Dosen Pengampuh:
Prof. Dr. Ahyar Ahmad
Disusun oleh:
Kelompok 1
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah yang berjudul
Darah dan Rambut” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia
Forensik. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................
Kata Pengantar .......................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................
Bab I Pendahuluan ...............................................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................................
Bab II Pembahasan .................................................................................................
2.1 Logam Arsenik ...........................................................................................
2.2 Mekanisme Keracunan logam Arsenik.......................................................
2,3 Analisis Kandungan Logam Arsenik dalam Sampel Darah .......................
2.4 Analisis Kandungan Logam Arsenik dalam Sampel Rambut ....................
Bab III Penutup ......................................................................................................
Daftar Pustaka ........................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
potensi bahaya yang lebih besar. Industri kimia berbahaya mengeluarkan limbah
berbahaya yang mengadung senyawa yang bersifat racun (toxic material) serta logam
berat yang bersifat toksik. Menurut National Institute for Occupational Safety and
kesehatan kronis, terutama kanker. Arsen juga dapat merusak ginjal dan bersifat
racun yang sangat kuat. Arsen ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit namun
tingkat toksisitas yang sangat tinggi karena masuk dalam logam berat. Seluruh logam
berat muncul secara alami di lingkungan yang dihasilkan dari buangan industry
dengan jumlah yang makin hari makin meningkat (Hazimah dan Triwuri, 2018)
kualitas hidup masyarakat. Akan tetapi, terdapat dampak negatif yaitu penurunan
kesehatan akibat pencemaran limbah industri. Hal tersebut disebabkan, fasilitas atau
peralatan untuk menangani dan mengelola limbah tersebut tidak memadai. Salah satu
pencemaran pada lingkungan air, udara, dan tanah adalah logam berat. Contoh logam
berat yaitu arsenik. Logam berat masuk ke dalam tubuh melalui beberapa jalur,
diantaranya melalui makanan yang dikonsumsi baik yang berasal dari tanaman dan
hewan, polusi udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor dan asap pabrik,
Logam berat yang berada pada darah atau urin tidak bertahan lama dan
dapat segera dikeluarkan melalui siklus metabolism tubuh sedangkan analisis logam
berat melalui rambut lebih akurat. Hal ini disebabkan logam berat lebih bertahan
1
lama di rambut. Jumlah logam dalam rambut berkorelasi dengan jumlah logam yang
diabsorpsi oleh tubuh. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan diahas mengenai
analisis kandungan logam arsenic dalam sampel darah dan rambut dan juga akan
1.3 Tujuan
rambut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat
toxik. As elemental didapat di alam dalam jumlah sangat terbatas, terdapat bersama-
sama Cu, sehingga didapatkan produk sampingan pabrik peleburan Cu. As sudah
sejak lama sering digunakan untuk racun tikus dan keracunan arsen pada manusia.
Arsen ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit namun tingkat toksisitas yang
sangat tinggi karena masuk dalam logam berat. Seluruh logam berat muncul secara
alami di lingkungan yang dihasilkan dari buangan industri dengan jumlah yang
makin hari makin meningkat. Sumber dari logam berat timbal, kadmium, dan
merkuri dalam air, baik yang berupa larutan atau pun padatan sering ditemukan di
balik batu, ditemukan dalam bentuk sulfide yang berasal dari limbah/buangan
industri yang terkontaminasi, lindi dari secure landfill yang tidak terkendali, kegiatn
dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan
usus halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005). Arsen adalah racun
yang bekerja dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi apabila arsen terikat dengan
gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim.Salah satu system enzim
dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam siklus TOA
3
(tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan
SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua
gugus sulfhidril.
bila arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam
darah. Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua
akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak
memproduksi ATP. Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH, maupun gugus –
SH yang terdapat dalam enzim, maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat
sebagai enzim metabolic.Karena adanya protein yang juga mengandung gugus –SH
terikat dengan As, maka hal inilah yang meneyebbkan As juga ditemukan dalam
rambut, kuku dan tulang.Karena eratnya As bergabung dengan gugus –SH, maka
arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian.
antara toksin dengan reseptor pada tubuh) melalui interaksi dengan sistem enzim
atau protein. Cara arsen berinteraksi dengan system enzim atau protein adalah
polar inhibitor enzim dan protein di mana terjadi ikatan non kovalen (ikatan yang
lemah) antara arsen dengan enzim atau protein sehingga arsen bisa keluar dari enzim
dengan mudah. Ikatan kovalen antara arsen tadi dengan gugus SH pada enzim,
4
2.3 Analisis Kandungan Logam Arsenik dalam Sampel Darah
sel darah. Vaskularisasi pada sumsum tulang bertambah. Pada dosis sedang
Senyawa arsen in organik juga menekan produksi leukosit. Beberapa efek kronis
pada adarah dapat disebabkan oleh karena terganggunya absorbsi asam folat.
Arsenite juga mengganggu syntore parpyrine (Van Togeran et all, 1965). Gangguan
pada darah dan sumsum tulang yang ditimbulkan oleh senyawa arsen in organic
merupakan masalah yang benar-benar serius, tapi untungnya jarang terjadi. Sejumlah
kasus agranulasitosis disebabkan oleh glico biornd yang mana telah dilaporkan
dikonsentrasi 100 μg L-1 dengan pengenceran serial dalam air deionisasi (DIW).
adanya spesies arsenik lainnya dalam standar ini telah diuji, dan tAkonten dalam
kerja IAS, MA, dan DMA pada konsentrasi yang sesuai disiapkan agar selalu segar
pH 6 oleh KOH. Reduktorsolusi adalah 1% NaBH 4 (Fluka) dalam 0,1% KOH dan
5
2. Sampel Darah dan Plasma
BioreclamationIVT (Westbury, NY) dan disimpan di atas es. Sampel disimpan pada
suhu 8 °C dan dianalisis dalam 1 minggu dari pengiriman. Plasma darah diperoleh
dengan sentrifugasi darah selama 10 menit pada 800 rpm dan 4 °C. Sampel plasma
mempelajari.. Secara umum, sampel dikumpulkan sebelum dan mulai 1 jam setelah
infus ATO dan kemudian setiap hari selama beberapa hari. Mereka dikumpulkan
pada hari ke 9 dari terapi ATO dandisimpan pada suhu −80 ° C selama kurang lebih
6 bulan. Sampel darah lengkap Murine dengan kadar arsenik tinggi berasal dari studi
pendahuluan itu membandingkan metabolisme iAs III pada tikus tipe liar dan tikus
dengan genotipe nol untuk GST-P. GST-M, dan GST-T, ketiga isoform dari
dikumpulkan dari 4 tikus ke dalam tabung yang mengandung natrium fluorida dan
disodium EDTA (BD 365992) dan disimpan pada suhu 4 °C sampai analisis. Sampel
10% Antifoam B dan 80 μL larutan Triton 10%, penambahan standar jika berlaku,
dan diencerkan ke total volume 720 μL. Setidaknya 1 jam sebelum analisis, 80 μL
disiapkan prosedur yang sama dengan penambahan Antifoam B dan Triton dan
diprioritaskan oleh L-cys. Sampel disiapkan dalam 2 paralel dan 3 ulangan dari
setiap sampel diukur. 250 μL dari campuran sampel menjadi HG-CT, diikuti oleh
dua bilasan DIL 300 μL. Penjabaran dari prosedur untuk pencernaan ringan dalam
6
asam fosfat ultra murni 19 untuk analisis komparatif adalah disediakan dalam
Informasi Pendukung. Secara umum, dalam darah, spesies arsenik dianggap terikat
dengan protein. Karena itu, spikingsampel dengan standar sederhana dari spesies ini
keakuratan analisis spesiasi HG-CT-AAS langsung dalam darah plasma, analisis dua
tinggi LOD untuk iA disebabkan oleh peningkatan nilai kosong (sekitar 0,11 μg L- 1
IAs) dari asam fosfat, meskipun pereaksi kemurnian sangat tinggi digunakan. Hasil
pemulihan spesies arsenik individu antara 89% dan 114%. Analisis untuk keperluan
validasi tidak dilakukan, karena sampel darah dan plasma dapat mengandung
sebagian besar AsB yang tidak hidrida aktif, dan oleh karena itu, jumlah spesies
diselidiki.
DMA, MMA, dan iAS ditemukan baik di urin dan rambut, mengkonfirmasi
arsenic yang terserap adalah disimpan secara metabolik di rambut. Metodologi untuk
spesiasi arsenik menggunakan spesimen rambut kulit kepala dari insiden keracunan.
7
Sampel rambut dikristalinisasi dan dikocok dengan air selama 30 menit untuk
diekstraksi dua kali lebih banyak. Spesies arsenik dalam ekstrak dipisahkan dan
diidentifikasi oleh HPLC. Kuantifikasi adalah dengan ICPMS hasil dalam tabel 6.
Nilai referensi tidak bersertifikat untuk total arsenik dalam NIES CRM No. 13
adalah 100 ppb. Tampaknya efisiensi prosedur ekstraksi mereka hanya 39% juga
arsenik dalam ekstrak air spesimen rambut dan kuku dikumpulkan dari 47 subjek
diekstraksi dari rambut subyek Bengal Barat adalah anorganik, iAs (III) dan iAs (V).
Asam Dimethylarsinous adalah dilaporkan hadir dalam ekstrak dari kuku pada
Lebih dari 98% arsenik diekstraksi dari rambut sampel yang dikumpulkan
dari warga desa Chili yang terpapar arsenik dalam air minum mereka bersifat
anorganik. Sementara arsenik dalam air minum sebagian besar adalah IAS (V), lebih
banyak IAS (III) daripada IAS (V) ditemukan diekstrak rambut. Namun bentuk
pentavalent adalah selalu bentuk dominan setelah ekstraksi. Sampel rambut dan kuku
anorganik dengan jumlah kecil dan sangat bervariasi atau DMA dan MMA hadir.
Ekstraksi air panas bertekanan untuk spesiasi dan kuantifikasi arsenik pada rambut.
Sampel rambut dari sukarelawan yang tidak terpapar dicuci dengan air dan aseton
dan ditumbuk dalam ball mill zirconia bergetar sebelum panas bertekanan ekstraksi
air. Spesifikasi dan kuantifikasi arsenik dalam ekstrak adalah dengan HPLC dan ICP-
MS. Spesies utama yang ditemukan dalam ekstrak adalah anorganik, iAs (III) dan
8
2.5 Kasus-kasus Arsenik
popular di daratan eropah sekitar awal abad 18. Ia meninggal dalam pengasingan 184
tahun yang lalu. Pada awalnya, kematian Napoleon dianggap kematian yang biasa.
Menurut hasil otopsi, Napoleon meninggal karena penyakit system pencernaan yang
aku, sama seperti penyebab kematian ayahnya. Namun, akhirnya di ketahui ketika
pada sekitar tahun 1960 sampel rambut Napoleon mengandung arsenic dalam jumlah
yang sangat tinggi. Menurut catatan Louis Marchand, pembantu Napoleon yang
Napoleon cukup menyedihkan, kakinya bengkak sehingga sukar berjalan. Tak hanya
itu, Napoleon juga sering mengeluhkan sulit tidur, pusing-pusing, hilang nafsu
makan, muntah-muntah, gatal-gatal, dan sakit dada. Gejala yang dialami Napoleon
sama dengan gejala keracunan arsenik. Forshufvud, seorang dokter gigi dan
yang masih utuh ketika kuburannya dipindahkan di Santa Helena ke Perancis. Tubuh
arsenik di dalam tubuh membuat tubuhnya awet dan salah satu kegunaan arsenic ini
menunjukkan kadar arsenik tertinggi dalam rambut Napoleon adalah 51.2 ppm dan
9
paling rendah adalah 2.8 ppm. Dengan rata-rata sekitar 24.3 ppm. Padahal, kadar
normal arsenik dalam tubuh adalah 0.8 ppm. Sedangkan dalam sample rambut
Kasus ini korban meninggal setelah makan udang. Peristiwa ini terjadi di
Manado, yang korbanya adalah seorang wanita. Tiba-tiba wanita ini meninggal
darah. Setelah diselidiki ternyata wanita ini meninggal bukan karena bunuh diri atau
hari. Keracunan arsen terjadi saat wanita ini sedang memakan udang. Dimana, dalam
udang tersebut mengandung sebuah zat yaitu Arsenic Pentoxide (As 2O5), yang
Proses keracunan ini terjadi, dari reaksi kimia di dalam perut yang membuat
As2O5 berubah menjadi Arsenic Trioxide (As2O3) yang menjadi beracun. Sehingga
masuk ke dalam tubuh dan menyerang bagian organ dalam tubuh yang
mengakibatkan hati, jantung, ginjal, pembuluh darah menjadi rusak, usus yang
mengeluarkan cairan darah, tidak hanya pembuluh dalam menjadi rusak, namun
membuat pembuluh darah juga melebar, sehingga wanita itu meninggal. Keracunan
arsen juga dapat masuk melalui makanan dan vitamin, yang masuk ke dalam tubuh
10
BAB III
KESIMPULAN
1. Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat
toxik. Ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit namun tingkat toksisitas yang
2. Mekanisme masuknya arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari
makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan
HG-CT-AAS.
dan ICPMS
11
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., Wootton, M., 1985, Ilmu Pangan, UI-
Press, Jakarta.
Herlina, N., dan Ginting, M. H. S., 2002, Lemak dan Minyak, Proceeding,
Universitas Sumatera Utara, 1-8.
Katz, S.A., 2019, On the Use of Hair Analysis for Assessing Arsenic Intoxication,
International Journal Environmental Research Public Health, 16(977): 1-14.
Matousek, T., Wang, Z., Douillet, C., Musil, S., and Styblo, N., 2019, Direct
Speciation Analysis of Arsenic in Whole Blood and Blood Plasma at Low
Exposure Levels by Hydride GenerationCryotrapping-Inductively Coupled
Plasma Mass Spectrometry, HHS Public Access, 89(18): 9633–9637.
Putri, Riska A., 2014, Nutrient, Gizi dan Faktor yang Mempengaruhi Rusaknya Nilai
Gizi Bahan Pangan; 1-8.
Syah, A.N.A., 2005, Virgin Coconut Oil: Minyak Penakluk Aneka Penyakit,
Agromedia, Jakarta.
Winarno, F.G., 2004, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
12