Anda di halaman 1dari 44

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

METODE SGD (Small Group Discussion) DAPAT MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR SISWA

( Pelajaran Al-Qur’an Hadis Materi Unsur-Unsur Hadis Kelas X IPS 1)

Di MAN 3 Nganjuk Tahun Pelajaran 2017/2018

Laporan ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas


Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II

Dosen Pembimbing
Alim Khoiri, S.H.I, M.Sy.

Disusun Oleh :
NINA ILIYUN (932114314)

JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah disetujui oleh guru pamong dan

Kepala Madrasah pada:

Hari : Sabtu

Tanggal : 24 Februari 2018

Mengetahui: Nganjuk, 24 Februari 2018

Kepala MAN 3 Nganjuk, Guru Pamong,

M. ZUHAL, S.Ag.M.Pd.I MOH BASTHOMI, S.Ag.M.Pd.I


NIP. 19700725 200501 1 002 NIP. 19721129 200701 1 025
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah Disahkan oleh Dosen Pembimbing

Lapangan (DPL) pada:

Hari :

Tanggal : Februari 2018

Kediri, Februari 2018

Dosen Pembimbing Lapangan,

MOH ALIM KHOIRI, S.H.I, M. Sy


NIP. 19870314 201503 1 006
ABSTRAK

Nina Iliyuna, 2018. METODE SGD (Small Group Discussion) DAPAT


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA ( Pelajaran Al-Qur’an
Hadis Materi Unsur-unsur Hadis Kelas X IPS 1) Di MAN 3 Nganjuk
Tahun Pelajaran 2017/2018, PTK, Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan
Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri.

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia.


Adanya pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan keluarga, lingkungan,
masyarakat, dirinya sendiri maupun kehidupan bangsa dan negara. Pendidikan berupaya
mendidik manusia yang mempunyai ilmu pengetahuan dan ketrampilan dan juga
disertai dengan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT. sehingga dia akan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya itu untuk kebaikan masyarakat.
Dalam menjalankan proses kehidupan diperlukan panduan atau tuntunan agar
manusia tidak tersesat dan salah jalan. Salah satu panduan yang dapat dijadikan
pedoman oleh manusia yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Dimana didalamnya berisis segala
yang dibutuhkan oleh manusia. Segala pertanyaan, keresahan, dan kegundahan manusia
dapat dijawab oleh Al-Qur’an yang ditunjang dengan Hadis. Oleh karena itu penting
sekali bagi manusia untuk mempelajari Al-Qur’an dan Hadis baik dari segi arti, isi
kandungan maupun perilaku yang sesuai dengan pedoman Al-Qur’an Hadits. Maka dari
itu penting bagi manusia untk mempelajarai Al-Qur’an Hadits, maka di suatu sekolah
perlu adanya mata pelajaran Al-Qur’an Hadis. Agar para siswa tidak terlepas dari
pedomannya dan tidak salah jalan.
Salah satu penyebab rendahnya aktifitas dan hasil belajar siswa adalah terletak
pada proses pembelajaran yang mana guru bersifat lebih aktif dan siswa cenderung
pasif. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alternatif metode pembelajaran yang
menekankan pada partisipasi dan minat dari masing-masing individu untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga mendapatkan hasil belajar
yang memuaskan. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang sesuai dengan
masalah tersebut yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran SGD (Small Group
Discussion).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan
menggunakan metode SGD (Small Group Discussion) dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas X IPS 1.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan
pengumpulan data yang menggunakan observasi dan catatan lapangan, dan teknik
analisis dengan melakukan reduksi data, inferensi, tahap tindak lanjut, dan pengambilan
kesimpulan.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 1
siklus yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Pengumpulan data diperoleh dari tes belajar, lembar pengamatan aktivitas
belajar siswa. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari sebelum tindakan dan setelah tindakan. Peningkatannya sangat
signifikan, dari 87% menjadi 100%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran SGD (Small Group
Discussion) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an
Hadis materi unsur-unsur hadis.

Kata Kunci: Metode SGD (Small Group Discussion), Prestasi Belajar Siswa
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang berjudul “Metode Sgd (Small Group Discussion) Dapat Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa (Pelajaran Al-Qur’an Hadis Materi Unsur-Unsur Hadis Kelas X
IPS 1) Di MAN 3 Nganjuk Tahun Pelajaran 2017/2018” ini dengan baik, lancar dan
dapat diselesaikan tepat pada waktunya, meskipun banyak hambatan dan rintangan yang
menerpa.
Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disusun dan diajukan sebagai
bukti telah dilakukan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II di MAN 3
Nganjuk. Meskipun sangat sederhana dan banyak kekurangan, laporan ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan pembelajaran peningkatan
profesionalisme guru.
Penulis menyadari bahwa tugas ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa
adanya bantuan, bimbingan, dan pemberian motivasi dari berbagai pihak. Maka dengan
segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. Nur Chamid, M.M. selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Kediri.
2. Bapak Alim Khoiri, S.H.I, M.Sy. selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang telah
membimbing penulis sehingga terselesaikannya laporan PTK ini.
3. Bapak Zuhal Ma’ruf, S. Ag, M.Pd.I. selaku Kepala MAN 3 Nganjuk yang turut
serta dalam memberikan pengalaman serta bimbingan selama PPL II.
4. Bapak M. Basthomi, S.Ag, M.Pd.I selaku guru pamong yang telah meluangkan
banyak waktu dan tenaganya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama
praktik mengajar di kelas dan membantu membimbing laporan PPL II.
5. Bapak dan Ibu Guru, karyawan-karyawati MAN 3 Nganjuk yang telah memberikan
arahan atau masukan yang membangun selama pelaksanaan PPL II.
6. Siswa-siswi yang telah bersedia menjadi anak didik kami, khususnya kelas X IPS 1.
Semoga diberikan kemudahan dalam menuntut ilmu yang bermanfaat, dan dapat
mencapai cita-cita yang telah diharapkan.
7. Teman-teman PPL II yang telah bersama-sama berjuang selama pelaksanaan PPL
II.
8. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan PTK ini baik langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Kami menyadari bahwa tugas dan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga
Allah senantiasa memberikan imbalan yang sesuai dan mudah-mudahan laporan
penelitian ini dapat bermanfa’at bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Jazakumullah Khairan Katsiran.

Kediri, 24 Februari 2018


Penulis,

NINA ILIYUN
NIM. 932114314
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memiliki peranan


yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan
perkembangan bangsa itu sendiri. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1
Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemandirian
peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik dan psikis serta
emosi dan suatu lingkungan, interaksi dengan orang dewasa, seperti guru di
sekolah, orang tua di rumah, dan orang dewasa lain di masyarakat. Pendidikan di
sekolah merupakan sarana untuk memperbaiki keadaan sekarang dan
mempersiapkan dunia esok yang lebih baik. Oleh karena itu warga masyarakat
mendambakan agar anak-anaknya memperoleh tempat belajar di sekolah yang
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pendidikan.2
Dilihat dari perkembangan zaman seperti sekarang ini pendidikan dituntut
untuk bisa mengembangkan atau meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Sedangkan pendidikan memegang peranan penting. Sumber daya manusia yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa hanya akan lahir dari sistem
pendidikan yang berdasarkan filosofis bangsa itu sendiri. Sistem pendidikan yang
mengadopsi dari luar tidak akan mampu memecahkan problem yang dihadapi
bangsa itu sendiri. Oleh karena itu, upaya untuk melahirkan suatu sistem
pendidikan nasional yang berwajah Indonesia dan berdasarkan pancasila harus terus
dilaksanakan dan semangat untuk itu harus terus menerus diperbaharui3.
Agar siswa lebih mudah memahami pelajaran, seorang guru selain harus
menguasai materi, dia juga dituntut untuk dapat terampil dalam memilih dan

1
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Fokusmedia, 2010), 2.
2
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 106.
3
Kusuma,Indra dan Amir Daien. Pengantar Ilmu Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional, 1975. 164.
menggunakan metode mengajar yang tepat untuk situasi dan kondisi yang
dihadapinya. Seorang guru sangat dituntut untuk dapat memiliki pengertian
secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai kebaikan
metode maupun mengenai kelemahan-kelemahannya. Pendidikan yang bekualitas
ditandai dengan mutu pendidikan sekolah yang baik pula. Peningkatan mutu
pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki semua elemen pendukung
sekolah, termasuk metode-metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis
berdasarkan pendekatan yang ditentukan.4 Metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik. Karena
penyampaian itu bersifat edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar
pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran
merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.5
Pada prinsipnya ada berbagai metode pengajaran yang dapat digunakan
dalam penyampaian materi pelajaran, namun tidak semuanya sesuai dengan materi
yang akan disampaikan oleh guru. Untuk itu seorang guru harus pandai-pandai
memilih metode pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, hal
ini tentunya melalui proses pertimbangan yang matang sebelum guru memutuskan
untuk memilih metode pengajaran yang akan digunakan. Kekeliruan dalam memilih
metode pengajaran akan mengakibatkan tidak berhasilnya peserta didik dalam
memahami mata pelajaran dengan baik dan sempurna, sehingga tidak dapat
mencapai hasil belajar yang diinginkan.
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadis merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di MAN 3 Nganjuk. Mata pelajaran ini diajarkan pada semua tingkatan
kelas baik untuk kelas X, XI, maupun XII. Mata pelajaran ini merupakan mata
pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan seorang muslim. Adapun salah satu
materi yang diajarkan di kelas X adalah tentang Unsur-unsur Hadis, yang
manfaatnya untuk mengetahui keshahihan sebuah hadis sehingga hadis tersebut

4
Suja’i, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab (Semarang: Walisongo Press, 2008), 31.
5
Departement Agama RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam, 2002), 88
dapat dijadikan hujjah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan syara’.
Untuk itu diperlukan metode yang sesuai dengan porsi materi pelajaran ini.
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran Al-Qur’an Hadis banyak hal yang
perlu dipertimbangkan diantaranya adalah dalam hal penyampaian materi dari
seorang guru terhadap siswa melalui metode tertentu. Sedangkan metode yang
digunakan disekolah sudah baik akan tetapi tidak bisa dipungkiri juga masih
dirasakan adanya kekurangan untuk menciptakan suasana yang kondusif. Maka
dengan mengacu pada masalah tersebut dan dengan menelaah materi pelajaran yang
akan disampaikan guru, dengan penuh pertimbangan maka peneliti memilih untuk
menerapkan metode Pembelajaran SGD (Small Group Discussion) dalam rangka
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk.
Berdasarkan konteks penelitian diatas peneliti tertarik melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penggunaan Metode SGD (Small Group
Discussion) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Al-Qur’an Hadis Materi Unsur-unsur Hadis Kelas X IPS 1 Di MAN 3
Nganjuk Tahun Pelajaran 2018” Hal ini dimaksudkan agar dalam proses
pembelajaran Al-Qur’an Hadis, guru bisa menarik siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran dan juga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Dan
guru juga tidak hanya terpaut dengan satu metode saja yang mampu membuat siswa
jenuh dalam proses pembelajaran, karena masih banyak metode-metode yang
menarik yang mampu membangkitkan semangat siswa dalam proses pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah


sebagai berikut:
1. Bagaimana dengan penerapan metode SGD (Small Group Discussion) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis
kelas X IPS 1 di MAN 3 Nganjuk?
2. Apakah metode SGD (Small Group Discussion) dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis kelas X IPS 1 di MAN 3
Nganjuk?
C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana metode SGD (Small Group Discussion)
diterapkan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Al-Qur’an Hadis kelas X IPS 1 di MAN 3 Nganjuk.
2. Untuk mengetahui sejauh mana teori metode SGD (Small Group Discussion)
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an
Hadis kelas X IPS 1 di MAN 3 Nganjuk.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi


khazanah keilmuan :
1. Secara teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menghasilkan
temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis khususnya
pada materi unsur-unsur Hadits pada siswa MAN 3 Nganjuk kelas X IPS 1 pada
semester II tahun pelajaran 2018.
2. Secara praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi:
a. Pendidik
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas
pendidik Al-Qur’an Hadis pada siswa kelas X IPS 1 Semester II tahun
pelajaran 2018 melalui implemetasi metode SGD (Small Group Discussion)
b. Peserta Didik MAN
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 Semester
II tahun pelajaran 2018 dengan menggunakan metode SGD (Small Group
Discussion) pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis.
c. Lembaga MAN
Sebagai satu masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan dan
kelemahan penyelenggaraan pembelajaran, serta sebagai upaya untuk
memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi
di kelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan harapan
akan diperoleh hasil prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah.

E. HIPOTESIS PENELITIAN
Tindakan yang akan diberikan oleh peneliti untuk meningkatkan prestasi
belajar peserta didik pada kelas X IPS 1 pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis
materi unsur-unsur hadis adalah dengan menerapkan salah satu metode
pembelajaran yaitu SGD (Small Group Discussion) dan diharapkan dari
penerapan metode ini sebanyak lebih dari 60% peserta didik nilai dan
pemahaman akan materi semakin meningkat atau perolehan nilai diatas 75 oleh
masing-masing peserta didik. Jika prestasi peserta didik lebih dari 60 % maka
penelitian ini dikatakan berhasil dan apabila kurang dari 60% maka perlu adanya
siklus selanjutnya.
Dengan memperhatikan pemaparan diatas, maka hipotesis tindakan
dirumuskan sebagai berikut : jika pembelajaran menggunakan metode SGD
(Small Group Discussion), maka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Al-Qur’an hadis materi unsur-unsur hadis kelas X IPS. Sehingga
teori metode SGD (Small Group Discussion) ini dapat digunakan di kelas-kelas
lain dengan mata pelajaran dan materi yang sama, agar menimbulkan semangat
belajar antara pendidik dan peserta didik pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini dilakukan demi meningkatkan mutu dan prestasi belajar
peserta didik.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Metode SGD (Small Group Discussion)


1. Pengertian Metode SGD (Small Group Discussion)
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini
berasal dari dua suku kata: “metha” berarti melalui atau melewati, dan
“hodos”yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang
harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab metode
disebut “Thariqat”, dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode” adalah
cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, sehingga
dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus
dipilih metode pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu metode pembelajaran harus
memiliki pertimbangan–pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat
perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia,
sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.6 Salah
satu bentuk metode yang bisa diterapkan yaitu metode SGD.
Metode SGD adalah proses pembelajaran dengan melakukan diskusi
kelompok kecil tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan
memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.7 Metode SGD juga berarti proses penglihatan
dua atau lebih individu yang berinteraksi secara global dan saling
berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui
tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan
masalah.8
Jadi Metode SGD adalah model pembelajaran yang menekankan
keaktifan belajar siswa melalui diskusi belajar kelompok kecil.

6
Trianto, Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep Landasan Teoritis-
Praktis dan Implementasinya (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2011), 7.
7
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Semarang: RaSail Media Group, 2008),
8.
8
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 20.
2. Dasar Metode SGD (Small Group Discussion)
Segala kegiatan pasti mempunyai tujuan dan dasar dalam
melakukannya. Begitu juga dalam pelaksanaan Metode SGD juga terdapat
dasar paedagogis dan dasar psikologis. Metode SGD mempunyai
pendekatan secara kelompok.
Belajar bertujuan mendapatkan pengetahuan, sikap kecapakan dan
keterampilan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu metode atau
cara. Dalam proses belajar mengajar metode belajar kelompok merupakan
sebagai salah satu metode yang menggunakan pendekatan kelompok.
Pendekatan kelompok digunakan untuk membina dan mengembangkan
sikap sosial anak didik. Menurut Bimo Walgito dasar dari belajar kelompok
dapat digolongkan menjadi dua yaitu9:
a. Dasar Yuridis
Dasar yuridis sebagai dasar yang berkaitan dengan masalah
pendidikan dan pembelajaran. Hal tersebut tercermin dalam UU RI No.
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Pada pasal 1 berbunyi
bahwa jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu tujuan.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berakhlak mulia, sehat,
berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.10
Begitu juga terdapat dalam PP No 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan Bab IV pasal 19 berbunyi “proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menentang, memotivasi peserta didik untuk

9
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Andhi Offset: 2007), 78.
10
Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No. 20 TH. 2003), (Jakarta:
Sinar Grafika, 2003 ), 6.
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.11
b. Dasar Psikologis
Dasar psikologis akan terlihat pada diri manusia tercermin pada
kehidupan sehari-hari. Kegiatan tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga
golongan utama secara hakiki yaitu:
1) Kegiatan yang bersifat individual
2) Kegiatan yang bersifat sosial
3) Kegiatan yang bersifat ketuhanan.
c. Dasar Religius
Selain dua dasar di atas, azas kooperatif juga memiliki azas
agama yang termaktub dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:

ِّ ‫علَى ا ِّإلثْ ِّم َوا ْلعُد َْو‬


ْ‫ان َواتَّقُوا‬ َ َ‫بر َوالت َّ ْق َوى َوالَ تَع‬
َ ْ‫اونُوا‬ ِّ ‫علَى ا ْل‬ َ ْ‫اونُوا‬ َ َ‫َوتَع‬
-٢- ‫ب‬ ِّ ‫شدِّي ُد ا ْل ِّعقَا‬
َ َ‫ّللاَ ِّإ َّن ّللا‬
Artinya : “... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosadan pelanggaran...”.(QS. Al-Maidah: 2)12
Dalam hadis juga dijelaskan tentang pentingnya saling menolong
seperti hadis Anas bin Malik:

‫ انصر‬: ‫ قال رسول هللا عليه وسلم‬: ‫عن انس بن مالك رضى هللا عنه قال‬
‫ فكيف‬,‫ هذا ننصره مظلوما‬: ‫ يا رسول هللا‬: ‫ قال‬,‫اخاك ظالما او مظلوا ما‬
)‫ (رواه المسلم‬.‫ تأ خذ فوق يديه‬: ‫ننصره ظالما ؟ قا ل‬
Artinya: “Dari Anas RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tolonglah
saudaramu yang dzalim atau yang didzalimi. Dikatakan
bagaimana jika menolong yang dzalim? Rasulullah menjawab:
Tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzalimannya,
karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan padanya.”
(HR. Muslim)13

11
PP. No 19 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Departemen agama RI 2006), 11.
12
Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Depag RI, 2004), 156.
13
Imam Muslim, Shahih Muslim Juz IV (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, t.th), 247.
Ayat di atas dapat diketahui bahwa prinsip kerjasama dan saling
membantu dalam kebaikan juga sangat dianjurkan oleh agama (Islam). Jadi
yang menjadi dasar metode SGD pentingnya menciptakan kerja sama dalam
proses belajar mengajar.
3. Tujuan dan Manfaat Model SGD (Small Group Discussion)
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha
atau kegiatan selesai, tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang
terbentuk tetap dan statis, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari
kepribadian seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.14
Tujuan penerapan metode SGD ini dapat meningkatkan kemampuan
tanggung jawab peserta didik tentang apa yang mereka pelajari melalui cara
yang menyenangkan dan tidak menakutkan.15 Tujuan metode SGD ini
adalah agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah
terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari. Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang
mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar peserta didik, maka
sikap guru hendaknya:
a. Mau mendengarkan pendapat peserta didik.
b. Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan bila guru atau peserta
didik lain berbicara.
c. Menghargai perbedaan pendapat.
d. “Mentolelir” salah dan mendorong untuk memperbaiki.
e. Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.
f. Memberi umpan balik terhadap hasil kerja guru.
g. Tidak terlalu cepat membantu peserta didik.
h. Tidak kikir untuk memuji atau menghargai.
i. Tidak mentertawakan pendapat atau hasil karya peserta didik sekalipun
kurang berkualitas.
j. Mendorong peserta didik untuk tidak takut salah dan berani
menanggung resiko.16

14
Zakiyah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), 29.
15
Ismail SM, Strategi ..., 87
16
Ujang Sukardi, dkk, Belajar Aktif dan Terpadu (Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2003), 12.
Dalam pembelajaran yang dimiliki dalam metode SGD, maka posisi
dan peran guru harus menempatkan diri sebagai:
a. Pemimpin belajar, artinya merencanakan, mengorganisasi,
melaksanakan dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik
b. Fasilitator belajar artinya memberikan kemudahan-kemudahan peserta
didik dalam melakukan kegiatan belajarnya misal, menyediakan sumber
dan alat belajar, menyediakan waktu belajar yang cukup, memberi
bantuan, menunjukkan jalan keluar pemecahan masalah, menengahi
perdebatan pendapat dan sebagainya.
c. Moderator belajar artinya sebagai pengatur arus belajar peserta didik,
guru menampung persoalan yang diajukan oleh peserta didik dan
mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada yang lain, untuk dijawab
dan dipecahkan. Jawaban tersebut dikembalikan kepada penannya atau
kepada kelas untuk dinilai benar salahnya.
d. Motivator belajar sebagai pendorong agar peserta didik mau melakukan
kegiatan belajar
e. Evaluator artinya sebagai penilai yang obyektif dan komprehensif, guru
berkewajiban memantau, mengawasi, proses belajar peserta didik dan
hasil belajar yang dicapainya.17
Jadi keberhasilan belajar dengan model belajar ini bukan semata-
mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan
perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-
sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.
Melalui belajar dari teman sebaya dan dibawah bimbingan guru, maka
proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat
terhadap materi yang dipelajari.
4. Unsur-unsur Metode SGD (Small Group Discussion)
Menurut Anita Lie, metode SGD sebagaimana pembelajaran berbasis
kelompok yang lain memiliki unsur-unsur yang saling terkait, diantaranya:
a. Saling ketergantungan positif (positive interdependence)

17
Nana Sudjana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, Cet. 5, 2005),
32-35.
Ketergantungan positif ini bukan berarti siswa bergantung
secara menyeluruh kepada siswa lain. Jika siswa mengandalkan
teman lain tanpa dirinya memberi ataupun menjadi tempat
bergantung bagi sesamanya, hal itu tidak bisa dinamakan
ketergantungan positif. Guru Johnson di universitas Minnesota,
Shlomo Sharan di Universitas Tel Aviv, dan Robert E. Slavin di
John Hopkins, telah menjadi peneliti sekaligus praktisi yang
mengembangkan Cooperative Learning sebagai salah satu model
pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi siswa sekaligus
mengasah kecerdasan interpersonal siswa. harus menciptakan
suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan.
Perasaan saling membutuhkan inilah yang dinamakan positif
interdependence. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai
melalui ketergantungan tujuan, tugas, bahan atau sumber belajar,
peran dan hadiah.
b. Akuntabilitas individual
Metode SGD menuntut adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan bahan belajar tiap anggota kelompok, dan
diberi balikan tentang prestasi belajar anggota-anggotanya sehingga
mereka saling mengetahui rekan yang memerlukan bantuan. Berbeda
dengan kelompok tradisional, akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas sering dikerjakan oleh sebagian
anggota. Dalam metode cooperative learning tipe SGD, siswa harus
bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban masing-masing
anggota.
c. Tatap muka
Interaksi kooperatif menuntut semua anggota dalam
kelompok belajar dapat saling tatap muka sehingga mereka dapat
berdialog tidak hanya dengan guru tapi juga bersama dengan teman.
Interaksi semacam itu memungkinkan anak-anak menjadi sumber
belajar bagi sesamanya. Hal ini diperlukan karena siswa sering
merasa lebih mudah belajar dari sesamanya dari pada dari guru.
d. Ketrampilan sosial
Unsur ini menghendaki siswa untuk dibekali berbagai
keterampilan sosial yakni kepemimpinan (leadership), membuat
keputusan (decision making), membangun kepercayaan (trust
building), kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan manajemen
konflik (management conflict skill).
Keterampilan sosial lain seperti tenggang rasa, sikap sopan
kepada teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis,
tidak mendominasi yang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.
e. Proses kelompok
Proses ini terjadi ketika tiap anggota kelompok mengevaluasi
sejauh mana mereka berinteraksi secara efektif untuk mencapai
tujuan bersama. Kelompok perlu membahas perilaku anggota yang
kooperatif dan tidak kooperatif serta membuat keputusan perilaku
mana yang harus diubah atau dipertahankan.18
Unsur-unsur metode SGD dalam pembelajaran akan mendorong
terciptanya masyarakat belajar. Konsep masyarakat belajar menyarankan agar
hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain berupa
sharing individu, antar kelompok dan antar yang tahu dan belum tahu.19 Jerome
Brunner mengenalkan sisi sosial dari belajar, sebagaimana dikutip oleh Melvin,
ia mendeskripsikan “suatu kebutuhan manusia yang dalam untuk merespon dan
secara bersama-sama dengan mereka terlibat dalam mencapai tujuan”, ia sebut
resiprositas.20

2. Prinsip-prinsip Metode SGD (Small Group Discussion)


Metode SGD pada dasarnya menuntut adanya partisipasi aktif dari
peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Ada beberapa

18
Anita Lie, Cooperative Learning; Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas
(Jakarta: Gramedia, 2005), 32-35.
19
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2003), 89.
20
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusa media, 2004),
24.
prinsip belajar dalam metode SGD yang dapat menunjang tumbuhnya cara
siswa belajar aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan, yaitu:
a. Stimulasi belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya
dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk
verbal/bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Ada dua cara yang
mungkin membantu para siswa agar pesan tersebut mudah diterima.
Cara pertama perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa
dalam memperkuat pemahamannya. Cara kedua adalah siswa
menyebutkan kembali pesan yang disampaikan guru kepada siswa.
b. Perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam
proses belajar mengajar. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan
perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang
bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus
baru, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan
belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian
siswa, seperti gambar, foto, diagram, dan lain-lain. Sedangkan motivasi
belajar bisa tumbuh dari dua hal, yakni tumbuh dari dalam dirinya
sendiri dan tumbuh dari luar dirinya.
c. Respons yang dipelajari
Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa
meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap
informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar
seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih
diri dalam menguasai informasi yang diberikan dan lain-lain.

d. Penguatan
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari
luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar diri
seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa,
ganjaran, hadiah dan lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat
respons siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi
apabila respons yang dilakukan siswa betul-betul memuaskan dirinya
dan sesuai dengan kebutuhannya.
e. Pemakaian dan pemindahan
Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah
dipelajari pada situasi lain yang serupa di masa mendatang. Asosiasi
dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi
kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, memberi contoh yang
jelas, pemberi latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa,
melakukan dalam situasi yang menyenangkan.21
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip diatas sangat
penting, karena didalamnya terdapat interaksi antara anak didik dan pendidik
dan menerapkan metode SGD. Pada prinsip mengaktifkan siswa guru bersikap
demokratis, guru memahami dan menghargai karakter siswanya, guru
memahami perbedaan-perbedaan antara mereka, baik dalam hal minat, bakat,
kecerdasan, sikap, maupun kebiasaan. Sehingga dapat menyesuaikan dalam
memberikan pelajaran sesuai dengan kemampuan siswanya.

3. Langkah-Langkah Metode SGD (Small Group Discussion)


Langkah-langkah penerapan metode SGD diantaranya22:
a. Bagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (maksimal 5 murid)
dengan menunjuk ketua dan sekretaris.
b. Berikan soal studi kasus (yang dipersiapkan oleh guru) sesuai dengan
Kompetensi Dasar (KD).
c. Instruksikan setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal
tersebut.
d. Pastikan setiap anggota berpartisipasi aktif dalam diskusi.

21
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), 213-216
22
Ismail SM, Strategi …, 87-88
e. Instruksikan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk
menyajikan hasil diskusinya dalam forum kelas.
f. Klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut (Guru).

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode SGD (Small Group Discussion)


Belajar kelompok seperti metode SGD juga mempunyai kelebihan
dan kelemahan tersendiri, yaitu:
a. Kelebihan yaitu:
1) Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan dengan belajar
secara individu
2) Pendapat yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan
lebih kuat dibandingkan pendapat perorangan.
3) Kerja sama yang dilakukan oleh peserta didik dapat mengikat tali
persatuan, tanggung jawab bersama dan rasa memiliki (sense
belonging) dan menghilangkan egoisme.23
b. Kelemahan yaitu:
1) Model ini memerlukan persiapan-persiapan yang lebih rumit
daripada metode lain sehingga memerlukan dedikasi yang lebih
tinggi dari pihak pendidik.
2) Apabila terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan dan tugas
akan lebih buruk.
3) Peserta didik yang malas, memperoleh kesempatan untuk tetap
pasif dalam kelompok itu dan kemungkinan besar akan
mempengaruhi anggota lainnya.24
Jadi kelebihan dari penerapan asas kooperatif dalam pembelajaran lebih
meningkatkan solidaritas dan saling menghargai diantara peserta didik
sedangkan kelemahannya yaitu terjadinya persaingan yang tidak sehat dan sikap
saling ketergantungan dari peserta didik.
B. Kajian Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar

23
Basirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 15.
24
Zuhairini, Dkk, “Metodik Khusus Pendidikan Agama” (Surabaya: Usaha Nasional, 2003), 89
Prestasi merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang. Sedangkan beberapa pengertian belajar dapat kita lihat sebagai
berikut:
a. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
b. Belajar adalah perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan
sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
c. Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil
dari pengalaman.25
Prestasi belajar menurut KBBI adalah “Penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
dilanjutkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.26
Winkel (1996) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan
bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar
merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar.27 Benyamin S. Bloom, prestasi belajar
merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif
terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
Menurut Muhibbin Syah prestasi belajar adalah keberhasilan murid
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi
pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Taulus Tu’u prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan
oleh guru.28

25
Mahmud, Psikologi Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), 61.
26
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar (Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011), 427.
27
Winkel W.S, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: Gramedia, 2007), 226.
28
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 91.
Jadi, pengertian prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai
berikut:
a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika
mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran disekolah.
b. Prestasi belajar terutama dinilai oleh aspek kognitifnya karena
bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintes dan evaluasi.
c. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau
angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas
siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa secara umum
pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
mengadakan perubahan tingkah laku berkat pengalamannya dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, atau lebih ringkasnya adalah bukti
keberhasilan yang dapat dicapai seseorang dalam kegiatan belajarnya.
Tentang apa yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar, ada
juga yang menyebutnya dengan istilah hasil belajar.29

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan
ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya.
Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan.
Menurut Slamento dan Ngalim Purwanto, faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa terbagi dua, yaitu faktor Internal dan faktor
Eksternal.30
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

29
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),
151
30
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 28.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

3. Indikator (Tipe-Tipe) Prestasi Belajar


Dalam dunia pendidikan, penilaian merupakan salah satu yang tidak
dapat ditinggalkan. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi bidang akademik
di sekolah-sekolah dicatat dalam buku laporan yang disebut rapor. Dalam
rapor dapat diketahui prestasi belajar seorang siswa, apakah berhasil atau
gagal dalam mata pelajaran. Didukung oleh Sumadi Suryabrata bahwa rapor
merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru menganai
kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu.31 Jenis
indikator (tipe-tipe prestasi belajar) dan cara mengevaluasinya yaitu:
Ranah/ Jenis
Indikator/ Tipe-Tipe Cara Mengevaluasi
Prestasi
A. Ranah Kognitif
1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 1. Tes lisan
2. Dapat membandingkan 2. Tes tertulis
3. Dapat menghubungkan 3. Observasi
2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan 1. Tes lisan
2. Dapat menunjukkan kembali 2. Tes tertulis
3. Observasi
3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan 1. Tes lisan
2. Dapat mendefinisikan dengan 2. Tes tertulis
lisan sendiri
4. Penerapan 1. Dapat memberikan contoh 1. Tes tertulis
2. Dapat menggunakan secara
cepat
5. Analisis 1. Dapat menguraikan 1. Tes tertulis
2. Dapat mengklasifikasikan/ 2. Pemberian
memilah-milah tugas
6. Sintesis 1. Dapat menghubungkan 1. Tes tertulis
(membuat paduan 2. Dapat menyimpulkan 2. Pemberian

31
Saefullah, Psikologi Perkembangan Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 176.
baru dan utuh) 3. Dapat mengklasifikasikan tugas
menggeneralisasi (membuat
prinsip umum)
B. Ranah Afektif
1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap 1. Tes tertulis
menerima 2. Tes skala sikap
2. Menunjukkan sikap 3. Observasi
menolak
2. Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi 1. Tes skala sikap
atau terlibat 2. Pemberian tugas
2. Kesediaan memanfaatkan 3. Observasi
3. Apresiasi (sikap 1. Menganggap penting dan 1. Tes skala
menghargai) bermanfaaat penilaian atau
2. Menganggap indah dan sikap
harmonis 2. Pemberian tugas
3. Mengagumi 3. Observasi
4. Internalisasi 1. Mengakui dan meyakini 1. Tes skala sikap
(pendalaman) 2. Mengingkari 2. Pemberian tugas
ekspresif
5. Karakterisasi 1. Melembagakan atau 1. Pemberian tugas
(penghayatan) meniadakan ekspresif dan
2. Menjelmakan dalam pribadi proyektif
dan perilaku sehari-hari 2. observasi
C. Ranah
Psikomotor
1. Keterampilan 1. Mengoordinasikan gerak 1. Observasi
bergerak dan mata, tangan, kaki, dan 2. Tes tindakan
bertindak anggota tubuh lainnya
2. Mengucapkan
3. Membuat mimik da gerakan
jasmani
2. Kecakapan 1. Tes lisan
ekspresi verbal 2. Observasi
dan nonverbal 3. Tes tindakan
Penelitian membuktikan bahwa kognisi memiliki pengaruh yang
signifikan dalam proses pembelajaran. Hal ini dikuatkan oleh Parkin dan
Galloti yang mengatakan bahwa proses belajar tidak bisa lepas dari kegiatan
mental (cognitive skills). Menurut mereka belajar adalah proses mental yang
meliputi aktivitas mengamati, menalar, mengklasifikasi, membuat
keputusan, dan kegiatan mental lainnya melalui interaksi dengan
lingkungannya.32

4. Upaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar


Pengumpulan informasi tentang kemajuan dan prestasi belajar
peserta didik dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi,
dengan tes maupun non tes.33 Setelah mengetahui faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, maka pada sub ini penulis akan
menguraikan sedikit usaha untuk meningkatkan prestasi belajar. Dapat
dilakukan dengan cara:
a. Memberi bimbingan belajar siswa.
Bimbingan belajar menurut I. Djumhur dan Moh. Surya, adalah:
“Memberikan bantuan kepada individu dalam memecahkan kesulitan-
kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar baik di sekolah
maupun di rumah”.
Tujuan bimbingan belajar ialah membantu siswa agar dapat
penyesuaian yang baik dalam situasi belajar. Melalui bimbingan belajar
diharapkan siswa dapat belajar dengan baik mungkin sesuai dengan
kemampuan yang ada pada dirinya. Bimbingan tersebut misalnya
tentang cara belajar yang baik, menentukan cara mempelajari atau
menggunakan buku pelajaran yang cocok dengan minat, bakat,
kecakapan dan cita-cita serta kondisi fisik, menentukan pembagian
waktu dan perencanaan belajar dan lain-lain.
Jadi dengan memberikan bimbingan belajar dapat meningkatkan
prestasi belajar. Siswa yang belajar teratur kemungkinan besar

32
Gunarhadi, “Penggunaan Model Pembelajaran Elektrik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa
Indonesia”, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 16 (2010), 41.
33
Mgs Nazarudin, Manajemen Pembelajaran (Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2007), 195.
mencapai hasil yang baik, prinsip balajar secara teratur hendaknya
benar-benar ditanamkan sehingga dimiliki oleh setiap siswa.
b. Pengajaran Remedial
Dalam keseluruhan proses belajar mengajar, pengajar remedial
memegang peranan penting sekali khususnya dalam rangka pencapaian
hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial merupakan pelengkap
dari proses pengajaran secara keseluruhan. Tujuan pengajaran remedial
adalah agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. SETTING PENELITIAN
Penelitian ini di laksanakan di MAN 3 Nganjuk yang terletak di Desa
Baleturi, Kec. Prambon, Kab. Nganjuk Jawa Timur.
Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun ajaran 2017/2018 mata
pelajaran Al-Qur’an Hadis yang waktu pembelajarannya selama 4 JTM atau 4 x 45
menit dan dilaksanakan selama 2 Minggu (2 kali pertemuan).

B. SUBYEK PENELITIAN
Subjek penelitian tindakan kelas ini yaitu siswa/i kelas X IPS 1 MAN 3
Nganjuk pada semester II tahun pelajaran 2017/2018. Pada tahun ajaran ini, siswa/i
kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk berjumlah 31 siswa yang terdiri 18 perempuan dan
13 laki-laki.

C. RENCANA TINDAKAN
PTK ini dilakukan melalui satu siklus, sebelum diadakan penelitian lebih
lanjut, maka peneliti mengadakan pre-Test. Adapun PTK yang temanya :
METODE SGD (Small Group Discussion) DAPAT MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR SISWA pada teori ini menggambarkan adanya empat langkah
(dan pengulangannya), yang disajikan dalam bagan sebagai berikut ini:
Gambar 1.1 Alur Kerja PTK

REFLECT

SIKLUS 1 OBSERVE
PLAN

ACT

Keterangan :
Perencanaan = Menyusun RPP
Pelaksanaan = Dilaksanakan dalam waktu 4×45 menit
Pengamatan = Mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran
Refleksi = Hasil pembelajaran selama siklus
Prosedur Tindakan pada Proses Siklus

1. Perencanaan Tindakan.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini akan dipakai model siklus yang
dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, sehingga diharapkan semakin
lama akan semakin menunjang hasil yang ingin dicapai.
Langkah-langkah kegiatan yang harus dipersiapkan dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah :
a. Observasi
b. Konsultasi dengan guru pamong.
c. Identifikasi permasalahan dalam proses pembelajaran.
d. Merumuskan strategi yang sesuai dengan pembelajaran.
e. Melakukan pemilihan metode atau strategi yang sesuai.
f. Melaksanakan Tindakan Kelas.
Penelitian dilaksanakan selama 2 kali pertemuan pada satu kelas, yaitu
Kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk pada hari Sabtu, 03 Februari 2017.

2. Implementasi Tindakan.
Adapun kegiatan atau tindakan yang dilaksanakan di kelas selama
pertemuan sebagai berikut :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok.
c. Menyampaikan materi secara garis besar.
d. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode SGD.

3. Observasi
Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan dengan
pengambilan data hasil belajar siswa. Hal tersebut antara lain :
a. Kegiatan siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.
b. Kerjasama siswa dalam kelompok.

4. Refleksi
Data yang diperoleh dari tindakan kelas yang telah dilaksanakan akan di
Analisis untuk memastikan bahwa dengan menggunakan metode SGD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk terhadap
mata pelajaran Al-Qur’an Hadis. Dalam menganalisis data akan digunakan
prosedur dan teknik-teknik yang sesuai juga sebagai refleksi apakah
pembelajaran yang sudah dilakukan sudah berjalan sesuai dengan rencana dan
tujuan pembelajaran, sehingga bisa dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.

D. JENIS DAN SUMBER DATA


1. Jenis Data
Penelitian ini dikumpulkan dengan data, yaitu kualitatif. Data tersebut
digunakan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi, baik perubahan
kinerja siswa, kinerja guru, dan perubahan di kelas. Sedangkan data kualitatif
adalah kalimat–kalimat yang menggambarkan ekspresi siswa tentang tingkat
pemahamannya, antusiasnya, kepercayaan diri, motivasi.

2. Sumber Data
Data adalah keterangan atau bahan dasar yang digunakan untuk
menyusun hipotesa. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa,
guru, dokumentasi.
1. Siswa. Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktifitas siswa
dalam proses belajar siswa.
2. Guru. Untuk melihat tingkat keberhasilan dalam menerapkan metode
diskusi.
3. Dokumentasi. Sebagai sumber data sekunder yang membantu dalam
memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi ini
bisa berupa data siswa dan kelengkapan pendukung lain.

E. TEHNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data yang digunakan Peneliti dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah :
1. Observasi
Observasi/pengamatan ini dilaksanakan oleh peneliti ketika peneliti
mengajar di kelas, dengan menggunakan metode SGD. Sehingga peneliti
memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti dapat menentukan metode
SGD yang lebih baik pada pertemuan berikutnya
2. Skala Penilaian
Penilaian disini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
diterapkannya metode SGD.

F. TEHNIK ANALISA DATA


Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk
memastikan bahwa model pembelajaran menggunakan metode SGD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk.
Menurut pendapat Patton yang telah dikutip oleh Lexy. J. Maleong didalam
bukunya, analisis data adalah “proses urutan data, mengorganisasikan kedalam satu
pola, kategoro, dan satuan uraian dasar.34
Menurut Neong Muhajir, menyatakan bahwa analisis data dilakukan melalui
3 tahapan, yaitu:
1) Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi,
pemfokusan, dan pengobstaksian data mentah menjadi informasi yang
bermakna.
2) Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam
bentuk paparan naratif.
3) Penyimpulan data yaitu proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah
terorganisasikan tersebutdalam bentuk pernyataan kalimat atau formula yang
singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.35
Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu:
1. Reduksi data diambil dari hasil tes dan non tes yang dilakukan dalam
pembelajaran menggunakan metode SGD
34
Lexy J. Moleoeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Remaja Rosda Karya, Jakarta; 2001), 103.
35
Neong Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta, Rake Sarasia; 1996) hal 104.
2. Paparan data dilakukan untuk mengelompokkan data-data yang sesuai.
3. Penyimpulan data dilakukan dengan cara data-data yang sudah terorgannisasi
dengan baik selajutnya dihitung berdasarkan rumus pada uji keabsahan data.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, berisi paparan data hasil penelitian penerapan metode SGD (Small
Group Discussion) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 MAN 3
Nganjuk. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari satu kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi.
Untuk penilaian pre-Test terkait dengan prestasi belajar siswa diambil dari nilai
mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru.
Berikut akan dilampirkan nilai pre-Test guna mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa kelas X IPS 1:

NO NAMA SISWA NILAI KETERANGAN


1 Achmad Andik S 72 Tidak Tuntas
2 Anadaris Yuhman N.F 86 Tuntas
3 Anindita Sari 77 Tuntas
4 Anjarwati 76 Tuntas
5 Ayu Cindy Bramita 84 Tuntas
6 Bagas Wisnu Septian 89 Tuntas
7 Binti Khoiratus Zahra 82 Tuntas
8 Binti Vika Juliana 81 Tuntas
9 Desi Fitriana Sari 87 Tuntas
10 Dewi Fatimatuz Z 80 Tuntas
11 Dikta Julia Ika H 79 Tuntas
12 Erina Septia Widi Ayuni 87 Tuntas
13 Farida Nur Camila 80 Tuntas
14 Fina Tazkiya 80 Tuntas
15 Heny Ni'matuz S 82 Tuntas
16 Lailatul Fitria 89 Tuntas
17 Latifatul Asna 85 Tuntas
18 M. Imam Muzaki 76 Tuntas
19 M. Riski Afandi 71 Tidak Tuntas
20 Moch. Tufa'il M 69 Tuntas
21 Mohammad Kamal 76 Tuntas
22 Moch. Wildan Kafit S 76 Tuntas
23 Muhammad Ibnu Habibi 78 Tuntas
24 Mohammad Renaldi Zakaria 80 Tuntas
25 Shella Lovita Ayu P 78 Tuntas
26 Suci Nur Hanifah 87 Tuntas
27 Syamsul Ma'arif 88 Tuntas
28 Umi Latifah 79 Tuntas
29 Vega Yesyka 85 Tuntas
30 Yahya Ubaidillah 66 Tidak Tuntas
31 Nur Rohmad 70 Tidak Tuntas
Berdasarkan pada tabel hasil pre-Test di atas, dengan KKM 75, siswa kelas X
IPS 1 yang memperoleh nilai diatas 75 sebanyak 27 orang atau 94% sedangkan di
bawah 75 sebanyak 4 siswa atau 6%, dengan rata-rata kelas memperoleh 80,61. Karena
prosentase ketuntasan lebih dari sebagian siswa yang menghasilkan nilai di bawah
KKM, maka kelas X IPS 1 dinyatakan berhasil.
A. Rangkuman Hasil Penelitian
1. Siklus I (Sabtu, 03 Februari 2017)
Perencanaan
Siklus I dirancang sebagai tindakan observasi lapangan untuk
mengetahui situasi pembelajaran sebelumnya. Adapun beberapa persiapan
dalam pelaksanaan siklus I antara lain:
1) Membuat perencanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran yang biasa
digunakan oleh pengajar adalah:
a. Melakukan koordinasi dengan guru kelas mengenai rencana penelitian
yang akan dilakukan.
b. Menyusun rencana pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi
belajar melalui metode SGD.
c. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi Silabus, RPP, Bahan
ajar, Evaluasi hasil belajar (tes), Evaluasi proses belajar (nontes), dan
Pedoman penilaian,
d. Menentukan teknik dan metode pembelajaran.
Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 04 Februari 2017.
Pembelajaran dilaksanakan pada jam pelajaran ke 2-3 tepat pukul 07.45
sampai 09.30 di kelas X IPS 1. Dimulai dengan guru mengucapkan salam,
menyapa siswa, dan menjelaskan tujuan serta penilaian yang akan diambil
di akhir pembelajaran. Kemudian, guru memeriksa kehadiran siswa dan
menjelaskan bagaimana proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Proses inti tindakan menggunakan metode SGD dalam penelitian ini
meliputi:
a Tahap 1 (Mengamati), Peserta didik mengamati hadis shahih.
b Tahap 2 (Menanya), Peserta didik bertanya tentang penjelasan materi
tentang unsur-unsur hadis.
c Tahap 3 (Mengeksplorasi/Mendalami/Menalar), Peserta didik dibagi
menjadi beberapa kelompok dan diberikan tugas, mendiskusikan
tentang unsur-unsur yang ada dalam sebuah hadis.
d Tahap 4 (Mengasosiasi/Menyimpulkan), Masing-masing kelompok
merumuskan kesimpulan tentang penjelasan materi tersebut.
e Tahap 5 (Mengkomunikasikan), Masing-masing kelompok
mempresentasikan/menyampaikan tentang penjelasan materi unsur-
unsur hadis.
1. Penutup
1) Peserta didik mendengarkan penguatan dari guru tentang hal-hal yang
telah dipelajari.
2) Peserta didik bersama guru menyimpulkan hal-hal penting yang telah
dielajari.
3) Peserta didik melakukan refleksi dan menerima tugas dari guru.
4) Peserta didik mendengarkan guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya.
5) Peserta didik mengakhiri pelajaran dengan doa dan menjawab salam
dari guru.
2. Evaluasi
Pada tahap evaluasi ini peneliti menggunakan/menerapkan metode
SGD dan setelah diterapkan metode tersebut hasilnya bisa dikatakan
berhasil, hal ini bisa dilihat dari hasil yang diperoleh siswa waktu di berikan
tugas. Adapun perincian hasil dari Siklus I adalah sebagai berikut:

NO NAMA SISWA NILAI KETERANGAN


1 Achmad Andik S 77 Tuntas
2 Anadaris Yuhman N.F 86 Tuntas
3 Anindita Sari 83 Tuntas
4 Anjarwati 76 Tuntas
5 Ayu Cindy Bramita 84 Tuntas
6 Bagas Wisnu Septian 89 Tuntas
7 Binti Khoiratus Zahra 84 Tuntas
8 Binti Vika Juliana 81 Tuntas
9 Desi Fitriana Sari 90 Tuntas
10 Dewi Fatimatuz Z 84 Tuntas
11 Dikta Julia Ika H 83 Tuntas
12 Erina Septia Widi Ayuni 89 Tuntas
13 Farida Nur Camila 83 Tuntas
14 Fina Tazkiya 85 Tuntas
15 Heny Ni'matuz S 84 Tuntas
16 Lailatul Fitria 89 Tuntas
17 Latifatul Asna 89 Tuntas
18 M. Imam Muzaki 78 Tuntas
19 M. Riski Afandi 78 Tuntas
20 Moch. Tufa'il M 78 Tuntas
21 Mohammad Kamal 79 Tuntas
22 Moch. Wildan Kafit S 81 Tuntas
23 Muhammad Ibnu Habibi 83 Tuntas
24 Mohammad Renaldi Zakaria 80 Tuntas
25 Shella Lovita Ayu P 83 Tuntas
26 Suci Nur Hanifah 87 Tuntas
27 Syamsul Ma'arif 80 Tuntas
28 Umi Latifah 85 Tuntas
29 Vega Yesyka 85 Tuntas
30 Yahya Ubaidillah 75 Tuntas
31 Nur Rohmad 78 Tuntas
Berdasarkan pada tabel hasil evaluasi tersebut di atas, dengan KKM 75
dari sekolah, semua siswa kelas X IPS 1 telah memperoleh nilai diatas 75 di
bawah 75 tidak ada yang artinya 100% tuntas semua dengan rata-rata kelas
memperoleh 82,87, maka metode SGD dinyatakan telah berhasil dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1.
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian didasarkan atas pengamatan yang dilakukan
selama penelitian mulai dari pra siklus sampai siklus I. Dalam penelitian ini yang
menjadi perhatian yang utama adalah peningkatan prestasi belajar siswa. Penelitian
yang dilakukan pada siswa kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk ini adalah untuk
mengetahui prestasi belajar siswa melalui metode SGD.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode SGD ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Perbandingan hasil tes dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Perbandingan Ketuntasan Hasil Tes Tiap Siswa

NO NAMA SISWA Pra-Siklus SIKLUS I Keterangan


1 Achmad Andik S 72 77 Meningkat
2 Anadaris Yuhman N.F 86 86 Tetap
3 Anindita Sari 77 83 Meningkat
4 Anjarwati 76 81 Meningkat
5 Ayu Cindy Bramita 84 84 Tetap
6 Bagas Wisnu Septian 89 89 Tetap
7 Binti Khoiratus Zahra 82 82 Tetap
8 Binti Vika Juliana 81 81 Tetap
9 Desi Fitriana Sari 87 90 Meningkat
10 Dewi Fatimatuz Z 80 84 Meningkat
11 Dikta Julia Ika H 79 83 Meningkat
12 Erina Septia Widi Ayuni 87 89 Meningkat
13 Farida Nur Camila 80 83 Meningkat
14 Fina Tazkiya 80 85 Meningkat
15 Heny Ni'matuz S 82 84 Meningkat
16 Lailatul Fitria 89 89 tetap
17 Latifatul Asna 85 89 Meningkat
18 M. Imam Muzaki 76 78 Meningkat
19 M. Riski Afandi 71 78 Meningkat
20 Moch. Tufa'il M 69 78 Meningkat
21 Mohammad Kamal 76 79 Meningkat
22 Moch. Wildan Kafit S 76 81 Meningkat
23 Muhammad Ibnu Habibi 78 83 Meningkat
24 Mohammad Renaldi Zakaria 80 80 Tetap
25 Shella Lovita Ayu P 78 83 Meningkat
26 Suci Nur Hanifah 87 87 Tetap
27 Syamsul Ma'arif 88 80 Meningkat
28 Umi Latifah 79 85 Tetap
29 Vega Yesyka 85 85 Tetap
30 Yahya Ubaidillah 66 75 Meningkat
31 Nur Rohmad 70 78 Meningkat
Dari tabel perbandingan nilai pre-Test dan nilai siklus I di atas diperoleh
data bahwa seluruh peserta didik mengalami peningkatan prestasi belajar dengan
peningkatan mulai dari 1-15 angka, dan diperoleh rata-rata kelas sebesar 82,87. Jadi
antara pre-Test dan siklus I mengalami peningkatan baik dari jumlah peserta didik
yang nilainya meningkat maupun dari nilai rata-rata kelas yang mulanya 80,61
menjadi 82,87.

Tabel Perbandingan Ketuntasan Hasil Tes Tiap Siklus


Jumlah Tidak
No Uraian KKM Tuntas Prosentase Prosentase
Siswa Tuntas
1. Pra-siklus 31 75 27 87% 4 13%
2. Siklus I 31 75 31 100% - -%
Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas, peningkatan prestasi belajar
siswa dengan menggunakan metode SGD yang telah dilaksanakan menunjukkan
hasil yang positif karena mayoritas hasil belajar siswa mengalami kenaikan, hal ini
menunjukkan bahwa metode pembelajaran ini tepat dan bisa dikatakan berperan
penting dalam peningkatan prestasi belajar siswa.

Adanya peningkatan hasil belajar siswa yang berupa nilai tes ini sesuai
dengan pendapat Mulyono Abdurrahman yang mengatakan bahwa “kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”36. Dan hasil belajar
merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar, itu
ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku, perubahan tingkah laku
yang terjadi bersifat keseluruhan bukan hanya satu aspek atau satu macam tingkah
laku saja tetapi juga hasil belajar yang berupa nilai akademik.
Ditinjau dari proses pembelajaran yang telah dilakukan peneliti menemukan
adanya peningkatan dari pra-siklus ke siklus, pada pra siklus ada 4 siswa yang tidak
tuntas, kemudian pada siklus I hasil tes mengalami penurunan menjadi 100% siswa
mempunyai nilai di atas kriteria ketuntasan minimum (75), selain itu siswa yang
nilainya hampir mendekati KKM juga mengalami peningkatan. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode SGD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

36
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar ( Jakarta : Rineka Cipta
2003), 37.
A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa, keefektifan penerapan metode


SGD (Small Group Discussion) ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
X IPS 1 MAN 3 Nganjuk. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan hasil
belajar. Selanjutnya dapat diambil suatu kesimpulan yang patut dicermati, yaitu:
1. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa perlu suatu metode yang
efektif dan kreatif.
2. Metode SGD (Small Group Discussion) adalah salah satu metode pembelajaran
yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa selain juga dapat mengasah
daya nalar dan kritis siswa.
3. Untuk merangsang daya fikir dan minat siswa perlu adanya stimulus-stimulus
yang dapat menggugah perasaan mereka, sehingga respon yang terjadi
mempunyai dampak positif.
4. Prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 dapat ditingkatkan dengan penerapan
pembelajaran metode SGD (Small Group Discussion).

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti


mempunyai beberapa catatan yang bersifat konstruktif dan positif untuk
kelangsungan laju pendidikan di MAN 3 Nganjuk, utamanya dalam Mata Pelajaran
Al-Qur’an Hadis. Adapun saran-saran tersebut adalah:
1. Dalam kegiatan pembelajaran diharapkan menggunakan berbagai metode
pembelajaran yang inovatif agar pembelajaran tidak membosankan.
2. Selalu memotivasi anak agar aktif dalam pembelajaran, agar anak bisa
mengembangkan kemampuannya tidak hanya pasif, tetapi lebih aktif dalam
berbagai kegiatan pembelajaran.
3. Dalam menyampaikan materi, menggunakan metode dan Pendekatan yang
relevan dengan kondisi siswa di kelas, sehingga siswa tidak merasa bosan,
jenuh dan monoton.
4. Selanjutnya bagi guru tetap harus mengembangkan kemampuan dalam
melaksanakan proses pembelajaran dengan metode-metode pembelajaran dan
menyediakan sarana pembelajaran yang lebih banyak lagi untuk kegiatan
pembelajaran.
5. Sedangkan untuk siswa, agar lebih meningkatkan sikap percaya diri dalam
menyampaikan gagasan, lebih aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran serta
dapat mengekpresikan diri sesuai imajinasinya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta. 2003.

Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2004.

Darajat, Zakiyah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 2001.

Departement Agama RI. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat


Jendral Kelembagaan Agama Islam. 2002.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar.


Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011.

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 1999.

Gunarhadi. Penggunaan Model Pembelajaran Elektrik Dalam Meningkatkan Prestasi


Belajar Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan. 16 2010.

Hasibuan dan Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.


2000.

Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: RaSail


Media Group. 2008.

Kusuma, Indra dan Amir Daien. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional. 1975.

Lie, Anita. Cooperative Learning; Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-


Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia. 2005.

Mahmud. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. 2010.

Moleoeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosda Karya.


2001.

Muhadjir, Neong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasia. 1996.

Muslim, Imam. Shahih Muslim Juz IV. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah.

Nazarudin, Mgs. Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit TERAS. 2007.

PP. No 19 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Departemen agama RI 2006. 11.

Saefullah. Psikologi Perkembangan Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. 2012.

Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2003.

Silberman, Melvin L. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa
media. 2004.

Soenarjo, dkk. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Depag RI. 2004.


Sudjana, Nana. CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo. Cet. 5. 2005.

Sukardi, Ujang dkk. Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka. 2003.

Suja’i. Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab. Semarang: Walisongo Press. 2008.Trianto.


Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep
Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher. 2011.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008.

Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada. 2005.

Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No. 20 TH.


2003). Jakarta: Sinar Grafika. 2003.

Usman, Basirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press.


2002.

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Andhi Offset: 2007.

W.S, Winkel. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.


2007.

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002.

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:


Fokusmedia. 2010.

Zuhairini, dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional. 2003.

Anda mungkin juga menyukai