Anda di halaman 1dari 18

MODEL PEMBELAJARAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS

MAKALAH

Disusun Oleh :

FAJRI
Nim : 201002015
Prodi Pendidikan Agama Islam
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan Islam

UINIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2022 M / 1443 H

0
A. PENDAHULUAN
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan yang senantiasa harus dijaga
karena dalam dirinya melekat pula harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia
yang harus dijunjung tinggi. Anak adalah masa depan bangsa dan generasi
penerus cita-cita bangsa sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang, berpartisipasi, serta berhak mendapatkan pendidikan.
Ada anak yang terlahir dengan kondisi fisik dan psikis yang normal ada pula yang
tidak. Kedua tipe anak tersebut sama-sama harus diberikan pendidikan. Namun
tentunya terdapat perbedaan diantara keduanya dalam proses pemberian
pendidikan, bukan berarti adanya diskriminasi namun semata-mata untuk
memberikan pendidikan yang terbaik bagi keduanya. Bagi anak yang tumbuh
kembangnya normal, pendidikan tetap diberikan sesuai dengan kondisinya. Pun
bagi anak yang kondisinya berbeda dengan anak kebanyakan (yang dalam bahasa
pendidikan disebut dengan anak berkebutuhan khusus). Kendati kelihatannya
tidak sama dengan anak-anak kebanyakan, tapi tidak jarang pula dari mereka yang
memiliki prestasi yang luar biasa dari anak kebanyakan, bahkan lebih. Sebagai
contoh hafidz cilik yang bernama Naja yang sedari bayi divonis oleh dokter tidak
bisa memiliki kekuatan ingatan, tetapi dengan ketalatenan ibunya mendidik dan
memperdengarkan lantunan ayat al-qur’an Naja tumbuh sebagai anak yang secara
lahiriah memiliki keterbatasan tetapi juga memiliki kemampuan yang dapat
membuat orang lain ta’jub dan bangga. Bahkan sekarang kemampuannya tidak
hanya dalam aspek hafalan al-qur’an saja, tapi sudah mampu menghafal
terjemahan dan letak surat dan ayat di dalam al-qur’an. Hafidzah cilik yang
bernama Kayla yang memiliki keterbatasan dalam aspek penglihatan (tunanetra)
mampu menghafal 30 Juz al-qur’an. Demikianlah di antara contoh anak-anak
berkebutuhan khusus, yang apabila pendidik (dalam hal ini baik orang tua ataupun
guru) mampu melihat bakat,minat dan potensi yang ada pada diri ABK, maka
mereka akan memiliki kemampuan yang bisa menjadi modal bagi ABK dalam
berinteraksi dengan masayarakat secara umum.
Ada beberapa landasan normatif yang penulis coba kemukakan di dalam
makalah ini terkait dengan bahasan kali ini, yaitu:

1
1. Allah mengingatkan orang-orang beriman bahwa anak adalah salah satu
fitnah (cobaan). Hal ini tertulis di dalam al-qur’an surat Al-Anfal ayat 28
yang berbunyi:
      
  
Artinya: Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang
besar.
Dari ayat di atas menjelaskan bahwa anak adalah bagian cobaan dari
hidup. Cobaan ini bisa dalam bentuk yang beraneka ragam. Boleh jadi cobaan
tersebut berupa perilaku anak yang tidak baik, atau memiliki anak dengan fisik
dan psikis yang tidak sempurna (yang berbeda dengan anak-anak lainnya yang
seusianya). Orang tua dituntut untuk dapat menghadapi cobaan ini dengan lapang
dada,yang tentunya ada upaya untuk memperbaiki dan membimbing anak yang
memiliki keadaan tersebut, karena akan ada ganjaran yang Allah persiapkan bagi
siapa saja yang sanggup menghadapinya dengan cara yang tidak disangka-sangka.
2. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh ‘Amir ibn watsilah abu ath-thufail
yang berbunyi:
‫حدثوالنا س مبا يعرفون‬.
Artinya: Berbicaralah kamu kepada manusia dengan apa yang mereka
ketahui. (Hadits Riwayat Bukhari, No. 127)
Hadits ini mengindikasikan bahwa bila sesuatu yang ingin kita sampaikan
atau yang kita ajarkan dapat diterima dengan baik dan mudah oleh orang lain
maka haruslah melihat terlebih dahulu latar belakang orang yang akan diberikan
ilmu tersebut. Begitu juga terkait dengan ABK, dimana bagi mereka ada strategi
dan pendekatan yang berbeda dalam membimbing dan memberikan ilmu kepada
mereka sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
3. Hadits Nabi yang menjelaskan tentang kewajiban menuntut ilmu yang
diriwayatkan dari Ibn Abdil Barr dari Anas yang berbunyi:

‫طلب العلم فريضة على كل مسلم‬


Artinya: Mencari ilmu wajib terhadap setiap orang Islam

2
Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa semua orang Islam baik laki-laki
ataupun perempuan harus menuntut ilmu. Tidak memandang apakah fisiknya
lemah atau kuat. Semuanya harus berupaya untuk mempelajari segala sesuatu
sesuai dengan keadaannya masing-masing dengan tujuan akhir tentunya meraih
keridhaan Allah. Landasan normatif di atas menjadi pijakan bagi pendidik agar
dapat memperlakukan ABK dengan penuh kasih sayang dan perhatian agar
mereka dapat mendapatkan pendidikan yang sama seperti anak lainnya.
Adapun perundang-undangan yang menjadi landasan untuk memenuhi
pendidikan ABK adalah Undang-Undang Nomor.20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional khususnya:(a) Pasal 5 ayat (1):setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (b) Pasal
5 ayat(2):warga negara yang memiliki kelainan fisik,emosional,
mental,intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Dalam makalah ini penulis mencoba membahas tentang pembelajaran
siswa berkebutuhan khusus dilihat dari aspek tunagrahita.

B. PEMBAHASAN
1. Diskursus tentang pembelajaran dan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK)
Pembelajaran bermakna suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya
mengarahkan aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar.1 Di dalam proses
pembelajaran, terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas mengajar (guru)
dan aktivitas belajar (siswa). Proses pembelajaran juga merupakan proses
interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.
Proses pembelajaran merupakan situasi psikologis, dimana banyak ditemukan
aspek-aspek psikologis ketika pembelajaran berlangsung. Oleh karena proses
pembelajaran merupakan situasi psikologis, maka guru dituntut untuk memiliki
pemahaman tentang psikologi guna memecahkan berbagai persoalan yang muncul
dalam proses pembelajaran apalagi yang berkaitan dengan proses pembelajaran
bagi siswa berkebutuhan khusus.

1
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan
Kompetensi), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 8

3
2. Ciri-ciri pembelajaran
Berdasarkan pendapat Darsono dalam Hasan Basri2 mengatakan bahwa ciri-ciri
pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis
2. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian
dan menantang siswa
3. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam
belajar
4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan
menarik
5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa
6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara
fisik maupun psikologis
7. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa. Pembelajaran adalah kegiatan
yang dilakukan secara sadar dan sengaja.
3). Definisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Menurut Siti Fatimah sebagaimana yang dikutip dari Darmawanti
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ABK adalah anak yang dalam
proses pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau
penyimpangan fisik, mental, intelektual, sosial atau emosional dibanding
dengan anak-anak lain seusianya, sehingga mereka memerlukan pelayanan
khusus.3
Hal senada juga diungkapkan oleh Heward sebagaimana yang dikutip oleh
Anisa Julia Prawesti menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ABK adalah
individu atau anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan
individu/anak pada umumnya.4

2
Hasan Basri, Landasan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 207
3
Siti Fatimah Mutia Sari dkk, ‘Pendidikan Bagi Anak TunaGrahita (Studi Kasus
Tunagrahita Sedang di SLB N Purwakarta’, Jurnal Penelitian dan PKM, Vol. 4, No. 2, Juli 2017,
hal. 129-138
4
Anisa Julia Prawesti, ‘Learning Strategies For Children Special Needs: Strategi
Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus, Proceeding of The ICECRS, Vol. 8, 2020

4
Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas
dibandingkan dengan pengertian anak luarbiasa. Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,berbeda
dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan
dalam belajar dan perkembangan.Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan
pendidikan sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori
yaitu:anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, yaitu akibat
dari kelainan tertentu, dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer,
yaitu mereka yang mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang di-
sebabkan kondisi dan situasi lingkungan. Misalnya, anak yang mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat kerusuhan dan bencana alam, atau tidak
bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak yang mengalami
kedwibahasaan (perbedaan bahasa di rumah dan di sekolah), anak yang
mengalami hambatan be- lajar dan perkembangan karena isolasi budaya dan
karena kemiskinan dan sebagainya.Anak berkebutuhan khusus temporer, apabila
tidak mendapatkan intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya
bisa menjadi permanen.5
Setiap anak berkebutuhan khusus,baik yang bersifat permanen maupun
yang temporer, memiliki perkembangan hambatan belajar dan kebutuhan belajar
yang berbeda-beda. Hambatan belajar yang dialami oleh setiap anak, disebabkan
oleh tiga hal, yaitu: (1)faktor lingkungan;(2)faktor dalam diri anak sendiri;dan(3)
kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak.
3. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi anak berkebutuhan
khusus temporer dan permanen. Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi:
Anak dengan gangguan fisik ,dikelompokkan lagi menjadi:
a. Anak dengan gangguan penglihatan (tunanetra)
1) Anak kurang awas(lowvision)

5
Sukadari,Model Pendidikan Inklusi Dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus,
Cet. I, (Yogyakarta:KanwaPublisher,2019), hal. 2

5
2) Anak buta(blind)
a. Anak dengan gangguan pendengaran dan bicara (tunarungu/wicara)
1) Anak kurang dengar(hard ofhearing)
2) Anak tuli (deaf)
b. Anak dengan kelainan kecerdasan (tunagrahita)
1) Anak dengan gangguan kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata
(tunagrahita)
a) Anak tunagrahita ringan (IQ 50-70)
b) Anak tunagrahita sedang (IQ 25-49)
c) Anak tunagrahita berat (IQ 25-ke bawah)
2) Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata
a) Giffteddangenius,yaitu anak yang memiliki kecerdasan di atas
rata-rata
b) Talented,yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus
c. Anak dengan gangguan anggota gerak(tunadaksa).
1) Anak layuh anggota gerak tubuh (polio)
2) Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (cerebralpalcy)
d. Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras)
1) Anak dengan gangguan perilaku
a) Anak dengan gangguan perilaku taraf ringan
b) Anak dengan gangguan perilaku taraf sedang
c) Anak dengan gangguan perilaku taraf berat
2) Anak dengan gangguan emosi
a) Anak dengan gangguan emosi taraf ringan
b) Anak dengan gangguan emosi taraf sedang
c) Anak dengan gangguan emosi taraf berat
e. Anak gangguan belajar spesifik
f. Anak lamban belajar (slowlearner)
g. AnakAutis
b. Pengertian Model Pembelajaran Luar Biasa

6
Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
ditunjukan untuk menciptakan situasi belajar berdasarkan teori-teori dan cara
mengorganisasi pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran diartikan
sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Sebenarnya model pembelajaran
memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode
pembelajaran.Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai model pembelajaran,
dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena
memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Ada beberapa ciri model
pembelajaran secara khusus di antaranya adalah :
a) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
b) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
c) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai
Berikut ini prinsip-prinsip pemilihan model pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus yang ditulis oleh Mangungsong antara lain:6
a) Tipe kecacatan dan tingkat keparahan anak
b) Tingkatan usia anak
c) Prinsip Motivasi
d) Prinsip latar/Konteks
e) Prinsip Hubungan sosial
f) Prinsip Belajar sambilBekerja
g) Prinsip Individualisme
h) Prinsip menemukan
i) Prinsip Pemecahan Masalah

6
Mangungsong,Frieda,.Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,.(Jakarta:
PustakaSinarHarapan, 2009), hal. 31

7
Dalam pemilihan model pembelajaran perlu ditempuh langkah-langkah
secara sistematis. Menurut penentuan model pembelajaran seperti yang
dikemukakan oleh Mangungsong langkah-langkah dalam pemilihan model
pembelajaran sebagai berikut :
a) Identifikasi atribut-atribut(identifyattributes)
b) Menentukan tujuan-tujuan pengajaran(specifyobjectives)
c) Pemilihan strategi(selectstrategy)
d) Pemilihan materi/bahan(select materials)
e) Uji strategi dan materi(test strategyand materials
f) Evaluasi performansi(performance evaluation)
c. Model PembelajaranPendidikan Luar Biasa
Perlu disadari bahwa tak ada satupun pendekatan dijamin berhasil untuk
semua anak atau untuk anak-anak dengan berkebutuhan khusus tertentu. Untuk
itu perlu dipilih pendekatan- pendekatan yang sejalan dengan keyakinan
keyakinan yang menggunakan perencanaan. Guruyang baik adalah guru yang
membuat perencanaan-perencanaan yang teliti, membuat catatan yang tepat
bagi setiap kemajuan anak dan peka terhadap kemampuan dan kebutuhan
masing-masing anak.7
Adapun pendekatan-pendekatan dan strategi-strategi intruksionalyang bisa
digunakan untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang dikutip oleh
Mangungsong dari Cartwright,et, al, antara lain :
a) Pendidikan remedial dan pendidikan tambahan/kompetensi(remedial
education & compensatory education). Secara teknik pendidikan remedial
mengacu pada proses peningkatan atau perbaikan mengenai bidang
tertentu. Remedial merupakan penyembuhan atau perbaikan, peningkatan
kecakapan- kecakapan seseorang menjadi normal atau mendekati normal.
Sedangkan konpensasi berarti penyeimbangan, penggantian suatu
kecakapan yang lain.

7
Mangungsong,Frieda.Psikologi dan Pendidikan Anak…………. hal. 38

8
b) Pengajaran Langsung(direct instruction). Yaitu pengukuran langsung
peforman si siswa atas suatu tugas belajar dan pengetahuan program-
program dan prosedur- prosedur pengajaran setiap anak. Dengan kata lain
pengajaran langsung adalah menyarankan pemilihan tujuan-tujuan yang
tepat dan bisa diukur untuk setiap anak,dan menentukan kemungkinan–
kemungkinan dan prosedur-prosedur belajar sedemikian rupa sehingga
anak dan guru bisa mengetahui dengan pasti apa yang akan dipelajari serta
kriteria penilaiannya.
c) Analisis tugas(task analysis). Analisis tugas sangatlah penting bagi
pengajaran langsung. Analisis tugas meliputi memecah-mecah tugas
belajar ke dalam bagian-bagian komponennya sehingga kecakapan-
kecakapan yang tercakup dalam tugas bisa diidentifikasi. Kecakapan-
kecakapan prasyarat harus diidentifikasi, yaitu kecakapan-kecakapanyang
harus dimiliki anak sebelum perilaku lain bisa dilaksanakan dengan
berhasil. Yang terutama dalam analisis tugas adalah gagasan bahwa
belajar bersifa tkumulatif artinya kecakapan-kecakapan terbentuk atas
kecakapan-kecakapan lain. Dengan demikian tugas-tugas belajar
dianalisis ke dalam perilaku-perilaku khusus sehingga penjenjangan
belajar bisa diterapkan pada situasi kelas. Analisis tugas digunakan untuk
memastikan pengurutan yang tepat bagi pengajaran dan diagnosis
kebutuhan-kebutuhan khusus.
d) Pengajaran bertahap. Yaitu memberikan pembelajaran diurutkan dari
tingkatan yang termudah menuju ketingkat kecakapan yang lebih tinggi.
e) Latihan persepsi-motorik (perceptualmotor-trayning). Masalah-masalah
koordianasi mata-tangan dan persepsi motorik sering dikaitkan dengan
masalah-masalah membaca, menulis pada anak-anak terbelakangan mental
dan anak dengan gangguan belajar. Pendekatan yang digunakan untuk
mengajar adalah dengan memusatkan pada masalah-masalah perceptual
mereka yaitu kecakapan-kecakapan motorik kasar, motorik halus,
persepsi bentuk, pengurutan ingatan, pendekatan visual, dan auditif.
Latihan persepsi tidak hanya memperingan problem- problem persepsual

9
dan akademis yang terkait, tetapi defisit perilaku terutama kurangnya
perhatian.
f) Strategi-strategi yang lain.
1) Modeling. Dengan modelling seseorang belajar mengikuti
kelakuan orang lain sebagai model. Modelling dapat digunakan
untuk mengajarkan ketrampilan-ketrampilan akademis dan motorik.
2) Pengajaran terprogram. Pengajaran terprogram merupakan suatu
sistem belajar(learningstrategi)yang memungkinkan siswa untuk
mempelajari materi-materi tertentu,yang telah terbagi atas bagian-
bagian kecil yang memungkinkan secara berurutan, demi mencapai
tujuan tertentu.
3) Permainan edukatif. Bermain sambil belajar merupakan daya tarik
permainan-permainan edukatif. Dengan menggunakan permainanyang
mengandung nilaipendidikan akan lebih mudah dipahami oleh anak-
anak berkebutuhan khusus.
4) Pengajaran dengan bantuan dan pengaturan komputer. Yaitu
pengajaran dengan bantuan komputer mengacu pada penggunaan
komputer untuk memberikan pengajaran langsung kepada peserta
didik.
5) Program holtikultura. Yaitu suatu terapi dan pendidikan dimana anak-
anak berkebutuhan khusus dilatih untuk merawat tanaman hidup.
d. PembelajaranAdaptif
Masalah utama dalam pembelajaran bagi anak dengan kebutuhan
pendidikan khusus adalah penggunaan metode atau model pembelajaran dalam
menyampaikan materi pelajaran secara tepat,yang memenuhi kebutuhan siswa,
sehinga potensiyang dimiliki siswa dapat berkembang seoptimal mungkin.
Metode pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar (PBM)yang
terkesan kaku,kurang fleksibel,kurang demokratis,dan guru cenderung lebih
dominan (oneway method) di mana aktivitas guru lebih dominan dari pada siswa.
Hal tersebut sangat merugikan siswa karena yang belajar adalah siswa bukan
guru, kondisi seperti ini disebabkan guru mengajar lebih banyak mengejar target

10
yang berorientasi pada nilai ujian akhir. Berdasarkan kepentingan siswa,
pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang demokratis, tidak otoriter,
harus fleksibel tidak kaku, berorientasi pada kepentingan siswa bukan guru,lebih
banyak memberi kebebasan bukan membelenggu, pelayanan lebih pada
individual, sedikit klasikal, tidak hanya tekstual tetapi kontekstual (mengaitkan
dengan kenyataan kehidupan), tidak reseptif tetapi mendorong kontruktivisme
siswa, serta secara simultan mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional
dan spiritual.
Untuk menghadapi hal tersebut di atas, suatu model pembelajaran yang
efektif dan efisien sebagai alternatif, yaitu model pembelajaran yang diharapkan
mampu melibatkan siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran dan dapat
melibatkan seluruh aspek,yaitu kognitif,afektif, dan psikomotorik siswa,serta
secara fisik dan mental melibatkan semua pihak dalam pembelajaran sehingga
siswa memiliki suatu kebebasan berpikir, berpendapat,aktif dan kreatif.
Berbicara tentang anak dengan kebutuhan pendidikan khusus, maka
dalam proses pembelajarannyapun harus disesuaikan dengan kondisi siswa
tersebut,oleh karena itu lahirlah istilah pembelajaran adaptif.Bila merujuk pada
kata adaptif yang merupakan kata dari bahasa Inggris”adapt” yang mempunyai
arti ”menyesuaikan dengan”, maka pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan
pendidikan khusus merupakan pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi
siswa. Artinya yang menyesuaikan adalah pembelajaran itu sendiri,baik metode,
alat/media pembelajaran,dan lingkungan belajar,bukan siswanya. Sejalan dengan
pemikiran tersebut di atas Irham Hosni8, menyebutkan bahwa pembelajaran
adaptif merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi
kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan demikian
pembelajaran adaptif bagi ABK hakekatnya adalah Pendidikan Luar Biasa
(PLB). Sebab di dalam pembelajaran adaptif bagi ABK yang dirancang
adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya.
8
Irham Hosni,.Pengantar Pendidikan Tunanetra.(Jakarta:PTRaja Grafindo Persada,
2003), hal. 67

11
Jadi pembelajaran adaptif pada intinya adalah modifikasi aktivitias,
metode,alat,atau lingkungan pembelajaran yang bertujuan untuk menyediakan
peluang kepada anak dengan kebutuhan khusus mengikuti program pembelajaran
dengan tepat, efektif serta mencapai kepuasan. Prinsip utama dalam modifikasi
aktivitas adalah penyesuaian aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan
potensi siswa dalam melakukan aktivitias tersebut.
e. Ciri-ciri Pembelajaran Adaptif
Sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center)
pembelajaran adaptif mempunyai ciri sebagai berikut:
a) Memperhatikan perbedaan individu siswa, pada dasarnya setiap
manusia tidak ada yang sama,oleh karena itu dalam pembelajaran
yang adaptif, guru sangat memperhatikan perbedaan dari setiap
siswanya yang implikasinya dalam proses pembelajaran di kelas hal
tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki
oleh siswa. Program pengajaran adaptif harus disesuaikan dengan
jenis dan karakteristik kelainan siswa, sehingga siswa
mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya seoptimal mungkin dengan tepat, cepat, dan aman bagi
siswa tersebut.
b) Sebagai alat untuk memperbaiki atau meminimalkan dampak dari
kelemahan yang siswa miliki. Dengan pembelajaran adaptif ini harus
dapat memperbaiki dan atau meminimalkan dampak dari kelainan
yang dimiliki siswa, bukan memperburuk kondisi siswa.
Contoh Anak dengan gangguan penglihatan namun masih mempunyai
sisa penglihatan (lowvision) yang menetap, maka dalam proses
pembelajarannya jangan dipaksakan menggunakan huruf braille untuk
baca tulisnya, namun gunakanlah huruf awas yang disesuikan dengan
tingkat penglihatannya.
c) Sebagai alat untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
siswa yang memiliki kebutuhan khusus.Pembelajaran adaptif harus
dapat mengakomodasi untuk pengembangan potensi yang dimiliki

12
anak dengan kebutuhan khusus. Contoh:anak dengan kemampuan IQ
yang di atas rata-rata (gifted) maka dalam proses pembelajarannya
jangan disamakan dengan siswa yang lainnya,namun berikanlah
pengayaan baik dengan materi sama yang mempunyai tingkat
kesulitannya lebih tinggi atau melanjutkan pada materi
selanjutnya.
f. Prinsip-prinsip Pembelajaran Adaptif
Pada dasarnya prinsip pembelajaran adaptif sama dengan prinsip
pembelajaran pada umumnya,yaitu:
a) Kesempatan belajar, kegiatan pembelajaran perlu menjamin
pengalaman siswa untuk secara langsung mengamati dan mengalami
proses, produk, keterampilan dan nilai yang diharapkan
b) Motivasi. Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa
agar tetap memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti
kegiatan belajar-mengajar.
c) Latar/Konteks. Guru perlu mengenal siswa secara mendalam,
menggunakan contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di
lingkungan sekitar,dan semaksimal mungkin menghindari
pengulangan-pengulangan materi pengajaran yang sebenarnya tidak
terlalu penting bagi anak.
d) Keterarahan. Setiap akan melakukan kegiatan pembelajaran, guru
harus merumuskan tujuan secara jelas. Menetapkan sasaran dan alat
yang sesuai serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat.
e) Menyenangkan. Kegiatan belajar perlu menyediakan pengalaman
belajar yang menyenangkan bagi siswa.
f) Hubungan sosial. Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru perlu
mengembangkan strategi pembelajaranyang mampu mengoptimalkan
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan
siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah.
g) Belajar sambil bekerja, Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus
banyak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan praktek

13
atau percobaan atau menemukan sesuatu melalui pengamatan,
penelitian, dan sebagainya.
h) Individualisasi. Guru perlu mengenal kemampuan awal dan
karakteristik setiap anak secara mendalam baik dari segi kemampuan
maupun ketidakmampuannya dalam menyerap materi pelajaran.
kecepatan maupun kelambatannya dalam belajar, danperilakunya,
sehingga setiap kegiatan pembelajaran masing-masing anak mendapat
perhatian dan perlakuan yang sesuai.
i) Menemukan. Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang
mampu memancing anak untuk terlihat secara aktif baik
fisik,mental,sosial,dan/atau emosional.

g. Anak Tunagrahita
1. Pengertian Tunagrahita
Menurut Mangungsong9 dilihat dari asal katanya Tunagrahita berasal dari
kata Tuna yang berarti merugi, sedangkan grahita yang berarti
pikiran.Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental
(MentalRetardation )yang artinya terbelakang mental.
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah tersebut
sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang
kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi
dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak Tunagrahita atau dikenal juga
dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya
mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah
biasa secara klasikal,oleh karena itu anakterbelakang mental membutuhkan
layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak
tersebut.10

9
Mangungsong,Frieda.Psikologi dan Pendidikan Anak…………. hal. 129
10
Somantri,TSutjihati.Psikologi Anak Luar Biasa.( Bandung : Refika Aditama, 2006), hal.
103

14
Sedangkan definisi anak Tunagrahita yang dikembangkan oleh AAMD
(American Association Of Mental Deficiency) adalah sebagai
berikut:“keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata-
rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan
terjadi pada masa perkembangan.11
Jadi Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana
perkembangan kecerdasanya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap
perkembangan yang optimal.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian dari anak
Tunagrahita, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian anak Tunagrahita
adalah anak yang mengalami keterlambatan perkembangan di bawah rata-rata,
sehingga memerlukan bantuan atau layanan khusus untuk mengoptimalkan
potensinya.
2. Karakteristik Anak Tunagrahita
Terdapat beberapa karakteristik Tunagrahita,yaitu:12
a. Keterbatasan Inteligensi. Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks
yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi
dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-
masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa
lalu,berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari
kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan
untuk merencanakan masa depan. Anak Tunagrahita memiliki kekurangan
dalam semua hal tersebut. Kapasitas belajar anak Tunagrahita terutama
yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis dan
membaca juga terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa
pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.
b. Keterbatasan Sosial. Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak
Tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri
dalam masyarakat. Oleh karena itu mereka memerlukan bantuan. Anak

11
Somantri,TSutjihati.PsikologiAnakLuarBiasa….., hal. 104
12
Somantri,TSutjihati.Psikologi Anak Luar Biasa….., hal. 106

15
tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya,
ketergantungan terhadap orang tua sangat besar.Tidak mampu memikul
tanggungjawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu
dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung
melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.
c. Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya. Anak Tunagrahita
memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi
yang baru dikenalnya. Mereka memperhatikan reaksi terbaiknya bila
mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya dari hari ke
hari. Anak Tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau
tugas dalam jangka waktu yang lama.
Anak Tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan
bahasa.Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat
pengolahan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya.
Karena alasan itu mereka membutuhkan kata- kata konkret yang sering di
dengarnya. Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara
berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan
kecil, keras dan lemah, pertama, kedua, dan terakhir, perlu menggunakan
pendekatan yang konkret.
C. PENUTUP
Setiap anak memiliki potensi dan bakatnya masing-masing, tak terkecuali
mereka yang memiliki keterbatasan mental (tunagrahita). Untuk mengasah hal
tersebut dibutuhkan dukungan oleh berbagai pihak baik itu dari keluarga, sekolah
maupun masyarakat . Hendaknya proses pembelajaran yang dilaksanakan
diupayakan agar ABK (dalam hal ini tunagrahita) merasakan betul-betul bahwa
belajar itu menyenangkan dan dapat mengarahkan ketiga aspek dalam
pembelajaran yakni afektif, kognitif dan psikomotor yang dimilikinya dapat
diarahkan, dibimbing dan dididik sesuai kondisi dari ABK.
DAFTAR PUSTAKA

16
Anisa Julia Prawesti, ‘Learning Strategies For Children Special Needs: Strategi
Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus, Proceeding of The
ICECRS, Vol. 8, 2020

Hasan Basri, Landasan Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2013

Irham Hosni,.Pengantar Pendidikan Tunanetra.Jakarta:PTRaja Grafindo


Persada, 2003

Mangungsong,Frieda.Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.


Jakarta: PustakaSinarHarapan, 2009

Siti Fatimah Mutia Sari dkk, ‘Pendidikan Bagi Anak TunaGrahita (Studi Kasus
Tunagrahita Sedang di SLB N Purwakarta’, Jurnal Penelitian dan PKM,
Vol. 4, No. 2, Juli 2017

Somantri,TSutjihati.PsikologiAnakLuarBiasa.(Bandung : Refika Aditama, 2006),

Sukadari,Model Pendidikan Inklusi Dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan


Khusus, Yogyakarta; Kanwa Publisher,2019

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi


dan Kompetensi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006
Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta: PustakaSinarHarapan, 1994

17

Anda mungkin juga menyukai