Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stres merupakan suatu reaksi yang dialami oleh setiap individu yang

berasal dari interaksi ataupun peristiwa di lingkungan sekitar yang dianggap

sebagai tekanan. Reaksi dari tekanan itu sendiri dapat ditunjukkan seseorang

melalui adanya gejala secara fisik maupun psikologis yang tidak normal dari

biasanya. Perasaan stres dapat dialami oleh berbagai kalangan usia termasuk

mahasiswa (Sarafino, 2008; Ardani, 2007; Potter & Perry, 2005). Stres pada

mahasiswa sangat rentan terjadi karena dalam kehidupannya mahasiswa

dituntut untuk menjadi dewasa yaitu dengan lebih bertanggung jawab dan kuat

saat menghadapi ataupun menyelesaikan masalah (Kholidah & Alsa, 2012).

Hasil survei yang dilakukan oleh American Collage Health Association

mengenai kesehatan mahasiswa di Amerika yang salah satunya merupakan

masalah kesehatan mental, menunjukkan bahwa dalam 12 bulan terakhir

mahasiswa mengalami stres ringan sebanyak 7,3%, mengalami stres sedang

37,3%, mengalami stres berat 42,8%, mengalami stres sangat berat 10,7%, dan

yang tidak mengalami stres hanya 1,9% (ACHA, 2015). Penelitian di Jakarta

pada 5 institusi pendidikan D III Keperawatan di wilayah DKI Jakarta pada

mahasiswa semester 3 dan 5 yang dipilih secara acak menunjukkan 16,5%

mahasiswa mengalami stres ringan, 68,6% mahasiswa mengalami stres sedang

dan 14,9% mengalami stres berat (Rakhmawati et al, 2014). Penelitian di Malang

tepatnya di Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya menyatakan bahwa 35%

mengalami stres normal, 25% mahasiswa mengalami stres ringan, 28%

1
2

mengalami stres sedang, 11% mengalami stres berat, dan 2% mengalami stres

sangat berat (Martianingsih, 2013).

Individu yang mengalami stres akan menunjukkan beberapa tanda dan

gejala baik secara fisik maupun psikologis. Tanda dan gejala yang biasa muncul

secara fisik yaitu leher tegang, sakit kepala, keluar keringat berlebihan, dan

sebagainya. Tanda dan gejala yang muncul secara psikologis yaitu individu

menjadi tidak sabaran, sering melamun, menangis, mudah tersinggung, sering

lupa, dan sebagainya (Simbolon, 2015).

Stres yang dialami mahasiswa bisa disebabkan oleh beberapa tekanan

atau masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari, seperti adanya

masalah akademik (40,8%), tinggal jauh dari orang tua (24%), dan masalah

keuangan (uang saku yang kurang (33,3%)). Masalah akademik menjadi faktor

yang paling berpengaruh yang dapat menyebabkan stres pada mahasiswa.

Masalah-masalah tersebut akan menyebabkan mahasiswa mengalami stres

ringan sampai dengan berat, tergantung individu dalam mengatasi masalah yang

dialami (Legiran et al, 2015).

Stres dapat menyebabkan dampak negatif bagi setiap individu, yaitu

antara lain sakit kepala, sulit berkonsentrasi, mengalami insomnia, gangguan

pernapasan, dan sebagainya (Kawuryan, 2017). Menurut Sutjiato (2015) banyak

dampak negatif dari stres yang bisa muncul, yaitu dapat menurunkan prestasi

akademik, kompetensi, menimbulkan tindakan yang menyimpang seperti

merokok, minum alkohol, dan yang paling berbahaya adalah bunuh diri. Dampak

negatif dari stres yang lainnya yaitu dapat membuat kondidi fisik individu menjadi

drop bahkan bisa sampai sakit. Dampak negatif dari stres dapat terjadi pada
3

setiap individu tetapi tidak semua mengalaminya, tergantung pada bagaimana

cara mereka dalam mengelola stresnya (Zuama, 2014).

Stres pada seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal sendiri meliputi jenis kelamin, karakteristik kepribadian,

strategi koping, dan intelegensi. Sedangkan faktor eksternal meliputi dukungan

sosial, status sosial ekonomi, suku, dan budaya. Dukungan sosial merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi stres pada seseorang (Smet, 1994).

Dukungan sosial pada mahasiswa bisa diperoleh dari orang terdekat seperti

keluarga, teman, dan sebagainya (Astuti & Hartati, 2013).

Dukungan sosial merupakan adanya kesediaan orang-orang yang berada

di sekitar individu, yang ditunjukkan dengan rasa kepedulian sehingga dapat

membuat individu merasa dicintai dan dihargai (Sarason, 1983). Dukungan sosial

memiliki peranan yang penting bagi mahasiswa yang berada pada masa transisi

yaitu remaja akhir menuju dewasa awal yaitu pada usia 18-25 tahun. Masa

transisi merupakan masa di mana mahasiswa mendapat banyak tantangan dari

berbagai hal yang mengharuskannya untuk menentukan pilihan dan

menyesuaikan diri. Seseorang yang mendapat dukungan sosial yang tinggi akan

dapat mengurangi stresnya sehingga membuat seseorang menjadi lebih

bahagia. Sebaliknya jika tingkat dukungan sosial yang diperolehnya rendah

maka tingkat stres seseorang menjadi sangat tinggi (Rohmad, 2014; Mira, 2011).

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai tingkat dukungan sosial dan tingkat stres mahasiswa. Penelitian

dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya. Sistem

perkuliahan pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Brawijaya menggunakan sistem blok yang mana jadwal kuliah dan tugas menjadi
4

sangat padat, selain itu waktu untuk bersantai mahasiswa juga kurang sehingga

berpeluang bagi mahasiswa mengalami stres.

Peneliti memilih Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya

karena sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian tentang dukungan sosial

dan tingkat stres pada mahasiswa, dan stres pada mahasiswa juga beresiko

pada penurunan prestasi akademik.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara tingkat dukungan sosial terhadap

tingkat stres pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Brawijaya Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan tingkat dukungan sosial terhadap tingkat

stres pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya

Malang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat stres mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Brawijaya Malang.

2. Mengidentifikasi tingkat dukungan keluarga pada mahasiswa Program Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya Malang.

3. Mengidentifikasi tingkat dukungan teman pada mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Brawijaya Malang.

4. Menganalisis hubungan tingkat dukungan keluarga dengan tingkat stres

mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya Malang.


5

5. Menganalisis hubungan tingkat dukungan teman dengan tingkat stres

mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Membantu peneliti memahami hubungan tingkat dukungan sosial terhadap

tingkat stres pada mahasiswa.

2. Memberikan informasi pada peneliti lain yang ingin mengembangkan

penelitian mengenai hubungan dukungan sosial terhadap tingkat stres pada

mahasiswa.

3. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian

lebih lanjut.

1.4.2. Manfaat praktis

1. Memberikan pengetahuan dan informasi kepada institusi tempat belajar

mengenai pentingnya dukungan sosial

2. Memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca mengenai

pentingnya sebagai pemberi dukungan sosial atau mencari dukungan sosial

Anda mungkin juga menyukai