Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Stres

2.1.1 Definisi Stres

Stres adalah suatu respon atau reaksi yang dirasakan oleh setiap individu

ketika menghadapi stressor baik dari dalam maupun dari luar, dan hal tersebut

bisa dianggap sebagai suatu yang mengganggu bagi kehidupannya (Richard,

2010). Menurut Wangsa (2010), stres merupakan suatu reaksi baik secara fisik

maupun psikologis yang berasal dari lingkungan di kehidupan sehari-hari,

dimana tuntutan itu dianggap tidak sesuai oleh individu dengan sumber daya

yang dimilikinya. Sedangkan menurut American Psychological Association

(2013) stres merupakan suatu perasaan tertekanan, tegang, dan mengganggu

yang disebabkan oleh masalah dari luar diri seseorang.

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu

respon atau reaksi yang ditunjukkan seseorang dengan perasaan tertekan dan

tegang. Hal tersebut disebabkan oleh stressor baik dari dalam maupun luar

individu di kehidupan sehari-hari. Stressor dianggap sebagai tuntutan dan setiap

individu harus bisa beradaptasi dengan sumber stres yang ada.

6
7

2.1.2 Jenis Stres

Menurut Nasir & Muhith (2010) terdapat dua jenis stres yang biasa

dialami oleh individu, yaitu:

1. Eustress

Eustress merupakan perasaan stres yang baik atau positif. Stres ini memiliki

dampak yang baik bagi individu, karena membuat mereka menjadi lebih

berusaha untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sehingga hal

tersebut akan menguntungkan individu maupun orang lain yang terlibat

dalam masalahnya. Eustress akan membantu seseorang berkembang

menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebut terjadi ketika seseorang

menganggap masalah yang muncul sebagai pelajaran hidup bukan sebagai

tuntutan. Berpikir positif adalah kunci untuk dapat menyelesaikan masalah

dengan baik. Seseorang yang bisa selalu berpikiran positif akan memiliki

respon yang positif juga dalam menanggapi maupun menyelesaikan suatu

masalah yang dihadapinya. Penyelesaian masalah bisa dilakukan dengan

mencari dukungan dari orang-orang terdekat.

2. Distress

Distress memiliki arti yang berkebalikan dari eustress, yaitu merupakan suatu

perasaan stres yang negatif. Perasaan itu muncul karena seseorang

menganggap masalah yang datang pada dirinya merupakan hal yang buruk

dan mengganggu, sehingga bisa dianggap sebagai sesuatu yang

mengancam. Individu yang mengalami distress mayoritas memiliki pemikiran

negatif terhadap suatu masalah. Hal tersebut bisa merugikan karena mereka

tidak memiliki keinginan untuk menyelesaikan masalah sehingga dapat

menyebabkan masalah menjadi semakin rumit, dan yang lebih buruk lagi
8

adalah munculnya rasa bersalah dari individu bahkan terkadang mereka juga

akan menyalahkan orang yang terlibat dalam masalah.

2.1.3 Stresor

Stresor merupakan faktor-faktor penyebab yang biasa muncul dalam

kehidupan sehari-hari yang dapat mengakibatkan stres. Sumber dari stressor

bisa berasal dari dalam maupun luar, yaitu dari fisik, lingkungan sosial, dan

lainya (Patel, 1996).

Menurut Brantley et al (1988) stressor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Stresor mayor, merupakan suatu tekanan yang dianggap berat oleh individu

seperti kehilangan orang yang dicintai, perpisahan, dan lain sebagainya.

2. Stresor minor, merupakan suatu tekanan yang biasanya muncul dalam

kehidupan sehari-hari seperti mengalami kemacetan, terlambat masuk kuliah,

dan lain-lain.

Sedangkan menurut Nasir & Muhith (2010) ada beberapa macam stresor,

yaitu meliputi:

1. Dalam diri individu

Individu bisa mendapatkan stresor dari dirinya sendiri, yaitu ketika mereka

harus memilih diantara dua pilihan yang mana keduanya sama pentingnya.

Konflik yang biasa dialami oleh individu yaitu saat mereka harus mengikuti

perkuliahan namun disisi lain ada acara penting yang harus di ikuti.

2. Dalam keluarga

Stresor dalam keluarga biasanya muncul ketika bertambahnya anggota

keluarga baru, kehilangan anggota keluarga, dan terdapat anggota keluarga

yang sakit.
9

3. Dalam komunitas dan lingkungan

Individu yang berada dalam suatu kelompok komunitas atau lingkungan

tertentu pasti akan menemui banyak stressor yaitu karena adanya

ketidakcocokan dengan orang yang ada dalam lingkungannnya ataupun

karena ketidakpuasan dari hasil kinerjanya di dalam bidang yang sedang

ditekuninya. Apabila individu tidak mampu mengatasi hal tersebut atau tidak

bisa menerima hasil dari kemampuan yang dimiliki maka bisa menyebabkan

mereka mengalami stres.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres

Menurut Smet (1994) terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi stres

pada mahasiswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal

a. Jenis kelamin

Perempuan cenderung mengalami tingkat stres lebih tinggi dibandingkan

dengan laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena perempuan memiliki

perasaan yang lebih sensitif dan lemah sehingga jika mendapat suatu

masalah akan berespon secara berlebihan.

b. Karakteristik kepribadian

Karakteristik kepribadian yang berbeda-beda akan menyebabkan

perbedaan respon terhadap sumber stres. Seseorang yang mempunyai

ketabahan lebih tinggi akan lebih mampu dalam menghadapi stressor

sehingga tingkat stres yang dialami juga rendah.

c. Strategi koping

Strategi koping merupakan suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk

mengatasi masalah yang dialaminya sehingga dapat mempengaruhi


10

tingkat stres. Menurut Lazarus & Folkman (1985) terdapat dua strategi

koping yaitu problem focused coping adalah upaya untuk mengatasi stres

dengan mencari cara atau keterampilan baru untuk memodifikasi

permasalahan yang menyebabkan stres, dan emotional focused coping

adalah upaya yang dilakukan dengan cara mengatur emosional agar

dapat merubah cara dalam merasakan permasalahan yang dialami.

d. Intelegensi

Intelegensi dapat mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap

lingkungan. Seseorang yang memiliki intelegensi lebih tinggi cenderung

mampu dalam menghadapi sumber stres, sehingga stres yang dialami

juga ringan.

2. Faktor eksternal

a. Dukungan sosial

Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tingkat stres seseorang. Dukungan sosial dari keluarga dan teman yang

tinggi dapat membantu seseorang dalam mengatasi stresnya, sehingga

mahasiswa mampu berkonsentrasi dan selalu termotivasi dalam

menjalani kehidupannya.

b. Status sosial ekonomi

Seseorang yang memiliki status sosial ekonomi menengah ke bawah

akan lebih rentan mengalami stres yang tinggi. Karena seseorang yang

sosial ekonominya menengah ke bawah akan lebih banyak mendapat

kesulitan, di mana hal tersebut dapat menjadi tekanan dalam kehidupan

mereka.
11

c. Suku dan budaya

Setiap orang memiliki suku dan budaya yang berbeda-beda. Salah satu

perbedaannya yaitu bagaimana cara menyelesaikan masalah, sehingga

hal tersebut dapat mempengaruhi stres dari setiap suku dan budaya.

2.1.5 Respon terhadap Stres

Respon tubuh terhadap stres merupakan suatu tanda yang muncul dari

individu ketika mengalami stres, baik ditunjukkan dalam perubahan fisik,

psikologis, ataupun emosional (Lyon, 2012; Car & Umberson, 2013). Tubuh

seseorang tidak akan bisa menunjukkan respon stres jika mereka tidak

mendapatkan stressor. Sehingga dapat dikatakan bahwa stres akan selalu

berhubungan dengan respon tubuh terhadap adanya stressor (Gaol, 2016).

Menurut Rice (2012) Selye telah memperkenalkan suatu model mengenai

respon tubuh terhadap stres, yaitu General Adaptation Syndrome (GAS).

Terdapat tiga tahapan dari GAS, yaitu:

1. Alarm (tanda bahaya)

Tahap alarm merupakan suatu sinyal di mana terjadi perubahan sistem

dalam tubuh. Ketika sistem tubuh mengalami perubahan maka secara

alamiah akan menyebabkan individu melakukan suatu perlawanan (fight)

ataupun penghindaran (flight) (Lyon, 2012). Gejala yang dimunculkan pada

tahap ini yaitu seperti denyut jantung meningkat, sakit kepala, nyeri dada,

dan sebagainya (Rice, 2012).

2. Resistence (perlawanan)

Tahap ini akan dialami individu jika tahap alarm terus menerus terjadi. Tubuh

akan berusaha untuk membuat kondisi fisik kembali dalam keadaan normal

dengan cara mengatasi sumber stres. Dampak pada tahap ini adalah
12

terjadinya kerusakan oleh kekuatan fisik akibat dari rangsangan

membahayakan yang sedang menyerang. Selama tahap ini mungkin akan

menyebabkan terjadinya penyakit seperti hipertensi dan sebagainya (Lyon,

2012).

3. Exhaustion (kelelahan)

Exhaustion merupakan tahap akhir dari GAS. Tubuh mulai menunjukkan

tanda-tanda ketidakmampuan dalam melawan stressor, sehingga akan

menyebabkan sistem tubuh mulai kelelahan. Akibat dari hal tersebut adalah

terjadinya kematian pada individu (Lyon, 2012; Rice, 2012).

2.1.6 Tingkatan Stres

Terdapat tiga tingkatan dari stres, yaitu:

1. Stres ringan

Merupakan stres yang dialami oleh individu selama beberapa menit

sampai jam dalam kehidupan sehari-hari. Gejala yang muncul dari stres

ringan yaitu keluar keringat berlebihan, bibir kering, dan biasanya

perasaan stres tersebut akan hilang dengan sendirinya ketika

keadaannya sudah terlewati, stresor yang biasa muncul yaitu mengalami

kemacetan saat berangkat kuliah, dimarahi oleh pengajar (Psychology

Foundation of Australia, 2010).

2. Stres sedang

Stres ini biasanya dialami individu dari beberapa jam sampai dengan

beberapa hari. Gejala yang biasa muncul pada stres sedang adalah

mudah lelah, marah, sulit tidur, dan juga mudah tersinggung, stresor yang

biasa dihadapi yaitu memiliki masalah dengan orang-orang disekitar yang

dulit untuk diselesaikan (Psychology Foundation of Australia, 2010).


13

3. Stres berat

Stres ini biasanya terjadi dalam jangka panjang yaitu sampai beberapa

minggu. Gejala yang biasa muncul yaitu mudah merasa putus asa, mulai

lelah melakukan kegiatan, terkadang bisa sampai merasa tidak dihargai

dan tidak mempunyai harapan, contoh dari stresor yang berat yaitu

kematian orang yang dicintai, masalah keuangan, dan sebagainya.

2.1.7 Dampak Stres

Dampak dari stres dapat ditunjukkan dalam lima aspek yaitu fisiologis,

psikologis, kognitif, interpersonal, dan organisasional. Secara fisiologis gejala

yang muncul adalah sakit kepala, merasa lelah, dan keluar keringat berlebihan.

Pada psikologis biasanya adalah mudah marah, cemas, dan takut. Sedangkan

pada kognitif yaitu biasanya individu tidak bisa fokus (Chun & Tim, 2016).

Dampak dari stres yang lainnya adalah pusing dan susah tidur (Safari & Saputra,

2009).

2.1.8 Pengukuran Tingkat Stres

1. Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42)

Tingkat stres dapat diukur menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42

(DASS 42) oleh Lavibond & Lavibond (1995). DASS 42 dirancang untuk

mengukur emosi negatif yaitu depresi, kecemasan, dan stres. Ketiga skala

emosi negatif tersebut memiliki masing-masing 14 item dan terdapat 2-5 item

memiliki isi pertanyaan yang serupa. Pada skala depresi menilai disforia,

keputusasaan, devaluasi kehidupan, penolakan diri, kurangnya minat,

anhedonia, dan kelemahan. Skala kecemasan menilai gairah pribadi, efek

otot rangka, kecemasan situasional dan pengalaman subjektif yang


14

mempengaruhi kecemasan. Skala stres menilai kesulitan santai, kegugupan

dan mudah marah atau gelisah, kepekaan atau ekspresi yang berlebihan dan

ketidaksabaran (Psychology Foundation of Australia, 2014). Oleh karena

penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat stres, maka item yang

digunakan hanya skala stres saja.

2. Kessler Psychological Distress Scale

Kessler Psychological Distress Scale merupakan kuesioner untuk mengukur

tingkat stres yang terdiri dari 10 pertanyaan. Dalam Kessler Psychological

Distress Scale terdiri dari 4 tingkatan stres yaitu tidak mengalami stres, stres

ringan, stres sedang, dan stres berat (Carolin, 2010).

3. Perceived Stress Scale (PSS-10)

Perceived Stress Scale (PSS-10) terdiri dari 10 pertanyaan mengenai stres

yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat stres beberapa bulan yang

lalu. Pertanyaan dalam PSS-10 ini menanyakan mengenai perasaan dan

pikiran dari responden dalam satu bulan terakhir. Perceived Stress Scale

(PSS-10) memiliki tiga tingkatan stres yaitu stres ringan, stres sedang, dan

stres berat (Olpin & Hesson, 2009).

2.2. Konsep Dukungan Sosial

2.2.1 Definisi Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan suatu bantuan yang didapatkan individu saat

mengalami kesulitan, sehingga membuat mereka menjadi merasa diperhatikan,

nyaman, dan dihargai. Dukungan sosial yang didapat individu berbeda-beda

setiap orangnya, hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh kemampuan

bersosialnya (Orford, 1992). Fausiyah & Widury (2008) menyatakan bahwa

dukungan sosial adalah adanya orang-orang dilingkungannya seperti keluarga,


15

teman, dan orang lain yang dianggap dekat yang dapat membantu individu

dalam menyelesaikan masalah ataupun mengurangi perasaan stres yang

dialaminya.

Sedangkan menurut Taylor (2012), dukungan sosial adalah suatu bentuk

tindakan dari orang lain yang bisa membuat individu memiliki perasaan seperti

dicintai, dihormati, dan diperhatikan. Tindakan tersebut biasanya dilakukan

dalam bentuk komunikasi. Dukungan sosial lebih bermanfaat apabila diberikan

oleh orang-orang yang dianggap berarti oleh individu dari pada orang yang

hanya sebatas kenal saja.

Jadi dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa dukungan sosial adalah

tindakan orang-orang terdekat yang dapat membantu individu dalam

menghadapi ataupun menyelesaikan masalah dan bisa membuat perasaan stres

yang dialami berkurang, sehingga membuat mereka menjadi lebih diperhatikan,

dicintai, dan dihargai.

2.2.2 Bentuk-bentuk Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (2006) terdapat empat bentuk dukungan sosial, yaitu:

1. Dukungan emosional

Dukungan emosional merupakan suatu tindakan yang diberikan seseorang

dalam bentuk empati kasih sayang ,dan perhatian. Ketika individu

mendapatkan masalah orang-orang terdekat pasti akan bersedia untuk

menjadi pendengar dan akan memberikan rasa kepedulian sehingga

membuatnya menjadi lebih baik.


16

2. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental merupakan sebuah dukungan berupa bantuan yang

diberikan kepada individu ketika mendapat masalah. Bantuan yang diberikan

bisa berupa uang, tenaga, dan fasilitas lainnya.

3. Dukungan informasi

Dukungan informasi adalah dukungan yang diberikan melalui nasehat,

petunjuk, solusi, dan memberikan informasi lainnya yang dibutuhkan. Ketika

individu menghadapi masalah maka orang-orang terdekat akan memberikan

nasehat ataupun solusi agar mereka mampu menyelesaikan dengan cara

membuat keputusan yang tepat.

4. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan diberikan dengan cara memberikan suatu rewad

kepada individu. Tindakan ini akan membantu individu menjadi merasa lebih

bernilai dan dihargai.

2.2.3 Sumber Dukungan Sosial

Sumber dukungan sosial dapat diperoleh individu dari orang di

sekitarnya. Dukungan tersebut bisa diperoleh dari keluarga, teman dekat,

pasangan, ataupun dari kelompok religi (Taylor, 2009:555). Sedangkan menurut

Purba et al (2007) sumber dukungan sosial bisa diperoleh dari orang terdekat

(keluarga, teman, dan sebaginya), psikolog, dan dari kelompok organisasi.

Sedangkan menurut Goetlieb (1983) dukungan sosial dapat diperoleh

melalui dua macam hubungan, yaitu:

1. Hubungan professional

Hubungan professional yaitu suatu dukungan yang diperoleh individu melalui

interaksi dengan orang-orang yang ahli dalam bidangnya.Hal tersebut biasa


17

dilakukan oleh individu yang benar-benar menghadapi masalah berat

sehingga membuatnya sangat tertekan. Sumber dari hubungan professional

yaitu seperti psikolog, psikiater, konselor, dokter atau perawat jiwa.

2. Hubungan non professional

Hubungan non professional merupakan suatu sumber dukungan yang bisa

diperoleh individu memalui orang-orang terdekatnya. Ketika mereka

mempunyai masalah atau memerlukan bantuan setiap orang pasti akan

bercerita atau meminta bantuan pada orang yang dianggap dekat oleh

mereka, yaitu seperti orang tua, saudara, teman, dan sebagainya. Sumber

dukungan tersebut diperoleh dari hubungan non professional karena didapat

dari orang-orang yang bukan ahli dalam bidangnya.

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Menurut Cohen & Syme (1985) dukungan sosial yang didapatkan oleh

masing-masing individu akan berbeda, tergantung pada:

1. Pemberi dukungan sosial

Dukungan yang diberikan oleh orang terdekat akan lebih membantu individu

dalam penyelesaian masalah, karena mereka akan lebih memahami apa

yang dirasakan individu daripada mendapat dukungan dari orang yang jauh

atau asing.

2. Jenis dukungan sosial

Memberikan dukungan sosial harus sesuai dengan kebutuhan dan

permasalahan yang dialami individu.


18

3. Penerima dukungan sosial

Dukungan sosial yang diberikan juga bergantung pada individu penerima.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penerima dukungan yaitu kepribadian,

sosial, dan budaya.

4. Waktu pemberian dukungan sosial

Dukungan sosial akan lebih bermanfaat dan membantu apabila diberikan

pada saat yang tepat, yaitu ketika individu mulai mengalami stres.

5. Stresor pada individu

Dukungan sosial yang diberikan harus sesuai dengan stresor yang dialami

individu.

2.2.5 Manfaat Dukungan Sosial

Menurut Johnson & Johnson (1991) ada empat manfaat dukungan sosial,

yaitu:

1. Individu akan lebih aktif dan produktif dalam kegiatannya

2. Meningkatkan harga diri, penilaian terhadap diri sendiri akan lebih positif,

serta stres juga dapat berkurang

3. Secara psikologis akan lebih sejahtera

4. Menjaga agar fisik tetap sehat karena respon dari stres

Menurut Utami (2013:14), manfaat dari dukungan sosial antara lain:

perasaan cemas dan stres bisa berkurang, individu bisa lebih berpikir positif

dalam menyelesaikan masalahnya, dan juga dapat meningkatkan rasa percaya

diri.
19

2.2.6 Pengukuran Tingkat Dukungan Sosial

1. Berlin Social Support Scale (BSSS)

Dukungan sosial dapat diukur menggunakan Berlin Social Support Scale

(BSSS) yang disusun oleh Schwarzer & Schulz (2003). BSSS ini memiliki 49

item yang terdiri dari enam komponen, yaitu perceived available support,

need for support, seeking for support, actually received support, provided

scial support, dan protective buffering. Jika dalam penelitian hanya ingin

melihat dukungan sosial dari sisi penerima maka yang digunakan hanya

empat komponen untuk mengukur tingkatannya, yaitu perceived available

support, need for support, seeking for support, dan actually received support.

2. Social Provision Scale

Social Provision Scale digunakan untuk mengukur ketersediaan dukungan

sosial yang diperoleh individu dari orang terdekatnya. Dalam Social

Provision Scale terdapat enam komponen untuk mengukur dukungan sosial

yang terdiri dari hubungan yang dapat diandalkan, bimbingan / nasehat,

penghargaan / pengakuan, kelekatan, integrasi sosial, dan kesempatan untuk

menolong orang lain (Cutrona & Russell, 1987).

2.3. Konsep Mahasiswa

2.3.1 Definisi Mahasiswa

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tahun 2008, mahasiswa

adalah sekelompok orang yang mencari atau mendalami ilmu di perguruan

tinggi. Mahasiswa memiliki status tertinggi di dunia pendidikan. Menurut UU No.

12 Tahun 2012, mahasiswa merupakan sekelompok pelajar yang terdaftar di

perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Mahasiswa termasuk dalam


20

golongan remaja akhir sampai dengan dewasa muda. Tugas perkembangan

pada masa ini adalah awal dari penentuan tujuan masa depan (Yusuf, 2012).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah

mereka yang terdaftar dan menuntut ilmu dalam perguruan tinggi, yang tergolong

dalam masa remaja akhir sampai dewasa awal.

2.3.2 Karakteristik Mahasiswa

Tahap perkembangan mahasiswa pada remaja akhir menuju dewasa

awal pasti mengalami perubahan yang cukup besar dan dapat menimbulkan

stres apabila individu tidak dapat mengatasinya dengan baik. Pada masa ini

individu akan membangun hubungan atau interaksi dengan banyak orang yang

berasal dari daerah yang berbeda dan perhatian terhadap prestasi akademik

maupun non akademik akan meningkat juga (Santrock, 2002).

Dunia perkuliahan akan membuat individu dapat mengembangkan

kecerdasannya dan menemukan bagaimana kepribadian dirinya. Pengetahuan

dan cara berpikir baru dapat mengubah perilakunya, sehingga cara pandang

dan penilaian setiap individu akan berbeda (Papalia et al, 2008).

Menurut Gunarsa (2001) karakteristik dewasa awal dapat dilihat dalam

tugas-tugas perkembangan dari mahasiswa, yaitu:

1. Menerima keadaan fisik

Individu harus bisa menerima perubahan fisik yang dialaminya sejak masa

remaja, dengan seiring berjalannya waktu mereka pasti akan merasa nyaman

dengan perubahan fisiknya.


21

2. Memperoleh kebebasan secara emosional

Tidak bergantung secara emosional dengan orang terdekat seperti keluarga

perlu dilakukan oleh dewasa awal. Hal tersebut dapat membuat individu

bebas dalam menyampaikan isi hati dan pikiran sesuai dengan

lingkungannya.

3. Mampu bergaul dengan lingkungan sekitarnya

Membangun hubungan sosial dengan orang-orang disekitar dalam berbagai

tingkatan harus dilakukan, agar individu mampu dan mudah untuk

beradaptasi dengan lingkungan maupun norma yang ada.

4. Menyadari dan menerima kemampuan sendiri

Setiap individu harus mampu mengetahui dan menerima kemampuannya,

sehingga kekurangan dan kegagalan yang mereka alami bisa diterima

dengan respon yang positif.

5. Menemukan model untuk identifikasi

Proses menuju kematangan pribadi memerlukan suatu identifikasi, hal

tersebut dapat membantu dalam mengarahkan bertingkah laku dan bersikap

yang baik. Bila identifikasi tidak ada maka akan menyebabkan timbulnya

ketidakjelasan model yang akan ditiru oleh individu.

6. Memperkuat penguasaan diri terhadap nilai dan norma

Setiap individu pasti memiliki nilai pribadi yang dijadikan sebagai norma

dalam bertindak. Nilai pribadi tersebut harus mereka sesuaikan dengan

norma yang ada dalam lingkungan, baik dalam segi sosial maupun moral.
22

2.3.3 Sumber Dukungan Sosial pada Mahasiswa

Menurut Astuti & Hartati (2013), sumber dukungan sosial pada

mahasiswa yaitu:

1. Keluarga

Keluarga merupakan orang-orang terdekat yang pastinya akan selalu

bersedia memberi dukungan maupun bantuan langsung kepada individu.

Mereka adalah harapan bagi setiap individu ketika mulai merasa putus asa

dan stres saat menghadapi masalahnya. Bahkan keluarga akan selalu ada

dan memberikan dukungannya tanpa diminta oleh individu. Hal tersebut akan

membuat individu lebih merasa diperhatikan dan mereka pastinya juga bisa

mengatasi perasaan stresnya berkat adanya dukungan dari keluarga.

2. Teman

Teman merupakan orang yang seperjuangan dengan individu yang berada

dalam satu lingkungan. Masalah yang mereka hadapi dalam perkuliahan

pasti hampir sama. Oleh sebab itu mereka pasti akan saling memahami dan

memberikan dukungan satu sama lain. Dengan adanya dukungan dari teman

akan membantu individu mengatasi perasaan stres dan bisa membuat

mereka mengembalikan semangatnya.

2.3.4 Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Stres Mahasiswa

Mahasiswa merupakan sekelompok orang yang berada pada masa

dewasa awal, di mana pada masa tersebut mahasiswa akan lebih rentan

mengalami stres. Tuntutan yang mahasiswa hadapi terutama dalam bidang

akademik dalam lingkungan perkuliahan dapat meningkatkan munculnya

perasaan stres bagi mahasiswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya respon
23

fisik maupun psikologis dari individu seperti denyut jantung meningkat, keluar

keringat berlebihan, mudah merasa marah, gelisah, dan sebagainya (Suwartika

et al, 2014). Perasaan stres pada seseorang yang tidak dapat teratasi akan

menimbulkan dampak yang negatif dan akan mengganggu aktivitas mahasiswa

dalam perkuliahan (Safari & Saputra, 2009).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi perasaan stres

yaitu dengan mencari dukungan sosial. Dukungan sosial bisa didapatkan individu

dari orang terdekat ataupun orang yang berada di dalam lingkungannya, seperti

keluarga dan teman. Dengan adanya dukungan sosial akan memberikan dampak

yang positif bagi setiap individu yaitu stres dapat dikelola dengan baik

(Dodiansyah, 2014). Bentuk dukungan sosial yang bisa diberikan oleh orang

terdekat yaitu bisa secara emosional, instrumental, informasi, dan penghargaan

(Sarafino, 2006).

Dodiansyah (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi dukungan sosial

yang didapatkan individu maka stres yang dialaminya juga akan rendah. Namun

sebaliknya jika dukungan sosial yang diberikan rendah maka tingkat stres yang

dialami indvidu akan semakin tinggi. Sehingga jika mahasiswa mendapatkan

dukungan sosial yang tinggi dari keluarga dan teman, maka mahasiswa akan

mampu megatasi masalahnya sehingga tingkat stres yang dialaminya juga

rendah.

Anda mungkin juga menyukai