BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
Keluhan Tambahan :
Kabur pada saat melihat jauh, penglihatan berbayang, mata terasa cepat lelah,
mata berair, sering memicingkan mata ketika melihat jauh, sakit kepala.
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 75 x/menit
- Laju Napas : 19 x/menit
- Suhu : 36,6° C
Status Oftalmologis
OD OS
No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 2/60 20/400
2. Tekanan Intra Okuler Secara palpasi Secara palpasi
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
5
Pemeriksaan Penunjang:
1) Pemeriksaan Visus
VOD : 2/60 di koreksi S -5.00
20/20
VOS : 20/400 di koreksi S -3.5
20/20
8
Daftar Masalah:
- Penglihatan kabur pada kedua mata saat melihat jauh
- Kedua mata cepat lelah terutama bila membaca, menonton televisi dalam
jangka waktu lama dan ketika pasien belajar
- Sakit kepala
- Visus OD 2/60 di koreksi S -5.00
- Visus OS 20/400 di koreksi S -3.50
2) Medikamentosa
Topikal : Asthenof Drop gtt I tiap 8 jam
Mecobalamin 1x500 mg tab
Resep kacamata sesuai koreksi:
OD : S -5.00
OS : S -3.50
Tanda tangan,
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
BOLA MATA
Konjungtiva4,5
Adalah membran mukosa yang transparant dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi
palpebra (suatu sambungan mukokutan) dan epitel kornea di limbus.
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak
mata dan melekat erat di tarsus. Di tepi superior dan inferior,
konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior)
dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris.
11
Kornea4,5
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini
disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada
12
Traktus uvealis4,5
Traktus Uvealis terdiri atas iris, corpus ciliare, dan koroid.
Bagian ini merupakan lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi
oleh kornea dan sklera. Struktur ini ikut mendarahi retina.
Iris
Iris adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior. Iris
berupa permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di
tengah, pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan
anterior lensa, memisahkan bilik mata depan dari bilik mata
belakang, yang masing-masing berisi aqueous humor. Di dalam
stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan
13
Aqueous humor4,5
Aqueous Humor di produksi oleh corpus ciliaris. Setalah
memasuki bilik mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan
masuk ke dalam bilik mata depan, kemudian ke perifer menuju sudut
bilik mata depan.
Retina4,5
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan
semitransparan yang melapisin bagian dalam 2/3 posterior dinding
15
Vitreus4,5
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular
yang membentuk 2/3 volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan
yang dibatasi oleh lensa. Retina, dan diskus optikus. Permukaan luar
vitreus – membran hyaloid – normalnya berkontak dengan struktur-
struktur berikut : kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana
lapisan epitel, retina dan caput nervi optici. Basis vitreus
mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup kelapisan
epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata. Diawal
kehidupan, vitreus melekat kuat pada kapsul lensa dan caput nervi
optici tetapi segera berkurang di kemudian hari.
Vitreus mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua
komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan
16
2.3 Miopia
2.3.1 Definisi
Miopia adalah keadaan bayangan benda yang terletak jauh difokuskan
di depan retina oleh mata yang tidak berakomodasi. Pada pasien miopia akan
menyatakan melihat jelas bila melihat dekat sedangkan melihat jauh buram
atau disebut pasien rabun jauh.2,3
membaca, pendidikan yang lebih tinggi, dan pekerjaan yang melakukan banyak
kegiatan jarak dekat.7
2.3.3 Klasifikasi2
Dikenal beberapa tipe dari miopia :
1. Miopia Aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal.
Pada orang dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter
anteroposterior bola mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi
sebesar 3 dioptri.
2. Miopia Refraktif
Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga
pembiasan lebih kuat.
2.3.4 Patofisiologi
Insiden miopia bergantung pada faktor genetik dan lingkungan. Miopia
adalah inherediter monogenik atau poligenik. Inherediter monogenik jarang
terjadi sedangkan inherediter poligenik terjadi lebih sering. Penelitian saat ini
mengidentifikasi gen yang bertanggung jawab untuk miopia lebih dari -6.00
dioptri ditemukan pada kromosom 1-5, 7,8, 10-12, 14, 17-22. Gen yang
bertanggung jawab untuk miopia kurang dari -6.00 dioptri ditemukan pada
kromosom 7.7
Mata emetropik menunjukkan bahwa sinar cahaya paralel jatuh pada titik
fokus pada retina, sedangkan pada mata miopia, sinar cahaya paralel jatuh pada
titik fokus di depan retina, hal ini menyebabkan tidak munculnya gambar tajam
pada retina ketika pasien menatap ke kejauhan. Mata miopia menunjukkan
gambar yang tajam hanya dapat dihasilkan oleh objek dengan jarak yang dekat
dimana sinar cahaya menyebar sebelum masuk ke mata.10
Penyebabnya antara lain bola mata yang terlalu panjang dengan daya
refraksi normal (miopia aksial, gambar 2.1c), dan daya refraksi yang terlalu kuat
pada panjang bola mata yang normal (miopia refraktif, gambar 2.1d).10
2.3.5 Manifestasi
Kecurigaan adanya rabun jauh pada pasien bisa bergantung pada
anamnesis keluhan subjektif pasien dan temuan objektif penderita. Keluhan
tersering pasien berupa penglihatan kabur saat melihat jauh dan harus melihat
dekat apabila melihat benda-benda yang kecil, juga cepat lelah bila membaca
jauh. Seseorang yang mengalami miopia akan menyipitkan mata atau
mengerutkan kening dan sering mengalami sakit kepala.
Temuan gejala objektif miopia tergantung pada gangguan miopia yang
didapat, yang digolongkan menjadi sederhana (simpleks) atau patologis.
1. Miopia simpleks:
Miopia yang sering ditemukan pada usia sekolah, dengan onset pada usia 10-12
tahun. Biasanya miopia jenis ini tidak berkembang lebih jauh setelah usia 20
tahun. Refraksi jarang melebihi -6.00 dioptri. Adapun temuan klinisnya antara
lain.10
20
Segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang juga ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan disekitar papil saraf
optik.
2. Miopia patologik :
Miopia jenis ini secara umum herediter dan akan berkembang lebih jauh secara
kontinu dan independen dari pengaruh eksternal.10 Miopia patologi adalah
miopia tinggi yang terkait dengan perubahan patologi terutama di segmen
posterior mata. Miopia jenis ini termasuk penyakit yang cukup berat dan
mempunyai konsekuensi menurunnya tajam penglihatan serta penyakit mata
yang serius. Temuan klinisnya antara lain.11
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.
Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-
kelainan pada :
1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa kelainan-kelainan
pada degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi
badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan
miopia.
2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal.
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.
3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang
ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula.
4. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas
dan disebut sebagai fundus tigroid.
21
2.3.7 Diagnosis
Evaluasi pasien dengan miopia dengan melakukan pemeriksaan yang
komprehensif terhadap mata.
1. Riwayat Pasien
Komponen dari riwayat pasien termasuk keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang (sacred seven), riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit
keluarga, penggunaan obat-obatan, riwayat alergi, dan riwayat sosial.5
Pasien dengan miopia akan mengatakan melihat jelas bila dekat, sedangkan
penglihatan kabur saat melihat jauh sehingga disebut rabun jauh. Pasien
dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai
dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Pasien miopia mempunyai
kebiasaan memicingkan matanya untuk mendapatkan efek lubang kecil.1
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tajam penglihatan, lakukan pada kedua mata dari jarak jauh
dengan snellen chart dan jarak dekat dengan Jaeger.
b. Refraksi, retinoskopi merupakan alat yang objektif dalam mengukur
kelainan refraksi. Autorefraktor juga dapat digunakan untuk
menggantikan retinoskopi walaupun tidak dapat memberikan informasi
kualitatif.
c. Pergerakan bola mata dan pandangan dobel.
d. Pemeriksaan lapang pandang.
e. Pemeriksaan segmen anterior dengan senter atau pen light.
f. Pemeriksaan funduskopi dan tekanan intraokular, dilakukan karena
pasien dengan miopia berisiko tinggi untuk mengalami glaukoma, dan
ablasio retina.5Pada pemeriksaan funduskopi terdapatmiopik kresen
yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posteriorfundus
mata miopia, yang terdapat pada daerah papil saraf optik akibat
tidaktertutupnya sklera oleh koroid. Mata dengan miopia tinggi akan
terdapat pulakelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula dan
degenerasi retinabagian perifer.1
22
2.3.8 Tatalaksana
Koreksi miopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif.
Permukaan refraksi mata yang mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada
miopia, mengakibatkan kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan
meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Besarnya kekuatan lensa yang
digunakan untuk mengoreksi mata miopia ditentukan dengan cara trial and error,
yaitu dengan mula-mula meletakkan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti
dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam
penglihatan yang terbaik.7Pemeriksaan dimulai dengan memberikan lensa sferis
+0,25 dioptri. Pemeriksaan tajam penglihatan diulang dengan meminta penderita
membaca semua deretan huruf snellen chart apabila tidak memberikan tajam
penglihatan yang membaik berikan lensa negatif dimulai dari -0,25 dioptri,
ditambahakan berturut-turut -0,25 dioptri sampai pada lensa negatif terlemah
penderita dapat membaca deretan huruf 6/6 pada snellen chart. Pasien yang
dikoreksi dengan -2.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga
bila diberi sferis -2.50 dioptri mendapat tajam penglihatan yang sama, maka
sebaiknya diberikan koreksi -2.00 dioptri untuk memberikan istirahat mata yang
baik setelah dikoreksi.1Koreksi miopia juga dapat menggunakan lensa kontak,
lensa kontak adalah lensa yang diletakkan di atas kornea dan memiliki daya
kohesi sehingga tetap menempel pada kornea, tujuannya adalah untuk
memperbesar bayangan yang jatuh di retina. Kerugian menggunakan lensa kontak
adalah lebih mudah terkena infeksi, apabila pemakainannya kurang
memperhatikan kebersihan, dan lebih mudah terjadi erosi kornea, terutama
apabila dipakai terlalu lama.9
Miopia yang agak berat dapat dilakukan koreksi dengan LASEK (Laser
Epithelial Keratomileusis), dimana dilakukan untuk koreksi miopia -6.00 dioptri,
umumnya sampai -8.00 dioptri. Kekurangan dari prosedur ini adalah nyeri paska
operasi. Selain itu dapat dilakukan LASIK (Laser In Situ Keratomileusis) dimana
dilakukan untuk koreksi miopia -8.00 dioptri, umumnya sampai -10.0 dioptri.
Komplikasi post operasi adalah dry eye, sebab banyak saraf kornea yang
terpotong. Kasus miopi yang berat bisa dilakukan tindakan operasi berupa Clear
Lens Extraction (CLE) yang diikuti penanaman lensa intraokuler.5
23
2.3.9 Komplikasi
Komplikasi miopia adalah ablasio retina. Risiko untuk terjadinya ablasio
retina pada 0 sampai (- 4,75) D sekitar 1/6662, pada (- 5) sampai (-9,75) D risiko
meningkat menjadi 1/1335, lebih dari (-10) D risiko ini menjadi 1/148.
Penambahan faktor risiko pada miopia, lebih rendah tiga kali sedangkan pada
miopia tinggi, meningkat secara signifikan.Komplikasi lain berupa Vitreal
Liquefaction dan Detachment. Vitreus humor yang berada di antara lensa dan
retina mengandung 98% air dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia
akan mencair secara perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada
penderita miopia tinggi, hal ini berhubungan dengan hilangnya struktur normal
kolagen. Tahap awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters),
pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga kehilangan
kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan menimbulkan risiko untuk
terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment pada
miopia tinggi terjadi karena luasnya volume yang harus diisi akibat
memanjangnya bola mata.1
Glaukoma juga menjadi salah satu komplikasi pada miopia tinggi. Risiko
terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia sedang 4,2%,
dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stres
24
BAB IV
ANALISA KASUS
pegal dan nyeri kepala. Rasa pegal pada daerah mata disebabkam karena pasien
terus menerus melakukan akomodasi sehingga otot-otot disekitar mata menjadi
bekerja berlebihan.
Pada anamnesis didapatkan keluhan penglihatan seperti melihat asap
tidak ada menyingkirkan penurunan pengelihatan karena adanya katarak.
Penglihatan silau tidak ada menyingkirkan penurunan pengelihatan karena
astigmatisma. Penglihatan seperti melihat pelangi apabila melihat lampu tidak
ada, penglihatan seperti melihat terowongan tidak ada, keluhan mual muntah
tidak ada menyingkirkan penurunan pengelihatan karena glaucoma, keluhan
mata merah tidak ada, mata keluar sekret dan terasa gatal tidak ada
menyingkirkan penurunan pengelihatan karena konjungtivitis. Riwayat trauma
pada mata tidak ada menyingkirkan penurunan pengelihatan karena trauma.
Miopia pada pasien kemungkinan disebabkan faktor genetik dan
lingkungan. Herediter disebabkan karena keluarga pasien juga mengalami
myopia. Penelitian saat ini mengidentifikasi gen yang bertanggung jawab untuk
miopia lebih dari -6.00 dioptri ditemukan pada kromosom 1-5, 7,8, 10-12, 14,
17-22. Gen yang bertanggung jawab untuk miopia kurang dari -6.00 dioptri
ditemukan pada kromosom 7. Faktor lingkungan seperti kebiasaan pasien
membaca dekat disertai penerangan yang kurang juga menjadi faktor utama
terjadinya miopia.
Pada pasien dilakukan pemeriksaan visus dengan menggunakan snallen
chat. Karena mata kanan pasien tidak dapat melihat snellen chat maka
pemeriksaan dilanjutkan dengan mengukur visus menggunakan jari. Diperoleh
visus OD 2/60 di dan OS 20/200. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan
menggunakan pinhole dan didapatkan kemajuan visus sehingga disimpulkan
pasien tersebut mengalami gangguan media refraksi. Pasien juga dilakukan
pemeriksaan dengan jarum kipas dan disimpulkan pasien tidak mengalami
astigmatisma.
Selanjutnya pasien dilakukan perbaikan visus dengan menggunakan
koreksi S -5.00, OS 20/200 di koreksi S -3.50 dan diperoleh kemajuan visus.
Sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami myopia dextra et sinistra
sedang.
27
Hal ini sesuai dengan teori bahwa koreksi miopia dengan menggunakan
lensa konkaf atau lensa negatif. Permukaan refraksi mata yang mempunyai
daya bias terlalu besar, seperti pada miopia, mengakibatkan kelebihan daya
bias ini dapat dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan
mata.
Pasien diberikan obat tetes mata
Awalnya pasien mengeluh mata merah tanpa disertai rasa nyeri. Hal ini
berhubungan dengan adanya gambaran iritasi pada pasien dengan keratitis. Pada
keratitis virus khusunya herpes simpleks biasanya nampak gambaran dendrit.
28
juga diberikan Asiklovir (salep 3%), diberikan setiap 4 jam dan Asiklovir oral
dapat bermanfaat untuk herpes mata berat, khususnya pada orang atopi yang
rentan terhadap penyakit herpes mata dan kulit agresif. Dengan dosis 400 mg lima
kali per hari pada pasien imunocompropromised dan 800 mg lima kali per hari
pada pasien atopik atau imun lemah. Keratoplasti penetrans mungkin
diindikasikan untuk rehabilitasi penglihatan pasien yang mempunyai parut kornea
yang berat.
BAB V
KESIMPULAN
Pada pasien ini dapat disimpulkan diagnosa kerja adalah keratitis virus
ec suspect herpes simpleks. Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah
terapi medikamentosa dan nonmedikamentosa. Terpai non medikmentosa
pada pasien dapat dilakukan debridement. Dan terapi medikamentosa dapat
diberikan IDU (Idoxuridine) analog pirimidin, diberikan Asiklovir (salep 3%),
diberikan setiap 4 jam dan Asiklovir oral. Untuk prognosis apabila bapasien
diberikan tatalaksana yang cepat dan tepat. Prognosis pada pasien adalah baik.