Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2018
I. Pengertian Sindrom Asperger
Para dokter melihat sindrom Asperger sebagai sebuah bentuk autisme. Seringnya,
disebut sebagai "autisme yang memiliki banyak fungsi/high-functioning autism". Hal ini
berarti setiap penderita sindrom Asperger terlihat seperti halnya bukan seorang autis, tetapi
ketika dilihat, otak mereka bekerja secara berbeda dari orang lain. Para dokter juga sering
mengambil kesimpulan yang salah mengenai sindrom Asperger setelah mendiagnosis
penderitanya, dan memvonisnya sebagai pengidap skizofrenia, ADHD, sindrom Tourette
atau kelainan mental lainnya.
Bagian otak yang memiliki kaitan untuk melakukan hubungan sosial dengan orang
lain juga sebenarnya mengontrol bagaimana tubuh bergerak dan juga keseimbangan tubuh.
Karena itu, seorang penderita sindrom Asperger terkadang mengalami masalah yang
melibatkan pergerakan tubuh, seperti halnya olahraga, atau bahkan jalan kaki, yang
kadang-kadang sering terpeleset, tergantung tingkat keparahannya. Mereka juga memiliki
kebiasaan grogi/nervous.
Ada banyak gejala yang dapat ditunjukkan oleh anak dengan Asperger. Gejala antar
anak dengan Asperger pun mungkin berbeda. Namun, gejala utama dari Asperger adalah
masalah situasi sosial. Anak dengan Asperger biasanya mempunyai interaksi sosial yang
buruk, pola bahasa tidak biasa, memiliki ekspresi wajah yang sedikit, dan tingkah laku
yang tidak biasa.
Memiliki interaksi sosial yang sedikit dengan orang lain, seringnya ia merasa canggung
bahkan merasa takut saat kontak mata dengan orang lain
Sulit mengerti isyarat sosial, misalnya sulit membaca bahasa tubuh orang lain, tidak
bisa menunggu giliran untuk berbicara, sulit memulai atau mempertahankan
percakapan
Tidak dapat mengenali perbedaan nada bicara, sehingga anak dengan asperger mungkin
tidak mengerti candaan atau komentar sarkastik. Ia mungkin berbicara dengan nada
yang datar dan gaya bicaranya pun terkesan formal.
Sensitif atau kepekaan yang tinggi terhadap rangsangan sensorik, misalnya anak
asperger terganggu dengan cahaya yang terang padahal menurut orang lain itu
merupakan hal yang biasa, atau mereka mungkin menutupi telinga karena terganggu
dengan suara lingkungan padahal orang lain menganggapnya biasa
Memiliki keterlambatan motorik, seperti terlambat bisa menggunakan garpu atau
sendok, naik sepeda, dan lainnya.
Mempunyai minat yang terbatas terhadap suatu hal, biasanya mereka hanya meminati
hal-hal yang tidak biasa.
Terobsesi dengan hal-hal yang kompleks
Memiliki kemampuan kognitif nonverbal di bawah rata-rata, sedangkan kemampuan
kognitif verbalnya di atas rata-rata
Bostic JQ, Prince JB. Child and adolescent psychiatric disorders. In: Stern TA, Rosenbaum
JF, Fava M, Biederman J, Rauch SL, eds. Massachusetts General Hospital
Comprehensive Clinical Psychiatry. 1st ed. Philadelphia, Pa: Mosby
Elsevier;2008:chap 69.
Raviola G, Gosselin GJ, Walter HJ, DeMaso DR. Pervasive developmental disorders and
childhood psychosis. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, eds.
Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed.Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier;
2011:chap 28.