Anda di halaman 1dari 2

MENEMPATKAN IDENTITAS MUSLIM

Oleh: Syamsul Wathani

Menjadi muslim sejati tenttu menjadi dambaan semua umat Islam.


Bahkan semua kita berlomba lomba untuk menjdapatkan predikat itu.
Namun, sebagai agama yang bersumber dari Allah, Islam menyediakan dua
ruang yang harus dijembatani, antara perintah dan larang. Semua in menjadi
pilihan dan kedewasaan beragama seorang Muslim, ia memiliki perasaan,
nurani yang bisa digunakan untuk menjadi muslim yang bertaqwa, atau
sebaliknya jika tergoda menjadi muslim yang tercela.
Terkait hal ini, al-Qur’an sudah menggariskannya dalam Q.S al-Fatir
ayat 32,. Allah swt berfirman:

‫صنطننفنيَننناَ دمننن دعنباَددننناَ فومم منِههههمم ِظوهاَلممم ِملنِوهمفمسهمه ِوومم منِههههمم‬ ‫ثثلن أنورثَننننناَ الندكتنناَ د‬
‫ب النذيِنن ا ن‬ ‫نن ن ن ن‬
‫م م‬
‫ت ِبممإمذمن ِال لمه نذل ن‬
‫د‬ ‫د‬ ‫خيَهرا م‬ ‫م م‬
‫ضثل الننكبيث‬ ‫ك ثهنو الننف ن‬ ‫هممقتوصمد ِووم منِهههمم ِوساَبمق ِباَلم و م و‬
Kemudian kami wariskan kitab itu kepada orang-orang
yang kami pilih diantara hamba kami, lalu diantara
mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan
diantara mereka ada yang pertengahan, dan diantara
mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat baik
dengan izin Allah, yang demikian itu adalah karunia
yang amat besar (QS. Al-Fatir : 26).

Dari ayat ini, Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adzimnya


menafsirkan, ada tiga golongan muslim dari ayat ini.
a. Golongan pertama: orang muslim yang menganiaya dirinya, yakni:

‫ الرحمتكن ن ن ننب لبعن ن ن ننض الرحممن ن ن نناَت‬،‫الفن ن ن ن ننرحمط فن ن ن ن ن ن فعن ن ن ن ننل بعن ن ن ن ننض الواجبن ن ن نناَت‬, mereka yang berlebihan

melaksanakan sebagian kewajiban, dan mengerjakan perbuatan yang


diharamkan
b. Golongan Kedua, orang muslim pertengahan; ،‫ التنناَرك للمحرحممنناَت‬،‫الننؤمدي للواجبنناَت‬

‫ ويِفعن ننل بعن ننض الكرحموهن نناَت‬،‫ وقن ن نند يِن ن ننتك بعن ن ننض السمن ننتحباَت‬adalah mereka yang mengerjakan

kewajiban, meninggalkan yang diharamkan, tapi terkadang mereka


melalaikan hal-hal yang disunnahkan, dan malah sebaliknya
mengerjakan yang dibenci oleh Allah.
c. Golongan yang ketiga, diantara mereka ada yang lebih dahulu

mengerjakan kebaikan dengan izin Allah; ‫ التاَرك للمحرحمماَت‬،‫الفاَعل للواجباَت والسمتحباَت‬

‫والكرحموهنناَت وبعننض الباَحنناَت‬. adalah mereka yang taat melaksanakan yang wajib

dan yang dianjurkan, meninggalkan semua yang dilarang, yang tidak


disukai, bahkan tidak melakukan sebagian hal yang dihukum mubah.

Dari tafsir Ibnu Katsir diatas, maka perlu kiranya kita merenungkan, jika tidak
berada di golongan ketiga, sebisa mungkin kita bertahan pada golongan kedua.
Atau, kita segera bangkit menuju golongan kedua, ketika kita sadar dan merasa
bahwa kita berada di golongan pertama. Tentu kita semua ingin berada digolongan
ketiga, dan tentu siapapun tidak berhak menetapkan kita pada posisi mana kita
berada. Hanya Allah yang maha tahu kita berada diposisi mana. Serta hanya akal,
hati, pola fikir, penghayatan kita dalam shalat, dzikir dan beribadah secara sosial
yang dapat menilai diri kita berada digolongan mana diantara semua tingkatan itu.
Rukun Islam dan rukun iman tidaklah cukup dita lafalkan semata, ada kekuatan
amal sholeh yang perlu dibarengi dalam semua item itu. Hendaklah hidup ini kita
barengi dengan kekuatan taqwa sebagai karakter sosial. Jika kita menjadi pekerta,
maka jadilah pekerja yang bertaqwa, dengan menyeimbangkan antara perintah
dalam bekerja dengan perintah Allah. Begitu pula dalam menjalankan sisi
kehidupan dunia lainnya.
Semoga kita selalu berusaha untuk tidak menghabiskan rutinitas pada predikat
muslim semata, dan selalu terus menerus berusaha menjadi Muslim yang Muttaqin,
Muslim yang bertaqwa. Yakni, muslim yang menjadikan taqwa sebagai karakter
dalam menjalankan kehidupan dunia, Muslim yang selalu menyeimbangkan rasa
tanggung jawab kepada Allah, tanggung jawab kepada hati nurani sendiri, serta
tanggung jawab kepada manusia.

Anda mungkin juga menyukai