Oleh
Candra Wikan Rahmawati
NIM 11111241050
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana perkembangan kecerdasan interpersonal anak
usia 4-5 tahun di TK Gugus Sido Mukti Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian survey dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah anak Kelompok A di TK
Gugus Sido Mukti Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta yang berjumlah 92 anak. Objek penelitian ini yaitu
kecerdasan interpersonal. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket (questionnaire) dan observasi.
Instrumen dalam penelitian ini berupa angket tertutup dan lembar observasi (check list). Analisis data
menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal
anak usia 4-5 tahun di TK Gugus Sido Mukti Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta termasuk dalam kriteria
baik.
Abstract
This research aims to identify the extent to which the interpersonal intelligence development of 4-5 year-
old children at TK Gugus Sido Mukti, Mantrijeron sub-district, Yogyakarta city. This research is a survey research
with descriptive-quantitative approach. The subjects of this research are 92 students of the A group at TK Gugus
Sido Mukti Mantrijeron sub-district Yogyakarta city. The object of this research is interpersonal intelligence. The
tecnic to obtain data is by using questionnaire and observation. Instrument in this research a questionnaire and
checklist. The data is analyzed using descriptive-quantitative technique. The result shows the interpersonal
intelligence of 4-5 year-old children at TK Gugus Sido Mukti Mantrijeron sub-district Yogyakarta city included in
both criteria.
kemampuan anak untuk mengenal diri, pandangan pihak lain terhadap perilaku mereka
mengendalikan emosi, empati, simpati, berbagi, dan bagaimana pandangan tersebut
menolong, kerjasama, bersaing, menjalin mempengaruhi tingkatan penerimaan dari
hubungan dengan orang lain atau biasanya kelompok teman sebaya, akan tetapi ada beberapa
berhubungan dengan kecerdasan interpersonal perilaku yang tidak sosial atau antisosial. Dengan
(Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 68). pendidikan sejak awal dan kemampuan
Pada dasarnya setiap anak akan intelektual anak yang baik, akan berpengaruh
memerlukan bantuan orang lain dan tidak dapat terhadap keterampilan sosial anak. Anak tidak
dihindari akan hidup di lingkungan sosial, namun akan bingung untuk menyesuaikan diri dengan
dalam kenyataannya banyak anak yang belum lingkungan sosial di luar rumah dan anak lebih
mampu meyesuaikan diri untuk menjalin cepat mengenal dekat lingkungan sosial di luar
hubungan positif dengan orang lain (Ralibi, 2008: keluarga apabila dibekali keterampilan sosial
23). Di sekolah, sering kali dalam pembelajaran sejak dini dengan stimulasi yang tepat.
pendidik hanya berorientasi pada kemampuan Anak lahir dengan membawa potensi
kognitif anak. Menuntut anak untuk bisa yang siap dikembangkan di lingkungan. Setiap
membaca, menulis, dan berhitung tanpa anak memiliki multiple intelligence seperti yang
memperhatikan aspek perkembangan lain yang dikemukakan Gardner, di antaranya adalah
juga penting untuk dikembangkan. Maka aspek linguistik, logika-matematika, musikal, visual-
sosial-emosional sangat penting untuk spasial, kinestetik, naturalis, rohani (spiritual),
ditanamkan dan dikembangkan sejak dini agar intrapersonal, dan yang tidak kalah penting
anak dapat berinteraksi dan bersosialisasi di adalah kecerdasan interpersonal. Namun
lingkungan sosial. kemampuan yang dimiliki anak tidak sama atau
Dari semua keterampilan sosial yang akan memiliki proporsi yang berbeda. Ada anak yang
dikembangkan oleh anak, kemampuan untuk memiliki satu kemampuan yang menonjol, ada
bergaul dengan orang lain akan paling banyak pula anak yang memiliki dua atau lebih
membantunya merasakan keberhasilan dan kemampuan. Menurut Gardner setiap anak
kepuasan dalam hidup. Agar dapat berkiprah memiliki peluang untuk belajar dengan gaya
secara efektif dalam dunia sosial, anak perlu masing-masing anak. Bila hal tersebut terpenuhi
belajar mengenali, menafsirkan, dan bereaksi maka anak akan berkembang dengan sukses
secara tepat terhadap situasi-situasi sosial. Anak (Anita Yus, 2011: 11).
memerlukan kemampuan untuk mencari titik Dalam penyesuaian diri dengan
temu antara kebutuhan dan harapannya dengan lingkungan, kecerdasan interpersonal sangat
kebutuhan dan harapan orang lain (Shapiro, 2003: diperlukan dalam membangun hubungan positif
173). dengan orang lain. Menurut Harvard (Anik
Septiana (2009: 4) menyatakan kurangnya Pamilu, 2007: 7), kemampuan interpersonal
seseorang memiliki keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi
menyebabkan kesulitan perilaku di sekolah, dengan orang lain seperti memahami orang lain
kenakalan, tidak perhatian, penolakan rekan, dan membina hubungan dengan orang lain.
kesulitan emosional, bullying (menggertak), Kecerdasan interpersonal anak dapat dilihat
kesulitan dalam berteman, agresivitas, masalah dalam kepekaan anak terhadap perasaan teman
dalam hubungan interpersonal, miskin konsep sebaya, kemampuan memotivasi dan mendorong
diri, kegagalan akademik, kesulitan konsentrasi, orang lain, keramahan sikap dan kemampuan
isolasi dari teman sebaya, dan depresi. bersosialisasi, kecenderungan bekerjasama
Peningkatan perilaku sosial cenderung paling dengan orang lain dan berbagi, kemampuan
mencolok pada masa kanak-kanak. Hal ini menengahi konflik, dan hal-hal lain yang sifatnya
disebabkan oleh pengalaman sosial yang semakin berhubungan dengan orang lain.
bertambah pada anak-anak, anak mempelajari
Identifikasi Kecerdasan Interpersonal .... (Candra Wikan R) 3
Berdasarkan pengalaman PKL, PPL, dan istirahat ataupun pembelajaran di kelas, ada juga
observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 6 anak yang hanya mau berbagi dan membantu
dan 7 Januari 2015 di TK ABA Gedongkiwo, pada teman yang biasa bermain dengannya saja,
anak usia 4-5 tahun termasuk dalam Kelompok A anak terlihat membeda-bedakan teman. Hal
di Taman Kanak-kanak. Anak-anak mulai tersebut menunjukkan anak kurang dapat
mengenal lingkungan baru yaitu sekolah, anak mengendalikan diri dalam menghadapi temannya
mengenal teman baru, dan orang tua baru yaitu saat sedang bekerjasama, sifat menghargai dan
pendidik. Beberapa anak saat pertama kali masuk memahami orang lain belum nampak, serta
sekolah terlihat ketakutan apabila ditinggal kemampuan menengahi konflik antar teman
orangtuanya. Anak belum mau untuk bermain belum banyak dimiliki anak usia dini. Di samping
bersama temannya yang lain, anak selalu itu, hal tersebut banyak nampak pada anak yang
berdekatan dengan orangtuanya. Ada anak yang dominan di dalam kelas, memiliki kemampuan
mau bermain dengan temannya yang baru namun lebih dibandingkan anak yang lain. Jadi, anak
orangtua harus tetap di dekatnya dan beberapa yang memiliki kemampuan kognitif dan bahasa
anak yang lain sudah berani bermain sendiri yang baik belum tentu memiliki kemampuan
ataupun dengan teman yang telah dikenal sosial yang baik pula. Namun pendidik terkadang
sebelumnya, serta tidak malu ataupun takut kurang memperhatikan proses pembelajaran yang
meskipun banyak orang-orang baru. Hal tersebut dilakukan, pendidik hanya memberikan kegiatan
menunjukkan kepribadian anak yang berbeda- pada anak dan mengerjakan tugas lain sambil
beda dalam menyesuaikan diri dengan menunggu anak mengerjakan kegiatan sampai
lingkungan, ada yang cepat dan ada pula yang selesai.
memerlukan banyak waktu. Kecerdasan interpersonal sangat
Anak terkadang tidak mau bergabung dan diperlukan dalam setiap kegiatan sehari-hari, baik
saling berbagi dengan teman-teman yang lain di sekolah maupun di rumah. Anak selalu
selain teman yang akrab atau biasa bermain berhubungan dan membutuhkan bantuan orang
dengannya. Campbell (2006: 198) menyatakan lain dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Anak
kemampuan interpersonal sangat erat kaitannya hidup di lingkungan sosial yang secara tidak
dalam hubungan diri sendiri dengan orang lain. langsung harus dapat menjalin hubungan baik
Kemampuan interpersonal dimaksudkan untuk dengan orang lain. Begitu juga di sekolah, anak
hidup dan bekerjasama dengan orang lain di harus mampu membangun hubungan baik dengan
lingkungan sekitar dalam masyarakat. Belajar teman-temannya dan pendidik, karena dengan hal
untuk hidup bersama dan belajar mengatasi itu anak akan mudah diterima dan dapat
konflik secara efektif adalah keterampilan yang meyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
sangat penting bagi diri sendiri dan orang lain. Anak memiliki tingkat kemampuan yang
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan berbeda-beda, hal tersebut dapat dipengaruhi
peneliti, dalam pembelajaran di kelas saat tingkat kematangan usia dan pengalaman yang
pendidik menerapkan pembelajaran kelompok, dimiliki (Aswan Zaim, 2002: 78). Kecerdasan
beberapa anak belum mampu membagi tugas interpersonal dapat menjadi bekal dalam
secara merata dengan temannya meskipun dengan kehidupan sosial anak apabila dapat
penjelasan berulang kali dari pendidik. Anak dikembangkan sejak usia dini. Pendidik dalam
ingin berusaha menyelesaikan kegiatan tersebut pendidikan anak usia dini harus mampu
sendiri dan anak yang pendiam tidak memiliki memahami perbedaan kemampuan yang dimiliki
kesempatan untuk ikut menyelesaikan kegiatan. anak didiknya. Sehingga dalam pembelajaran
Terkadang ada anak yang bertengkar karena yang dilakukan dapat memberikan kesan yang
berusaha ingin mengerjakan kegiatan sendiri atau mendalam pada anak dan kemampuan yang
bagian tugasnya dikerjakan teman lain yang dimiliki setiap anak dapat berkembang optimal.
berusaha mengerjakan tugas sendiri. Pada waktu
4 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 6 Tahun ke-4 2015
Selain itu, penggunaan persentase sebagai (B:A). Bila B tidak berbeda secara signifikan
alat untuk menyajikan informasi juga mempunyai dengan A, maka B merupakan data yang
keuntungan bahwa dengan persentase tersebut berdistribusi normal (Sugiyono, 2005: 77).
pembaca laporan penelitian akan mengetahui Berikut langkah yang diperlukan dalam pengujian
seberapa jauh sumbangan tiap-tiap bagian (aspek) normalitas data (Sugiyono, 2005: 78-79):
di dalam keseluruhan konteks permasalahan yang a. Menentukan jumlah kelas interval. Untuk
dibicarakan (Suharsimi Arikunto, 2005: 267). jumlah kelas interval ditetapkan = 6. Hal ini
Penggunaan skor persentase tersebut juga sesuai sesuai dengan 6 bidang yang ada pada kurva
dengan pendapat Nana Syaodih Sukmadinata normal baku.
(2010: 233) bahwa suatu data nominal hanya bisa b. Menentukan panjang kelas interval, dengan
diolah dengan statistik deskriptif: persentase, rumus:
grafik, chi kuadrat. Menurut Ngalim Purwanto
(2006: 102), persentase dapat dicari dengan
menggunakan rumus berikut. c. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi
d. Menghitung fh (frekuensi yang diharapkan),
dengan cara prosentase luas tiap bidang kurva
normal dikalikan jumlah data (jumlah
individu).
1) Baris pertama dan keenam terdiri atas
Keterangan:
NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan 2,7% x 92 = 2,484 (dibulatkan menjadi 3)
R = skor mentah yang diperoleh siswa 2) Baris kedua dan kelima terdiri atas
SM = skor maksimum ideal dari tes yang 13,53% x 92 = 12,4476 (dibulatkan
bersangkutan menjadi 12)
100 = bilangan tetap 3) Baris ketiga dan keempat terdiri atas
34,13% x 92 = 31,3996 (dibulatkan
Data skor jawaban angket dan data skor
menjadi 31)
hasil observasi akan peneliti sajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan diagram batang.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berikut langkah-langkah yang diperlukan dalam
penyusunan tabel distribusi frekuensi menurut Penelitian ini bertujuan untuk
Sugiyono (2005: 29-31). mengidentifikasi sejauh mana perkembangan
a. Menghitung jumlah kelas interval (K) dengan kecerdasan interpersonal anak usia 4-5 tahun di
rumus K = 1 + 3,3 log N TK Gugus Sido Mukti Kecamatan Mantrijeron
b. Menghitung rentang data (R) yaitu skor Kota Yogyakarta. Data pada penelitian ini berasal
tertinggi dikurangi skor terendah, dengan dari angket yang diisi oleh pendidik dan observasi
rumus R = Xt - Xr yang dilakukan peneliti dengan menggunakan
c. Menghitung lebar kelas (i) dengan rumus i = lembar observasi. Observasi dilakukan kurang
R/K lebih selama satu minggu untuk setiap TK di
d. Menyusun interval kelas kemudian Gugus Sido Mukti pada kelompok A dengan
memasukkan data. jumlah anak sebanyak 92 anak. Data yang
Selanjutnya, untuk mengetahui bentuk diperoleh kemudian dideskripsikan dan dianalisis
kurva, melihat dari nilai sentralnya yaitu mean menggunakan teknik analisis deskriptif
(rata-rata), median, dan modus. Pengujian kuantitatif. Hasil penelitian yang akan disajikan
normalitas data dilakukan dengan cara oleh peneliti meliputi deskripsi lokasi penelitian
membandingkan kurva normal yang terbentuk dan deskripsi data hasil penelitian.
dari data yang telah terkumpul (B) dengan kurva 1. Deskripsi Lokasi Penelitian
baku/standar (A). Jadi, membandingkan antara Penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-
kanak Gugus Sido Mukti Kecamatan Mantrijeron
6 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 6 Tahun ke-4 2015
Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Maret 2015 – 11 cukup terdapat 30 anak dengan persentase
April 2015 dari penyebaran angket dan observasi. 32,61%, dan berdasarkan hasil angket tidak ada
Gugus Sido Mukti terdiri dari 6 TK, yaitu TK anak yang berada dalam kriteria kurang dan
ABA Suryowijayan, TK ABA Dukuh, TK ABA kurang sekali. Sehingga berdasarkan hasil angket
Gedongkiwo, TK PKK Gedongkiwo, TK Putra dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (51,08%
Surya, dan TK Pedagogia. Namun untuk TK dari total keseluruhan) kecerdasan interpersonal
Putra Surya tidak memiliki Kelompok A maka anak usia 4-5 tahun di TK Gugus Sido Mukti
penelitian dilakukan di lima TK. berada dalam kriteria baik. Untuk lebih jelasnya
2. Data Hasil Penelitian persentase kecerdasan interpersonal anak usia 4-5
Perolehan skor yang diolah adalah total tahun tahun di TK Gugus Sido Mukti Kecamatan
skor dari hasil angket dan hasil observasi pada Mantrijeron Kota Yogyakarta dapat dilihat pada
anak kelompok A di TK Gugus Sido Mukti Gambar 1 berikut.
Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta.
a. Data Angket
Berdasarkan hasil jawaban angket
kecerdasan interpersonal anak usia 4-5 tahun di
TK Gugus Sido Mukti Kecamatan Mantrijeron
Kota Yogyakarta, diperoleh skor tertinggi yaitu
146, skor terendah 72, dan rata-rata 105.
Berdasarkan data skor yang telah diperoleh dari
92 anak kemudian digunakan untuk menarik
kesimpulan. Skor yang diperoleh setiap anak
dikriteriakan masing-masing berdasarkan kriteria
dasar menurut Suharsimi Arikunto (2005: 44), Gambar 1. Histogram Kriteria Hasil Angket
sehingga data yang diperoleh tersebut dipaparkan Kecerdasan Interpersonal Anak
ke dalam Tabel 2 kriteria kecerdasan Usia 4-5 Tahun di TK Gugus Sido
Mukti Kecamatan Mantrijeron
interpersonal anak usia 4-5 tahun sebagai berikut.
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan membantu apabila ada teman yang belum mampu
perkembangan. Yoyon Suryono, Yulia Ayriza, melakukan sesuatu atau kesulitan, berbagi
dan Farida Agus (2008: 33) menambahkan makanan apabila ada teman yang tidak
kecerdasan interpersonal dapat dikembangkan membawa, dan berbicara yang baik kepada
melalui stimulasi dengan kegiatan-kegiatan yang siapapun temannya, serta hal lain. Melalui
melibatkan orang lain, terutama dapat dilakukan pembiasaan-pembiasaan yang baik dalam
dengan bekerjasama. Kegiatan yang dapat bersikap kepada orang lain, anak akan belajar
diberikan seperti perkenalan dengan orang lain, mengerti dan memahami kondisi orang lain
stimulasi ini dapat dilakukan dengan sehingga dapat membantu individu dalam
membiasakan anak untuk ikut serta dalam membangun hubungan positif dengan orang lain.
berbagai kegiatan yang melibatkan orang banyak Faktor lain yang juga berpengaruh
dan bermain gotong royong. Namun terhadap perkembangan kecerdasan interpersonal
pembelajaran di sekolah terkadang jarang anak usia 4-5 tahun, yaitu pangaruh dari keadaan
menerapkan kegiatan yang melibatkan kerjasama sekitar, seperti lingkungan sosial dari keluarga
anak. Kegiatan pembelajaran banyak dilakukan yang berpengaruh dalam perbedaan kepribadian
dengan memberikan tugas secara individual atau individu maupun dari luar keluarga yaitu
tugas mandiri, sehingga kecerdasan interpersonal masyarakat atau lingkungan sekolah yang juga
anak belum berkembang optimal karena kurang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku
terstimulasi. Oleh karena itu, pengembangan individu. Dari lingkungan sosial, individu
kecerdasan interpersonal sangat perlu berinteraksi dengan orang lain, memperoleh
ditingkatkan agar seluruh kemampuan yang banyak pembelajaran yang mempengaruhi
termasuk dalam kecerdasan interpersonal anak perilakunya, dan mengerti akan setiap perbedaan
usia 4-5 tahun dapat berkembang dengan baik. yang ada pada individu lain yang nantinya dapat
Yoyon Suryono, Yulia Ayriza, dan Farida Agus membantu individu belajar menyesuaikan diri
(2008: 9) menyatakan kemampuan interpersonal untuk membangun hubungan positif dengan
juga berkaitan dengan kemampuan lain, di orang lain. Selain itu, perbedaan usia individu
antaranya: juga berpengaruh pada diri individu dalam
a. Kepekaan terhadap emosi, perasaan, menyikapi setiap perbedaan yang muncul dari
kehendak orang lain. lingkungannya. Hal tersebut sesuai dengan
b. Kemampuan bekerjasama dengan orang lain. pendapat Monks, F. J. Knoers, dan A.M.P.
c. Kemampuan mengorganisir orang lain. Haditono (2004: 56) yaitu ada beberapa faktor
Kecerdasan interpersonal juga dapat yang mempengaruhi kompetensi interpersonal,
dikembangkan melalui kegiatan kelompok, anak diantaranya usia (konformisme semakin besar
akan belajar berinteraksi dengan orang lain untuk dengan bertambahnya usia), keadaan sekeliling
menjalin kerjasama dalam menyelesaikan tugas (kepekaan pengaruh dari teman sebayanya sangat
bersama dan belajar mengorganisir orang lain. mempengaruhi kuat lemahnya interaksi teman
Pembentukan kelompok kecil (Armstrong, 2002: sebaya), dan interaksi orang tua (suasana rumah
121) untuk mencapai tujuan pengajaran umum yang tidak menyenangkan dan tekanan dari orang
adalah komponen utama model belajar kelompok. tua menjadi dorongan individu dalam berinteraksi
Melalui kelompok kerja ini dapat mengerjakan dengan teman sebayanya), serta kepribadian
tugas belajar dan berbagi tanggung jawab dengan ekstrovert (anak-anak ekstrovert lebih
bermacam-macam cara secara bersama-sama. konformitas daripada introvert).
Disamping hal tersebut, membiasakan anak Kecerdasan interpersonal merupakan
dengan mengajarkan untuk mengerti dan bagian dari kecerdasan jamak (multiple
memahami kondisi orang lain dapat menjadi intelligent) yang penting dikembangkan sejak
strategi dalam mengembangkan kecerdasan usia dini. Kecerdasan interpersonal akan
interpersonal. Anak dibiasakan untuk saling membantu anak dalam membangun hubungan
10 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 6 Tahun ke-4 2015
positif dengan orang lain sehingga mudah bergaul 2. Bagi Penelitian Selanjutnya
di lingkungan sosial terutama pada saat pertama Hasil penelitian dapat dijadikan dasar oleh
memasuki pendidikan formal yaitu Taman peneliti lain untuk melakukan penelitian
Kanak-kanak. Menurut Campbell (2006: 198), lanjutan, baik pada jenis penelitian yang
kemampuan interpersonal sangat erat kaitannya sama maupun pada jenis penelitian yang
dalam hubungan diri sendiri dengan orang lain. berbeda agar penelitian pada pokok bahasan
ini menjadi lebih sempurna.
Anak yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan
interpersonal dapat memahami orang lain dengan
baik. Armstrong (2002: 33) menambahkan
DAFTAR PUSTAKA
beberapa keterampilan yang dimiliki anak dengan
kecerdasan interpersonal yang tinggi, diantaranya Anik Pamilu. (2007). Mengembangkan
mempunyai banyak teman, menyukai kegiatan Kreativitas & Kecerdasan Anak.
berkelompok, tampak mengenal lingkungannya, Yogyakarta: Citra Media.
dan lain sebagainya yang menunjukkan hubungan
Anita Yus. (2011). Model Pendidikan Anak Usia
dengan orang lain. Dini. Jakarta: Kencana.
SIMPULAN DAN SARAN Aswan Zaim dan Syaiful Bahri Djamarah. (2002).
Simpulan Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, kecerdasan interpersonal anak usia
Atien Nur Chamidah. (2011). Deteksi Dini
4-5 tahun di TK Gugus Sido Mukti Kecamatan Gangguan Pertumbuhan dan
Mantrijeron Kota Yogyakarta diperoleh Perkembangan Anak. Diakses dari
kesimpulan bahwa kecerdasan interpersonal anak http://www.google.com/url?sa=t&rct=
usia 4-5 tahun di TK Gugus Sido Mukti termasuk rja&uact=8&ved=0CCMQFjAB&url=http
dalam kriteria baik. Hal tersebut dapat %3A%2F%2Feprints.uny.ac.id%2F4226
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya %2F1%2Fdeteksi_dini_gangguan_tumban
stimulasi yang diberikan pada anak dalam g.doc&ei=fj,d.c2E pada tanggal 20 Juni
pengembangan kecerdasan interpersonal, 2015, pukul 05.23 WIB.
perbedaan karakteristik individu, serta
lingkungannya yang mempengaruhi perbedaan Champbell, L. (2006). Metode Praktis
Pembelajaran Berbasis Multiple
perilaku individu. Pengembangan kecerdasan
Intelligence (Alih bahasa: Tim Intuisi).
interpersonal anak usia 4-5 tahun masih harus Depok: Intuisi Press.
terus ditingkatkan agar semua kemampuan dapat
berkembang optimal. Monks, F. J. Knoers, dan A.M.P. Haditono.
(2004). Psikologi Perkembangan
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Saran (Alih bahasa: Siti Rahayu Haditono).
Berdasarkan hasil penelitian dan Yogyakarta: UGM Press.
kesimpulan yang diperoleh, maka dapat diajukan
saran sebagai berikut. Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode
1. Bagi Pendidik Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Pendidik dapat memberikan stimulasi- Rosdakarya.
stimulai yang tepat untuk mengembangkan
kecerdasan interpersonal anak usia 4-5 tahun Ngalim Purwanto. (2006). Prinsip-prinsip dan
di TK Gugus Sido Mukti Kecamatan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Mantrijeron Kota Yogyakarta melalui Remaja Rosdakarya.
kegiatan yang menarik dan menyenangkan
Ralibi M.I. (2008). Fun Teaching. Jakarta: Duha
disesuaikan dengan perkembangan dan Khazanah.
kebutuhan anak.
Identifikasi Kecerdasan Interpersonal .... (Candra Wikan R) 11