Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KANDUNGAN DAN MEKANISME KERACUNAN

LOGAM ARSENIK DALAM SAMPEL


DARAH DAN RAMBUT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kimia Forensik

Dosen Pengampuh:
Prof. Dr. Ahyar Ahmad

Disusun oleh:

Kelompok 1

Riska Faisal H031 17 1508


Hernawati H031 17 1509
Nur Alfiah Mufidha J H031 17 1515
La Ode Ebet H031 17 1027

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA

sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah yang berjudul

“Analisis Kandungan dan Mekanisme Keracunan Logam Arsenic dalam Sampel

Darah dan Rambut” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia

Forensik. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan

dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi

maupun pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan

pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan

dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 23 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................
Kata Pengantar .......................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................
Bab I Pendahuluan ...............................................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................................
Bab II Pembahasan .................................................................................................
2.1 Logam Arsenik ...........................................................................................
2.2 Mekanisme Keracunan logam Arsenik.......................................................
2,3 Analisis Kandungan Logam Arsenik dalam Sampel Darah .......................
2.4 Analisis Kandungan Logam Arsenik dalam Sampel Rambut ....................
Bab III Penutup ......................................................................................................
Daftar Pustaka ........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah industri anoganik lebih sulit untuk dikontrol dan mempunyai

potensi bahaya yang lebih besar. Industri kimia berbahaya mengeluarkan limbah

berbahaya yang mengadung senyawa yang bersifat racun (toxic material) serta logam

berat yang bersifat toksik. Menurut National Institute for Occupational Safety and

Health (1975), arsen inorganik bertanggung jawab terhadap berbagai gangguan

kesehatan kronis, terutama kanker. Arsen juga dapat merusak ginjal dan bersifat

racun yang sangat kuat. Arsen ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit namun

tingkat toksisitas yang sangat tinggi karena masuk dalam logam berat. Seluruh logam

berat muncul secara alami di lingkungan yang dihasilkan dari buangan industry

dengan jumlah yang makin hari makin meningkat (Hazimah dan Triwuri, 2018)

Kemajuan teknologi dan pembangunan yang pesat akan meningkatkan

kualitas hidup masyarakat. Akan tetapi, terdapat dampak negatif yaitu penurunan

kesehatan akibat pencemaran limbah industri. Hal tersebut disebabkan, fasilitas atau

peralatan untuk menangani dan mengelola limbah tersebut tidak memadai. Salah satu

pencemaran pada lingkungan air, udara, dan tanah adalah logam berat. Contoh logam

berat yaitu arsenik. Logam berat masuk ke dalam tubuh melalui beberapa jalur,

diantaranya melalui makanan yang dikonsumsi baik yang berasal dari tanaman dan

hewan, polusi udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor dan asap pabrik,

kosmetik, dan lain-lain (Handayani dkk, 2018).

Logam berat yang berada pada darah atau urin tidak bertahan lama dan

dapat segera dikeluarkan melalui siklus metabolism tubuh sedangkan analisis logam

berat melalui rambut lebih akurat. Hal ini disebabkan logam berat lebih bertahan

1
lama di rambut. Jumlah logam dalam rambut berkorelasi dengan jumlah logam yang

diabsorpsi oleh tubuh. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan diahas mengenai

analisis kandungan logam arsenic dalam sampel darah dan rambut dan juga akan

membahas bagaimana mekanisme kercunan logam arsenik (Handayani dkk, 2018).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang itu logam arsenik ?

2. Bagaimana mekanisme keracunan logam arsenik?

3. Bagaiamana menganalisis kandungan logam arsenik dalam sampel darah?

4. Bagaiamana menganalisis kandungan logam arsenik dalam sampel rambut?

5. Bagaima kasus-kasus arsenik?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui logam arsenik.

2. Mengetahui mekanisme keracunanlogam arsenik.

3. Mengetahui cara menganalisis kandungan logam arsenik dalam sampel darah.

4. Mengetahui cara menganalisis kandungan logam arsenik dalam sampel

rambut.

5. Mengetahui kasus-kasus arsenik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Logam Arsenik

Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat

toxik. As elemental didapat di alam dalam jumlah sangat terbatas, terdapat bersama-

sama Cu, sehingga didapatkan produk sampingan pabrik peleburan Cu. As sudah

sejak lama sering digunakan untuk racun tikus dan keracunan arsen pada manusia.

Arsen ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit namun tingkat toksisitas yang

sangat tinggi karena masuk dalam logam berat. Seluruh logam berat muncul secara

alami di lingkungan yang dihasilkan dari buangan industri dengan jumlah yang

makin hari makin meningkat. Sumber dari logam berat timbal, kadmium, dan

merkuri dalam air, baik yang berupa larutan atau pun padatan sering ditemukan di

balik batu, ditemukan dalam bentuk sulfide yang berasal dari limbah/buangan

industri yang terkontaminasi, lindi dari secure landfill yang tidak terkendali, kegiatn

pertambangan yang buruk, dan kebocoran pada kolam penampungan limbah.

2.2 Mekanisme Keracunan Logam Arsenik

Mekanisme masuknya arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral,

dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan

usus halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005). Arsen adalah racun

yang bekerja dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi apabila arsen terikat dengan

gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim.Salah satu system enzim

tersebut ialah kompleks.piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi

dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam siklus TOA

3
(tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan

kofaktor. Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A (CoA-

SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua

gugus sulfhidril.

Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk

kelat dari dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya

bila arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam

darah. Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua

dariglikolosis dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid

dehidrogenase. Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat,

akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak

memproduksi ATP. Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH, maupun gugus –

SH yang terdapat dalam enzim, maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat

sebagai enzim metabolic.Karena adanya protein yang juga mengandung gugus –SH

terikat dengan As, maka hal inilah yang meneyebbkan As juga ditemukan dalam

rambut, kuku dan tulang.Karena eratnya As bergabung dengan gugus –SH, maka

arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian.

Sebelum diekskresikan arsen akan mengalami fase toksodinamik (interaksi

antara toksin dengan reseptor pada tubuh) melalui interaksi dengan sistem enzim

atau protein. Cara arsen berinteraksi dengan system enzim atau protein adalah

dengan inhibisi secara bolak- balik(reversible /terpulihkan). Arsen merupakan toksik

polar inhibitor enzim dan protein di mana terjadi ikatan non kovalen (ikatan yang

lemah) antara arsen dengan enzim atau protein sehingga arsen bisa keluar dari enzim

dengan mudah. Ikatan kovalen antara arsen tadi dengan gugus SH pada enzim,

sehingga enzim tidak dapat berfungsi dan protein menjadi rusak.

4
2.3 Analisis Kandungan Logam Arsenik dalam Sampel Darah

Senyawa arsen mengganggu sum-sum tulang dan mengubah komposisi sel-

sel darah. Vaskularisasi pada sumsum tulang bertambah. Pada dosis sedang

menyebabkan pengurangan eritrosit dan pada dosis besar menyebabkan perubahan

morfologis sel-sel darah dengan tampak adanya megalocytes dan microscytes.

Senyawa arsen in organik juga menekan produksi leukosit. Beberapa efek kronis

pada adarah dapat disebabkan oleh karena terganggunya absorbsi asam folat.

Arsenite juga mengganggu syntore parpyrine (Van Togeran et all, 1965). Gangguan

pada darah dan sumsum tulang yang ditimbulkan oleh senyawa arsen in organic

merupakan masalah yang benar-benar serius, tapi untungnya jarang terjadi. Sejumlah

kasus agranulasitosis disebabkan oleh glico biornd yang mana telah dilaporkan

pernah terjadi (Matousek dkk., 2019).

1. Standar dan Reagen Arsenik

Arsenik berikut digunakan untuk persiapan solusi standar persediaan

dikonsentrasi 100 μg L-1 dengan pengenceran serial dalam air deionisasi (DIW).

Disodiumhidrogen arsenate (Na2HAsO4) (99% murni). Asam metilarsonat, garam

disodium (CH3AsO(ONa)2), dan asam dimetilsarsinat((CH3)2AsO(OH)). Tidak

adanya spesies arsenik lainnya dalam standar ini telah diuji, dan tAkonten dalam

masing-masing standar ini ditentukan oleh tungku grafit-AAS. Dicampur standar

kerja IAS, MA, dan DMA pada konsentrasi yang sesuai disiapkan agar selalu segar

setiap hari. HG dilakukan dari 0,75 M Tris (hidroksimetil)-aminometana

hidroklorida buffer (TRIZMA hidroklorida, Sigma-Aldrich; Tris) disesuaikan dengan

pH 6 oleh KOH. Reduktorsolusi adalah 1% NaBH 4 (Fluka) dalam 0,1% KOH dan

0,1% Antifoam B (Sigma-Aldrich).Antifoam B dan Triton X-100 (Sigma-Aldrich,

Triton) juga ditambahkan ke plasma dan sampel darah.

5
2. Sampel Darah dan Plasma

Sodium heparin menstabilkan seluruh darah manusia (dikumpulkan) dari

BioreclamationIVT (Westbury, NY) dan disimpan di atas es. Sampel disimpan pada

suhu 8 °C dan dianalisis dalam 1 minggu dari pengiriman. Plasma darah diperoleh

dengan sentrifugasi darah selama 10 menit pada 800 rpm dan 4 °C. Sampel plasma

manusia dengan kadar arsenik tinggi dikumpulkan awalnya untuk klinis

mempelajari.. Secara umum, sampel dikumpulkan sebelum dan mulai 1 jam setelah

infus ATO dan kemudian setiap hari selama beberapa hari. Mereka dikumpulkan

pada hari ke 9 dari terapi ATO dandisimpan pada suhu −80 ° C selama kurang lebih

6 bulan. Sampel darah lengkap Murine dengan kadar arsenik tinggi berasal dari studi

pendahuluan itu membandingkan metabolisme iAs III pada tikus tipe liar dan tikus

dengan genotipe nol untuk GST-P. GST-M, dan GST-T, ketiga isoform dari

glutathione S-transferase. Untuk memberikan cukup volume sampel, darah

dikumpulkan dari 4 tikus ke dalam tabung yang mengandung natrium fluorida dan

disodium EDTA (BD 365992) dan disimpan pada suhu 4 °C sampai analisis. Sampel

dianalisis dalam waktu 2 hari dari pengumpulan.

Analisis langsung, 160 μL whole blood atau plasma dicampur dengan 40 μL

10% Antifoam B dan 80 μL larutan Triton 10%, penambahan standar jika berlaku,

dan diencerkan ke total volume 720 μL. Setidaknya 1 jam sebelum analisis, 80 μL

20% L -cyslarutan ditambahkan ke campuran sampel. Standar untuk kalibrasi

disiapkan prosedur yang sama dengan penambahan Antifoam B dan Triton dan

diprioritaskan oleh L-cys. Sampel disiapkan dalam 2 paralel dan 3 ulangan dari

setiap sampel diukur. 250 μL dari campuran sampel menjadi HG-CT, diikuti oleh

dua bilasan DIL 300 μL. Penjabaran dari prosedur untuk pencernaan ringan dalam

6
asam fosfat ultra murni 19 untuk analisis komparatif adalah disediakan dalam

Informasi Pendukung. Secara umum, dalam darah, spesies arsenik dianggap terikat

dengan protein. Karena itu, spikingsampel dengan standar sederhana dari spesies ini

mungkin tidak cukup untuk metode yang tepatvalidasi. Untuk memverifikasi

keakuratan analisis spesiasi HG-CT-AAS langsung dalam darah plasma, analisis dua

sampel plasma pasien leukemia dilakukan. Sampeldipilih untuk validasi yang

mengandung 12−35 μg L- 1 dari masing-masing spesies arsenik, mungkin

dalambentuk metabolit yang terjadi secara alami.

Analisis HG-CT-AAS setelah pencernaan asam fosfat yang menjaga

informasi tentangstatus metilasi spesies arsenik. 19 Metode LOD setelah pencernaan

dengan mempertimbangkan aFaktor dilusi 14 ditampilkan pada Tabel 1. Semakin

tinggi LOD untuk iA disebabkan oleh peningkatan nilai kosong (sekitar 0,11 μg L- 1

IAs) dari asam fosfat, meskipun pereaksi kemurnian sangat tinggi digunakan. Hasil

HG-CT-AAS langsung sesuai dengan analisis setelah pencernaan ringan, itu

pemulihan spesies arsenik individu antara 89% dan 114%. Analisis untuk keperluan

validasi tidak dilakukan, karena sampel darah dan plasma dapat mengandung

sebagian besar AsB yang tidak hidrida aktif, dan oleh karena itu, jumlah spesies

tidak akan lengkap. Selanjutnya, AsB dipertimbangkan tidak berbahaya tanpa

signifikansi dari sudut pandang toksikologi dibandingkan dengan spesies arsenik

diselidiki.

2.4 Analisis Kandungan Logam Arsenik dalam Sampel Rambut

DMA, MMA, dan iAS ditemukan baik di urin dan rambut, mengkonfirmasi

arsenic yang terserap adalah disimpan secara metabolik di rambut. Metodologi untuk

spesiasi arsenik menggunakan spesimen rambut kulit kepala dari insiden keracunan.

7
Sampel rambut dikristalinisasi dan dikocok dengan air selama 30 menit untuk

mengekstraksi arsenik. Ekstrak berair dipisahkan dengan sentrifugasi, dan residu

diekstraksi dua kali lebih banyak. Spesies arsenik dalam ekstrak dipisahkan dan

diidentifikasi oleh HPLC. Kuantifikasi adalah dengan ICPMS hasil dalam tabel 6.

Nilai referensi tidak bersertifikat untuk total arsenik dalam NIES CRM No. 13

adalah 100 ppb. Tampaknya efisiensi prosedur ekstraksi mereka hanya 39% juga

menggunakan HPLC dan ICPMS untuk mengidentifikasi dan mengukur spesies

arsenik dalam ekstrak air spesimen rambut dan kuku dikumpulkan dari 47 subjek

yang terpapar di Benggala Barat. Mereka menemukan sebagian besar arsenik

diekstraksi dari rambut subyek Bengal Barat adalah anorganik, iAs (III) dan iAs (V).

Asam Dimethylarsinous adalah dilaporkan hadir dalam ekstrak dari kuku pada

konsentrasi melebihi MMA dan DMA (Katz, 2019).

Lebih dari 98% arsenik diekstraksi dari rambut sampel yang dikumpulkan

dari warga desa Chili yang terpapar arsenik dalam air minum mereka bersifat

anorganik. Sementara arsenik dalam air minum sebagian besar adalah IAS (V), lebih

banyak IAS (III) daripada IAS (V) ditemukan diekstrak rambut. Namun bentuk

pentavalent adalah selalu bentuk dominan setelah ekstraksi. Sampel rambut dan kuku

dari manusia menderita kronis keracunan arsenik terkandung dominan arsen

anorganik dengan jumlah kecil dan sangat bervariasi atau DMA dan MMA hadir.

Ekstraksi air panas bertekanan untuk spesiasi dan kuantifikasi arsenik pada rambut.

Sampel rambut dari sukarelawan yang tidak terpapar dicuci dengan air dan aseton

dan ditumbuk dalam ball mill zirconia bergetar sebelum panas bertekanan ekstraksi

air. Spesifikasi dan kuantifikasi arsenik dalam ekstrak adalah dengan HPLC dan ICP-

MS. Spesies utama yang ditemukan dalam ekstrak adalah anorganik, iAs (III) dan

iAs (V) (Katz, 2019).

8
2.5 Kasus-kasus Arsenik

1. Kematian Napoleón Bonaparte

Sebagimana kita ketahui, Napoleón adalah mantan kaisar perancis yang

popular di daratan eropah sekitar awal abad 18. Ia meninggal dalam pengasingan 184

tahun yang lalu. Pada awalnya, kematian Napoleon dianggap kematian yang biasa.

Menurut hasil otopsi, Napoleon meninggal karena penyakit system pencernaan yang

aku, sama seperti penyebab kematian ayahnya. Namun, akhirnya di ketahui ketika

pada sekitar tahun 1960 sampel rambut Napoleon mengandung arsenic dalam jumlah

yang sangat tinggi. Menurut catatan Louis Marchand, pembantu Napoleon yang

mencatat kondisi Napoleon selama di pengasingan, saat meninggal keadaan fisik

Napoleon cukup menyedihkan, kakinya bengkak sehingga sukar berjalan. Tak hanya

itu, Napoleon juga sering mengeluhkan sulit tidur, pusing-pusing, hilang nafsu

makan, muntah-muntah, gatal-gatal, dan sakit dada. Gejala yang dialami Napoleon

sama dengan gejala keracunan arsenik. Forshufvud, seorang dokter gigi dan

pengagum napoleon, meyakini ketika mengetahui kondisi tubuh mayat Napoleon

yang masih utuh ketika kuburannya dipindahkan di Santa Helena ke Perancis. Tubuh

Napoleon tidak rusak walaupun tidak menggunakan pengawet karena kandungan

arsenik di dalam tubuh membuat tubuhnya awet dan salah satu kegunaan arsenic ini

adalah dapat mengawetkan mayat.

Dr. Hamilton Smith dalam publikasinya Journal Analytical Chemistry telah

menganilis rambut Napoleon dengan menggunakan Analisis Aktivasi Neutron

(Neutron Activation Analysis). Kemudian, Forshufvud bekerja sama dengan Smith

menganalisis kandungan arsenik dalam rambut Napoleon. Hasil analisis tersebut

menunjukkan kadar arsenik tertinggi dalam rambut Napoleon adalah 51.2 ppm dan

9
paling rendah adalah 2.8 ppm. Dengan rata-rata sekitar 24.3 ppm. Padahal, kadar

normal arsenik dalam tubuh adalah 0.8 ppm. Sedangkan dalam sample rambut

Napoleon 30 kali lipat lebih tinggi dari kadar normal.

2. Kasus Wanita Meninggal Mendadak

Kasus ini korban meninggal setelah makan udang. Peristiwa ini terjadi di

Manado, yang korbanya adalah seorang wanita. Tiba-tiba wanita ini meninggal

mendadak dengan mengalami ciri-ciri, dimana lima panca inderanya mengeluarkan

darah. Setelah diselidiki ternyata wanita ini meninggal bukan karena bunuh diri atau

dibunuh, melainkan akibat ketidaktahuan tentang racun akibat makanan yang

dikonsumsinya. Sebelumnya wanita ini terbiasa mengkonsumsi vitamin C setiap

hari. Keracunan arsen terjadi saat wanita ini sedang memakan udang. Dimana, dalam

udang tersebut mengandung sebuah zat yaitu Arsenic Pentoxide (As 2O5), yang

berhubungan dengan Vitamin C.

Proses keracunan ini terjadi, dari reaksi kimia di dalam perut yang membuat

As2O5 berubah menjadi Arsenic Trioxide (As2O3) yang menjadi beracun. Sehingga

masuk ke dalam tubuh dan menyerang bagian organ dalam tubuh yang

mengakibatkan hati, jantung, ginjal, pembuluh darah menjadi rusak, usus yang

mengeluarkan cairan darah, tidak hanya pembuluh dalam menjadi rusak, namun

membuat pembuluh darah juga melebar, sehingga wanita itu meninggal. Keracunan

arsen juga dapat masuk melalui makanan dan vitamin, yang masuk ke dalam tubuh

dan mengakibatkan kerusakan pada berbagai jaringan. Maka perlunya

memperhatikan makanan yang dikonsumsi, agar tidak mengalami keracunan yang

terjadi pada contoh diatas

10
BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat

toxik. Ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit namun tingkat toksisitas yang

sangat tinggi karena masuk dalam logam berat

2. Mekanisme masuknya arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari

makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan

usus halus kemudian masuk ke peredaran darah

3. Analisis kandungan arsenik pada sampel darah dengan menggunakan analisis

HG-CT-AAS.

4. Analisis kandungan arsenik pada sampel rambut dengan menggunakan HPLC

dan ICPMS

5. Kasus-kasus arsenik seperti kasus kematian Napoleón Bonaparte dan kasus

kematian mendadadk seorang wanita akibat keracunan arsenik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., Wootton, M., 1985, Ilmu Pangan, UI-
Press, Jakarta.

Herlina, N., dan Ginting, M. H. S., 2002, Lemak dan Minyak, Proceeding,
Universitas Sumatera Utara, 1-8.

Katz, S.A., 2019, On the Use of Hair Analysis for Assessing Arsenic Intoxication,
International Journal Environmental Research Public Health, 16(977): 1-14.

Matousek, T., Wang, Z., Douillet, C., Musil, S., and Styblo, N., 2019, Direct
Speciation Analysis of Arsenic in Whole Blood and Blood Plasma at Low
Exposure Levels by Hydride GenerationCryotrapping-Inductively Coupled
Plasma Mass Spectrometry, HHS Public Access, 89(18): 9633–9637.

Putri, Riska A., 2014, Nutrient, Gizi dan Faktor yang Mempengaruhi Rusaknya Nilai
Gizi Bahan Pangan; 1-8.

Syah, A.N.A., 2005, Virgin Coconut Oil: Minyak Penakluk Aneka Penyakit,
Agromedia, Jakarta.

Winarno, F.G., 2004, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai