TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
HIDROLIKA LUMPUR PENGEBORAN
Sistem pemboran putar (rotary drilling) saat ini sudah maju sedemikian rupa. Diawal
sistim rotary drilling Lumpur dimaksudkan untuk mengangkat serbuk bor (cuttings) dari
dasar sumur ke permukaan saja. Tetapi dengan majunya teknologi, Lumpur mempunyai
banyak fungsi dalam dunia pemboran dalam mengatasi problema-problema pemboran.
Lumpur bor merupakan cairan yang berbentuk lumpur, dibuat dari percampuran zat cair,
zat padat dan zat kimia. Zat cair disini sebagai bahan dasar agar lumpur yang terjadi dapat
dipompakan. Zat padat ada dua macam yaitu untuk memberikan kenaikkan berat jenis dan
untuk membuat lumpur mempunyai kekentalan tertentu. Sedangkan zat kimia dapat berupa
zat padat maupun zat cair yang bertugas untuk mengontrol sifat-sifat lumpur agar sesuai
dengan yang dinginkan.
Sifat-sifat lumpur harus disesuaikan dengan kondisi lapisan yang akan ditembus. Karena
lapisan-lapisan atau formasi-formasi yang akan ditembus atau dilalui oleh lumpur adalah
bermacam-macam atau berubah-ubah, maka kita selalu mengubah-ubah sifat lumpur dengan
menambahkan zat kimia yang sesuai. Untuk itu sifat-sifat lumpur harus selalu diukur, baik
lumpur yang mau masuk ke dalam lubang maupun lumpur yang baru keluar dari dalam
sumur.
4. Fasa Kimia
Zat-zat additif kimia seringkali ditambahkan ke dalam sistem lumpur
pemboran, untuk mengontrol sifat-sifat fisik dari lumpur pemboran tersebut,
selama proses pemboran berlangsung. Kenyataan yang selalu dialami di
lapangan adalah sifat-sifat lumpur pemboran mengalami perubahan.
Perubahan ini dapat disebabkan oleh masuknya fluida formasi kedalam
lumpur pemboran atau dari padatan-padatan yang reaktif yang kemudian
mengkontaminasi lumpur ataupun perubahan yang disebabkan oleh pengaruh
temperatur maupun oleh tekanan formasi yang tinggi.
C. Sifat Lumpur
Sifat-sifat dari Lumpur bor diatur sedemikian rupa sehingga tidak minimbulkan
problema diwaktu pemboran berlansung. Kalau selama pemboran berlangsung terjadi
perubahan sifat-sifat dari Lumpur maka dilakukan perbaikan-perbaikan dengan segera
dengan menambahkan zat-zat kimia.
Sifat-sifat Lumpur bor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Berat jenis (Mud Weight).
2. Viskositas (Viscosity).
3. Gelstrength.
4. Water Loss.
5. Sand Content.
6. Filtration Loss dan Mud Cake
7. Derajat Keasaman (pH)
8. Kadar Chlor
Berat Jenis.
Berat jenis Lumpur bor (mud weight) sangat besar pengaruhnya dalam
mengontrol tekanan formasi. Sebab dengan menaikkan berat jenis Lumpur bor maka
tekanan Lumpur akan naik pula. Hal ini diperlukan dalm hal formasi bertekanan tinggi.
Seperti disebutkan dalam halaman sebelumnya barite merupakan padatan yang umum
digunakan untuk menaikkan berat jenis Lumpur bor. Selain dari barite adalah sebagai
berikut:
a. Galena.
b. Ilmenite.
c. Ottawa Sand.
Umumnya juga dalam dunia pemboran berat jenis Lumpur dinyatakan dalam bentuk
Specific Gravity (SG). Specific Gravity adalah perbandingan berat jenis Lumpur bor
dengan berat jenis air tawar. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:
SG =
w
Dimana :
SG = Specific Gravity, tanpa satuan.
= Berat jenis Lumpur bor, berat per vol.
w = Berat jenis air tawar, yang biasanya adalah 8.33 pound per gallon, atau
1.0 gr/cc, atau 1.0 kg/1 ltr.
Dalam merencanakan selalu harus dibuat berat jenis dari Lumpur memberikan
tekanan hidrostatis Lumpur yang lebih besar dari tekanan formasi yang akan ditembus.
Hubungan berat jenis Lumpur dengan tekanan hidrostatis adalah sebagai berikut:
Ph h
Dimana:
Ph = Tekanan hidrostatis Lumpur bor untuk kedalam h.
Ini merupakan persamaan yang umum. Dilapangan sering di pakai persamaan:
Ph 0.052. . h
Dimana:
Ph = dalam satuan psi, dan h dalam satuan ft, serta berat jenis Lumpur dalam satuan
ppg.
0.052 merupakan factor konversi yang dapat dicari sebagai berikut:
lb 7.48 gal ft 2
Ph x ft x x
gal ft3 144 in 2
7.48 lb
144 in 2
0.0519 psi, dibulatkan menjadi 0.052 psi.
Catatan :
1 ft3 = 7.48 gal
1 ft2 = 144 in2
Rumus lapangan untuk mencari tekanan hidrostatis yang lain adalah :
xh
Ph
10
Dimana Ph dalam suatu ksc, berat jenis dalam satuan gr/cc dan h dalam meter.
Tekanan
Pfr
Ph
Kedalaman
Gambaran tekanan hidrostatis vs kedalaman
Viskositas
Secara fisika viskositas dikatakan merupakan tahanan terhadap aliran yang
disebabkan adanya gesekan antar partikel dari fluida yang mengalir.
Pada Lumpur bor seiring dengan yang disebutkan diatas dikatakan bahwa viskositas
Lumpur merupakan tahanan terhadap aliran Lumpur disaat bersirkulasi, yang mana
disebabkan oleh pergerakan antar partikel-partikel dari Lumpur bor.
Viskositas menyatakan kekentalan dari Lumpur bor, dimana viskositas Lumpur
memegang peranan dalam pengangkatan serbuk bor ke permukaan. Makinkental
Lumpur, maka pengangkatan cuttings makin baik. Kalau Lumpur tidak cukup kental
maka pengangkatan cuttings kurang sempurna, dan akan mengakibatkan cuttings
tertinggal di dalam ludang dan dapat menyebabkan rangkaian pemboran akan terjepit.
Akan tetapi bila Lumpur bor mempunyai viskositas yang besar sekali maka dapat
mengakibatkan problema pula dalam operasi pemboran. Akibat viskositas Lumpur yang
tinggi adalah sebagai berikut :
Cuttings terutama pasir sukar dilepaskan dipermukaan. Sehingga pasir akan ikut lagi
bersirkulasi ke dalam lubang. Hal ini akan mengakibatkan berat jenis Lumpur naik,
tekanan sirkulasi Lumpur naik, dan mengakibatkan formasi pecah. Selain dari itu
kita kenal bahwa pasir mempunyai sifat yang mengikis (abrasive). Kalau pasir
terikut lagi bersirkulasi maka peralatan-peralatan yang dilaluinya akan cepat rusak
karena terkikis oleh pasir.
Dengan naiknya viskositas Lumpur maka pressure loss akan naik pula, hal ini akan
menyebabkan bertambah besar daya pemompaan karena pemompaan yang naik.
Viskositas Lumpur yang besar akan mengundang blowout dikarenakan oleh
terjadinya swab effect dan squeeze effect disaat mencabut dan menurunkan
rangkaian pemboran.
Viskositas yang besar akan memperbesar torsi disaat melakukan pemboran, dan
akan memperlambat laju pemboran.
Melihat kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh viskositas yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah, maka melakukan pengukuran-pengukuran viskositas secara periodik,
diwaktu Lumpur mau masuk ke dalam sumur maupun Lumpur yang kembali dari dalam
lubang.
Peralatan-peralatan untuk mengukur viskositas adalah sebagai berikut :
1) Marsh Funnel.
Viskositas yang diukur menggunakan marsh funnel adalah viskositas relatif .dimana
dibandingkan viskositas Lumpur dengan viskositas air tawar.
Peralatan-peralatan yang dipakai untuk menentukan atau mengukur viskositas
dengan cara marsh funnel adalah sebagai berikut:
- Corong (Funnel)
- Cangkir (cup)
- Stopwatch
Mud dimasukkan ke dalam corong sebanyak 1500 cc, dan tutup ujung corong
dengan jari. Masukkan ke dalam cangkir sambil menghidupkan stopwatch. Setelah
volume Lumpur didalam cangkir mencapai 946 cc, matikan stopwatch. Waktu mulai
stopwatch dihidupkan sampai volume Lumpur mencapai 946cc didalam cangkir
dicatat sebagai viskositas dari Lumpur. Satuan yang digunakan adalah detik.
Peralatan yang digunakan diatas perlu dikalbrasi dengan mengunakan air tawar.
Bila dengan cara yang sama dengan menggunakan viskoitas Lumpur didapatkan
viskositasnya 26detik= 0.5 detik, dinyatakan bahwa peralatan adalah pada corong
ada yang tersumbat. Dalam operasi pemboran viskositas Lumpur yang baik berkisar
antara 36 sampai dengan 45 detik marsh funnel.
2) Fann VG Meter
Fan VG Meter maupun Storner viscometer merupakan alat yang digunakan
uantuk mengukur viskositas plastic dari limpur bor. Prinsipnya adalah berapa torsi
yang dihasilkan bila Lumpur diaduk dengan kecepatan tertentu.
Masukan Lumpur kedalam tabung, rotor sleeve ditenggelamkan ke dalam
Lumpur. Putar sleeve ebesar 600 RPM sampai jarum pembacaan menunjukan angka
yang konstan, dan dicatat angkanya. Kemudian lakukan pula untuk putaran 300
RPM. Selisih pembacaan dengan putaran 600 RPM dan 300 RPM merupakan
viskositas plastic dari Lumpur.
Dalam operasi pemboran sering kali viskositas dari Lumpur naik, hal ini
dikarenakan oleh :
- Flukulasi
- Padat tertentu banyak di dalam Lumpur
Diwaktu menembus formasi clay ataupun formasi yang batuannya berupa
padatan yang relative, viskositas akan naik. Ini disebabkan oleh bertambah besarnya
daya tarik menarik atau gaya tarik menarik antar partikel didalam lumpur, sehingga
air semakin terjebak, inilah yang disebut Flokulasi.
Selain dari itu Flokulasi terjadi juga akubat lumpur terkontaminasi oleh gypsum,
anhydrite atau semen.
Bila menenbus lapisan formasi begini, kita harus tambahkan bahan-bahan
kimia untuk menurunkan viskositas yang disebut dengan Thinner.
Banyaknya padatan yang terdapat tidak relative dapat meneikan viskositas
lumpur, karena padatan yang relative terikat oleh padatan yang relative.
Kalau kenaikan viskositas karena hal ini maka penggulanganya adalah dengan
penambahan air ke dalam lumpur.
Jadi kalau kita memperkirakan formasi yang akan ditembus akan menaikan
maka harus menambahkan bahan secara periodik (bahan untuk menurunkan
viskositas), diwaktu menembus formasi tersebut.
Bahan-bahan yang dikelompokkan kedalam thinner adalah sebagai berikut :
- Solid Acid Pyro Phosphate
- Sodium Tetra Phosphate
- Sodium Hexa Metha Phosphate
- Quebracho
- Myrthan
- Spersene (chrome ligni sulfonate)
- Processed Lignite
- Calcium Ligno Sulfonate
- Chrome Lignite
- Alkaline Tannnate
Kalau viskositas limpur bor terlalu kecil maka dapat ditambahkan :
- Bentonite
- Sodium Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
- Attapulgite
- Kapur
- Semen
- Minyak
3) Stormer Viskositas.
3. Gel Strength
Gel Strength adalah sifat tahanan lumpur dalam keadaan statis yang
diakibatkan daya tarik-menarik antara partikel-partikel lumpur pemboran.
Apabila lumpur pemboran didiamkan (tidak ada sirkulasi), Lumpur akan
mengagar atau menjadi gel saat tidak ada sirkulasi dikarenakan partikel-partikel
padatan yang reaktif akan cenderung mencapai kestabilannya sehingga akan
terbentuk gel. Sifat lumpur ini disebut thixotropic.
Gaya mengagar inilah yang disebut dengan Gelstrength. Diwaktu Lumpur
berhenti melakukan sirkulasi, Lumpur harus memiliki Gelstrength yang dapat
menahan cuttings dan material pemberat Lumpur agar jangan turun. Akan tetapi
kalau gelstrength terlalu tinggi akan menyebabkan terlalu berat kerja Lumpur untuk
memulai sirkulasi kembali.
Walaupun pompa mempunyai daya yang kuat pompa tdak boleh memompakan
Lumpur debgan daya yang besar. Karena Formasi bisa Pecah.
Misalnya sirkulasi berhenti disaat penggantian bit. Agar formasi idak pecah di
dasar lubang, maka sirkulasi dilakukan secara bertahap. Dan sebelum melakukan
Sirkulation Rotary table diputar terlebih dahulu untuk memecah gel. Tahap-tahap
yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
- Turunkan rangkaian sepertiga kedalaman, lakukan sirkulasi dengan memutar
rotary terlebih dahulu.
- Kemudian lakukan hal yang sama untuk dua per tiga kedalaman.
- Yang terakhir lakukan hal yang sama bila bit sudah mencapai hamper kedasar
lubang.
Mudah–mudahan dengan cara begitu gel sudah pecah dan tenaga yang
diperlukan untuk sirkulasi kembali dari Lumpur tidak begitu besar. Dan Formasi
tidak Pecah.
Gelstrength dapat diukur dengan menggunakan Stormer Viscosimeter, dengan
cara sebagai berikut :
- Masukkan Lumpur kedalam lubang, aduk dengan kecepatan tinggi selama 10
detik.
- Diamkanselama 10 detik, adula lagi dengan kecepatan 3 rpm, awasi kenaikan
pembacaan sampai jarum bergetar.
- Pembacaan merupakan gelstrength Lumpur untuk 0menit dengan satuan lb/100 ft.
- Aduk lagi Lumpur dan diamkan selama 10 menit.
- Putar lagi sleeve 3 rpm, dan lakukan pembacaan seperti diatas, dan laporkan
sebagai gelstrength sepuluh menit.
Dengan menggunakan shearometer, gelstrength Lumpur dapat juga ditentukan.
Masukkan shearometer kedalam Lumpur dengan posisi tegak secara bebas sampai
sekala berapa shearometer bisa masuk, ini menunjukan gelstrength Lumpur boryang
dinyatakan dalam satuan lb/100ft.
Ini merupakan gelstrength Lumpur untuk nol menit. Untuk gelstrength 10 menit
adalah sebagai berikut :
- Setelah Lumpur diaduk didiamkan selama 10 menit, kemudian lakukan
pengukuran seperti diatas. Hasilnya merupakan gelstength 10 menit, dalam
satuan lb/100ft2.
Untuk menghitung gelstrength dapat digunakan rumus:
4. Solid Content
Solid Content adalah kandungan padatan di dalam lumpur pemboran.
Padatan di dalam lumpur tidak boleh terlalu banyak, karena dapat menimbulkan
masalah-masalah di dalam pemboran. Kandungan padatan yang baik di dalam
lumpur adalah sekitar 8 - 12 % berat.
Untuk menentukan kandungan padatan di dalam lumpur digunakan alat Mud
Retort. Kandungan padatan di dalam lumpur ditentukan dengan persamaan, yaitu :
Fs = 1 – fw Cf - fo
Dimana :
Fs = fraksi padatan
fw = fraksi volume destilasi air yang terkumpul pada silinder bertingkat (mud
retort)
fo = fraksi volume dari destilasi minyak
Cf = faktor pertambahan volume yang diakibatkan kehilangan dari kelarutan
garam selama pengukuran
5. Sand Content
Sand Content adalah kandungan pasir dalam lumpur pemboran. Pasir di
dalam lumpur tidak boleh terlalu banyak karena dapat merusak peralatan-
peralatan yang dilewatinya saat lumpur disirkulasikan (dapat menimbulkan sifat
abrasif), juga akan menaikan berat jenis dari lumpur bor. Kandungan pasir
maksimum yang diperbolehkan untuk lumpur bor adalah 2 % volume.
Di lapangan kandungan pasir diukur dengan alat “Sand Screen Set”. Set
tersebut terdiri atas 200 mesh sieve dengan diameter 2,5 inchi, suatu corong untuk
memasang saringan serta suatu glass measuring tube. Prosentasi pasir dapat
diamati pada dasar tube, dalam satuan % dengan skala dari 0 % sampai 20 %.
7. Derajat Keasaman
Derajat keasaman (acidity) atau kebasaan (alkalinity) dari suatu larutan
umumnya dapat ditentukan dengan menggunakan nilai pH. Bila pH > 7 maka
larutan akan bersifat basa.
8. Kadar Chlor
Kandungan Chlor ditentukan untuk mengetahui kadar garam dari lumpur yang
akan mempengaruhi interpretasi logging listrik. Kadar garam yang besar akan
menyebabkan daya hantar listrik menjadi besar pula, sehingga pembacaan
resistivity cairan formasi akan dapat terpengaruh.
Oil-in-Water-Emultion Mud
Pada lumpur ini, minyak merupakan fasa terbesar (emulsi dan air sebagai fasa
kontinyu). Jika pembuatannya baik, filtratnya hanya air. Air yang digunakan dapat
fresh water atau salt water. Sifat-sifat fisik yang dipengaruhi emulsifikasi hanyalah
berat lumpur, volume filtrat, tebal mud cake, dan pelumasan. Segera setelah
emulsifikasi, filtrat loss berkurang.
Keuntungan menggunakan oil-in-water-emultion mud yaitu : bit lebih tahan
lama, penetration rate naik, pengurangan korosi drillstring, perbaikan terhadap
sifat-sifat fisik lumpur (viskositas dan tekanan pompa boleh dikurangi, water loss
turun, mud cake tipis) dan mengurangi balling (terlapisnya alat oleh padatan
lumpur) pada drillstring. Viskositas dan gel strength lebih mudah dikontrol
bila emulsifier-nya juga bertindak sebagai thinner.
Semua minyak (crude) dapat digunakan, tetapi lebih baik bila memakai minyak
refinery (refined oil) yang mempunyai sifat :
- Uncracked (tidak terpecah molekulnya) supaya stabil.
- Flash point tinggi untuk mencegah bahaya api.
- Anline number tinggi (lebih dari 155) agar tidak merusak karet-karet pompa
sirkulasi sistem.
- Pour point rendah agar bisa digunakan untuk bermacam-macam
temperatur.
Keuntungan lainnya adalah karena bau dan flouressensi-nya lain dengan crude
oil (mungkin yang berasal dari formasi) sehingga berguna untuk
pengamatan cutting dalam menentukan adanya minyak. Untuk mencegah
kerusakan karet-karet dapat digunakan karet sintetis.
Pada umumnya Oil-in-Water-Emultion Mud dapat digolongkan menjadi :