosis dari angina tak stabil (UA/unstable angina) sampai
infark miokard non elevasi ST (Non ST elevation miokard
infarction/NSTEMI). Pasien yang mengalami SKA dapat diklasifikasikan
dalam dua kelompok menurut gambaran elektrokardiogram (EKG)
(Gambar 1.1) yaitu: mereka Perawatan STEMI dengan STEMI dan
NSTEMI/UA. Perawatan STEMI memerlukan restorasi darurat aliran
darah dalam arteri koroner yang tersumbat total. Pasien dengan NSTEMI
mangestasi yang sering muncul dalam perubahan EKG meliputi inversi
gelombang T, depresi ST atau elevasi ST yang bersifat sementara, dan
kadangkala EKG-nya normal secara keseluruhan (Rampengan, 2015).
B. ETIOLOGI
Infark miokard juga dapat diklasifikasi dengan etiologi yang
mendasar yang didefinisikan oleh European Society of Cardiology dalam
Nugroho, 2018:
Tipe 4a. Infark miokard yang berkaitan dengan IKP (Intervensi Koroner
Perkutan)
Tipe 4b. Infark miokard yang berkaitan dengan trombosis stent yang
didokumentasikan dengan angiografi atau pada otopsi.
6
aktivasi otonom. Hal ini biasanya tidak terpengaruh oleh perubahan postur,
gerakan atau respirasi. Nyeri yang dirasakan bisa atipikal (berlokasi di
epigastrium, leher, lengan atau punggung atau dengan karakter yang tak
biasa). Terutama dengan infark rendah, nyeri ini bisa sulit dibedakan dengan
dispepsia.
Hal ini juga penting untuk membedakan mereka dengan nyeri dada
non-kardiak dari orang-orang dengan gejala-gejala angina. Angina tipikal
diketahui dengan munculnya tiga fitur di bawah ini:
Jika hanya ada dua dari fitur-fitur di atas, hal ini dianggap sebagai
angina atipikal. Jika satu atau tidak ada dari fitur-fitur tersebut yang muncul,
pasien dianggap memiliki nyeri dada non-angina.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan EKG
2. Pemeriksaan Biomarka Jantung
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Pemeriksaan Foto Polos Dada
8
E. PROGNOSIS PENYAKIT
Tujuan utama untuk perawatan SKA adalah untuk menghindari
iskemia berlanjut, membatasi kerusakan miokard, mengurangi insiden
disfungsi ventrikular kiri, gagal jantung dan kematian. Hal ini dicapai
dengan identifikasi dini pada pasien yang memerlukan revaskularisasi dan
perawatan komplikasi-komplikasi iskemik meliputi aritmia (FV/TV dan
bradikardia), gagal jantung dan syok. Awalnya, semua pasien dengan
SKA, perawatan gawat darurat terdiri dari meringankan gejala, pemberian
agen-agen antitrombotik, dan terapi reperfusi sedini mungkin untuk
kemungkinan STEMI (Nugroho, 2018).
9
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Gambar 2.2 Algoritma penatalaksanaan SKA Terdapat dalam Juzar, dkk tahun
2018
10
Gambar 2.3 Pengobatan SKA Non-STEMI Terdapat dalam Juzar, dkk tahun 2018
11
Gambar 2.3 Pengobatan SKA STEMI Terdapat dalam Juzar, dkk tahun 2018
12
A. TRIASE
Sindroma Koroner Akut: Triase
2. Depresi segmen ST: konsisten dengan atau sangat sugestif dari iskemia;
mendefinisikan subset risiko tinggi pasien dengan UA/ NSTEMI. Sangat
penting jika ada perubahan EKG baru atau dinamis. Korelasi klinis
diperlukan untuk menafsirkan sepenuhnya.
- IKP (atau CABG jika ada indikasi) adalah pengobatan reperfusi pilihan
untuk pasien dengan syok kardiogenik
• Untuk semua pasien dengan risiko sedang hingga tinggi NSTEMI dan
STEMI
- Cepat diberikan aspirin (160 sampai 325 mg) kecuali kalau diberikan
dalam 24 jam yang lalu
B. INITIAL ASSESMENT
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 1 April 2014
Ruang : ICCU
Mahasiswa : kelompok 1
28
B. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. A
b. Jenis kelamin : laki-laki
c. Umur : 69 tahun
d. Agama : islam
e. Status perkawinan : kawin
f. Pendidikan : SD
g. Alamat :blok busi ligung majalengka
h. Pekerjaan : buruh
i. Tanggal masuk : 31 maret 2014
j. No register : 81639
k. Diagnosa medis : SKA (sindrom koroner akut)
2. Identitas penanggung jawab
a. Nama : Tn. R
b. Alamat : blok busi ligung majalengka
c. Pekerjaan : wiraswasta
d. Hubungan dg pasien : anak
C. PRIMERY SURVEY
1. Airway
Look : tidak ada sumbatan, tidak ada benda asing, tidak ada darah yang
keluar
Listen : tidak bunyi stridor atau snokling
Feel : terdapat hembusan nafas
2. Breathing
Look : gerakan dada simetris, menggunakan otot bantu pernafasan,
retraksi interkosta?
29
D. SECONDARY SURVEY
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan badannya lemas dan sedikit sesak (dr pengkajian
nyeri nyeri sedang knp keluhannya badan lemas???)
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
P : lemas berkurang saat istirahat, badannya lemas saat melakukan
aktivitas (palliative digunakan untuk pengkajian nyeri bkn lemas)
Q : tidak dapat melakukan aktivitas (kualitas nyeri spt ap??
bukan tidak dapat melakukan aktifitas)
R : di seluruh tubuh (menjalarnya kemana??)
S : skala nyeri 7 dari rentang 1-10
T : nyeri dari 10 hari yang lalu durasi kurang lebih 5 menit
A : vaskuler
3. Abdomen
I : tidak ada pembesaran abdomen, bentuk datar
A : peristaltik 14 x/mnt
P : terdapat nyeri tekan di kuadran II
P : terdengar tympani pada usus redup pada dan ginjal
4. Genetlia
Terpasang kateter
5. Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus, di sebelah kanan terpasang
manset tensi di sebelah kiri
Ekstremitas bawah : tidak ada oedem maupun fraktur
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan nadi
menurun
2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
COP
3. Resiko perubahan volume cairan berlebih berhubungan dengan
penurunan perfusi organ renal
F. RENCANA KEPERAWATAN
I. DISCHARGE PLANNING
No Tujuan & Kriteria TT
No Hari/tgl/jam Intervensi
Dx hasil D
1 Selasa, 1 1 Setelah dilakukan 1. Observasi tekanan, Kel
april 2014 tindakan keperawatan evaluasi kualitas nadi 1
selama 2x24 jam R/ mengetahui status
masalah penurunan perubahan klien
curah jantung dapat 2. Berikan posisi kepala
teratasi dengan ( > tinggi dari
Kriteria hasil : ekstremitas)
1. TD normal R/ memperlancar
(100/80 - 140/90) aliran darah balik ke
2. Nadi normal, kuat jantuk
dan regular (60 - 3. Anjurkan klien unruk
100 ) istirahat (bedrest)
36
BAB 4 (PENUTUP)
A. SIMPULAN
Angina pectoris tak stabil ditandai dengan keluhan nyeri dada tipikal
tanpa peningkatan enzim jantung
STEMI ditandai dengan nyeri dada tipikal yang disertai perubahan EKG
berupa ST elevasi dan peningkatan enzim jantung.
Penanganan dini yang harus segera diberikan kepada pasien nyeri dada
dengan kecurigaan SKA adalah MONACO (morfin, oksigen, nitrat,
aspilet, clopidogrel)
B. SARAN
Peran perawat sangat dibutuhkan untuk menangani pasien dengan
sindrom koroner akut, dengan adanya makalah ini diharapkan perawat
dapat menggunakannya sebagai dasar ilmu dalam memberikan asuhan
keperawatan serta mampu berkolaborasi dengan tim medis lainya