Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN DAN RESIKO BUNUH DIRI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 7 :

1. GITA SRI WULANDARI


2. JULITA KAWALIANG
3. RESTU SYAFIKA ANUGRAH
4. ZENITHA AMELIA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2018
SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

1. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi buk. Perkenalkan nama saya Gita, panggil saja Suster Gita. Saya adalah
mahasiswa dari STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-
14.00. Saya yang akan merawat ibu, Nama ibu siapa dan suka dipanggil apa? Baiklah mulai
sekarang saya akan panggil ibu Restu saja, ya”

b. Evaluasi/validasi
“kalau boleh tahu, sudah berapa lama ibu Restu di sini ? Apakah ibu Restu masih ingat
siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan ibu Restu saat ini? Saya lihat ibu sering
tampak marah dan kesal, sekarang ibu masih merasa kesal atau marah ?”

c. Kontrak :
 Topik
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hal-hal yang membuat ibu Restu
marah dan bagaimana cara mengontrolnya? Ok. Buk ?”
 Waktu
“Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana
kalau 20 menit saja?
 Tempat
“Ibu senangnya kita berbicaranya dimana?. Dimana saja boleh kok, asal ibu merasa
nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara di taman belakang RS ini ya Bu”
 Tujuan
Agar ibu dapat mengontrol marah dengan kegiatan yang positif yaitu dengan latihan
fisik 1 : teknik nafas dalam dan tidak menimbulkan kerugian untuk diri sendiri maupun
orang lain.

2. Fase Kerja
“Nah, sekarang coba Ibu ceritakan, Apa yang membuat Ibu Restu merasa marah? ”
Apakah sebelumnya Ibu pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?”
“Lalu saat Ibu sedang marah apa yang Ibu rasakan? Apakah Ibu merasa sangat kesal, dada
berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan ingin mengamuk? ”
“Setelah itu apa yang Ibu lakukan? ”
“Apakah dengan cara itu marah/kesal Ibu dapat terselesaikan? ” Ya tentu tidak, apa kerugian
yang Ibu Restu alami?”
“Menurut Ibu adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Ibu belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Ibu. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik, rasa marah Ibu dapat tersalurkan.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu? Namanya teknik napas dalam”
”Begini Ibu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Ibu rasakan, maka Ibu berdiri atau duduk
dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan
melalui mulut”
“Ayo Buk coba lakukan apa yang saya praktikan tadi, Ibu berdiri atau duduk dengan
rileks tarik nafas dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. “
“Bagus sekali, Ibu sudah bisa melakukannya”
“ Nah.. Ibu Restu tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam, sebaiknya latihan
ini Ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah
terbiasa melakukannya”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
 Subyektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang dan melakukan latihan
teknik relaksasi napas dalam tadi? Ya...betul, dan kelihatannya Ibu terlihat sudah
lebih rileks”.
 Obyektif
”Coba Ibu sebutkan lagi apa yang membuat Ibu marah, lalu apa yang Ibu rasakan
dan apa yang akan Ibu lakukan untuk meredakan rasa marah”. Coba tunjukan pada
saya cara teknik nafas dalam yang benar.
“Wah...bagus, Bapak masih ingat semua...”

b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)


“Bagaimana kalau kegiatan ini rutin dilakukan 5 kali dalam 1 hari dan di tulis dalam jadwal
kegiatan harian Bapak.

c.. Kontrak yang akan datang


 Topik :
“ Nah, ibu. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah 1 nya saja. Masih ada cara yang bisa
digunakan untuk mengatasi marah ibu. Cara yang ke-2 yaitu dengan teknik memukul
bantal .

 Waktu :
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-2 ini besok, Bagaimana kalau 2 jam lagi saja?
·
 Tempat :
“Kita latihannya dimana, ibu ? Di taman belakang saja ya , Buk”. “ok, Buk.

SP 2 Resiko Perilaku Kekerasan

1. Strategi Pelaksanaan (SP) Pada Pasien


a. Orientasi :
“Selamat Pagi Buk Restu, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi”
“Bagaimana perasaan Ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan Ibu marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?oh iya kita tadi sudah janjian mau berbincang-bincang di taman
belakang RS . ia kan Bu?”

b. Kerja :
“Kalau ada yang menyebabkan Ibu marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar,
mata melotot, selain napas dalam Ibu dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar Ibu? Jadi kalau nanti
ibu kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah, coba ibu lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali
ibu melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”.
“Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya”
c. Terminasi :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba Ibu sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari ibu . Pukul kasur bantal mau jam
berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 06.00 pagi. dan jam jam
16.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya
Buk. Sekarang kita buat jadwalnya ya Buk, mau berapa kali sehari Ibu latihan memukul
kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara
yang baik. Mau jam berapa bukk? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”

2. Strategi Pelaksanaan (SP) 2 Pada keluarga


a. Orientasi
“Selamat pagi dek, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi untuk
latihan cara-cara mengontrol rasa marah ibuk”.
“Bagaimana Dek ? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau adek tanyakan?”
“Berapa lama adek mau kita latihan?“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar
saya panggilkan Ibu supaya bisa berlatih bersama”

b. Kerja
”Nah Buk, coba ceritakan kepada anak ibuk, latihan yang sudah ibuk lakukan. Bagus
sekali. Coba perlihatkan kepada anak ibuk jadwal harian ibu ! Bagus!”.
”Nanti di rumah adek bisa membantu ibu latihan mengontrol kemarahan Ibu .”.
”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya buk?”.
”Masih ingat buk, dek kalau tanda-tanda marah sudah ibu rasakan maka yang harus
dilakukan ibu adalah.......?”.
”Ya.. betul, ibu berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar. lalu keluarkan/tiup
perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari
hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba adek temani dan
bantu ibu menghitung latihan ini sampai 5 kali”.
“Bagus sekali, ibuk dan adek sudah bisa melakukannya dengan baik”.
“Cara yang kedua masih ingat buk, dek?”.
“Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.

c. Terminasi
“Baiklah dek , latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan adek setelah kita latihan
cara-cara mengontrol marah langsung kepada Ibuk?”.
“Bisa adek sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”.
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi ibuk melaksanakan jadwal latihan yang telah
dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk ibu bila dapat melakukan
dengan benar ya dek!”.
“Karena ibu sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi adek bertemu saya
untuk membicarakan jadwal aktivitas ibu selama di rumah nanti.”.
“Jam 10 seperti hari ini ya Dek. Di ruang ini juga.”
SP 3 Resiko Perilaku Kekerasan

a. Orientasi
“Selamat pagi Buk, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”

“Bagaimana Buk, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”

“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”

“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau
diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak
dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”

“Berapa lama Ibuk mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”

b. Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka
kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya Buk:
1.Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu bilang penyebab marahnya karena
sikap dan kelakuan anak ibu yang kurang sopan terhadap ibu . Coba Ibu
memberikan nasehat dengan baik tanpa melakukan kekerasan atau memukul anak
ibuk”. ”Nak, bukankah sikap kamu terhadap ibu kurang sopan? Aku adalah ibumu
jadi tolong hargai seikit saja (dengan nada yang lembut) . Coba Ibu praktekkan.
Bagus buk.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibuk tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan’. Coba ibuk praktekkan. Bagus buk”

3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal ibu dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus”

c. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari ibuk mau
latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus
nanti dicoba ya Buk!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan cara
ibadah, ibu setuju? Mau di mana ibu? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”

Anda mungkin juga menyukai