Kitab Babad Tanah Jawi ini adalah suatu kitab yang ditulis tangan oleh Ibu Endang Permata Asri –
Pakis – Malang dan diedit ulang oleh Sanggar Kyai Djawan Samudro d/a Jl. Raya Bunut Wetan
980 Tlp 085855943968 dari isi kitab Bekti Jamal Adam Makna yang berada pada tiap – tiap
Perpustakaan atau Museum Keraton Surakarta , Mangkunegaran, Yogyakarta maupun Paku Alam
Kitab Babad Tanah Jawi ini adalah suatu kitab yang ditulis tangan oleh Ibu Endang
Permata Asri – Pakis – Malang dan diedit ulang oleh Sanggar Kyai Djawan
Samudro d/a Jl. Raya Bunut Wetan 980 Tlp 085855943968 dari isi kitab Bekti
Jamal Adam Makna yang berada pada tiap – tiap Perpustakaan atau Museum Keraton
Surakarta , Mangkunegaran, Yogyakarta maupun Paku Alam.
Sedangkan Kitab Bekti Jamal Adam makna adalah sebagian isi daripada Kitab
Bahriyeh ( dalam Bhs. Turki ) atau Kitab Bahriyah ( dalam Bhs. Arab ) yang berada di
Perpustakaan atau Museum Negeri Turki maupun Jazirah Arab ( Saudi Arabia ) yang
berartiKitab Mengenai Negeri Lautan atau Negeri Bahari.( Tanjung anom )
Semoga dengan adanya tulisan ini bisa menjadi bahan rujukan maupun penelitian
yang mendalam mengenai asal usul Bangsa Jawa ( Jawa Dwipa ) mulai dari nenek
moyang sebelum adanya Aji Saka ( Pangeran Sarkil ) maupun tonggak Sejarah adanya
Penanggalan atau huruf jawa ( Hono coro kho……) yang kesemuanya itu bahwa
Bangsa Jawa adalah Penganut agama Taukhid ( mengenal satu Tuhan ) dan memakai
hukum zabur sebelum Nabi Muhammad SAW lahir
Sejak Betara Ismaya ( Semar ) yang merupakan cikal bakal yang baurekso tanah jawa
hidup, sungguh sangat disayangkan belum adanya penulisan yang begitu mendetail
mengenai kehidupan bangsa jawa.
Maka dengan adanya Babad Tanah Jawi ini bisa menjadi Obat Penawar Rindu
pembawa inspirasi untuk penulis sejarah Bangsa jawa yang merupakan sebuah Bangsa
Yang memiliki Budaya luhur yang berakar pada suatu simpul sejarah, yaitu adanya
hubungan yang erat mulai dari sejarah Bani Jawan ( cikal bakal bangsa Jawa ) hingga
adanya Pangeran Aji Saka yang notabene merupakan penduduk keturunan Raja
Syarkil Hindia Belakang ( India ) yang menurut sejarah Bangsa – bangsa, Jawa dan
India adalah sama sebelum jaman es II mencair .
Akhirnya semoga dengan penulisan Babad Tanah Jawi ini generasi muda tahu sedikit
banyak tentang sejarah Bangsa Jawa yang merupakan Mercusuar Dunia yang hilang,
TIM KREATIF
“ SANGGAR KYAI DJAWAN SAMUDRO“
Jl. Raya Bunut Wetan 980
Bab I.
Masa Nabi Sulaiman AS.
Pada masa Nabi Sulaiman A.S.sebagai Kholifah atau Pemimpin diatas Bumi , beliau
mengendalikan Negara – Negara di Dunia memakai Hukum Kitab Zabur yang berisi
ajaran Taukhid ( Asyhadu anlaa Ilallah wa an Sulaiman Nabiullah )yang artinya
bahwa Tuhan hanya satu dan Nabi Sulaiman adalah Nabiullah kepada umat manusia
mulai bangsa Jin dan Manusia.
Pada masa itu Ibukota dunia berada di Baitul Magdis ( Yerussalem ) dan sebagai
Kiblat umat manusia.Beliau diutus Allah untuk mengatur dan memelihara Bumi dan
isinya dan menata hidup masyarakat apapun yang berada diatas Bumi dan memelihara
bahan – bahan yang berada didalam bumi termasuk Udara dan apapun yang ada
diantara Bumi dan Langit juga mengatur dan melaksanakan hukum Zabur bagi
mahluk Ghaib lelembut ( Zin , bananul jin, Peri perahyangan , dan lain sebagainya )
Tentaranya terdiri dari golongan Bangsa manusia dan mahluk ghaib ( jin, bananul jin ,
peri perayangan dan lain sebagainya ) mereka semua tunduk kepada kepemimpinan
Nabi Sulaiman a.s. dan ini terjadi kira – kira ± 2000 – 2500 Tahun sebelum Masehi.
Pada masa itu banyak orang – orang dari pelbagai Negara Di Bumi berdatangan ke
wilayah Baitul Magdis ( Yerussalem ) untuk menimba ilmu kepada Beliau Nabi
Sulaiman a.s.
Diantara orang – orang yang datang berguru kepada Nabi Sulaiman a.s. terdapat
seorang Pemuda Bangsawan yang berasal dari salah satu Negeri Hindu di
Hindustan yaituPangeran Syarkil ( anak Raja Syarkil ) bertahun – tahun berguru
kepada Raja Sulaiman a.s. hingga akhirnya dia mengikuti agama Taukhid yang
dibawa oleh Nabi Sulaiman. a.s. kemudian Pangeran Syarkil diberi Hadiah Nama
Karena kecakapanya dalam hal Ilmu Kelautan maka Musa bin Ezekil diangkat
menjadi Panglima Angkatan Laut untuk wilayah Bumi Selatan dan Bumi Tenggara.
Pada suatu hari Nabi sulaiman a.s. berkeliling Bumi dengan naik kendaraan
istimewanya yaitu Sajadah Terbang yang diterbangkan oleh Raja Angin ( Thaun.a.s. )
. beliau melihat banyak daratan tersembul ( mencuat ) bekas terpendam Ribuan Tahun
oleh adanya air pasang dari Bumi Selatan yang menyapu Benua Hindia pada masa
dahulu ( Zaman Es II dulu ).
Dengan direstui dan didoakan oleh Nabi Sulaiman a.s. berangkatlah Rombongan
Armada Angkatan laut yang terdiri dari tentara Orang – orang Israil dan Orang –
orang Turki yang dipimpin oleh Panglima Musa Bin Ezekil dengan membawa
perbekalan berpeti – peti emas permata untuk menebus dan membebaskan Budak –
budak yang masih tertindas di Negeri – negeri Bumi Selatan dan Tenggara.
Rombongan Armada Angkatan laut Musa Bin Ezekil ( Aji Saka ) singgah dulu di
Negeri asalnya dan menemui Ayah Ibunya yaitu Negeri Syarkil di Hindustan , dari
Hindustan mampir atau singgah di Negeri – negeri lainya dan banyak membebaskan
Budak – budak yang tertindas terutama banyak dari Hindia Belakang.
Sebagian Budak – budak yang telah dibebaskan banyak yang ikut Armada angkatan
LautAji Saka dengan membawa pula sanak saudaranya.
Sejak saat itu Tenggelamlah kerajaan Agninagari / Negeri api kedasar laut dan
bekasnya menjadi selat sunda, sedangkan bekas pegunungan yang tersisa hanyalah
anak Gunung Kratau ( kini masih aktif ) dan pucuk gunung kecil – kecil
disekitarnya.
Sejak saat itu terpecahlah P. Jawa dengan P. Sumatra oleh adanya selat Sunda , Begitu
pula dengan pulau – pulau lainnya baik NTB maupun NTT terpecah – pecah karena
munculnya selat – selat diantara mereka.,Sedangkan pada masa rombongan
ArmadaAjisaka ( Musa bin Ejekil ) datang ke Tanjung Anom daratanya masih utuh
dari Ujung P. Sumatra , Jawa hingga NTB sampai NTT dan belum ada selat –
selatnya.
Hingga akhirnya mendaratlah Armada P. Ajisaka dipesisir selatan jawa pada salah
satu daratan di Pinggir deretan Pegunungan Kendeng (± didaerah Pantai Pacitan ).
Hanya yang berasal dari Hindia Belakang yang kuat bekerja di Hutan – hutan berhawa
Panas di Pulau Jawa yang pada akhirnya Tentara – tentara Israel dan Turki yang
tersisa memohon untuk pulang kembali ke Baitul Magdis saja karena mereka tidak
kuat bekerja di Hutan tropis ( hawa panas )
Akhirnya diputuskanlah oleh Aji Saka bahwa pembukaan dan perluasan pembabatan
Hutan disebelah selatan Pulau Jawa dihentikan untuk sementara waktu dan sisa –
sisa Tentara Israel dan Turki diizinkan untuk pulang ke Baitul Maqdis - (
Yerussalem ) dan sebagian Armada untuk kembali ke Negeri Ibrani.
Disaat Pangeran Ajisaka bersama orang – orang dari Hindia Belakang saling bersatu
mencari jalan keluar akan masa depan mereka ; datanglah Komandan mereka turun
dari angkasa yaitu Malik Abdul Khadid ( Betara Grinjing Wesi ) dan menganjurkan
kepada Pangeran Ajisaka dan sebagian Orang – orang dari Hindia Belakang untuk
mendatangi Makam ( Punden ) orang yang membuka ( membabat ) Tanah Jawa mula
pertama kali yaitu Kyai Ismaya ( Semar badranaya ) yang berpotongan tubuh gendut
bulat dan berambut kuncung.
Dengan cara izin kepada yang membuka pertama kali supaya pekerjaan selanjutnya
menjadi lancar , seperti halnya orang hendak masuk ke sebuah Rumah harus izin dulu
kepada yang punya Rumah, begitu pula apabila hendak membuka satu daerah baru.
Kemudian Ajisaka dan sebagian Orang – orang dari Hindia Belakang mendatangi
makam atau Punden Kyai Semar di Puncak Gunung Srandil ( didaerah cilacap selatan
) mereka melaksanakan Puasa hingga Patiraga dan berhasil Meragasukma memasuki
alam lain dimana Kyai Semar berada, mereka berunding dengan Kyai Semar dan
akhirnya terdapat persetujuan antara Kyai Semar agar tiap – tiap membuka daerah
baru hendaknya Kulonuwun atau izin kepada yang menempati lebih dulu didaerah
tersebut
( yaitu Danyang atau lelembut yang menempati lebih dulu daerah tersebut )
Kemanapun Ajisaka pergi selalu diikuti oleh dua orang abdi setianya yaitu Tuhu
( sembodo ) dan Duro ( Setyo ).Pada suatu hari Ajisaka membawa 2 abdinya
mendatangi sebuah Pulau bernama Pulau Maceti, di Pulau maceti , Ajisaka
menitipkan keris saktinya kepada Duro ( Setyo ) untuk dirawat di Pulau tersebut dan
supaya Duro ( setyo ) merawat dan bercocok tanam di Pulau tersebut. Ajisaka
berpesan bahwa Duro ( setyo ) tidak boleh menyerahkan keris sakti tersebut kepada
orang lain selain kepada Ajisaka sendiri. Setyo berjanji menjaga dan merawat keris
sakti tersebut, sedangkan Ajisaka bersama Abdi yang satunya yaitu Tuhu ( sembodo )
hendak pergi melaksanakan tugas untuk mengeringkan rawa – rawa supaya bisa
dipakai untuk bercocok tanam oleh Penduduk.
Pada masa itu yang menjadi Raja Tanjung Anom adalah Raja Kanibal yang
bernamaDewata Cengkar yang hobbynya memakan jantung manusia demi
menambah umur dan kesaktianya.
Seluruh Negeri sangat tidak menyukai Raja itu dan setelah kehadiran Pangeran
Ajisaka di Tanjung Anom , Rakyat lebih setuju kalau Pangeran Ajisaka yang
menggantikan menjadi Raja karena beliau banyak berjasa kepada tanah Tanjung
Anom.
Tatkala patih krajaan sedang berkelilingh mencari Pemuda – pemuda untuk dijadikan
makanan buat rajanya ( Dewata Cengkar ) datanglah Pangeran Ajisaka menawarkan
Melihat Pangeran Ajisaka tertariklah hatinya apalagi setelah Ajisaka mau dimakan
asalkan Raja Dewata Cengkar memberi Tanah seluas sorban yang ada dikepala
Ajisaka, Tertawalah raja Kanibal itu , betapa ringan syaratnya dan tentu saja
dikabulkan. Pangeran Ajisaka lalu melepaskan Surban dikepalanya dan diletakkan di
Tanah untuk diukur, sedangkan Raja dewata Cengkar berjalan disebelahnya mengikuti
Surban Ajisaka.
Ternyata Surban Ajisaka terus terbeber tiada habis – habisnya hingga ujung Pantai
Jawa selatan , marahlah Raja Dewata Cengkar karena merasa bahwa panjang Surban
Ajisaka sama dengan seluas lebar Pulau Jawa dan artinya sama dengan meminta
Tanah Jawa ini diserahkan kepada Ajisaka ,tatkala Raja Kanibal Dewata Cengkar itu
hendak mencengkeram Ajisaka untuk dimakanya, saat itu juga Pangeran Ajisaka
menghempaskan Surbannya Kepada Dewata Cengkar hingga terjatuh dilaut Selatan
Jawa , ketika Raja kanibal itu berenang hendak ketepian laut ,…….. saat itu juga
Pangeran Ajisaka mengerahkan ilmunya yaitu “ Cipta Hening Sabda Pandita Wali “
cukup dengan kata – kata jadilah jadi Buaya Putih ( dalam Agama Islam sama
dengan kun fayakun dalamsurat yasin )
Seketika itu juga jadilah ( Raja Dewata Cengkar ) menjadi seekor Buaya Putih dan
sejak saat itu dia tiada berani hidup didaratan . setelah Dewata cengkar menjadi buaya
Putih saat itu juga Pangeran Syarkil berubah namanya Menjadi Ajisaka dan menjadi
Raja di Tanjung Anom kemudian tanjung anom diubah namanya menjadi Jawa
Dwipa yang Ibukotanya di Medang Kemulan.
Aji artinya ada ajinya atau ada isinya dan ada harga dirinya / dihargai ( dipandang
oleh orang banyak / mempunyai derajad ) sedangkan Caka / Syaka artinya Cagak (
Tiang ) / Pilar – pilar yang berdiri tegak –kokoh .
Sejak Jawa Dwipa dipegang oleh Pangeran Ajisaka pertanian maju pesat dan Beras
Jawa disukai Orang – orang di dunia , banyak kapal – kapal dagang dari Negeri lain
untuk membeli beras – beras jawa untuk dipasarkan di Pasaran Dunia, nama Jawa
terkenal didunia karena beras jawanya dan terkenal didunia kelak kerena Kayu Jawa
Tik ( Jati ) nya setelah wafat ajisaka dan Orang – orang hindia belakang serta
Tidak Heran kalau Peti Mati milik Raja – raja mesir ( para Fir’aun ) berasal dari kayu
Jati asli dari Jawa Dwipa hingga detik inipun Kayu Kayu jati berupa Peti mayat
Firaun – firaun yang dimummi didalam Piramid – pyramid di mesir utuh tidak bisa
dimakan rayap.
Disaat Negara sudah berjalan makmur , teringatlah Ajisaka akan keris saktinya yang
dititipkan kepada pembantu setianya yaitu Duro / setyo di Pulau Maceti , karena
beliau sibuk mengatur Negara ,maka disuruhnya pembantu setiap hari harinya yaitu
Tuhu / Sembodo untuk mengambil Keris Sakti tersebut ( Namun rupanya Ajisaka
sudah lupa akan kata – katanya dulu bahwa tidak boleh diberikan keris tersebut
kepada siapapun selain Ajisaka sendiri ), ya itulah Manusia sesakti apapun sepintar
apapun masih mempunyai penyakit bawaan yaitu lupa ini adalah penyakit bawaan
sejak dari Nabi Adam. As. Tiada seorangpun tidak pernah lupa.
BAB II
TERBENTUKNYA HURUF
DAN PENANGGALAN JAWA
Sejak kepergian dua Abdi setianya Duro dan Setyo ,Pangeran Ajisaka merasa
sangat menyesal sekali , sehingga rasa penyesalan itu menimbulkan kegundahan yang
teramat sangat . Rasa penyesalan itu terbawa terus dalam kehidupanya sehingga beliau
ingin mengasingkan diri mengurangi Dosa – dosanya .
Hanacaraka artinya ada kisah , ada kejadian, ada yang tertulis. ( apa yang
tertulis oleh Tuhan tiada bisa diubah oleh mahluk ( Sunatullah ) dibalik yang tertulis /
tersurat ada yang tersirat = ada arti dibalik itu ( intisarinya ) ada ( hakekatnya )
Datasawala artinya ada utusan yang sama – sama jujurnya akan tetapi salah
paham dan menimbulkan gugur keduanya = hidup didunia ada utusan – utusan yang
dicintai Tuhan , akan tetapi sedekat – dekatnya utusan dengan Tuhan hanya sebatas
utusan saja , tiada bisa berkuasa , tiada bisa menentukan keputusan untuk mahluk
hidup, yang menentukan mati hidupnya mahluk tetap ditangan Tuhan ( Qodla dan
Qodar ).
Setelah tercipta Huruf Jawa beserta aksara jawa juga Hitungan dan Penanggalan
Jawa berdasarkan Tahun caka ( Syaka ) lengkaplah sudah Penduduk Jawadwipa
mempunyai huruf , Hitungan juga Penanggalan Jawa.
Sejak saat itu Pangeran Ajisaka kembali ke Ibukota , Medang Kemulan serta
mengajarkan Huruf dan Penanggalan / tahun jawa ( caka ) kepada Anak – anaknya .
Lewat merekalah disebarkan keseluruh rakyat JawaDwipa untuk mempelajari tulisan ,
Penanggalan serta Hitungan Jawa.
Lengkap sudah tugas Ajisaka mengemban tugas yang dibebankan oleh Nabi
Sulaiman as.Membentuk masyarakat Jawa Dwipa ( Tanjung anom ) sehingga
menjadi masyarakat yang mengenal Tuhan ( Tauhid ) serta dengan terciptanya Huruf
Honocoroko yang merupakan Inspirasi dari gugurnya kedua abdi setia Ajisaka serta
Penanggalan dan Hitungan jawa yang merupakan pencarian dirinya dengan kuasa
Tuhan sehingga Ajisaka merasa tiada berdosa lagi kepada abdi setianya itu.
Betara Grinjing Wesi ( Malik Abdul Kadid )menyampaikan pesan dari Nabi
sulaiman a.s. untuk Ajisaka bahwa sebagai hadiah atau kenang – kenangan buat
ajisaka karena keberhasilanya membentuk negeri Jawadwipa sehingga menciptakan
huruf , Hitungan jawa serta Tahun jawa, Nabi Sulaiman hendak melemparkan Ajimat
yang sangat ampuh yang seharusnya dimiliki oleh Orang – orang yang hidup dimasa
yang akan datang yaitu Ajimat Kalimosodo , selesai menyampaikan pesan Betara
Grinjing Wesi pulang kembali ke Baitul Maqdis.
Dalam keadaan gundah dulana tiba – tiba datanglah seorang Pemuda tampan
berpakaian bangsawan kuna ( Model pakainya seperti pakaian Bangsawan sebelum
adanya Ajisaka ke tanah jawa , Pemuda itu mengenalkan dirinya bernama Pangeran
Baroklinting . Kyai baroklinting memohon kepada Ajisaka supaya Sebaiknya
menyerahkan Ajimat Kalimosodo ( yang kelak akan datang ) kepada Kyai
baroklinting saja sebab Kyai baroklinting adalah Penduduk asli jawa , sedangkan
Ajisaka belum tentu menetap terus di Jawa, yang kemungkinan hari tuanya bisa saja
kembali ke tanah air nya di Hindustan.Jawaban Ajisaka tetap tidak akan menyerahkan
Ajimat Kalimosodo kepada siapapun sekalipun nyawa sebagai taruhannya.
Adapun Kyai baroklinting adalah salah satu anak raja di jawa purba ( Kuno )
sebelum menjadi tanjung anom sebelum Asia tergenang Air bah gletser mencair (
jaman es II dulu ) Kyai baroklinting memiliki salah satu ilmu ular yaitu bisa berumur
panjang sebab bisa berganti –ganti kulit ( Mlungsungi ) yang hobinya bertapabrata
karena mencari kesempurnaan hidup ( mencontoh Kaisar Yudhistira ( Puntadewa )
namun tidak pernah memilik ilmu ular seperti yang dimiliki Kyai
baroklinting ,Yudistira hanya memiliki ilmu kesabaran, kejujuran dan terjun didalam
dunia ilmu hakekat ( melepaskan tahtanya dan pergi dari lingkungan keluarganya
untuk melksanakan Dharma di Arcapada mencari kesempurnaan hidup dan supaya
kelak menjadi mati sempurna
Tertariklah hati Kyai baroklinting dan ingin melaksanakan semacam itu dan tidak
perlu harus perang lagi yang banyak menguras tenaga dan ilmu.Setelah tubuhnya bisa
melingkar di gunung Merapi dan ujung lidahnya hendak bertemu , tiba – tiba tanpa
disangkanya langsung Ajisaka mencabut keris saktinya dan dengan cepat memutus
lidah Kyai baroklinting yang sedang menjulur , putuslah lidah Kyai baroklinting dan
seketika itu jatuh Pingsanlah Kyai baroklinting lalu ditinggallah oleh Ajisaka kembali
kepulau Maceti.
Setelah Kyai Baroklinting bangun dengan kesakitan, dia berdiam diri di gunung
Merapi betapa brata .Dia mengakui kalah dengan ajisaka ( karena terbujuk ) dan malu
menjadi Pangeran gagu , tidak bisa bicara lagi bila berujud manusia lagi. Dan menjadi
ular pertapaanpun , selalu mengasingkan diri karena menjadi ular pertapa yang gagu ,
akhirnya kehidupanya selalu memohon kepada Tuhan supaya bisa kembali menjadi
mati sempurna yang dima’afkan Tuhan jadi seringkali Kyai Baroklinting mengabdi
kepada Orang – orang tertentu ( Masuk kedalam senjata – senjata , Pusaka – pusaka
supaya ikut berbuat baik sebagai tambahan pahala baginya untuk kekal kelak dialam
kelanggengan.
Adapun Hono adalah manusia pertapa yang hampir berumur dengan Kaisar
yudistira ( Puntadewa ) yang saat Ajisaka hidup Kaisar Puntadewa masih hidup juga
berkeliling bumi dengan menyamar dengan nama Raden Dharma kusuma ,
melaksanakan hakekat supaya kelak bisa mati sempurna .
Namun setelah Ajisaka hendak dikirim Ajimat tersebut oleh Nabi Sulaiman a.s.
Hono bergerak hatinya untuk memintanya karena Ajisaka bukan siapa – siapa baginya
dan umurnya terlalu muda untuk mendapatkan ajimat tersebut. Adapun jawaban
Ajisaka adalah tetap tidak akan memberikan ajimat tersebut kepada siapapun juga
walaupun nyawa taruhanya.
Sehingga terjadilah Perang tanding berhari – hari tiada yang kalah dan yang
menang , namun setelah keduanya sama – sama mengeluarkan keris – keris saktinya
yang sama – sama berasal dari empu – empu dari negeri Hindustan, mereka berhasil
mengalahkan satu dengan yang lainya .Ajisaka berhasil membunuh Hono, dan Hono
pun berhasil membunuh Ajisaka. Keduanya sampyuh ( mati bersama – sama ).
BAB III
KEMATIAN AJISAKA
Dan Tiada Hubungan Lagi Dengan Baitul Maqdis
Setelah mengetahui kabar bahwa Pangeran Ajisaka telah gugur melawan Hono ,
Nabi Sulaiman.a.s. Tidak jadi memberikan Ajimat Kalimosodo , beliau tahu
kalau Penduduk Jawa belum mampu membawa jimatnya Orang – orang akhir
jaman, yang mampu hanya kaisar Yudhistira / Puntadewa yang saat itu masih lelana
brata melaksanakan darma ( mencari kesempurnaan hidup supaya mati sempurna )
Yang pada akhirnya diantara Budak – budak ( kaum israil yang terinjak – injak
Babilon muncullah Nabi Danial. A.s. yang diutus Allah untuk membawa bangsanya
pulang kembali ke negeri Israil dan mengakkan hukum Taurat dan Zabur.
Kita tidak harus seratus persen ( 100 % ) percaya kepada ( Penulis sejarah
Belanda ) karena Penjajah menulis untuk kepentingan Pemerintahan Jajahan , kalau
perlu semua yang dikuasai diubahnya sesuai dengan yang diinginkan Penjajah (
Bangsa Belanda ).
Terakhir sebagai penutup kami sebagai penulis Sejarah Bangsa Jawa ( Babad
Tanah jawi ) mungkin ada tulisan yang salah ataupun Kalimat yang kurang cocok
mohon kritikan serta saran dengan alamat: C@haya Computer d/a Sanggar Kyai
Djawan Samudro Jl. Raya Bunut Wetan 980 atau SMS ke 085855943968, Kami
hanyalah menulis yang sedikit kami ketahui sedangkan pembaca adalah jembatan
penyempurna tulisan kami.
Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Endang d/a PERUMNAS
Permata Asri yang telah Menulis Tangan kitab Babad Tanah jawi ini dari beberapa
buku kuno dalam Museum yang beliau kunjungi dan jangan lupa ada seri Tulisan ibu
Endang tentang Ajimat kalimosodo yang lebih seru dan sarat dengan makna – makna
yang agung dan luhur , Penulis hanyalah manusia yang bodoh sedangkan
kesempurnaan adalah milik Allah SWT.