Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Sitriah Salim Utina


IAIN Sultan Amai Gorontalo

ABSTRAK

Pendidikan merupakan hak setiap warga Negara, tanpa ada pengecualian. Pendidikan merupakan suatu
wadah bagi setiap individu dalam proses belajar, untuk mengembangkan IQ, EQ, SQ, maupun skill serta
potensi yang ada dalam dirinya. Belajar merupakan proses penting dalam pembentukan kepribadian dan
kedewasaan seseorang. Dalam penjelasan Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dapat
dipahami bahwa setiap anak berhak untuk meningkatkan segala potensi yang ada dalam dirinya melalui
pendidikan. Akan tetapi tidak semua anak terlahir dalam kondisi normal dan sempurna. Tidak sedikit kita
jumpai anak-anak yang lahir dengan kondisi yang kurang normal, yang memiliki gangguan pada
perkembangan fisik dan mentalnya. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk
menggantikan kata “Anak Luar Biasa” (ALB) yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan
khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Anak Berkebutuhan Khusus
yaitu; Anak yang mengalami hendaya (impairment) penglihatan (tunanetra), Anak dengan hendaya
pendengaran dan bicara (tunarungu wicara), Anak dengan hendaya perkembangan kemampuan (tunagrahita),
Anak dengan hendaya kondisi fisik atau motorik (tunadaksa), Anak dengan hendaya perilaku maladjustment,
Anak dengan hendaya autism (autism children), Anak dengan hendaya hiperaktif (attention deficit disorder with
hyperactive), Anak dengan hendaya belajar (learning disability atau specific learning disability). Anak dengan
hendaya kelainan perkembangan ganda (multihanddicapped and developmentally disabled children).Prinsip
pendidikan anak disability yaitu: Prinsip Kasih Sayang, Prinsip Layanan Individual, Prinsip Kesiapan, Prinsip
Keperagaan, Prinsip Motivasi, Prinsip Ketrampilan, Prinsip Penanaman dan Penyempurnaan Sikap.

Kata Kunci:
Pendidikan, Anak Berkebutuhan Khusus, Jenis-jenis ABK, Prinsip Disability,

PENDAHULUAN Ayat tersebut diatas merupakan ayat yang


pertama kali turun yang mengindikasikan kepada kita
Pendidikan merupakan hak setiap warga bahwa belajar atau pendidikan merupakan sesuatu
Negara, tanpa ada pengecualian. Pendidikan yang diwajibkan. Ayat tersebut juga memberikan
merupakan suatu wadah bagi setiap individu dalam pemahaman kepada kita bahwa Allah memerin-
proses belajar, untuk mengembangkan IQ, EQ, SQ, tahkan kita untuk belajar, agar mengetahui hal-hal
maupun skill serta potensi yang ada dalam dirinya. yang sebelumnya tidak kita ketahui. Dengan
Belajar merupakan proses penting dalam pemben- membaca kita akan mengetahui banyak hal, namun
tukan kepribadian dan kedewasaan seseorang. yang dimaksudkan dalam ayat ini bukan membaca
Dalam Q.S. Al-Alaq ayat 1-5 Allah berfirman: dalam konteks yang sempit. Namun lebih dari itu kita
diharapkan dapat membaca berbagai hal seperti
"Q Wà ÕC°% ]C›_60_ WQ \] §ª¨ WQ \] s°Š \¯PXq ª2Ôy¯ Ú WmÙ
membaca perasaan dan emosi orang lain termasuk
anak didik kita. Selain itu juga kita dapat membaca
§­¨ ª2Q V Ù¯ ]2 WÆ s°Š §¬¨ Ä3WmÙ)] \{XqXT Ú WmÙ §«¨ apa yang diinginkan oleh anak didik. Dengan
demikian pendidikan merupakan sesuatu yang
§®¨ Ø/V!ØÈWc Ô2V W% ]C›_60_ ]2 WÆ penting dalam kehidupan. Pendidikan adalah proses
interaksi antara siswa dengan dirinya sendiri
(konsentris), siswa dan alam sekitar (horisontal) dan
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
interaksi siswa dengan Allah SWT (vertikal).
yang Menciptakan,
Dalam Undang-Undang RI disebutkan
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
darah.
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kalam
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalaian diri,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
1 kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketram-
diketahuinya.
pilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
2
dan Negara.

2
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003
1
Al-Qur’anul Karim, Kemenag tentang Sisdiknas, hal. 2.

72
Selanjutnya dalam pasal 5 disebutkan bahwa: emosi sehingga membutuhkan pembelajaran secara
6
Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama khusus.
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (ayat Banyak istilah yang dipergunakan sebagai
1); Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability,
emosional, mental dan/atau social berhak mem- impairment, dan handcap. Menurut World Health
peroleh pendidikan khusus (ayat 2); Warga Negara Organization (WHO), defenisi dari masing-masing
7
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istilah itu adalah sebagai berikut:
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus a. Disability, keterbatasan atau kurangnya kemam-
3
(ayat 3). puan (yang dihasilkan dari impairment) untuk
Berdasarkan Undang-undang tersebut dapat menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya
dipahami bahwa setiap anak berhak untuk atau masih dalam batas normal, biasanya
meningkatkan segala potensi yang ada dalam dirinya digunakan dalam level individu
melalui pendidikan. Akan tetapi tidak semua anak b. Impairment, kehilangan atau ketidaknormalan
terlahir dalam kondisi normal dan sempurna. Tidak dalam hal psikologis, atau struktur anatomi atau
sedikit kita jumpai anak-anak yang lahir dengan fungsinya, biasanya digunakan pada level
kondisi yang kurang normal, yang memiliki gangguan organ.
pada perkembangan fisik dan mentalnya. Hal ini c. Handicap, ketidakberuntungan individu yang
menimbulkan suatu pertanyaan dalam masyarakat membatasi atau menghambat pemenuhan
awam, apakah anak-anak yang memiliki kelainan peran yang normal pada individu.
atau kekurangan secara fisik maupun mentalnya
berhak mendapatkan pengajaran? Ataukan anak- Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) meru-
anak ini hanya berhak menjalani hidup tanpa perlu pakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak
adanya pendidikan dalam kehidupannya?? Jika Luar Biasa” (ALB) yang menandakan adanya
anak-anak yang memiliki kekurangan dan keter- kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus
batasan atau anak-anak berkebutuhan khusus ini mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu
berhak mendapatkan pengajaran, lantas siapakah dan yang lainnya. Di Negara Indonesia anak yang
yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan berkebutuhan khusus yang mempunyai gangguan
pendidikan bagi mereka?? perkembangan dan telah diberikan layanan antara
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya lain sebagai berikut:
diharapkan bisa dijawab bukan hanya dengan kata- 1. Anak yang mengalami hendaya (impairment)
kata, akan tetapi diwujudkan dengan bukti secara riil penglihatan (tunanetra), khususnya anak buta
bagi anak-anak berkebutuhan khusus ini. Jawaban- (totally blind), tidak dapat menggunakan indera
jawaban yang diinginkan bukan hanya menjadi tugas penglihatannya untuk mengikuti segala kegiatan
pemerintah akan tetapi merupakan tugas kita semua, belajar maupun kehidupan sehari-hari. Umumnya
warga Negara yang “masih” peduli terhadap kegiatan belajar dilakukan dengan rabaan atau
kebutuhan pendidikan anak-anak yang memiliki taktil karena kemampuan indera raba sangat
keterbatasan dan kekurangan. menonjol untuk menggantikan indera penglihatan.
2. Anak dengan hendaya pendengaran dan bicara
A. PEMBAHASAN (tunarungu wicara), pada umumnya mereka
mempunyai hambatan pendengaran dan kesulitan
PENGERTIAN melakukan komunikasi secara lisan dengan orang
Keterbatasan atau Disability (cacat, ketidak- lain.
mampuan); organ tubuh yang cacat berat, tidak ada 3. Anak dengan hendaya perkembangan kemam-
(tidak berfungsi), rusak, terganggu, atau sangat puan (tunagrahita), memiliki problema belajar
kurang, juga berkaitan dengan gangguan fung- yang disebabkan adanya hambatan perkem-
4
sional. bangan intelligences, mental, emosi, social, dan
Handicapped (penyandang cacat); memiliki fisik.
kemampuan di bawah normal, atau punya cacat 4. Anak dengan hendaya kondisi fisik atau motorik
anatomis atau fungsional, yang membuat diri se- (tunadaksa). Secara medis dinyatakan bahwa
5
seorang sulit untuk bersaing dengan kawan sebaya . mereka mengalami kelainan pada tulang, persen-
Anak Berkebutuhan Khusus (special needs dian, dan saraf pengerak otot-otot tubuhnya,
children) dapat diartikan sebagai anak yang lambat sehingga digolongkan sebagai anak yang
(slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang membutuhkan layanan khusus pada gerak
tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anggota tubuhnya.
anak-anak pada umumnya. Anak Berkebutuhan 5. Anak dengan hendaya perilaku maladjustment.
Khusus juga dapat diartikan sebagai anak yang Anak yang berperilaku maladjustment sering
mengalami gangguan fisik, mental, inteligensi, dan disebut dengan anak tunalaras. Karakteristik yang
menonjol antara lain sering membuat keonaran
3
Ibid, hal 7
4 6
J.P Chaplin, 2006, Kamus Lengkap Psikologi, E. Kosasih, 2012, Cara Bijak Memahami Anak
hal. 139 Berkebutuhan Khusus, Yrama Widya, hal. 1
5 7
Ibid. hal. 220 Ibid. hal. 2

73
secara berlebihan dan bertendensi ke arah bahasa atau hubungan pribadi di masyarakat.
perilaku criminal. Kelainan perkembangan ganda juga mencakup
6. Anak dengan hendaya autism (autism children). kelainan perkembangan dalam fungsi adaptif.
Anak autistic mempunyai kelainan ketidak- Mereka umumnya memerlukan layanan-layanan
mampuan berbahasa. Hal ini diakibatkan oleh pendidikan khusus dengan modifikasi metode
8
adanya cedera pada otak. Secara umum anak secara khusus.
autistic mengalami kelainan berbicara di samping
mengalami gangguan kemampuan intelektual dan PERBEDAAN ISTILAH DISABILITY DAN HANDICAP
fungsi saraf. Kelainan anak autistic meliputi Anak yang berkebutuhan khusus seperti
kelainan berbicara, kelainan fungsi saraf dan yang diuraikan di atas, tentunya memiliki cara dan
intelektual, serta perilaku yang ganjil. Anak metode tersendiri untuk belajar. Hal yang harus
autistic mempunyai kehidupan social yang aneh diketahui oleh para guru yang menangani anak-
dan terlihat seperti orang yang selalu sakit, tidak anak yang berkebutuhan khusus adalah bahwa
suka bergaul, dan sangat terisolasi dari anak-anak ini harus diperlakukan sebagaimana
lingkungan hidupnya. anak-anak lainnya hanya saja caranya yang
7. Anak dengan hendaya hiperaktif (attention deficit berbeda. Untuk itu guru, masyarakat dan orangtua
disorder with hyperactive). Hyperactive bukan harus bisa membedakan istilah keterbatasan (disa-
merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau bility) dan istilah cacat (handicap). Istilah keter-
symptoms. Symptoms terjadi disebabkan oleh batasan (disability) dan cacat (handicap) seringkali
beberapa factor, yaitu kerusakan pada otak (brain tertukar penggunaannya, tetapi sekarang terdapat
damage), kelainan emosional (an emotional perbedaan di antara keduanya.
disturbance), kurang dengar (a hearing deficit), Keterbatasan (disability) mengacu pada
atau tunagrahita (mental retardation). Banyak terbatasnya fungsi seseorang sehingga meng-
sebutan atau istilah hiperaktif atau ADD-H, antara halangi kemampuan individu tersebut. Cacat
lain minimal cerebral dysfunction, minimal brain (handicap) adalah suatu kondisi yang dibebankan
damage (istilah ini sudah tidak dipergunakan lagi pada seseorang yang memiliki keterbatasan.
oleh psikolog atau paedagog), minimal cerebral Kondisi ini dapat dibebankan oleh masyarakat,
9
palsy, hyperactive child syndrome, dan attention lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri.
deficit disorder with hyperactive. Ciri-ciri yang Penjelasan yang serupa juga diutarakan oleh David
dapat dilihat, antara lain selalu berjalan, tidak mau Smith tentang perbedaan konsep antara istilah
diam, suka mengganggu teman, suka berpindah- disability dan handicap. Diasability adalah keadaan
pindah, sulit berkonsentrasi, sulit mengikuti actual, fisik, mental dan emosi. Misalnya orang yang
perintah atau suruhan, bermasalah dalam belajar buta atau tuli, mereka memiliki disability, ketidak-
dan kurang atensi terhadap pelajaran. mampuan, yaitu orang tersebut tidak dapat
8. Anak dengan hendaya belajar (learning disability mendengar atau melihat. Handicap adalah keter-
atau specific learning disability). Istilah specific batasan yang terjadi pada individu oleh karena
learning disability ditujukan pada siswa yang disability. Keterbatasan ini seringkali lebih
mempunyai prestasi rendah dalam bidang disebabkan oleh sikap dan anggapan disbanding
akademik tertentu, seperti membaca, menulis, kebutuhan yang objektif. Misalnya, wanita yang
dan kemampuan matematika. Dalam bidang tunarungu mungkin akan lebih sulit untuk hidup dan
kognitif umumnya mereka kurang mampu bekerja di masyarakat dikarenakan prasangka dari
mengadopsi proses informasi yang datang pada orang lain daripada disebabkan oleh ketidak-
10
dirinya melalui penglihatan, pendengaran maupun mampuan untuk mendengar.
persepsi tubuh. Perkembangan emosi dan social Selanjutnya para pendidik, semakin sering
sangat memerlukan perhatian, antara lain konsep menyebut “anak-anak yang memiliki keterbatasan”
diri, daya berpikir, kemampuan social, keper- daripada “anak-anak yang tidak mampu” untuk
cayaan diri, kurang menaruh perhatian, sulit mene-kankan orangnya bukan keterbatasannya.
bergaul dan sulit memperoleh teman. Kondisi Selain itu anak-anak yang memiliki keterbatasan
kelainan disebabkan oleh hambatan persepsi tidak lagi dijuliki “anak cacat”, meskipun istilah
(perceptual handicaps), luka pada otak (brain kondisi cacat masih digunakan untuk mendes-
injury), ketidakberfungsian sebagian fungsi otak kripsikan kesulitan belajar dan fungsi dari individu-
(minimal brain dysfunction), disleksia (dyslexia), individu yang memiliki keterbatasan yang telah
11
dan afasia perkembangan (developmental dibebankan oleh masyarakat.
aphasia).
9. Anak dengan hendaya kelainan perkembangan
8
ganda (multihanddicapped and developmentally Bandi Delphie, 2006, Pembelajaran Anak
disabled children). Mereka sering disebut dengan Tunagrahita (Suatu pengantar dalam pendidikan inklusi),
istilah tunaganda yang mempunyai kelainan Refika Aditama, hal. 1-3.
9
John W Santrock, 2009, Psikologi Pendidikan;
perkembangan mencakup hambatan-hambatan
Educational Psychology, Salemba Humanika, hal. 245.
perkembangan neurologis. Hal ini disebabkan 10
J. David Smith, 2012,Konsep dan Penerapan
oleh satu atau dua kombinasi kelainan Pembelajaran Sekolah Inklusif, Nuansa, hal. 32
kemampuan pada aspek inteligensi, gerak, 11
Op-cit, hal. 246.

74
ngahan 1960-an sampai pertengahan 1970-an.
PRINSIP PENDIDIKAN ANAK DISABILITY Pada tahun 1975, Perwakilan Rakyat mengesahkan
Anak Berkebutuhan Khusus dianggap Public Law 94-142, Education for All Handicapped
berbeda dengan anak normal. Ia dianggap sosok Children Act (sebuah undang-undang pendidikan
yag tidak berdaya, sehingga perlu dibatu dan bagi semua anak cacat), yang mengharuskan bagi
dikasihani. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar. semua siswa yang memiliki keterbatasan diberi
Setiap anak mempunyai kekurangan, namun seka- pendidikan yang bebas biaya yang layak serta
ligus mempunyai kelebihan. Oleh karena itu, dalam memberikan pembiayaan untuk membantu
memandang anak yang berkebutuhan khusus, kita mengimplementasikan pendidikan ini. Pada tahun
harus melihat dari segi kemampuan sekaligus 1990, Public Law 94-142 dibuat kembali sebagai
ketidakmampuannya. Anak berkebutuhan khusus Individual with Disabilities Education Act (IDEA)
memerlukan perhatian, baik itu dalam bentuk sebuah undang-undang untuk anak-anak yang
perhatian kasih sayang, pendidikan maupun dalam memiliki keterbatasan pendidikan. Revisi IDEA
berinteraksi social. Dengan demikian ia dapat dilakukan pada tahun 1997 dan kemudian disahkan
mengembangkan potensinya dengan optimal. kembali pada tahun 2004 yang selanjutnya dinamai
Didasari bahwa kelainan seorang anak Individuals With Disabilities Education Improvement
memiliki tingkatan, yakni dari yang paling ringan Act, yaitu undang-undang meningkatkan mutu
sampai yang paling berat, dari kelainan tunggal, pendidikan bagi individu yang memiliki keter-
14
ganda hingga yang kompleks yang berkaitan batasan.
dengan emosi, fisik, psikis dan social. Ia merupakan Pendidikan bagi anak yang berkebutuhan
kelompok yanh heterogen, terdapat diberbagai khusus sebaiknya diberikan sejak masih kanak-
strata social, dan menyebar di daerah perkotaan, kanak. Akan tetapi mendidik anak yang berkelainan
pedesaan bahkan daerah-daerah terpencil. Ke- fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosial-
lainan seseorang tidak memandang suatu suku atau nya, tidak sama seperti mendidik anak normal,
bangsa. Keadaan ini jelas memerlukan pendekatan sebab selain memerlukan suatu pendekatan yang
khusus dalam memberikan pelayanan pendidikan khusus juga memerlukan strategi yang khusus. Hal
bagi anak berkebutuhan khusus tersebut terdapat ini semata-mata karena bersandar pada kondisi
anak yang karena kondisi kelainannya tidak yang dialami anak berkelainan atau berkebutuhan
12
memungkinkan datang ke sekolah. khusus. Oleh karena itu, melalui pendekatan dan
Di Indonesia pendidikan bagi anak yang strategi khusus dalam mendidik anak berkelainan,
memiliki keterbatasan telah diamanatkan dalam UU diharapkan anak berkelainan: (1) dapat menerima
RI no 20 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan kondisinya, (2) dapat melakukan sosialisasi dengan
Pendidikan Khusus Bagi Peserta Didik; Pendidikan baik, (3) mampu berjuang sesuai dengan
khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik kemampuannya, (4) memiliki ketrampilan yang
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti sangat dibutuhkan, dan (5) menyadari sebagai
15
proses pembelajaran karena kelainan fisik, warga negara dan anggota masyarakat.
emosional, mental, social, dan/atau memiliki potensi Anak-anak yang berkebutuhan khusus,
kecerdasan dan bakat istimewa (pasal 127). memerlukan suatu metode pembelajaran yang
Selanjutnya dalam pasal 129 disebutkan bahwa sifatnya khusus. Suatu pola gerak yang bervariasi,
Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan diyakini dapat meningkatkan potensi peserta didik
berfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi dengan kebutuhan khusus dalam kegiatan pembe-
peserta didik yang memiliki kesulitan dalam lajaran (berkaitan dengan pembentukan fisik, emosi,
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan sosialisasi, dan daya nalar). Esensi dari pola gerak
fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau social yang mampu meningkatkan potensi diri anak
16
(ayat 1); Pendidikan khusus bagi peserta didik berkebutuhan khusus adalah kreativitas.
berkelainan bertujuan untuk mengembangkan Selain itu, pengembangan prinsip-prinsip
potensi peserta didik secara optimal sesuai kemam- pendekatan secara khusus, yang dapat dijadikan
puannya (ayat 2); Peserta didik yang berkelainan dasar dalam upaya mendidik anak berkelainan,
terdiri atas peserta didik yang tunanetra, tunarungu, antara lain sebagai berikut:
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan 1. Prinsip Kasih Sayang.
belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan Prinsip kasih Sayang pada dasarnya adalah
motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkotika, menerima mereka sebagaimana adanya, dan
obat terlarang, dan zat adiktif lainnya dan memiliki mengupayakan agar mereka dapat menjalani
13
kelainan lain. hidup dan kehidupan dengan wajar, seperti
Di negara lain seperti Amerika misalnya
menentukan hak-hak pendidikan bagi anak-anak 14
yang memiliki keterbatasan dimulai pada perte- John W Santrock, 2009, Psikologi Pendidikan;
Educational Psychology, Salemba Humanika, hal. 271-272
15
Mohammad Effendi, 2006, Pengantar
12
E.Kosasih, 2012, Cara Bijak Memahami Anak Psikopedagogik Anak Berkelainan, Bumi Aksara, hal. 24
16
Berkebutuhan Khusus, Yrama Widya, hal.2 Bandi Delphie, , 2006, Pembelajaran Anak
13
UURI no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Tunagrahita (Suatu pengantar dalam pendidikan inklusi),
2010, Citra Umbara, hal.309 Refika Aditama, hal. 3

75
layaknya anak normal lainnya. Oleh karena itu, 5. Prinsip Motivasi
upaya yang perlu dilakukan untuk mereka: (a) Prinsip motivasi ini lebih menitikberatkan pada
tidak bersikap memanjakan, (b) tidak bersikap cara mengajar dan pemberian evaluasi yang
acuh tak acuh terhadap kebutuhannya, dan (c) disesuaikan dengan kondisi anak yang
memberikan tugas yang sesuai dengan berkelainan. Contoh, bagi anak tunanetra,
kemampuan anak. mempelajari orientasi dan mobilitas yang
2. Prinsip Layanan Individual ditekankan pada pengenalan suara binatang
Pelayanan individual dalam rangka mendidik akan lebih menarik dan mengesankan jika
anak berkelainan perlu mendapatkan porsi yang mereka diajak ke kebun binatang. Bagi anak
besar, sebab setiap anak berkelainan dalam tunagrahita, untuk menerangkan makanan
jenis dan derajat yang sama seringkali memiliki empat sehat lima sempurna, barangkali akan
keunikan masalah yang berbeda antara yang lebih menarik jika diperagakan bahan aslinya
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, kemudian diberikan kepada anak untuk
upaya yang perlu dilakukan untuk mereka dimakan, daripada hanya berupa gambar-
selama pendidikannya: (a) jumlah siswa yang gambar saja.
dilayani guru tidak lebih dari 4-6 orang dalam 6. Prinsip Belajar dan Bekerja Kelompok
setiap kelasnya, (b) pengaturan kurikulum dan Arah penekanan prinsip belajar dan bekerja
jadwal pelajaran dapat bersifat fleksibel, (c) kelompok sebagai salah satu dasar mendidik
penataan kelas harus dirancang sedemikian anak berkelainan, agar mereka sebagai anggota
rupa sehingga guru dapat menjangkau semua masyarakat dapat bergaul dengan masyarakat
siswanya dengan mudah, dan (d) modifikasi alat lingkungannya, tanpa harus merasa rendah diri
bantu pengajaran. atau minder dengan orang normal. Oleh karena
3. Prinsip Kesiapan itu, sifat egosentris atau egoistis pada anak
Untuk menerima suatu pelajaran tertentu tunarungu karena tidak menghayati perasaan,
diperlukan kesiapan. Khususnya kesiapan anak agresif, dan destruktif pada anak tunalaras perlu
untuk mendapatkan pelajaran yang akan diajar- diminimalkan atau dihilangkan melalui belajar
kan, terutama pengetahuan prasyarat, baik dan bekerja kelompok. Melalui kegiatan tersebut
prasyarat pengetahuan, mental dan fisik yang diharapkan mereka dapat memahami bagai-
diperlukan untuk menunjang pelajaran beri- mana cara bergaul dengan orang lain secara
kutnya. Contoh, anak tunagrahita sebelum baik dan wajar.
diajarkan pelajaran menjahit perlu terlebih 7. Prinsip Ketrampilan
dahulu diajarkan bagaimana cara menusukkan Pendidikan ketrampilan yang diberikan kepada
jarum. Contoh lain anak berkelainan secara anak berkelainan, selain berfungsi selektif,
umum mempunyai kecenderungan cepat bosan edukatif, rekreatif dan terapi, juga dapat
dan cepat lelah apabila menerima pelajaran. dijadikan sebagai bekal dalam kehidupannya
Oleh karena itu guru, dalam kondisi ini tidak kelak. Selektif berarti untuk mengarahkan minat,
perlu member pelajaran baru, melainkan bakat, ketrampilan dan perasaan anak
mereka diberikan kegiatan yang menyenangkan berkelainan secara tepat guna. Edukatif berarti
dan rileks, setelah segar kembali guru baru membimbing anak berkelainan untuk berpikir
dapat melanjutkan memberikan pelajaran. logis, berperasaan halus dan kemampuan untuk
4. Prinsip Keperagaan bekerja. Rekreatif berarti unsure kegiatan yang
Kelancaran pembelajaran pada anak berke- diperagakan sangat menyenangkan bagi anak
lainan sangat didukung oleh penggunaan alat berkelainan. Terapi berarti aktivitas ketrampilan
peraga sebagai medianya. Selain memper- yang diberikan dapat menjadi salah satu sarana
mudah guru dalam mengajar, fungsi lain dari habilitasi akibat kelainan atau ketunaan yang
penggunaan alat peraga sebagai media disandangnya.
pembelajaran pada anak berkelainan, yakni 8. Prinsip Penanaman dan Penyempurnaan Sikap
mempermudah pemahaman siswa terhadap Secara fisik dan psikis sikap anak berkelainan
materi yang disajikan guru. Alat peraga yang memang kurang baik sehingga perlu diupaya-
digunakan untuk media sebaiknya diupayakan kan agar mereka mempunyai sikap yang baik
menggunakan benda tiruan atau minimal serta tidak selalu menjadi perhatian orang lain.
gambarnya. Misalnya mengenalkan macam Misalnya blindism pada tunanetra, yaitu
binatang pada anak tunarungu dengan cara kebiasaan menggoyang-goyangkan kepala ke
anak disuruh menempelkan gambar-gambarnya kiri-kanan, atau menggoyang-goyangkan badan
di papan flannel lebih baik daripada guru secara tidak sadar, atau anak tunarungu
bercerita di depan kelas. Anak tunanetra yang memiliki kecenderungan rasa curiga pada orang
diperkenalkan sosok buah belimbing, maka lain akibat ketidakmampuannya menangkap
17
akan lebih baik jika dibawakan benda aslinya percakapan orang lain, dan lain-lain.
daripada tiruannya, sebab selain anak dapat
mengenal bentuk dan ukuran, juga dapat
mengenal rasanya.
17
Op-Cit, hal. 23-26

76
SEKOLAH INKLUSIF Penelitian yang dilakukan oleh Hocutt
(1996) mengenai hasil dari inklusi memperlihatkan
Pada dasarnya, sekolah untuk anak-anak kesimpulan-kesimpulan sbb:
berkebutuhan khusus sama dengan sekolah anak- 1. Keberhasilan social dan akademis anak-anak.
anak pada umumnya. Namun, karena kondisi dan Hasil ini lebih dipengaruhi oleh kualitas
karakteristik kelainan yang disandang anak berke- pelajaran yang diberikan.
butuhan khusus, sekolah bagi mereka dirancang 2. Anak-anak yang memiliki gangguan emosional.
secra khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik Di sekolah menengah pertama, para remaja
kelainannya. Sekolah untuk anak-anak berkebu- yang memiliki gangguan ini kemungkinan besar
tuhan khusus ada beberapa macam, ada Sekolah berhasil apabila mereka berpartisipasi dalam
Luar Biasa (SLB), sekolah terpadu (mainstreaming), pendidikan kejuruan dan dimana kegiatan
dan sekolah inklusi. SLB adalah sekolah yang mereka diintegrasikan dengan pelajaran sekolah
dirancang khusus untuk anak-anak berkebutuhan melalui aktifitas seperti olahraga. Namun, para
khusus dari satu jenis kelainan. Di Indonesia, kita remaja yang memiliki sejarah panjang akan
kenal ada SLB bagian A khusus untuk anak kegagalan pelajaran kemungkinan besar keluar
tunanetra, SLB bagian B khusus anak tunarungu, dari sekolah apabila mereka ditempatkan di
SLB khusus anak tunagrahita, dsb. empat regular.
Dewasa ini dikembangkan pendidikan 3. Anak-anak yang memiliki gangguan pende-
inklusi. Pengembangan pendidikan inklusi ini tidak ngaran. Anak-anak yang memiliki gangguan ini
hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia terutama masih diuntungkan secara akademis, tetapi
Negara-negara Eropa Barat. Dalam pendidikan mereka memiliki harga diri yang lebih rendah
inklusi anak-anak berkebutuhan khusus diinte- saat berada dalam kelas regular.
grasikan ke sekolah-sekolah umum dengan 4. Anak-anak yang mengalami retardasi mental
menggunakan seoptimal mungkin seluruh fasilitas namun masih bisa dididik (biasanya
yang ada serta dukungan lingkungan sekolah. didefenisikan memiliki IQ dari 50 sampai 70
Pelaksanaan pendidikan inklusi dilandasi keyakinan bersamaan dengan masalah perilaku adaptif
bahwa semua orang adalah bagian yang berharga dalam kisaran yang sama). Seorang guru yang
dalam kebersamaan masyarakat, apapun perbe- suportif, pelajaran yang kompoten, dan kelas
daan mereka. Dalam pendidikan ini berarti semua yang suportif tampaknya memiliki pengaruh
anak terlepas dari kemampuan maupun yang lebih besar pada anak-anak yang tidak
ketidakmampuan mereka, latar belakang budaya memiliki keterbatasan.
atau bahasa, agama atau gender, menyatu dalam 5. Anak-anak yang tidak memiliki ketidak-
komunitas sekolah yang sama. Diharapkan dengan mampuan. Mereka tampaknya tidak dipengaruhi
berbagai alternative jenis pelayanan pendidikan secara negative oleh masuknya anak-anak yang
(sekolah) seperti di atas, orangtua dapat memilih memiliki keterbatasan dalam kelas regular
20
sekolah luar biasa yang dirasa paling tepat bagi selama diberikan jasa yang suportif.
pendidikan putera- berkelainan, hanya karena tidak
18
ada sekolah bagi mereka. B. KESIMPULAN
Menurut IDEA, anak yang memiliki
keterbatasan harus dididik dalam lingkungan yang Anak Berkebutuhan Khusus adalah individu
setidaknya dapat membatasi (Least Restrictive yang seharusnya mendapatkan hak belajar yang
Environment, LRE). Kondisi tersebut berarti suatu sama dengan anak-anak normal lainnya. Hal ini
keadaan yang mungkin mirip dengan keadaan ditegaskan dalam UU RI yang menyatakan bahwa:
anak-anak yang tidak memiliki keterbatasan dididik. Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama
Sekolah harus berusaha untuk mendidik anak-anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (ayat
yang memiliki keterbatasan di kelas regular. 1); Warga Negara yang memiliki kelainan fisik,
Mendidik anak-anak yang memiliki keterbatasan di emosional, mental dan/atau social berhak
kelas regular disebut mainstreaming. Namun istilah memperoleh pendidikan khusus (ayat 2); Warga
itu diganti dengan istilah inklusi (inclusion), yang Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
berarti mendidik seorang anak yang memiliki istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus
21
kebutuhan pendidikan khusus dengan penuh waktu (ayat 3).
di kelas regular. Sebuah studi terkini menemukan Dengan demikian anak-anak yang memiliki
bahwa prestasi akademis siswa-siswa yang keterbatasan, bisa mengembangkan potensi yang
memiliki keterbatasan pembelajaran mendapatkan ada dalam dirinya, dan tentunya hal ini tidak lepas
19
manfaat dari inklusi. dari keterlibatan yang harmonis antara pemerintah,
guru, masyarakat dan orangtua. Anak-anak yang
memiliki keterbatasan ini bukanlah anak-anak “aneh”

18 20
E.Kosasih, 2012, Cara Bijak Memahami Anak Ibid, hal. 276.
21
Berkebutuhan Khusus, Yrama Widya, hal.6 Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003
19
John W Santrock, 2009, Psikologi Pendidikan; tentang Sisdiknas, hal. 2.
Educational Psychology, Salemba Humanika, hal.274

77
yang hanya dijadikan tontonan atau anak-anak yang semua anak berkelainan dan anak berkebutuhan
22
di “nomor duakan” dalam mengenyam pendidikan, khusus lainnya.
yang sebenarnya sudah menjadi haknya sebagai
manusia.
Dengan memberikan kesempatan bagi anak-
anak yang berkebutuhan khusus untuk bergaul dan DAFTAR PUSTAKA
bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya, baik
itu di lingkungan sekolah atau lingkungan masya- Al-Qur’anul Karim
rakat akan menumbuhkan harga diri dan motivasi Chaplin, J.P, (2006), Kamus Lengkap Psikologi,
untuk terus menggali bakat dan mengembangkan
Jakarta, RajaGrafindo Persada
kemampuannya seperti halnya anak-anak yang
normal. Mereka membutuhkan pendampingan dari Delphie, Bandi, (2006), Pembelajaran Anak
orang dewasa untuk menuntun mereka kearah Tunagrahita, Suatu Pengantar dalam
kehidupan yang lebih baik. Pendidikan Inklusi, Bandung, Refika
Dalam Lokakarya Nasional tentang Pendi- Aditama
dikan Inklusif di Indonesia di Bandung tahun 2004,
Efendi Mohammad, (2006), Pengantar
melahirkan suatu deklarasi yang berisi himbauan
Psikopedagogik Anak Berkelainan,
kepada pemerintah, institusi pendidikan, institusi
Jakarta, Bumi Aksara
terkait, dunia usaha dan industry serta masyarakat
untuk dapat: Kosasih, E (2012), Cara Bijak Memahami Anak
1. Menjamin setiap anak berkelainan dan anak Berkebutuhan Khusus, Bandung, Yrama
berkebutuhan khusus lainnya mendapatkan Widya
kesamaan akses dalam segala aspek kehidupan,
Santrock, John (2009), Psikologi Pendidikan,
baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, social,
Educational Psychology, Jakarta,
kesejahteran, keamanan, maupun bidang lainnya,
Salemba Humanika
sehingga menjadi generasi penerus yang handal.
2. Menjamin setiap anak berkelainan dan berkebu- Smith,J.David (2012), Konsep dan Penerapan
tuhan khusus lainnya, sebagai individu yang Sekolah Inklusif, Bandung, Nuansa.
bermartabat, untuk mendapatkan perlakuan yang
manusiawi, pendidikan yang bermutu dan sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
dengan potensi dan tuntutan masyarakat, tanpa Tahun 2003 Tentang Sisdiknas dan
Peraturan Pemerintah RI tahun 2010
perlakuan deskriminatif yang merugikan eksis-
tentang Penyelenggaraan Pendidikan
tensi kehidupannya baik secara fisik, psikologis,
dan wajib Belajar, Bandung, Citra
ekonomis, hokum, politis, maupun cultural.
Umbara.
3. Menyelenggarakan dan mengembangkan penge-
lolaan pendidikan inklusif yang ditunjang kerja
sama yang sinergis dan produktif di antara para
stakeholders, terutama pemerintah, institusi
pendidikan, institusi terkait, dunia usaha dan
industry, orangtua serta masyarakat.
4. Menciptkan lingkungan yang mendukung bagi
pemenuhan anak berkelainan dan berkebutuhan
khusus lainnya, sehingga memungkinkan mereka
dapat mengembangkan keunikan potensinya
secara optimal.
5. Menjamin kebebsan anak berkelainan dan
berkebutuhan khusus lainnya untuk berinteraksi
baik secara reaktif maupun proakif dengan siapa-
pun, kapanpun, dan di lingkungan manapun,
dengan meminimalkan hambatan.
6. Mempromosikan dan mensosialisasikan layanan
pendidikan inklusif melalui media masa, forum
ilmiah, pendidikan dan pelatihan, dan lainnya
secara berkesinambungan.
7. Meyusun rncana aksi (action plan) dan
pendanaannya untuk pemenuhan aksebilitas fisik
dan non fisik, layanan pendidikan yang berkua-
litas, kesehatan, rekreasi, kesejahteraan bagi

22
J. David Smith, 2012, Konsep dan Penerapan
Pembelajaran Sekolah Inklusif, Nuansa, hal. 443

78

Anda mungkin juga menyukai