Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, karna berkat rahmat Allah dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah metode peramalan ini yang berjudul “Desain
Kuesioner”.

Kami telah berusaha dengan semaksimal mungkin agar dapat menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik mungkin dan sebenar- benarnya. Kami menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik materi, penganalisaan dan pembahasan. Semua hal ini dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan pengalaman.

Kami berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami bagi para pembaca. Dan kami
juga mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak terutama yang bersifat membangun,
guna terciptanya kesempurnan makalah ini. Dan bila didalamnya ada kesalahan dan
kekurangan mohon dimaafkan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih . Mudah-mudahan
makalah ini dapat berguna bagi semua pihak.

Padang,Februari 2019

Penulis,

1
Daftar isi

2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Gula merupakan salah satu komoditas strategis yang berpengaruh pada kondisi perekonomian
Indonesia. Permasalahan pada stabilitas pasokan, permintaan, dan harga gula menjadi ancaman pada
kemandirian industri pergulaan nasional.Kondisi persediaan gula nasional yang tidak kondusif dapat
menyebabkan terjadinya distorsi pasokan yang berdampak pada volatilitas harga.Peningkatan
permintaan yang tidak diikuti dengan produksi yang memadai mendorong terjadinya peningkatan
harga dipasar domestik. Hal ini kemudian menyebabkan dikeluarkannya kebijakan impor gula oleh
Kementerian Perdagangan RI sebagai solusi tersendatnya pasokan dan tingginya harga di pasar
domestik. Padahal salah satu indikator masalah industri gula Indonesia adalah kecenderungan volume
impor yang terus meningkat.
Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif
murah (Badan Litbang Pertanian, 2005). Kedudukan gula sebagai bahan pemanis utama di Indonesia
belum dapat digantikan oleh bahan pemanis lainnya yang digunakan baik oleh rumah tangga maupun
industri makanan dan minuman. Dengan luas areal tebu rakyat sebesar 252.166 ha dan areal tebu
swasta 198.131 ha, kemampuan produksi gula Indonesia hanya 2,1 juta ton gula Kristal putih (GKP)
per tahun. Angka ini belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri yang hampir berada di angka 3
juta ton/tahun.
Selain penurunan efisiensi di tingkat usahatani dan PG, berbagai faktor seperti kebijakan
pemerintah juga berpengaruh secara signifikan terhadap kemunduran industri gula Indonesia (Wayan
R. Susila, 2005). Adanya kebijakan impor gula menimbulkan kekhawatiran pemerintah akan impor
gula pasir yang tinggi, yang dipandang sebagai ancaman terhadap kemandirian pangan.Kemandirian
pangan merupakan hal penting bagi negara berkembang yang berpenduduk besar dengan daya beli
masyarakat yang reatif rendah seperti Indonesia. Kestabilan harga gula pasir di pasar domestik pada
tingkat yang dapat menguntungkan produsen (industri gula) dan layak bagi konsumen, merupakan
suatu hal yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup industri gula dan mendorong kenaikan
produksi gula nasional, serta untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan akan gula sebagai salah satu
bahan pokok masyarakat (Churmen, 2001).
Menurut catatan data Badan Litbang Pertanian, produksi gula nasional tahun 2011 mencapai
2.228.591 ton Gula Kristal Putih (GKP) dan meningkat menjadi 2.58 ton pada tahun 2012. Sementara
itu, dalam roadmap swasembada gula disebutkan bahwa estimasi kebutuhan gula nasional pada 2014
akan mencapai 2.956.000 ton GKP. Untuk mewujudkan tujuan ini maka harus dilakukan usaha yang
lebih optimal dalam meningkatkan produktivitas gula nasional dengan memperhatikan faktor-faktor
penting dalam peningkatan produksi gula dan dengan mengembangkan industri gula lokal yang baru
di dukung oleh 62 pabrik gula (PG). Dimana kondisi PG-PG terutama yang berada di Pulau Jawa
yang kurang produktif dikarenakan faktor usia yang sudah tua dan sangat tergantung kepada petani
tebu yang luas area tanam tebunya semakin terbatas.Impor yang tinggi serta harga internasional yang
murah semakin mempersulit posisi sebagian besar perusahaan gula (PG) untuk bertahan dalam
industri gula nasional.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Mengapa perlu dan apa tujuan survey kebutuhan gula nasional?
1.2.2. Apa dan untuk apa gula itu?
1.2.3. Siapa saja yang membutuhkan gula?
1.2.4. Bagaimana mengukur kebutuhan terhadap gula?
1.2.5. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan terhadap gula?

3
1.2.6. Produk atau makanan apa saja yang perlu diidentifikasi yang terkait dengan
kebutuhan gula?
1.2.7. Data apa saja yang sudah tersedia terhadapa kebutuhan gula dan bagaimana
mengaksesnya?
1.2.8. Apa manfaat yang diperoleh dari survey ini?

1.3. Tujuan dan Manfaat makalah ini


1.3.1. Untuk mendapatkan informasi kebutuhan gula nasional
1.3.2. Menyajikan materi kebutuhan gula nasional
1.3.3. Dapat menambah pemahaman terhadap kebutuhan gula nasional

4
BAB II PEMBAHASAN

1.2.1. Mengapa perlu dan apa tujuan survey kebutuhan gula nasional?

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi
perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula
digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula
sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam),
menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira, tebu, bit
gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa.
Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggur, atau bulir jagung, juga menghasilkan
semacam pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa sebagai komponen utama. Proses untuk
menghasilkan gula mencakup tahap ekstraksi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi
(penyulingan). Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat
seperti Australia, Brasil, dan Thailand. Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pernah menjadi produsen
gula utama dunia pada tahun 1930-an, namun kemudian tersaingi oleh industri gula baru yang lebih
efisien. Pada tahun 2001/2002 gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak
dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar adalah Amerika Latin,
negara-negara Karibia, dan negara-negara Asia Timur. Sumber gula di Indonesia sejak masa
lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau enau, serta cairan batang tebu. Tebu adalah
tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di bagian timur. Ketika orang-orang Belanda mulai
membuka koloni di Pulau Jawa kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka oleh tuan-tuan
tanah pada abad ke-17, pertama di sekitar Batavia, lalu berkembang ke arah timur. Puncak
kegemilangan perkebunan tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik
pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun. Penurunan harga gula akibat krisis
ekonomi merontokkan industri ini dan pada akhir dekade hanya tersisa 35 pabrik dengan
produksi 500 ribu ton gula per tahun. Situasi agak pulih menjelang Perang Pasifik, dengan 93
pabrik dan prduksi 1,5 juta ton. Seusai Perang Dunia II, tersisa 30 pabrik aktif. Tahun 1950-
an menyaksikan aktivitas baru sehingga Indonesia menjadi eksportir netto. Pada tahun 1957
semua pabrik gula dinasionalisasi dan pemerintah sangat meregulasi industri ini. Sejak 1967
hingga sekarang Indonesia kembali menjadi importir gula. Macetnya riset pergulaan, pabrik-
pabrik gula di Jawa yang ketinggalan teknologi, tingginya tingkat konsumsi (termasuk untuk
industri minuman ringan), serta kurangnya investor untuk pembukaan lahan tebu di luar Jawa
menjadi penyebab sulitnya swasembada gula. Pada tahun 2002 dicanangkan target
Swasembada Gula 2007. Untuk mendukungnya dibentuk Dewan Gula Indonesia pada tahun
2003 (berdasarkan Kepres RI no. 63/2003 tentang Dewan Gula Indonesia). Target ini
kemudian diundur terus-menerus. Setiap tahun produksi gula nasional yang dipenuhi oleh 48
Pabrik Gula(PG) milik BUMN dan 17 PG milik swasta, belum mampu memenuhi kebutuhan gula
dalam negeri yang semakin meningkat. Tahun 2016 kebutuhan gula nasional mencapai 6,2 juta ton
terdiri dari 3 juta ton gula konsumsi dan gula rafinasi untuk kebutuhan industri makanan dan
minuman sebesar 3,2 juta ton, sementara produksi hanya sebesar 2,2 juta ton. Berdasarkan data tren
produksi dan konsumsi gula nasional pada tahun 2012 -2016 menunjukkan adanya kesenjangan yang
semakin membesar dan hanya dapat dipenuhi melalui impor gula.

Impor gula diberikan melalui 2 (duaskema) sesuai Permendag 117 Tahun 2015:

5
1. Untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman melalui impor Gula kristal
Mentah (GKM) yang diolah menjadi Gula Kristal Rafinasi (GKR) didalam negeri agar dapat
memberikan nilai tambah.
2. Untuk memenuhi kekurangan konsumsi rumah tangga melalui Impor Gula Kristal Putih
(GKP) langsung atau GKM yang diolah menjadi GKP di dalam negeri.
Survey terhadap kebutuhan gula nasional dirasa perlu diadakan untuk melihat seberapa butuh
masyarakat indonesia terhadap gula dan sejauh ini apakah persediaan gula maupun persediaan yang di
impor dari negara lain apakah sudah memenuhi kebutuhan yang seharusnya atau malah
sebaliknya.dan untuk mendapatkan fakta dari gejala yang terjadi sebenarnya terhadap kebutuhan gula
nasional dengan mencari keterangan secara faktual dari konsumen maupun produsen gula.
Tujuan dilakukan survey terhadap kebutuhan gula nasional adalah memaparkan data dari kebutuhan
gula dan menginterpretasikan dan menganalisisnya secara sistematis

1.2.2. Apa dan untuk apa gula itu ?


Gula adalah pemanis yang sangat sering kita gunakan dalam setiap kegiatan di rumah agan, banyak
sekali kegunaan dari gula, mulai dari memaniskan minuman, memasak,membuat kue, sampai untuk
membuat hidangan lebih gurih kita juga menggunakan gula.
1. Gula Pasir
Gula pasir di benua Asia banyak terbuat dari tebu, namun di Eropa bayak terbuat dari bit. Butiran
dari gula pasir ada yang halus dan ada yang kasar. Warnanya pun ada yang putih terang dan ada
yang sedikit kecoklatan.
Kegunaannya : Butiran yang lembut dan putih, biasa disebut gula kastor biasa digunakan sebagai
bahan pembuat kue, karena gula ini mudah larut dan bercampur dengan bahan lainnya.
Sedangkan yang berwarna agak kecoklatan banyak digunakan sebagai pemanis di teh, kopi
ataupun pemanis lainnya.
2. Gula Pasir Kasar (Crystalized Sugar)
Adalah gula yang juga dari hasil kristalisasi cairan tebu. Berbeda dengan gula pasir, gula ini
memiliki batir yang lebih kasar. Warnanya juga ada yang berwarna-warni.
Kegunaannya : Biasanya gula jenis ini digunakan untuk taburan pada biskuit sebelum dipanggang
karena gula ini tidak meleleh dalam suhu oven.
3. Gula Kastor (Caster Sugar)
Gula kastor memiliki bentuk yang lebih halus daripada gula pasir. Gula kastor memiliki warna
putih bersih. Gula kastor bisa dibuat dengan memasukkan gula pasir ke kantong plastik lalu
memukul-mukulnya hingga hancur. Hasil ayakannya dapat menggantikan gula kastor.
Kegunaannya : Karena sifatnya yang mudah bercampur, maka gula kastor sering digunakan
sebagai bahan campuran untuk pemanis dalam adonan kue, cookies, pastry, dll
4.Gula Bubuk (Icing Sugar, Confection Sugar)
Gula incing atau disebut juga dengan tepung gula adalah gula yang telah mengalami penghalusan
sehingga berbentuk bubuk gula. Ada beberapa jenis gula bubuk yang mengandung pati jagung
sehingga tidak menggumpal.
Kegunaannya : Karena sifatnya yang halus, gula icing baik digunakan untuk membuat krim untuk
cake, taburan untuk cake, atau taburan untuk kue kering.
5. Gula Donat
Sesuai namanya, gula donat adalah gula yang digunakan untuk bahan taburan donat. Tekstur
gula ini halus seperti gula tepung. Namun, yang membedakannya dari gula tepung adalah gula
donat memiliki rasa dingin jika telah masuk ke dalam mulut kita.
Kegunaannya : Selain untuk donat, telah mulai banyak pengusaha kue putri salju yang
menggunakan gula donat untuk taburannya.
6. Gula Dadu
Sesuai dengan namanya, gula dadu memiliki bentuk seperti dadu. Gula dadu biasanya memiliki
kualitas tinggi.
Kegunaannya : Gula ini lazim digunakan sebagai pemanis dalam minuman teh atau kopi.
7. Brown Sugar
Gula jenis ini adalah jenis gula yang dalam proses pembuatannya dibubuhi molase. Warnanya
kecoklatan seperti gula palem, memiliki wangi caramel, dan rasanya legit. Rasa brown sugar tidak
semanas gula pasir.
Kegunaannya : biasanya digunakan dalam pembuatan cookies sehingga membuat cookies lebih
moist daripada bila menggunakan gula pasir sebagai pemanisnya.

6
8. Gula Palem (Palm Sugar)

Gula palem juga disebut gula semut. Gula ini berasal dari nira atau sari batang tumbuhan
keluarga palem-paleman. Memiliki bentu seperti gula pasir, berwarna coklat, dan memiliki harum
yang khas.
Kegunaannya : Biasanya gula palem digunakan untuk membuat Ontbijkoek, fruti cake, atau
campuran cookies seperti pada pitmopen.
9. Gula Jawa (Gula Merah)
Sama seperti gula palem, gula jawa juga berasal dari nira atau sari batang pohon jenis palem.
Bentuknya biasanya silinder atau menyerupai batok kelapa.
Kegunaannya : Penggunaan gula jawa biasanya dalam pembuatan kecap.
10. Gula Aren
Bahan bakunya sama seperti gula jawa. Hanya saja gula aren memiliki harem yang lebih khas,
dan warna yang lebih coklat daripada gula jawa.
Kegunaannya : Penggunaan gula aren sama dengan gula jawa biasanya dalam pembuatan kecap.
11. Gula Batu
Gula Batu berbentuk bongkahan seperti batu. Rasanya tidak semanis gula pasir, namun lebih
legit.
Kegunaannya : biasanya digunakan untuk minuman. Takarannya 1 sdt gula pasir = 2 sdt gula
batu. Untuk memudahkan penggunaannya gula batu harus dihancurkan lebih dahulu.
12. Sirup Emas (Golden Syrup)
Gula jenis ini berbentuk cairan atau sirup. Warnanya cokelat kekuning-kuningan, yang diperoleh
dari penyulingan gula. Apabila sirup ini direbus dan kemudian didinginkan maka akan terbentuk
kristal-kristal gula.
Kegunaannya : bahan penambah rasa untuk biskut, cake atau pencuci mulut.
13. Sirup hitam (treacle @molasses)
Sirup ini warnanya lebih gelap dan mempunyai aroma yang lebih tajam dibanding golden
syrup.Treacle dibuat dengan mencairkan dan menyaring molasses (tetes) dan kemudian
dipadatkan.
Kegunaannya : bahan penambah rasa untuk biskut, cake atau pencuci mulut.
14. Gula Jagung (glucose syrup)
Di dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama Corn Syrup, yang diolah dengan merebus
starch (pati) jagung dengan air sehingga kemudian berubah menjadi gelatin (kental seperti agar-
agar).
Kegunaannya : bahan penambah rasa untuk biskut, cake atau pencuci mulut.
15. Karamel

Caramel adalah berbagai produk yang diperoleh dengan pemanasan gula. Karamel memiliki warna
kecoklatan atau bahkan kehitaman serta memiliki wangi yang khas.
Kegunaannya : Digunakan sebagai pewarna pada makanan atau sebagai aroma dan rasa.
16. Gula Jelly
Adalah larutan gula yang warnanya kuning dan kental sehingga menyerupai jelly.
Kegunaannya : Gula jelly biasanya dicampurkan ke dalam adonan buttercream.
1.2.3.siapa saja yang membutuhkan gula?
1.2.4.bagaimana mengukur kebutuhan terhadap gula

Total Kebutuhan Gula Nasional 6 Juta Ton/Tahun

Total kebutuhan gula nasional saat ini mencapai 6 juta ton per tahun, namun produksi
domestik hanya berkisar 2,20-2,50 juta ton atau masih ada impor gula 3,80-3,50 juta ton per
tahun atau sekitar 60% dari total kebutuhan nasional.

7
“Dengan impor gula yang masih besar berarti peluang untuk menaikkan produksi juga
masih besar. Jadi, dari potensi pasarnya, tentu industri gula masih layak untuk dilirik para
investor,” jelas Colosewoko.

Apalagi, kata Colosewoko, harga gula di pasar lokal jauh lebih tinggi dari harga di pasar
internasional. Kondisi ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga negara-
negara produsen lainnya sekaliber Thailand dan India. Itu dilakukan demi memproteksi para
petani sehingga harga domestik lebih mahal dari di luar negeri.

“Apalagi sifat komoditas gula yang dalam perdagangan adalah residual, artinya apabila
produksi tidak dijual maka untuk apa? Hal ini yang juga dilakukan Thailand sampai menjual
harga di pasar ekspor di bawah biaya produksi. Nah, kalau produksi dari pabrik gula baru
di Indonesia itu arahnya untuk pasar domestik, tentu ini secara hitungan bisnis menjadi
sangat menarik bagi para investor,” papar dia.

Colosewoko mengungkapkan, pengembangan pabrik gula yang sudah diarahkan pada pola
terintegrasi akan melahirkan diversifikasi produk. Investor kelak tidak hanya mengandalkan
gula sebagai sumber pendapatan, namun juga bisa memiliki sumber pendapatan lainnya,
seperti produk etanol atau listrik.

“Ini telah dikembangkan produsen gula dunia, seperti Brasil dan India. Porsi gula dalam
pendapatan sudah turun drastis. Ini pekerjaan rumah untuk Indonesia. Ke depan juga harus
demikian. Hanya saja, untuk masalah harga, misalnya untuk listrik yang masih harus ada
perhatian dari pemerintah,” kata Colosewoko. (*)

https://id.beritasatu.com/agribusiness/total-kebutuhan-gula-nasional-6-juta-tontahun/178029

1.2.5. faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan terhadap gula


faktor–faktor yang mempengaruhi
permintaan gula (Diesy, 2006).
a. Harga barang itu sendiri
Sesuai dengan hukum permintaan,
jumlah barang yang diminta berubah secara
berlawanan dengan perubahan harga. Cara
lain untuk mengekspresikan prinsip ini adalah
kurva permintaan itu mempunyai nilai
kemiringan negatif. Perubahan harga secara
nominal menyebabkan pergerakan sepanjang
fungsi permintaan tertentu, dan pergerakan
tersebut ditunjukkan oleh perubahan jumlah
yang diminta secara berlawanan. Jadi,
perubahan harga barang itu sendiri menga-
kibatkan berubahnya jumlah yang diminta
(quantity demanded), kurva permintaan

8
tidak berubah.
b. harga gula impor.
Impor adalah suatu perdagangan dengan
cara memasukkan barang dari luar negeri ke
dalam wilayah pabean misalnya ke dalam
wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku (Bank Indone-
sia,1994). Jika ditelaah lebih lanjut, kegiatan
mendatangkan barang maupun jasa dari luar
negeri dapat dipandang sebagai suatu fungsi
permintaan. Oleh karena itu Indonesia yang
juga melakukan impor baik terhadap barang-
barang maupun jasa yang dihasilkan oleh
negara lain, pada dasarnya juga telah mela-
kukan suatu permintaan terhadap barang dan
jasa tersebut.
c. Pendapatan Per kapita.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum
tentu menjamin kemakmuran yang tinggi
pula bagi masyarakat, karena mungkin
pertumbuhan penduduknya cukup tinggi
pula. Tingkat pertumbuhan pendapatan
perkapita lebih menunjukkan perkembangan
kemakmuran, sebab bila dilihat dari sudut
konsumsi, berarti masyarakat akan mempu-
nyai kesempatan untuk menikmati barang
dan jasa yang lebih banyak atau lebih tinggi
kualitasnya.
Pendapatan perkapita adalah pendapat-
an rata-rata penduduk suatu negara. variabel
yang digunakan untuk menghitung
pendapatan perkapita adalah pendapatan
nasional dan jumlah penduduk. Secara
matemati rumus perhitungan pendapatan per
kapita adalah (Alam, 2004):
Pendapatan per kapita= Pendapatan Nasional Bruto (GNP)
Jumlah Penduduk
d. Jumlah penduduk.
Teori Malthus mengatakan bahwa jumlah
penduduk senantiasa bertambah banyak
sementara pertumbuhan produksi tidaklah
banyak sehingga salah satu solusi terbaik
adalah adanya pengendalian jumlah pendu-
duk. Malthus sangat khawatir terhadap
dampak dari pertambahan penduduk terha-
dap ekonomi walaupun sebetulnya bisa
menjadi asumsi bahwa pertambahan pendu-
duk akan memicu proses industrialisasi
(Rusli, 1995).
Penelitian sebelumnya

9
Ernawati dan Isang mengemukakan
bahwa di dalam persamaan model dasar dan
model perdagangan bebas untuk impor gula
sama yaitu bahwa variabel impor dipengaruhi
oleh harga riil gula dunia (PW), total
produksi (P), jumlah populasi (POP),
pendapatan (I), nilai tukar (ER) dan impor
tahun sebelumnya (QMt-1) dan merupakan
penjumlahan dari permintaan gula rumah
tangga dan industri.
Suparno (2004) menganalisis tentang
pengaruh penurunan tarif impor gula pasca
liberalisasi perdagangan gula, dan hasil
analisisnya mengatakan bahwa penurunan
tarif impor akan menyebabkan kenaikan
impor gula. Peningkatan impor gula ini akan
meningkatkan harga gula impor dengan
perbandingan 2,5 kali lipat. Kenaikan harga
impor tersebut akan menurunkan harga
nominal eceran gula domestik, sehingga akan
menurunkan permintaan gula domestik dari
rumah tangga dan industri. Widowati (2003) menganalisis tentang pengaruh tarif impor gula
terhadap industri
gula Indonesia dengan membandingkan tarif
impor nol persen dan 25 persen. Pengaruh
penetapan tarif impor sebesar 25 persen
adalah peningkatan harga eceran gula di
pasar domestik, peningkatan luas areal
tanam tebu, peningkatan produksi gula
domestik dan mampu mengurangi volume
impor, apabila dibandingkan dengan tarif
impor sebesar nol persen. Pengaruh harga
gula di pasar internasional yang naik,
mempengaruhi proses produksi gula di pabrik
gula di dalam negeri..

https://www.researchgate.net/publication/316455622_FAKTOR-
FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI_PERMINTAAN_GULA_DI_INDONESIA

1.2.6 Produk atau makanan apa saja yang perlu diidentifikasi yang terkait dengan
kebutuhan gula?
1.2.7 Data apa saja yang sudah tersedia terhadapa kebutuhan gula dan bagaimana
mengaksesnya?
1.2.8 Apa manfaat yang diperoleh dari survey ini?

10

Anda mungkin juga menyukai