PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Luka akibat trauma benda tumpul adalah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras atau kenyal, dan permukaan
halus atau kasar. Cara kejadian trauma benda tumpul lebih sering disebabkan karena
kecelakaan atau penganiayaan, jarang karena bunuh diri.1
Berdasarkan data otopsi di instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum
Daerah Ibnu Sina Gresik dari bulan Oktober 2017 hingga Desember 2017 menunjukkan
data korban mati akibat trauma benda tumpul sebagian besar disebabkan
karena kecelakaan lalu lintas. Sebagian besar kecelakaan lalu lintas merupakan
kecelakaan sepeda motor, pejalan kaki, sisanya bus dan truk. Jenis luka yang
ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering dijumpai dalam kasus
kecelakaan lalu lintas antara lain luka lecet, luka memar, luka robek dengan tepi tidak
rata, serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling banyak terkena adalah kepala
serta anggota gerak atas dan bawah. Luka-luka tersebut dapat
m e n ye b a b k a n d a m p a k k e r u s a k a n j a r i n g a n m a u p u n o r g a n bervariasi
mulai dari ringan hingga berat, bahkan lebih parah yaitu kematian. Sebab
kematian terjadi karena kerusakan organ vital atau perdarahan yang banyak.2
L u k a t r a u m a b e n d a t u m p u l ya n g t e r j a d i a k i b a t k e c e l a k a a n l a l u
l i n t a s merupakan akibat dari benda yang mengenai atau melukai orang yang
relatif tidak bergerak dan orang bergerak ke arah benda yang tidak bergerak. Dalam
bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang s u l i t
dipastikan. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun
j i k a diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua
m e k a n i s m e tersebut, oleh karena itu, pada referat ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai d e s k r i p s i l u k a t r a u m a b e n d a t u m p u l , m e k a n i s m e l u k a
akibat trauma benda tumpul, serta aspek medikolegal ya n g
d i h a r a p k a n d a p a t m e m b a n t u d a l a m proses pemeriksaan untuk kepentingan di
bidang kedokteran forensik.
1
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi luka akibat trauma benda tumpul ?
2. Apakah sebab kematian akibat trauma benda tumpul ?
3. Ba g a i m a n a a s p e k m e d i k o l e g a l d a r i k o r b a n m a t i a k i b a t t r a u m a
b e n d a tumpul?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi luka akibat trauma benda tumpul
2. Untuk mengetahui sebab kematian akibat trauma benda tumpul
3. U n t u k m e n g e t a h u i a s p e k m e d i k o l e g a l d a r i k o r b a n m a t i a k i b a t
trauma benda tumpul
4. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang trauma benda tumpul
2. Menambah informasi tentang aspek medikolegal dari korban mati akibat
trauma benda tumpul
3. D a p a t dijadikan sumber referensi dalam praktik klinis
d o k t e r u n t u k kepentingan di bidang kedokteran forensik
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.Definisi Luka
Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan
oleh suatu energi mekanik eksterna. Terminologi cedera digunakan sebagai
sinonim dari kata luka, bahkan dapat memberikan maksud yang lebih luas dan tidak
hanya membahas kerusakan yang diakibatkan oleh energi fisik tapi juga
kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas, dingin, bahan kimiawi, listrik
dan r a d i a s i . S e d a n g k a n t e r m i n o l o g y l e s i a w a l n y a b e r m a k s u d
c e d e r a n a m u n digunakan untuk mendeskripsikan suatu cedera, penyakit maupun
degenerasi lokal pada jaringan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi atau struktur,
oleh karena itu, penggunaan kata cedera atau luka merujuk kepada kerusakan akibat dari
penyebab bukan alami, sementara kata lesi merujuk kepada suatu yang tidak
dapat dipastikan apakah disebabkan oleh penyebab alami atau tidak.3
T r a u m a t o l o g i b e r a s a l d a r i b a h a s a Y u n a n i , ya n g b e r a r t i l u k a ,
a d a l a h cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma, perlukaan,
cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya
terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang
menimbulkan jejas. Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang
menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk
dapat memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis
kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka.4
1.2.Deskripsi Luka
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk,
ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu
dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Bentuk penulisan deskripsi
luka jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus selalu ditulis
diakhir kalimat.Deskripsi luka meliputi: 3
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka meliputi :
a. Lokasi berdasarkan region anatominya
3
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu
dari tubuh
c. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada
region yang luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi
dengan menggunakan garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu
kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang melewati puting susu, garis khayal
mendatar yang melewati puting susu, garis khayal yang melewati pusat, dan
garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak
harus selalu diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua
ujung tumit untuk kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian
punggung dapat dideskripsikan lokasinya berdasarkan garis khayal
yang menghubungkan ujung bawah tulang belikat kanan dan kiri.
3. Bentuk luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk
panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau millimeter.
5. Sifat-sifat luka, meliputi :
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
- Batas (tegas atau tidak tegas)
- Tepi (rata atau tidak rata)
- Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi :
- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
- Dasar luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
d. Lecet (ada atau tidak)
e. Tatoase (ada atau tidak)
7
Luka lecet juga harus dibedakan terjadinya, apakah ante mortem
atau post mortem. Berikut ini tabel yang menunjukkan perbedaan dari keduanya :
Tabel 1. Perbedaan luka lecet Ante mortem dan post mortem
Ante Mortem Post Mortem
Coklat kemerahan Kekuningan
Terdapat sisa-sisa epitel Epidermis terpisah sempurna dari dermis
Tanda intravital (+) Tanda intravital (-)
Sembarang tempat Pada daerah yang ada penonjolan tulang
8
c. Luka lecet tekan (Impact abrasion)
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit, karena kulit
adalah jaringan yang lentur maka bentuk luka lecet tekan belum tentu
sama dengan b e n t u k p e r m u k a a n b e n d a tumpul tersebut,
tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab
yang mempunyai bentuk yang khas, misalnya kisi -kisi radiator
mobil, jejas gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet tekan
yang di temukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku
dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih
padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya
p e n g e r i n g a n y a n g b e r l a n g s u n g p a s c a kematian.
9
tersebut memungkinkan berpindahnya memar ke daerah yang lebih rendah,
berdasarkan gravitasi.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai
bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah ‘perdarahan tepi’
(marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan,
dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan,
kendaraan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya
sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berd ekatan.
Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka,
namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena.
Tidak ada standar pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang
terlihat secara pemeriksaan fisik. L u k a m e m a r d a p a t d i k l a s i f i k a s i k a n
s e b a g a i l u k a m e m a r s u p e r f i c i a l (Superficial), Luka memar dalam (Deep),
dan luka memar berbekas (patterned/imprint).
10
Gambar 3. Luka memar pada dada sebelah kiri (dikutip dari forensic pathology 2nd
edition)
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah
dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat
menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Efek kedua
adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu
aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan
gangrene dan kematian jaringan. Yang ketiga memar dapat menjadi tempat
berkembangbiak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau
ketiadaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi
rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan
clostridium yang dapat memproduksi gas gangrene. 3
Memperkirakan umur luka memar :
- Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
- Hari ke 2 – 3 : warna biru kehitaman
- Hari ke 4 – 6 : biru kehijauanEcoklat
- Lebih dari 1 minggu – 4 minggu : menghilang / sembuh
Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka
memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada area
mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil
secara gra1itasi. Berikut ini perbedaan luka memar dengan lebam mayat : 2
11
Tabel 2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat
Luka Memar Lebam Mayat
Di sembarang tempat Bagian tubuh yang terendah
Pembengkakan (+) Pembengkakan (-)
Tanda intravital (+) Tanda intravital (-)
Ditekan tidak hilang Ditekan menghilang
Diiris : tidak menghilang Diiris : dibersihkan dengan kapas menjadi bersih
Luka memar atau kontusio juga dapat terjadi pada organ dan
jaringan dalam. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda. Pada
organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan
fungsi dan bahkan kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi
peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi
peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan
kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan peradangan yang kecil pada otak dapat
menyebabkan gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada
bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran darah.
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu.
Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian
superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik.
Rupturnya pembuluh darah dengan terham batnya aliran darah menuju otak
m e n ye b a b k a n a d a n ya pembengkakan dan seperti yang telah
disebutkan s e b e l u m n ya , lingkaran kekera san dapat terbentuk
apabila kontus io yang terbentuk cukup besar, edema otak dapat
menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan
kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan
kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya
fokus epilepsi.
Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan
dan sempit pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls
dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio luas
yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan
12
menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur
organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.
Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan
dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan
dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti
pada kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika bagian kepala terkena benda yang keras
dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa abrasi, kontusio, dan
laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika jaringan
dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak
bergerak. Harus dipertimbangkan juga situasi lainnya dimana kepala yang
bergerak mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan
pada kulit kepala dan pada kranium dapat serupa dengan apa yang
ditemukan pada benda yang bergerak -kepala yang diam. Namun, kontusio
yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan. Hal ini
disebut kontusio contra-coup.
Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma, karena foto
dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai
dengan demontrasi yang ada, diagram dapat menjelaskan hubungan traum a
yang terjadi, kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat
saja kepala yang diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh
atau mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan
tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail. Tipe lain kontusio
adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih atau abu-abu,
diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besa r.
Perdarahan kecil dinamakan “ball haemorrhages” sesuai dengan bentuknya
yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang d i s e b a b k a n
h i p e r t e n s i . P e r d a r a h a n ya n g l e b i h b e s a r d a n d a l a m b i a s a n ya
berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau
stroke. Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya
tanda trauma kepala, serta a d a n ya p e n ya k i t p e n ye r t a dapat
m e m b e d a k a n trauma dengan kasus lain yang menyebabkan perdarahan.
Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma
biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat predileksi adalah
ganglia basal, pons, dan serebelum. Perdarahan tersebut berhubungan dengan
13
malformasi arteri vena. Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak
mempunyai riwayat hipertensi. Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai
trauma kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah “foam
cone” busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal
tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung
yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan
adanya trauma kepala.
16
pada dokter, bidan, apoteker, supir, masinis kereta api dan lain -lain. Dalam
pasal-pasal tersebut tercantum istilah penganiayaan dan merampas dengan
sengaja jika orang lain, suatu istilah hukum semata-mata dan tidak dikenal
dalam istilah medis. 1
Yang dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP adalah penyakit
atau luka yang tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang
dapat mendatangkan bahaya maut, terus-menerus tidak cakap lagi dalam memakai
salah satu panca indera, lumpuh, berubah pikiran atau akal lebih dari empat minggu
lamanya, menggugurkan atau membunuh anak dari kandungan ibu. 1
18
BAB III
PENUTUP
Luka akibat trauma benda tumpul adalah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras atau kenyal, dan permukaan halus
atau kasar.
Luka akibat trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu benda yang
mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang bergerak ke arah benda
yang tidak bergerak.
Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau kombinasi dari luka
memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.derajat luka, perluasan luka, serta
penampakan dari luka yang disebabkan oleh trauma benda tumpul bergantung pada kekuatan
dari benda yang mengenai tubuh ,waktu dari benda yang mengenai tubuh, bagian tubuh yang
terkena, perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena, jenis benda yang mengenai tubuh.
19
DAFTAR PUSTAKA
20