Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Biokimia

REAKSI-REAKSI ASAM AMINO DAN PROTEIN

Disusun dan diajukan oleh:

RISKA FAISAL

H031 17 1508

Laporan ini telah dipeiksa dan disetujui oleh:

Dosen Penanggung Jawab Praktikum Asisten

Dra. Seniwati Dali, M.Si, Andi Akbar, S.Si


NIP. 195812311988032003
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein memegang peranan yang penting. Proses kimia dalam tubuh dapat

berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebaga

biokatalis. dan protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama

dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Protein dapat diperoleh dari makanan

yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Beberapa makanan sumber protein adalah

daging, telur, susu, ikan, kacang, kedelai, dan buah-buahan (Poedjiadi, 1994).

Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan

yang memakan tumbuhan akan mengubah protein nabati menjadi protein hewani

di samping itu digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh. Protein juga dapat

digunakan sebagai sumber energi apabilah tubuh kekurangan karbohidrat dan lemak

(Poedjiadi, 1994).

Asam amino dirangkai satu sama lain dengan ikatan peptida dan berfungsi

sebagai unsur pembentuk struktur sel dan penghasil energi. Kebutuhan protein dari

makanan berdasar pada kebutuhan asam amino yang tidak dapat disintesis dalam

tubuh. Delapan asam amino yang esensial untuk manusia. Dari grup asam amino

tersebut banyak kebutuhan metionin yang dapat disubstitusikan dengan sistein atau

sistin dan fenilalanin dengan tirosin dan sebaliknya (Poedjiadi, 1994).

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah percobaan mengenai reaksi-

reaksi asam amino dan protein melalui beberapa tes yaitu tes ninhidrin, tes gugus R

dari asam amino sistein, tes biuret, tes Hopkins-Cole, dan tes Millon.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dalam percobaan ini yaitu untuk mempelajari dan memahami reaksi-

reaksi asam amino dan protein.

1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Mengidentifikasi adanya gugus α-amino bebas pada asam amino dan protein

melalui uji ninhidrin.

2. Mengidentifikasi adanya gugus sulfuhidril pada asam amino dan protein melalui

uji gugus rantai samping.

3. Mengidentifikasi adanya ikatan peptida pada protein melalui uji biuret.

4. Mengidentifikasi adanya gugus indol pada asam amino dan protein melalui uji

Hopkins-Cole.

5. Mengidentifikasi adanya gugus hidroksifenil pada asam amino dan protein

melalui uji Millon.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dalam percobaan ini adalah mengidentifikasi adanya gugus α -

amino bebas pada asam amino dan protein melalui uji ninhidrin dengan cara

penambahan pereaksi ninhidrin dan pemanasan, mengidentifikasi adanya gugus

sulfurhidril pada asam amino dan protein melalui uji gugus rantai samping dengan

cara penambahan larutan natrium nitropuspida dalam suasana basa, mengidentifikasi

adanya ikatan peptida pada protein melalui uji biuret dengan cara panambahan NaOH

dan CuSO4, mengidentifikasi adanya gugus indol pada asam amino dan protein

melalui uji Hopkins-Cole dengan cara penambahan glioksilik dalam suasana asam

dan mengidentifikasi adanya gugus hidroksilfenil pada asam amino dan protein
melalui uji Millon dengan cara penambahan pereaksi millon dan pemanasan. Hasil

uji positf terjadi ditandai dengan terdapatnya perubahan warna dan endapan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Protein

Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama.

Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau

manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh, maka protein yang

terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan

pertumbuhan tubuh (Poedjiadi, 1994).

Protein memegang peranan yang penting. Proses kimia dalam tubuh dapat

berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebaga

biokatalis. Di samping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit

yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh,

adalah salah satu jenis protein (Poedjiadi, 1994).

Protein dapat diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan.

Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan protein yang

berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein

adalah daging, telur, susu, ikan, kacang, kedelai, dan buah-buahan (Poedjiadi, 1994).

Protein mempunyai molekul besar dengan molekul bervariasi antara

5000 Dalton sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim,

protein akan menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang

terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan lain oleh

ikatan peptida. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH dan pelarut organik

(Poedjiadi, 1994).
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup yang tersusun

ata unit-unit molekul kecil penyusun yaitu asam amino dirangkai satu sama lain

dengan ikatan peptida dan berfungsi sebagai unsur pembentuk struktrur sel dan

penghasil energi. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur

C, H, O, dan N serta mengandung fosfor dan belerang (Purnomo dkk., 2012).

2.2 Asam Amino

Atom α -karbon dari asam amino, terkecuali glisin, masing-masing

dihubungkan pada empat gugus kimia yang berlainan yang merupakan karakteristik

suatu atom karbon asimetris dan pusat khiral. Di dalam ruang dengan atom karbon

asimetrik yang valensi-valensinya tersusun secara tetrahedral, isomer-isomer molekul

tersebut dapat digambarkan dengan dua model tiga dimensi. Jika gugus R identik

dalam tiap model dan di dalamnya tidak mengandung pusat-pusat asimetris lainnya,

maka kedua model tersebut saling merupakan bayangan cermin satu terhadap yang

lain, dan masing-masing isomer optis aktif. Kedua isomer tersebut memutar bidang

cahaya terpolarisasi dengan arah yang berbeda (Bender, 2012).

Gugus dalam asam α -amino adalah atom hidrogen dan gugus amino yang

terikat pada α -karbon. Karena cara meletakkan atom-atom karbon pada bidang

kertas dengan susbtituen pada karbon asimetrik di atas bidang, maka penyusunan

kembali formula yang telah diproyeksikan dengan cara memindahkannya ke luar

bidang kertas tidaklah diperkenankan. Model tersebut tidak dapat dibalik atau diputar

sebagian ke luar bidang kertas tetapi harus diputar pada bidang aslinya

(Bender, 2012).

Seperti telah diketahui, terdapat dua buah isomer optis pada asam amino

dengan satu pusat khiral. Asam amino yang paling banyak terdapat di alam seperti
yang digambarkan oleh rumus Fischer ditunjukkan dengan identifikasi L-, bentuk

cerminnya merupakan enantiomorf dan dinyatakan dengan D- (Bender, 2012).

Penurunan aktivitas enzim dan perubahan dalam kromatografi, menjelaskan

bahwa jumlah asam amino meningkat bersamaan dengan menurunnya jumlah lisin

saat katalis urea diperbanyak. Jelas bahwa reaksi kimia melibatkan endapan lisin dari

katalis. Hal ini terjadi karena lisin sebagai akibat dari karbamilati dari kelompok-

kelompok α-amino oleh sianat dalam larutan urea (Stark dkk., 1960).

Jika protein sederhana dihidrolisis menjadi satuan-satuan unsur pokok

pembangunnya, biasanya dihasilkan 19 asam α -L-amino dan satu asam L-amino,

dimana gugus R diidentifikasi bersama dengan singkatan konvensional asam-asam

amino dan data pada ionisasi gugus-gugus fungsional. Kedua puluh sisa-sisa

asam amino ini, termasuk L-aspragin dan L-glutamin, dikenali lewat kode genetik

untuk pemasukannya secara berurutan ke dalam rantai polipeptida

(Bender, 2012).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah larutan ninhidrin

0,1%, larutan glisin, larutan alanin, larutan sistein, larutan asam aspartat, albumin

dari telur, larutan natrium nitroprussida 1%, NH4OH pekat, larutan NaOH 2,5 M,

larutan CuSO4 0,01 M, larutan asam sulfat pekat, larutan glioksilik, pereaksi millon,

dan akuades.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini ialah tabung reaksi, rak tabung

reaksi, pipet tetes, labu semprot, gelas kimia, hotplate sikat tabung, dan kertas label.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Uji Ninhidrin

5 buah tabung reaksi yang kering dan bersih disiapkan, kemudian dimasukkan

glisin, alanin, sistein, asam aspartat, dan albumin pada setiap tabung reaksi sebanyak

2 mL. Ditambahkan 1 mL larutan ninhidrin 0,1% pada masing-masing tabung lalu

dihomogenkan kemudian dipanaskan (maksimal 10 menit). Diamati perubahan warna

yang terjadi.

3.3.2 Uji Gugus Rantai Samping (Sulfuhidril)

5 buah tabung reaksi yang kering dan bersih disiapkan, kemudian dimasukkan

glisin, alanin, sistein, asam aspartat, dan albumin pada setiap tabung reaksi sebanyak

2 mL. Kemudian ditambahkan 1 mL natrium nitroprussida 1% kemudian


dihomogenkan. Setelah itu ditambahkan 1 mL larutan NH4OH pekat lalu

dihomogenkan kembali. Diamati perubahan yang terjadi.

3.3.3 Uji Biuret

5 buah tabung reaksi yang kering dan bersih disiapkan, kemudian dimasukkan

glisin, alanin, sistein, asam aspartat, dan albumin pada setiap tabung reaksi sebanyak

2 mL. Ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 M ke dalam masing-masing tabung kemudian

dihomogenkan. Setelah itu ditambahkan setetes larutan CuSO4 0,01 M lalu

dihomogenkan. Jika tidak terjadi perubahan warna, ditambahkan lagi larutan CuSO4

berlebih (maksimal1 mL). Diamati perubahan yang terjadi.

3.3.4 Uji Hopkins-Cole

5 buah tabung reaksi yang kering dan bersih disiapkan, kemudian dimasukkan

glisin, alanin, sistein, asam aspartat, dan albumin pada setiap tabung reaksi sebanyak

2 mL. Ditambahkan 1 mL larutan glioksilik lalu dihomogenkan. Kemudian tabung

reaksi dimiringkan dan ditambahkan setetes demi setetes 2 mL asam sulfat pekat

pada dinding tabung reaksi secara perlahan. Diamati perubahan yang terjadi.

3.3.5 Uji Millon

5 buah tabung reaksi yang kering dan bersih disiapkan, kemudian dimasukkan

glisin, alanin, sistein, asam aspartat, dan albumin pada setiap tabung reaksi sebanyak

3 mL. Ditambahkan 4 tetes pereaksi millon lalu dihomogenkan hingga muncul

endapan putih. Kemudian dipanaskan (maksimal 10 menit) hingga endapan berubah

warna menjadi warna merah. Bila tidak terjadi perubahan warna maka ditambahkan

pereaksi milon berlebih (maksimal 1,5 mL) lalu Dipanaskan hingga ada perubahan

warna (maksimal 10 menit).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

1. Pada uji ninhidrin, glisin, alanin, sistein, dan albumin memberikan hasil positif.

2. Pada uji gugus rantai samping (sulfuhidril), sistein memberikan hasil positif.

3. Pada uji biuret, albumin memberikan hasil positif.

4. Pada uji Hopkins-Cole, albumin memberikan hasil positif.

5. Pada uji Millon, albumin memberikan hasil positif.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Sebaiknya semua bahan yang akan digunkan pada percobaan disiapkan

dengan pas sebelum melakukan percobaan.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Saran pada percobaan kali ini ialah agar dalam penyimpanan letak bahan di

simpan dengan jarak yang agak berjauhan agar saat mengambil bahan tidak desak-

desakan dan sedikat teratur.


DAFTAR PUSTAKA

Bender. D. A., 2012, Amino Acid Metabolism, Third Edition, Wiley-Blackwell, UK.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi, Univeristas Indonesia,


Jakarta.

Purnomo, H., Rosyidi, D. dan Pantoro, S. K., 2012, Kadar Protein dan Profil Asam
Amino Daging Kambing Peranakan Etawah (PE) Jantan dan Peranakan Boer
(PB) Kastrasi, Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, 7(1): 1-5.

Stark, G. R., Stein, W. H. dan Moore, S., 1960, Reactions of the Cyanate Present in
Aqueous Urea with Amino Acid and Proteins, The Journal of Biological
Chemistry, 235(11): 3177-3181.

Anda mungkin juga menyukai