Dosen Pembimbing
Alim Khoiri, S.H.I, M.Sy.
Disusun Oleh :
NINA ILIYUN (932114314)
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2018
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah disetujui oleh guru pamong dan
Hari : Sabtu
Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah Disahkan oleh Dosen Pembimbing
Hari :
Kata Kunci: Metode SGD (Small Group Discussion), Prestasi Belajar Siswa
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang berjudul “Metode Sgd (Small Group Discussion) Dapat Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa (Pelajaran Al-Qur’an Hadis Materi Unsur-Unsur Hadis Kelas X
IPS 1) Di MAN 3 Nganjuk Tahun Pelajaran 2017/2018” ini dengan baik, lancar dan
dapat diselesaikan tepat pada waktunya, meskipun banyak hambatan dan rintangan yang
menerpa.
Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disusun dan diajukan sebagai
bukti telah dilakukan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II di MAN 3
Nganjuk. Meskipun sangat sederhana dan banyak kekurangan, laporan ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan pembelajaran peningkatan
profesionalisme guru.
Penulis menyadari bahwa tugas ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa
adanya bantuan, bimbingan, dan pemberian motivasi dari berbagai pihak. Maka dengan
segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. Nur Chamid, M.M. selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Kediri.
2. Bapak Alim Khoiri, S.H.I, M.Sy. selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang telah
membimbing penulis sehingga terselesaikannya laporan PTK ini.
3. Bapak Zuhal Ma’ruf, S. Ag, M.Pd.I. selaku Kepala MAN 3 Nganjuk yang turut
serta dalam memberikan pengalaman serta bimbingan selama PPL II.
4. Bapak M. Basthomi, S.Ag, M.Pd.I selaku guru pamong yang telah meluangkan
banyak waktu dan tenaganya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama
praktik mengajar di kelas dan membantu membimbing laporan PPL II.
5. Bapak dan Ibu Guru, karyawan-karyawati MAN 3 Nganjuk yang telah memberikan
arahan atau masukan yang membangun selama pelaksanaan PPL II.
6. Siswa-siswi yang telah bersedia menjadi anak didik kami, khususnya kelas X IPS 1.
Semoga diberikan kemudahan dalam menuntut ilmu yang bermanfaat, dan dapat
mencapai cita-cita yang telah diharapkan.
7. Teman-teman PPL II yang telah bersama-sama berjuang selama pelaksanaan PPL
II.
8. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan PTK ini baik langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Kami menyadari bahwa tugas dan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga
Allah senantiasa memberikan imbalan yang sesuai dan mudah-mudahan laporan
penelitian ini dapat bermanfa’at bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Jazakumullah Khairan Katsiran.
NINA ILIYUN
NIM. 932114314
BAB I
PENDAHULUAN
1
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Fokusmedia, 2010), 2.
2
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 106.
3
Kusuma,Indra dan Amir Daien. Pengantar Ilmu Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional, 1975. 164.
menggunakan metode mengajar yang tepat untuk situasi dan kondisi yang
dihadapinya. Seorang guru sangat dituntut untuk dapat memiliki pengertian
secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai kebaikan
metode maupun mengenai kelemahan-kelemahannya. Pendidikan yang bekualitas
ditandai dengan mutu pendidikan sekolah yang baik pula. Peningkatan mutu
pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki semua elemen pendukung
sekolah, termasuk metode-metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis
berdasarkan pendekatan yang ditentukan.4 Metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik. Karena
penyampaian itu bersifat edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar
pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran
merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.5
Pada prinsipnya ada berbagai metode pengajaran yang dapat digunakan
dalam penyampaian materi pelajaran, namun tidak semuanya sesuai dengan materi
yang akan disampaikan oleh guru. Untuk itu seorang guru harus pandai-pandai
memilih metode pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, hal
ini tentunya melalui proses pertimbangan yang matang sebelum guru memutuskan
untuk memilih metode pengajaran yang akan digunakan. Kekeliruan dalam memilih
metode pengajaran akan mengakibatkan tidak berhasilnya peserta didik dalam
memahami mata pelajaran dengan baik dan sempurna, sehingga tidak dapat
mencapai hasil belajar yang diinginkan.
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadis merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di MAN 3 Nganjuk. Mata pelajaran ini diajarkan pada semua tingkatan
kelas baik untuk kelas X, XI, maupun XII. Mata pelajaran ini merupakan mata
pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan seorang muslim. Adapun salah satu
materi yang diajarkan di kelas X adalah tentang Unsur-unsur Hadis, yang
manfaatnya untuk mengetahui keshahihan sebuah hadis sehingga hadis tersebut
4
Suja’i, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab (Semarang: Walisongo Press, 2008), 31.
5
Departement Agama RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam, 2002), 88
dapat dijadikan hujjah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan syara’.
Untuk itu diperlukan metode yang sesuai dengan porsi materi pelajaran ini.
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran Al-Qur’an Hadis banyak hal yang
perlu dipertimbangkan diantaranya adalah dalam hal penyampaian materi dari
seorang guru terhadap siswa melalui metode tertentu. Sedangkan metode yang
digunakan disekolah sudah baik akan tetapi tidak bisa dipungkiri juga masih
dirasakan adanya kekurangan untuk menciptakan suasana yang kondusif. Maka
dengan mengacu pada masalah tersebut dan dengan menelaah materi pelajaran yang
akan disampaikan guru, dengan penuh pertimbangan maka peneliti memilih untuk
menerapkan metode Pembelajaran SGD (Small Group Discussion) dalam rangka
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk.
Berdasarkan konteks penelitian diatas peneliti tertarik melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penggunaan Metode SGD (Small Group
Discussion) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Al-Qur’an Hadis Materi Unsur-unsur Hadis Kelas X IPS 1 Di MAN 3
Nganjuk Tahun Pelajaran 2018” Hal ini dimaksudkan agar dalam proses
pembelajaran Al-Qur’an Hadis, guru bisa menarik siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran dan juga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Dan
guru juga tidak hanya terpaut dengan satu metode saja yang mampu membuat siswa
jenuh dalam proses pembelajaran, karena masih banyak metode-metode yang
menarik yang mampu membangkitkan semangat siswa dalam proses pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana metode SGD (Small Group Discussion)
diterapkan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Al-Qur’an Hadis kelas X IPS 1 di MAN 3 Nganjuk.
2. Untuk mengetahui sejauh mana teori metode SGD (Small Group Discussion)
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an
Hadis kelas X IPS 1 di MAN 3 Nganjuk.
D. MANFAAT PENELITIAN
E. HIPOTESIS PENELITIAN
Tindakan yang akan diberikan oleh peneliti untuk meningkatkan prestasi
belajar peserta didik pada kelas X IPS 1 pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis
materi unsur-unsur hadis adalah dengan menerapkan salah satu metode
pembelajaran yaitu SGD (Small Group Discussion) dan diharapkan dari
penerapan metode ini sebanyak lebih dari 60% peserta didik nilai dan
pemahaman akan materi semakin meningkat atau perolehan nilai diatas 75 oleh
masing-masing peserta didik. Jika prestasi peserta didik lebih dari 60 % maka
penelitian ini dikatakan berhasil dan apabila kurang dari 60% maka perlu adanya
siklus selanjutnya.
Dengan memperhatikan pemaparan diatas, maka hipotesis tindakan
dirumuskan sebagai berikut : jika pembelajaran menggunakan metode SGD
(Small Group Discussion), maka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Al-Qur’an hadis materi unsur-unsur hadis kelas X IPS. Sehingga
teori metode SGD (Small Group Discussion) ini dapat digunakan di kelas-kelas
lain dengan mata pelajaran dan materi yang sama, agar menimbulkan semangat
belajar antara pendidik dan peserta didik pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini dilakukan demi meningkatkan mutu dan prestasi belajar
peserta didik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
Trianto, Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep Landasan Teoritis-
Praktis dan Implementasinya (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2011), 7.
7
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Semarang: RaSail Media Group, 2008),
8.
8
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 20.
2. Dasar Metode SGD (Small Group Discussion)
Segala kegiatan pasti mempunyai tujuan dan dasar dalam
melakukannya. Begitu juga dalam pelaksanaan Metode SGD juga terdapat
dasar paedagogis dan dasar psikologis. Metode SGD mempunyai
pendekatan secara kelompok.
Belajar bertujuan mendapatkan pengetahuan, sikap kecapakan dan
keterampilan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu metode atau
cara. Dalam proses belajar mengajar metode belajar kelompok merupakan
sebagai salah satu metode yang menggunakan pendekatan kelompok.
Pendekatan kelompok digunakan untuk membina dan mengembangkan
sikap sosial anak didik. Menurut Bimo Walgito dasar dari belajar kelompok
dapat digolongkan menjadi dua yaitu9:
a. Dasar Yuridis
Dasar yuridis sebagai dasar yang berkaitan dengan masalah
pendidikan dan pembelajaran. Hal tersebut tercermin dalam UU RI No.
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Pada pasal 1 berbunyi
bahwa jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu tujuan.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berakhlak mulia, sehat,
berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.10
Begitu juga terdapat dalam PP No 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan Bab IV pasal 19 berbunyi “proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menentang, memotivasi peserta didik untuk
9
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Andhi Offset: 2007), 78.
10
Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No. 20 TH. 2003), (Jakarta:
Sinar Grafika, 2003 ), 6.
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.11
b. Dasar Psikologis
Dasar psikologis akan terlihat pada diri manusia tercermin pada
kehidupan sehari-hari. Kegiatan tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga
golongan utama secara hakiki yaitu:
1) Kegiatan yang bersifat individual
2) Kegiatan yang bersifat sosial
3) Kegiatan yang bersifat ketuhanan.
c. Dasar Religius
Selain dua dasar di atas, azas kooperatif juga memiliki azas
agama yang termaktub dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:
انصر: قال رسول هللا عليه وسلم: عن انس بن مالك رضى هللا عنه قال
فكيف, هذا ننصره مظلوما: يا رسول هللا: قال,اخاك ظالما او مظلوا ما
) (رواه المسلم. تأ خذ فوق يديه: ننصره ظالما ؟ قا ل
Artinya: “Dari Anas RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tolonglah
saudaramu yang dzalim atau yang didzalimi. Dikatakan
bagaimana jika menolong yang dzalim? Rasulullah menjawab:
Tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzalimannya,
karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan padanya.”
(HR. Muslim)13
11
PP. No 19 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Departemen agama RI 2006), 11.
12
Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Depag RI, 2004), 156.
13
Imam Muslim, Shahih Muslim Juz IV (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, t.th), 247.
Ayat di atas dapat diketahui bahwa prinsip kerjasama dan saling
membantu dalam kebaikan juga sangat dianjurkan oleh agama (Islam). Jadi
yang menjadi dasar metode SGD pentingnya menciptakan kerja sama dalam
proses belajar mengajar.
3. Tujuan dan Manfaat Model SGD (Small Group Discussion)
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha
atau kegiatan selesai, tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang
terbentuk tetap dan statis, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari
kepribadian seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.14
Tujuan penerapan metode SGD ini dapat meningkatkan kemampuan
tanggung jawab peserta didik tentang apa yang mereka pelajari melalui cara
yang menyenangkan dan tidak menakutkan.15 Tujuan metode SGD ini
adalah agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah
terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari. Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang
mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar peserta didik, maka
sikap guru hendaknya:
a. Mau mendengarkan pendapat peserta didik.
b. Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan bila guru atau peserta
didik lain berbicara.
c. Menghargai perbedaan pendapat.
d. “Mentolelir” salah dan mendorong untuk memperbaiki.
e. Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.
f. Memberi umpan balik terhadap hasil kerja guru.
g. Tidak terlalu cepat membantu peserta didik.
h. Tidak kikir untuk memuji atau menghargai.
i. Tidak mentertawakan pendapat atau hasil karya peserta didik sekalipun
kurang berkualitas.
j. Mendorong peserta didik untuk tidak takut salah dan berani
menanggung resiko.16
14
Zakiyah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), 29.
15
Ismail SM, Strategi ..., 87
16
Ujang Sukardi, dkk, Belajar Aktif dan Terpadu (Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2003), 12.
Dalam pembelajaran yang dimiliki dalam metode SGD, maka posisi
dan peran guru harus menempatkan diri sebagai:
a. Pemimpin belajar, artinya merencanakan, mengorganisasi,
melaksanakan dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik
b. Fasilitator belajar artinya memberikan kemudahan-kemudahan peserta
didik dalam melakukan kegiatan belajarnya misal, menyediakan sumber
dan alat belajar, menyediakan waktu belajar yang cukup, memberi
bantuan, menunjukkan jalan keluar pemecahan masalah, menengahi
perdebatan pendapat dan sebagainya.
c. Moderator belajar artinya sebagai pengatur arus belajar peserta didik,
guru menampung persoalan yang diajukan oleh peserta didik dan
mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada yang lain, untuk dijawab
dan dipecahkan. Jawaban tersebut dikembalikan kepada penannya atau
kepada kelas untuk dinilai benar salahnya.
d. Motivator belajar sebagai pendorong agar peserta didik mau melakukan
kegiatan belajar
e. Evaluator artinya sebagai penilai yang obyektif dan komprehensif, guru
berkewajiban memantau, mengawasi, proses belajar peserta didik dan
hasil belajar yang dicapainya.17
Jadi keberhasilan belajar dengan model belajar ini bukan semata-
mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan
perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-
sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.
Melalui belajar dari teman sebaya dan dibawah bimbingan guru, maka
proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat
terhadap materi yang dipelajari.
4. Unsur-unsur Metode SGD (Small Group Discussion)
Menurut Anita Lie, metode SGD sebagaimana pembelajaran berbasis
kelompok yang lain memiliki unsur-unsur yang saling terkait, diantaranya:
a. Saling ketergantungan positif (positive interdependence)
17
Nana Sudjana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, Cet. 5, 2005),
32-35.
Ketergantungan positif ini bukan berarti siswa bergantung
secara menyeluruh kepada siswa lain. Jika siswa mengandalkan
teman lain tanpa dirinya memberi ataupun menjadi tempat
bergantung bagi sesamanya, hal itu tidak bisa dinamakan
ketergantungan positif. Guru Johnson di universitas Minnesota,
Shlomo Sharan di Universitas Tel Aviv, dan Robert E. Slavin di
John Hopkins, telah menjadi peneliti sekaligus praktisi yang
mengembangkan Cooperative Learning sebagai salah satu model
pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi siswa sekaligus
mengasah kecerdasan interpersonal siswa. harus menciptakan
suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan.
Perasaan saling membutuhkan inilah yang dinamakan positif
interdependence. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai
melalui ketergantungan tujuan, tugas, bahan atau sumber belajar,
peran dan hadiah.
b. Akuntabilitas individual
Metode SGD menuntut adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan bahan belajar tiap anggota kelompok, dan
diberi balikan tentang prestasi belajar anggota-anggotanya sehingga
mereka saling mengetahui rekan yang memerlukan bantuan. Berbeda
dengan kelompok tradisional, akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas sering dikerjakan oleh sebagian
anggota. Dalam metode cooperative learning tipe SGD, siswa harus
bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban masing-masing
anggota.
c. Tatap muka
Interaksi kooperatif menuntut semua anggota dalam
kelompok belajar dapat saling tatap muka sehingga mereka dapat
berdialog tidak hanya dengan guru tapi juga bersama dengan teman.
Interaksi semacam itu memungkinkan anak-anak menjadi sumber
belajar bagi sesamanya. Hal ini diperlukan karena siswa sering
merasa lebih mudah belajar dari sesamanya dari pada dari guru.
d. Ketrampilan sosial
Unsur ini menghendaki siswa untuk dibekali berbagai
keterampilan sosial yakni kepemimpinan (leadership), membuat
keputusan (decision making), membangun kepercayaan (trust
building), kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan manajemen
konflik (management conflict skill).
Keterampilan sosial lain seperti tenggang rasa, sikap sopan
kepada teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis,
tidak mendominasi yang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.
e. Proses kelompok
Proses ini terjadi ketika tiap anggota kelompok mengevaluasi
sejauh mana mereka berinteraksi secara efektif untuk mencapai
tujuan bersama. Kelompok perlu membahas perilaku anggota yang
kooperatif dan tidak kooperatif serta membuat keputusan perilaku
mana yang harus diubah atau dipertahankan.18
Unsur-unsur metode SGD dalam pembelajaran akan mendorong
terciptanya masyarakat belajar. Konsep masyarakat belajar menyarankan agar
hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain berupa
sharing individu, antar kelompok dan antar yang tahu dan belum tahu.19 Jerome
Brunner mengenalkan sisi sosial dari belajar, sebagaimana dikutip oleh Melvin,
ia mendeskripsikan “suatu kebutuhan manusia yang dalam untuk merespon dan
secara bersama-sama dengan mereka terlibat dalam mencapai tujuan”, ia sebut
resiprositas.20
18
Anita Lie, Cooperative Learning; Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas
(Jakarta: Gramedia, 2005), 32-35.
19
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2003), 89.
20
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusa media, 2004),
24.
prinsip belajar dalam metode SGD yang dapat menunjang tumbuhnya cara
siswa belajar aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan, yaitu:
a. Stimulasi belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya
dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk
verbal/bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Ada dua cara yang
mungkin membantu para siswa agar pesan tersebut mudah diterima.
Cara pertama perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa
dalam memperkuat pemahamannya. Cara kedua adalah siswa
menyebutkan kembali pesan yang disampaikan guru kepada siswa.
b. Perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam
proses belajar mengajar. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan
perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang
bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus
baru, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan
belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian
siswa, seperti gambar, foto, diagram, dan lain-lain. Sedangkan motivasi
belajar bisa tumbuh dari dua hal, yakni tumbuh dari dalam dirinya
sendiri dan tumbuh dari luar dirinya.
c. Respons yang dipelajari
Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa
meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap
informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar
seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih
diri dalam menguasai informasi yang diberikan dan lain-lain.
d. Penguatan
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari
luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar diri
seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa,
ganjaran, hadiah dan lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat
respons siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi
apabila respons yang dilakukan siswa betul-betul memuaskan dirinya
dan sesuai dengan kebutuhannya.
e. Pemakaian dan pemindahan
Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah
dipelajari pada situasi lain yang serupa di masa mendatang. Asosiasi
dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi
kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, memberi contoh yang
jelas, pemberi latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa,
melakukan dalam situasi yang menyenangkan.21
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip diatas sangat
penting, karena didalamnya terdapat interaksi antara anak didik dan pendidik
dan menerapkan metode SGD. Pada prinsip mengaktifkan siswa guru bersikap
demokratis, guru memahami dan menghargai karakter siswanya, guru
memahami perbedaan-perbedaan antara mereka, baik dalam hal minat, bakat,
kecerdasan, sikap, maupun kebiasaan. Sehingga dapat menyesuaikan dalam
memberikan pelajaran sesuai dengan kemampuan siswanya.
21
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), 213-216
22
Ismail SM, Strategi …, 87-88
e. Instruksikan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk
menyajikan hasil diskusinya dalam forum kelas.
f. Klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut (Guru).
23
Basirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 15.
24
Zuhairini, Dkk, “Metodik Khusus Pendidikan Agama” (Surabaya: Usaha Nasional, 2003), 89
Prestasi merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang. Sedangkan beberapa pengertian belajar dapat kita lihat sebagai
berikut:
a. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
b. Belajar adalah perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan
sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
c. Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil
dari pengalaman.25
Prestasi belajar menurut KBBI adalah “Penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
dilanjutkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.26
Winkel (1996) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan
bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar
merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar.27 Benyamin S. Bloom, prestasi belajar
merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif
terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
Menurut Muhibbin Syah prestasi belajar adalah keberhasilan murid
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi
pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Taulus Tu’u prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan
oleh guru.28
25
Mahmud, Psikologi Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), 61.
26
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar (Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011), 427.
27
Winkel W.S, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: Gramedia, 2007), 226.
28
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 91.
Jadi, pengertian prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai
berikut:
a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika
mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran disekolah.
b. Prestasi belajar terutama dinilai oleh aspek kognitifnya karena
bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintes dan evaluasi.
c. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau
angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas
siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa secara umum
pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
mengadakan perubahan tingkah laku berkat pengalamannya dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, atau lebih ringkasnya adalah bukti
keberhasilan yang dapat dicapai seseorang dalam kegiatan belajarnya.
Tentang apa yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar, ada
juga yang menyebutnya dengan istilah hasil belajar.29
29
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),
151
30
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 28.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
31
Saefullah, Psikologi Perkembangan Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 176.
baru dan utuh) 3. Dapat mengklasifikasikan tugas
menggeneralisasi (membuat
prinsip umum)
B. Ranah Afektif
1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap 1. Tes tertulis
menerima 2. Tes skala sikap
2. Menunjukkan sikap 3. Observasi
menolak
2. Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi 1. Tes skala sikap
atau terlibat 2. Pemberian tugas
2. Kesediaan memanfaatkan 3. Observasi
3. Apresiasi (sikap 1. Menganggap penting dan 1. Tes skala
menghargai) bermanfaaat penilaian atau
2. Menganggap indah dan sikap
harmonis 2. Pemberian tugas
3. Mengagumi 3. Observasi
4. Internalisasi 1. Mengakui dan meyakini 1. Tes skala sikap
(pendalaman) 2. Mengingkari 2. Pemberian tugas
ekspresif
5. Karakterisasi 1. Melembagakan atau 1. Pemberian tugas
(penghayatan) meniadakan ekspresif dan
2. Menjelmakan dalam pribadi proyektif
dan perilaku sehari-hari 2. observasi
C. Ranah
Psikomotor
1. Keterampilan 1. Mengoordinasikan gerak 1. Observasi
bergerak dan mata, tangan, kaki, dan 2. Tes tindakan
bertindak anggota tubuh lainnya
2. Mengucapkan
3. Membuat mimik da gerakan
jasmani
2. Kecakapan 1. Tes lisan
ekspresi verbal 2. Observasi
dan nonverbal 3. Tes tindakan
Penelitian membuktikan bahwa kognisi memiliki pengaruh yang
signifikan dalam proses pembelajaran. Hal ini dikuatkan oleh Parkin dan
Galloti yang mengatakan bahwa proses belajar tidak bisa lepas dari kegiatan
mental (cognitive skills). Menurut mereka belajar adalah proses mental yang
meliputi aktivitas mengamati, menalar, mengklasifikasi, membuat
keputusan, dan kegiatan mental lainnya melalui interaksi dengan
lingkungannya.32
32
Gunarhadi, “Penggunaan Model Pembelajaran Elektrik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa
Indonesia”, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 16 (2010), 41.
33
Mgs Nazarudin, Manajemen Pembelajaran (Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2007), 195.
mencapai hasil yang baik, prinsip balajar secara teratur hendaknya
benar-benar ditanamkan sehingga dimiliki oleh setiap siswa.
b. Pengajaran Remedial
Dalam keseluruhan proses belajar mengajar, pengajar remedial
memegang peranan penting sekali khususnya dalam rangka pencapaian
hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial merupakan pelengkap
dari proses pengajaran secara keseluruhan. Tujuan pengajaran remedial
adalah agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. SETTING PENELITIAN
Penelitian ini di laksanakan di MAN 3 Nganjuk yang terletak di Desa
Baleturi, Kec. Prambon, Kab. Nganjuk Jawa Timur.
Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun ajaran 2017/2018 mata
pelajaran Al-Qur’an Hadis yang waktu pembelajarannya selama 4 JTM atau 4 x 45
menit dan dilaksanakan selama 2 Minggu (2 kali pertemuan).
B. SUBYEK PENELITIAN
Subjek penelitian tindakan kelas ini yaitu siswa/i kelas X IPS 1 MAN 3
Nganjuk pada semester II tahun pelajaran 2017/2018. Pada tahun ajaran ini, siswa/i
kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk berjumlah 31 siswa yang terdiri 18 perempuan dan
13 laki-laki.
C. RENCANA TINDAKAN
PTK ini dilakukan melalui satu siklus, sebelum diadakan penelitian lebih
lanjut, maka peneliti mengadakan pre-Test. Adapun PTK yang temanya :
METODE SGD (Small Group Discussion) DAPAT MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR SISWA pada teori ini menggambarkan adanya empat langkah
(dan pengulangannya), yang disajikan dalam bagan sebagai berikut ini:
Gambar 1.1 Alur Kerja PTK
REFLECT
SIKLUS 1 OBSERVE
PLAN
ACT
Keterangan :
Perencanaan = Menyusun RPP
Pelaksanaan = Dilaksanakan dalam waktu 4×45 menit
Pengamatan = Mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran
Refleksi = Hasil pembelajaran selama siklus
Prosedur Tindakan pada Proses Siklus
1. Perencanaan Tindakan.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini akan dipakai model siklus yang
dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, sehingga diharapkan semakin
lama akan semakin menunjang hasil yang ingin dicapai.
Langkah-langkah kegiatan yang harus dipersiapkan dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah :
a. Observasi
b. Konsultasi dengan guru pamong.
c. Identifikasi permasalahan dalam proses pembelajaran.
d. Merumuskan strategi yang sesuai dengan pembelajaran.
e. Melakukan pemilihan metode atau strategi yang sesuai.
f. Melaksanakan Tindakan Kelas.
Penelitian dilaksanakan selama 2 kali pertemuan pada satu kelas, yaitu
Kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk pada hari Sabtu, 03 Februari 2017.
2. Implementasi Tindakan.
Adapun kegiatan atau tindakan yang dilaksanakan di kelas selama
pertemuan sebagai berikut :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok.
c. Menyampaikan materi secara garis besar.
d. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode SGD.
3. Observasi
Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan dengan
pengambilan data hasil belajar siswa. Hal tersebut antara lain :
a. Kegiatan siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.
b. Kerjasama siswa dalam kelompok.
4. Refleksi
Data yang diperoleh dari tindakan kelas yang telah dilaksanakan akan di
Analisis untuk memastikan bahwa dengan menggunakan metode SGD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 MAN 3 Nganjuk terhadap
mata pelajaran Al-Qur’an Hadis. Dalam menganalisis data akan digunakan
prosedur dan teknik-teknik yang sesuai juga sebagai refleksi apakah
pembelajaran yang sudah dilakukan sudah berjalan sesuai dengan rencana dan
tujuan pembelajaran, sehingga bisa dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.
2. Sumber Data
Data adalah keterangan atau bahan dasar yang digunakan untuk
menyusun hipotesa. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa,
guru, dokumentasi.
1. Siswa. Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktifitas siswa
dalam proses belajar siswa.
2. Guru. Untuk melihat tingkat keberhasilan dalam menerapkan metode
diskusi.
3. Dokumentasi. Sebagai sumber data sekunder yang membantu dalam
memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi ini
bisa berupa data siswa dan kelengkapan pendukung lain.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini, berisi paparan data hasil penelitian penerapan metode SGD (Small
Group Discussion) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 MAN 3
Nganjuk. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari satu kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi.
Untuk penilaian pre-Test terkait dengan prestasi belajar siswa diambil dari nilai
mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru.
Berikut akan dilampirkan nilai pre-Test guna mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa kelas X IPS 1:
Adanya peningkatan hasil belajar siswa yang berupa nilai tes ini sesuai
dengan pendapat Mulyono Abdurrahman yang mengatakan bahwa “kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”36. Dan hasil belajar
merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar, itu
ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku, perubahan tingkah laku
yang terjadi bersifat keseluruhan bukan hanya satu aspek atau satu macam tingkah
laku saja tetapi juga hasil belajar yang berupa nilai akademik.
Ditinjau dari proses pembelajaran yang telah dilakukan peneliti menemukan
adanya peningkatan dari pra-siklus ke siklus, pada pra siklus ada 4 siswa yang tidak
tuntas, kemudian pada siklus I hasil tes mengalami penurunan menjadi 100% siswa
mempunyai nilai di atas kriteria ketuntasan minimum (75), selain itu siswa yang
nilainya hampir mendekati KKM juga mengalami peningkatan. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode SGD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 1.
BAB V
36
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar ( Jakarta : Rineka Cipta
2003), 37.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta. 2003.
Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2004.
Darajat, Zakiyah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 2001.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 1999.
Kusuma, Indra dan Amir Daien. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional. 1975.
Muslim, Imam. Shahih Muslim Juz IV. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah.
PP. No 19 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Departemen agama RI 2006. 11.
Silberman, Melvin L. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa
media. 2004.
Sukardi, Ujang dkk. Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka. 2003.
Zuhairini, dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional. 2003.