Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
PENDIDIKAN IPA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul” Kinerja
Guru dalam Mendesain PBM” dengan baik dan tepat waktu meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan kami ucapkan terima kasih kepada ibu Dra.
Ratnawaty Maming, M.Si yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk
memberikan pemahaman tentang kinerja guru dalam mendesain pbm. Namun
dalam pembuatan makalah ini tentu masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah kami
dimasa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 Latar belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat .........................................................................................2
BAB II ............................................................................................................................3
PEMBAHASAN .............................................................................................................3
2.1 Kinerja Guru dalam Mendesain Program Pengajaran ........................................3
2.1.1 Pentingnya perencanaan dan desain pembelajaran ..........................................5
2.2 Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Proses Belajar Mengajar ......................... 13
BAB III ......................................................................................................................... 18
PENUTUP .................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
itu, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi personal, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. berbagai
upaya sudah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan di
Indonesia. Upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain melakukan
perubahan kurikulum secara teratur, dengan maksud agar isi kurikulum tidak
ketinggalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta
kebutuhan masyarakat yang berkembang dengan cepat. Di samping itu, juga
dilakukan upaya melaksanakan penataran-penataran guru, mengirim tenaga-
tenaga kependidikan keluar negeri untuk mengikuti berbagai kegiatan
workshop, seminar, latihan, studi lanjut dan sebagainya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Littleton, dan Long (1979) mengatakan bahwa performansi/kinerja adalah
perilaku yang menunjukkan kompetensi yang relevan dengan tugas realistis
dan gambaran perilaku difokuskan pada konteks pekerjaan yaitu perilaku
diwujudkan untuk memperjelas deskripsi-deskripsi kerja menentukan kinerja
yang akan memenuhi kebutuhan organisasi yang diinginkan.
Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif mengerjakan
sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya (Hersey and Blanchard, 1993). Pendpat para ahli
ini menunjukkan bahwa kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok
orang melakukan pekerjaan. Campbell at al (1983) mengemukakan bahwa
performansi personal dapat dinilai melalui pertanyaan persyaratan yang
diperlukan yang menggambarkan kinerja suatu jabatan, karena bagaimanapun
kinerja kepala sekolah harus mengacu pada system sekolah yang diperkirakan.
Unsur-unsur kinerja menurut Chaplin terdiri dari aktivitas tinngkah
laku (behavior) dan produktivitas. Aktivitas adalah gerakan atau tingkah laku
organism semua proses mental atau fisiologis. Tingkah laku adalah sembarang
respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan secara khusus
dari satu kesatuan pola reaksi mencakup segala sesuatu yang dilakukan atau
dialami oleh seseorang. Produktivitas adalah daya produksi, kualitas
kemampuan yang kreatif, kualitas kesanggupan menyelesaikan sebagian besar
tugas seperti penelitian, publikasi, dann lain-lain.
Dari beberapa pengertian di atas penulis berkesimpulan bahwa kinerja
adalah manifestasi hasil karya yang dicapai oleh suatu institusi/guru. Ukuran
keberhasilan suatu guru/institusi mencakup seluuruh kegiatan setelah melalui
uji tuntas terhadap tujuan usaha yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi
sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka
guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain
berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya.
Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru di dalam
melaksanakan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya
4
mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi
kelemahan pada guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan
mungkin ada system yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan
berpengaruh terhadap permasalahan.
Guru sebagai tenaga pendidikan secara subtantif memegang peranan tidak
hanya melakukan pengajran atau transfer ilmu pengetahuan (kognitif), tetapi
dituntut untuk mampu memberikan bimbingan dan pelatihan. Di dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 ditegaskan pada pasal 29 bahwa: tenaga
pendidikan selainn bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaa,
pengembangan, pelayanan dalam satuan pendidikan juga sebagai tenaga
professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses serta
menilai hasil pembelajaran, bimbingan dan pelatihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang perlu
dipertimbangkan dan diperhatikan ialah: (1) human performance yang
menggambarkan kemampuan (ability) yang didukung oleh motivasi yang
kuat; (2) kemampuan yang menggambarkan pengetahuan yang didukung oleh
keterampilan (skill); (3) motivasi (motivation) yang menggambarkan sikap
didukung oleh situasi yang kondusif .
5
pelaksanaan pengajaran, mendesain program pengajaran, melaksanakan proses
belajar-mengajar dan menilai hasil belajar siswa merupakan rangkaian kegiatan
yang saling berurutan dan tak terpisah satu sama lainnya (terpadu). Tentang hal
ini di gambarkan oleh Nana Sudjana (1989:100) sebagai berikut.
KEGIATAN
PENGAJARAN
TUGAS GURU
Tahap sebelum pengajaran Tahap pengajaran Tahap sesudah
(pre-active) (inter-active) pengajaran (past-active )
6
psikologis
Berangkat dari pendapat para ahli tentang tahapan pengajaran yang harus
dilalui serta mngacu pada topik permasalahan yang digambarkan dalam tabel di
atas, maka dalam uraian berikut ini akan dikemukakan kinerja guru dalam
mendesain program pengajaran (menyusun program satuan pembelajaran)
7
Mengajar adalah tugas yang begitu kompleks dan maha sulit sehingga tidak dapat
dilakukan dengan baik oleh siapa pun tanpa persiapan, sekalipun ia telah
berpengalaman bertahun-tahun. Petunjuk yang dikemukakan Nasution ini
memberi makna bahwa:
8
diterapkan dan prosedur evaluasi yang dilakukan dalam menilai hasil belajar
siswa.
1. What kind of thing do you want the people learn? ( skill, facts,concepts,
attitudes, values);
2. What are you precise instructional objective ?;
3. What is the most appropriate sequence of topics and tasks?;
4. What are the most appropriate methods?;
5. How should the teaching and learning be evaluated ?
2. Desain Pembelajaran
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system
development) dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap
sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya,
meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan
“pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline
atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh
secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan
sebagainya. [13]
9
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya
sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai
disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang
strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai
ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang
memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk
berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem,
desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan pengembangan sistematis
tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan
teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan
tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah
pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan,
serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Untuk memahami lebih jauh tentang
teori dan aplikasi desain pembelajaran.
Desain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan
secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status
awal dari pemahaman peserta didik, rumusan tujuan pembelajaran dan merancang
“perlakuan” berbasis media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses
ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis
dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis
komunitas.
3. Kemampuan Guru Dalam Desain Pembelajaran
Kemampuan, keahlian atau sering disebut dengan kompetensi profesional
guru sebagaimana dikemukakan oleh Piet A. Sahartian dan Ida Aleida adalah
sebagai berikut: ”Kompetensi profesional guru yaitu kemampuan penguasaan
10
akademik (mata pelajaran yang diajarkan) dan terpadu dengan kemampuan
mengajarnya sekaligus sehingga guru itu memiliki wibawa akademis” .
Kompetensi profesional yang dimaksud adalah kemampuan guru untuk
menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses
belajar-mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Para pakar dan ahli
pendidikan mengemukakan bahwa kompetensi guru merupakan salah satu syarat
yang pokok dalam pelaksanaan tugas guru dalam jenjang apapun.
Adapun kompetensi profesional yang dikembangkan oleh proyek pembina
pendidikan guru adalah sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Nana Sujdana
sebagai berikut:
a. Menguasai bahan
b. Mengelola program belajar mengajar
c. Mengelola kelas
d. Mengunakan media atau sumber belajar
e. Menguasai landasan pendidikan
f. Mengelola interaksi belajar-mengajar
g. Menilai prestasi belajar-mengajar
h. Mengenal fungsi bimbingan dan penyuluhan
i. Mengenal dan meyelenggarakan admistrasi sekolah.
j. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran
Dari kompetensi tersebut jika ditelaah secara mendalam maka hanya
mencakup dua bidang kompetensi yang pokok bagi guru, yaitu kompetensi
kognitif dan kompetensi perilaku.
Untuk analisis guru sebagai pengajar maka kemampuan guru atau
kompetensi guru yang banyak hubunganya dengan usaha meningkatkan proses
dan hasil belajar dapat digolongkan kedalam empat kemampuan, yaitu:
a. Merencanakan program belajar-mengajar
b. Melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar-mengajar
c. Menilai kemajuan proses belajar-mengajar
11
d. Menguasai bahan pelajaran yaitu bidang studi atau mata pelajaran yang
dipegangnya .
Kemampuan-kemampuan yang disebutkan dalam empat hal tersbut adalah
merupakan kemampuan yang sepenuhnya harus dikuasai guru yang bertaraf
profesional. Untuk mempertegas dan memperjelas kemampuan tersebut, akan
dibahas sebagi berikut:
a) Kemampuan merencanakan program belajar mengajar.
Sebelum merencanakan belajar mengajar guru perlu terlebih dahulu
mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut dan secara teoritis dan praktis
unsur-unsur yang terkandung didalamnya, adapun makna dari perencanaan
program balajar mengajar adalah sauatu proyeksi atau perkiraan guru mengenai
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa selama pengajaran itu berlangsung dan
tujuannya adalah sebagai pedoman guru dalam melaksanakan praktek atau
tindakan mengajar guru dalammeencanakan program belajar mengajar meliputi:
1) Merumuskan tujuan instruksional
2) Mengenal dan mengunakan metode mengajar
3) Memilih dan menyusun prosedur intruksional yang tepat
4) Melaksanakan program belajar mengajar
5) Mengenal kemampuan (entre behaviour) anak didik merencanakan dan
melaksanakan penelitian .
b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar ini kegiatan yang harus dilaksanakan adalah
menumbuhkan dan menciptakan kegiatan siswa sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
Adapun yang termasuk dalam pengelolaan proses belajar mengajar meliputi
prinsip-prinsip mengajar, keterampilan menilai hasil belajar siswa, penggunaan
alat bantu, ketrampilan memilih, dan mengunakan strategi atau pendekatan
mengajar. Dan kemampuan ini dapat diperoleh melalui pengalaman langsung
c) Menilai kemampuan proses belajar mengajar.
12
Dalam menilai kemampuan dan kemajuan proses belajar mengajar guru
harus dapat menilai kemajuan yang dicapai oleh siswa yang meliputi bidang
afektif dan kognitif serta psikomotorik. Kemampuan penilaian ini dapat dikatakan
dalam dua bentuk yang dilakukan melalui pengamatan terus menerus tentang
perubahan kemajuan yang dicapai siswa. Sedangkan penilaian dengan cara
pemberian skor angka atau nilai yang bisa dilakukan dalam rangka penilaian hasil
belajar siswa.
d) Menguasai bahan pelajaran.
Secara jelas konsep yang harus dikuasai oleh guru dalam penguasaan bahan
pelajaran ini telah tertuang dalam kurikulum khususnya Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) yang disajikan dalam bentuk Pokok Bahasan dan
Sub-Pokok Bahasan. Dan uraiannya secara mendalam dituangkan dalam bentuk
buku paket dari bidang studi yang bersangkutan.
Dari beberapa uraian diatas menunjukkan betapa pentingnya penguasaan
kompetensi bagi seorang guru yang profesional, karena hal tersebut sangat
berpengaruh dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri.
13
pengajaran, (d) penampilan guru dalam mengajar dikelas,(e) penampilan
peserta didik dalam belajar, dan (f) evaluasi.
2. Model Oregon
Menurut model ini kemampuan mengajar dikelompokkan menjadi lima
bagian (a)perencanaan dan persiapan mengajar; (b) kemampuan guru
dalam mengajar dan kemampuan peserta didik dalam
belajar;(c)kemampuan mengumpulkan dan menggunakan informasi hasil
belajar;(d)kemampuan hubungan interpersonal yang meliputi hubungan
dengan peserta didik,supervisor dan guru sejawat; dan (e) kemampuan
hubungan dengan tanggung jawab profesional
3. Model Stanford
Model ini membagi kemampuan mengajar dalam lima komponen, tiga
dari lima komponen tersebut dapat diobservasi di kelas meliputi
komponen tujuan, komponen guru mengajar, dan komponen evaluasi
Aspek – aspek yang termasuk pada kompetensi profesional yang
ditampilakan oleh “pengajar” dalam PBM (Depdikbup,1983:103) antara
lain menggunakan metode, media dan bahan pengajaran, dan
melaksanakan evaluasi pengajaran siswa dalam proses belajar-mengajar.
1) Menggunakan metode pengajaran
Apabila telah ditetapkan suatu tujuan khusus, maka persoalan selanjutnya
bagi seorang tenaga pengajar/guru menetapkan suatu cara yang
memberikan jaminan tertinggi akan tercapainya tujuan itu sebaik-baiknya.
Untuk menggunakan suatu metode mengajar yang efektif harus
berdasarkan tujuan khusus yang hendak dicapai. Demikian pula
kesesuainya dengan bahan pelajaran. Antara tujuan, bahan dan metode
dituntut adanya keserasian.
2) Menggunakan alat pengajaran
Alat pengajaran adalah segala alat yang dapat menunjang keefektifan dan
efisien pengajaran(SudirmanN.dkk, 1991:208). Alat pengajaran sering
pula diartikan oleh sebagian orang dengan istilah sarana belajar atau
14
sarana pengajaran. Alat pengajaran tersebut juga termasuk bagian dari
sumber pengajaran. Kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih alat
pengajaran meliputi (1)kesesuaian alat pengajaran yang dipilih dengan
materi pengajaran atau jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta
didik, (2)kemudahan dalam perolehan alatnya dan kemudahan dalam
perancangannya,(3)kemudahan dalam penggunaannya,(4) terjamin
keamanan dalam penggunaannya,(5) kemampuan dana untuk
pengadaannya,(6)kemudahan dalam penyimpanan dan
pemeliharaannya,dan sebagainya(Sudirman N. Dkk 1991:218-219).
3) Menggunakan Media Pembelajaran
Fungsi media dalam proses belajar – mengajar tidak hanya sebagai alat
yang digunakan oleh guru, tetapijuga mampu mengomunikasikan pesan
kepada peserta didik. Media tidak hanya terbatas pada perangkat
keras(hardware), akan tetapi media juga dapat berbentuk perangkat lunak
(software). Rowntree mengemukakan fungsi media dalam membantu
peserta didik belajar sebagai berikut (Rowntree, 1982:168).
What do media actually to do to help the student learn ? they must present
him with a stimulus and evoke a response. But if we carry the analysis a
little further, the basic stimulus and response requitment might seem to
imply a number of functions like the following :
Engage the student’s motivaion
Recall earlier learning
Provide new learning stimuli
Activate the student’s response
Give speedy feedback
Encourrage appropriate practice
15
4) Bahan pembelajaran
Konten atau materi pelajaran sebenarnya merupakan koponen kurikulum
yang amat penting. Konten menyangkut jawaban terhadap pertanyaan,
“apa yang akan dikerjakan?” konten ini sering tidak diperhatikan. Artinya,
konten sering kali diambil saja dari buku teks yang berlimpah-limpah
tersedia, tanpa mengaitkannya dengan tujuan pendidikan, tujuan
kurikulum atau dengan tujuan instruksional.”( Ansyar, 1989:113)
Bahan atau materi pelajaran tersebut dapat diklasifikasikan
berdasarkan taksonomi Bloom cs mengenai tujuan pendidikan yakni
ranah(domain) kognitif, afektif, dan psikomotor), ketiga ranah tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
Pada ranah ini ada enam tingkat dari yang paling rendah sampai yang
paling tinggi, yakni
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Evaluasi
2) Ranah Afektif
Ranah afektif yang dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom dan Masia
yang dikutip oleh S. Nasution (1989: 70-71), garis besarnya sebagai
berikut.
Menerima (memerhatikan) menaruh perhatian, ada kepekaan terhadap
adanya kondisi, gejala, keadaan, atau masalah tertentu, dalam bentuk:
(a). Kesadaran;(b). Kerelaan menerimanya ; dan (c). Mengarahkan
perhatian.
Merespons, memberi reaksi terhadap suatu gejala secara terbuka
melakkan sesuatu sebagai respons terhadap gejala itu, dengan cara : (a)
16
merespons secara diam- diam ; (b) bersedia merespons; dan (c) merasa
kepuasan merespons.
Menghargai, memberi penilaian atau kepercayaan kepada suatu gejala
yang cukup konsisten, dengan cara; (a) menerima suatu nilai; (b)
mengutamakan suatu nilai; (c) komitmen terhadap suatu nilai
Organisasi , mengembangkan nilai – nilai sebagai suatu sistem,
termasuk hubugan antara nilai-nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu,
dengan cara : (a) mengopsialisasikan ;(b) mengorganisasikan suatu
sistem nilai.
Karakteristik suatu nilai atau perangkat nilai-nilai, mengadakan sintesis
dan internalisasi sistem nilai-nilai dengan cara yang cukp selaras dan
mendalam sehingga individu bertindak konsisten dengan nilai-nilai,
keyakinan atau cita-cita yang merupakan inti falsafah dan pandangan
hidupnya. Hal ini dilakkan dengan memerhatikan : (1) pedoman
umum;dan (2) karakterisasi
3) Ranah Psikomotor
Salah satu tujuan yang penting ialah membantu siswa agar sanggup
mencerahkan masalah taraf tinggi maka keterampilan berpikir harus
dijadikan inti pokok kurikulum. Menurut S.Nasution (1989;125) ada
unsur- unsur keterampilan berpikir yang perlu dikuasai siswa yaitu: 1.
Mengamati;2. Melaporkan ; 3. Mengklafikasi; 4. Memberi label; 5.
Menyusum dan mengurutkan; 6. Menginterpretasi; 7. Membuat
generalisasi; 8. Membuat inferensi; dan 9. Memecahkan problema.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Guru sebagai tenaga pendidikan secara subtantif memegang peranan
apenting tidak hanya melakukan pengajaran atau transfer ilmu
pengetahuan (kognitif), tetapi dituntut untuk mampu memberikan
bimbingan dan pelatihan. Sehingga sangat dibutuhkan perencanaan dan
desainpengajaran yang baik serta kinerja dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang
perlu dipertimbangkan dan diperhatikan ialah: (1) human
performance yang menggambarkan kemampuan (ability) yang didukung
oleh motivasi yang kuat; (2) kemampuan yang menggambarkan
pengetahuan yang didukung oleh keterampilan (skill); (3) motivasi
(motivation) yang menggambarkan sikap didukung oleh situasi yang
kondusif .
3.2 Saran
Dalam meningkatakan kualitas pendidikan sebaiknya
memperhatikan segala permasalahn yang terjadi saat ini demi
penyempurnaan seluruh komponen pendidikan seperti peningkatan
kualitas dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang
disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana, sehingga
pendidikan Indonesia lebih baik dan dapat bersaing di Era globalisasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, Syafruddin dan Adriantoni, Profesi Keguruan .Depok:
RajaGrafindo Persada 2019
Chaplin, James P., Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press, 2005
19