A. KOMPETENSI DASAR
3.2 Menganalisis system jaringan distribusi tenaga listrik.
4.2 Melakukan perhitungan jaringan distribusi tenaga listrik.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN
3.2.1 Sistem jaringan distrubusi tenaga listrik
3.2.2 Menyebutkan klasifikasi saluran jaringan distribusi tenaga listrik
3.2.3 Menjelaskan drop tegangan dan regulasi tegangan jaringan distribusi
3.2.4 Losses jaringan distribusi tenaga listrik
3.2.5 Menjelaskan efisiensi jaringan distribusi
3.2.6 Menjelaskan luas penampang penghantar jaringan distribusi tenaga
listrik
4.2.1 Menjelaskan perhitungan drop tegangan dan regulasi tegangan jaringan
distribusi
4.2.2 Menjelaskan penghitung losses pada jaringan distribusi
4.2.3 Menjelaskan perhitungan efisiensi jaringan distribusi
4.2.4 Perhitungan luas penampang penghantar jaringan distribusi tenaga
listrik
MODUL JARINGAN DISTRIBUSI
PERTEMUAN 11-12
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta didik
dapat dengan jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, responsif, dan pro-
aktif dalam:
3.2.1.1 Menyebutkan definisi sistem distribusi
1. TIANG LISTRIK.
Tiang listrik merupakan material yang terbuat dari besi, beton dan kayu
agar jaringan tidak mengenai bangunan, pohon dan manusia atau binatang. Tiang
listrik adalah salah satu komponen utama dari jaringan listrik tegangan rendah dan
tegangan menengah yang menyangga hantaran listrik serta perlengkapannya
tergantung dari keadaan lapangan.
- Tiang Awal / Tiang Akhir
Tiang Awal/Tiang Akhir adalah tiang yang dipasang pada saluran
listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar
sert perlengkapannya, dimana gaya yang diderita oleh tiang adalah gaya yang
diderita oleh tiang adalah gaya karena bersatu sudut.
- Tiang Penyangga
Tiang peyangga adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik,
dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan
kawat adalah berlawanan.
- Sudut Tiang
Sudut adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada
tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat adalah
berlawanan.
- Tiang Penegang/Tiang Tarik
Tiang penegang/Tiang tarik adalah yang dipasang pada saluran listrik
yang lurus, dimana gaya tarik kawat bekerja terhadap tiang dari dua arah yang
berlawanan.
- Tiang Penopang
Tiang penopang adalah tiang yang digunakan untuk menyangga tiang
akhir, tiang sudut dan tiang penegang agar kemungkinan tiang menjadi miring
akibat gaya tarik kawat penghantar dapat terhindar.
2. KONDUKTOR
Konduktor berfungsi untuk memindahkan energi listrik dari suatu tempat
yang lain.
- Jenis Bahan Konduktor
Bahan-bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi
persyaratanpersyaratan sebagai berikut :
a. Konduktifitasnya cukup baik.
b. Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.
c. Koefisien muai panjangnya kecil.
d. Modulus kenyalnya (modulus elastisitet)cukup besar.
3. ISOLATOR
Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap
penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena penghantar yang
disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan gaya tarik yang
berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena perubahan akibat
temperatur dan angin, maka isolator harus mempunyai kemampuan untuk
menahan beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk penyekatan terhadap tanah
berarti mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat dan batang besi pengikat
isolator ke travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa maka jarak antara
penghantar satu dengan yang dilakukan adalah memberi jarak antara isolator satu
dengn lainnya dimana pada kondisi suhu panas sampai batas maksimum dan
angin yang meniup sekencang apapun dua penghantar tidak akan saling
bersentuhan.
Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi glazur
dan gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas,
dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di
Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun.
Warna isolator pada umumnya coklat untuk bahan porselin dan hijau-bening
untuk bahan gelas.
Konstruksi Isolator pada umumnya dibuat dengan bentuk lekukan-lekukan
yang bertujuan untuk memperjauh jarak rambatan, sehingga pada kondisi hujan
maka ada bagian permukaan isolator yang tidak ditempeli air hujan. Berdasarkan
beban yang dipikulnya isolator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Isolator tumpu ( pin insulator )
Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar, jika
penghantar dipasang di bagian atas isolator ( top side ) untuk tarikan dengan sudut
maksimal 2 ° dan beban tarik ringan jika penghantar dipasang di bagian sisi (
leher ) isolator untuk tarikan dengan sudut maksimal 18 ° . Isolator dipasang
tegak-lurus dii atas travers.
b. Isolator tarik ( Strain insulator )
Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar ditambah
dengan beban akibat pengencangan ( tarikan ) penghantar, seperti pada konstruksi
tiang awal / akhir, tiang sudut , tiang percabangan dan tiang penegang. Isolator
dipasang di bagian sisi Travers atau searah dengan tarikan penghantar. Penghantar
diikat dengan Strain Clamp dengan pengencangan mur - bautnya. Isolator jenis ini
pada sebagian konstruksi SUTM di Jawa Barat dipakai juga untuk tarikan lurus
atau sudut kecil yang dipasang menggantung di bawah travers dan sebagai
pengikat penghantarnya digunakan suspension clamp seperti pada konstruksi
SUTT
c. Isolator telor
Berfungsi untuk menyekat kawat penahan tiang antara kawat bagian atas
dan kawat bagian bawah. Selain harus mempunyai tahanan isolasi yang tinggi,
isolator ini harus mampu menahan tarikan kawat sebagai penahan tiang dari
kemiringan. Kawat diikatkan keisolator menggunakan preformed spiral grip, yaitu
bahan jadi yang pemasangannya dengan cara mengaitkan ke lubang isolator dan
pada kawat tinggal membelitkannya.
d. Fungsi Isolator
Fungsi isolator dapat ditinjau dari 2 (segi), yaitu :
- Fungsi dari segi listrik
1. Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat phasa dengan tagangan.
2. Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat phasa dengan kawat
phasa.
- Fungsi dari segi mekanik :
1. Menahan berat dari penghantar / kawat.
2. Mengatur jarak dan sudut antar penghantar / kawat dan kawat.
3. Menahan adanya perubahan kawat akibat perbedaan temperatur dan angin.
e. Bahan Isolator
Bahan yang digunakan untuk membuat isolator yang paling banyak
digunakan pada system distribusi antara lain :
- Isolator gelas
- Isolator keramik
f. Cara Penggunaanya
Menurut cara penggunaannya, isolator TR dibedakan menjadi tiga, yaitu :
- Isolator Penopang / tumpu (Type RM, dan Type N).
Adalah jenis isolator berfungsi sebagai tiang penopang, dimana bebannya
hanya merupakan berat penghantar saja, sedangkan beban tarikan hamper sama
dengan nol (= 0).
- Isolator Penegang (Type Afspan, Champignon dan Type B).
Adalah jenis isolator yang dipasang pada tiang yang mempunyai beban
tarikan, baik dari satu arah maupun dari 2 (dua) arah.
- Isolator Penarik (Type Tefer)
Adalah jenis isolator yang dipergunakan pada kawat shcor.
4. JENIS ALAT PELENGKAP
Termasuk peralatan pelengkap adalah :
- Konektor dan peralatan sambungan
Konektor Alur adalah konektor yang mempunyai alur-alur paralel yang
berfungsi memudahkan dan memantapkan dalam penyambungan atau
percabangan penghantar telanjang sehingga instalasi dapat bekerja sesuai dengan
tujuan.
- Travers / cross arm
Digunakan pada JTR udara (Over hoad) sebagai perenggangan jarak
antar penghantar sastu dengan penghantar lainnya, dengan peralatan bantu
isolator.
- Repair Splice
Digunakan untuk Penghantar aluminium yang rantas sebagian,
sehingga memulihkan kembali kuat arus hantar arusnya.
- Arming Bolt
Fungsinya sebagai klem pengikat cross arm pada tiang yang berfungsi
sebagai penyangga.
- Assesories
Fungsinya sebagai pelengkap utama pada JTR yang mempergunakan
penghantar kabel pilin (twisted cable).
- Klem Penegang Tipe Baji
Klem type ini sesuai untuk digunakan pada jarungan tegangan rendah
yang menggunakan konduktor berisolasi dipilin sebagai klem penegang
- Kawat netral pendukung berisolasi oleh plastic insert dari kelm.
- Brecket Penggantung
Baracket ini di desain sesuai untuk menyangga clamp penggantung
diri kabel berisolasi dipilin. Bracket ini dipasang pada tiang besi atau tiang
beton menggunakan sirip baja tahan karat atau baut tembus.
- Bracket Penegang
Bracket didesain untuk menyangga klem penegang type baja, single
atau double klem untuk rangkaian ujunga sudut kecil atau sudut besat
menggunakan strip baja tahan karat atau baut tembus.
- Klem Gantung Chain Link
Klem gantung ini dilengkapi dengan chain link sesuai untuk
konduktor berisolasi dipilin. Kawat netral yang berisolasi sebagai salah satu
bundle konduktor berisolasi dipasang pada suspension clam dan akan
mendukung semua konduktor berisolasi lainnya.
- Shoer
Fungsinya sebagai penyambung beban tarikan, sehingga kondisi tiang
tegak lurus. Karena itu, shoer pada umumnya dipasang pada tiang
akhir/awal, tiang
5. PERALATAN HUBUNG
Peralatan hubung TR selanjutnya disebut saklar TR (saklar). Saklar
digunakan untuk menghubungkan sekaligus memisahkan dari suatu rangkaian
listrik, baik pada kondisi oeprasi, maupun tidak beroperasi.
a. Prinsip Kerja Alat Hubung
- Saklar phasa tiga, 4 kontak adalah saklar buka/tutup yang cara
operasional melalui 4 titik kontak yang bekerja serentak (bersamasama),
yaitu terdiri dari kontak ke tiga phasanya, serta kontak netralnya.
- Saklar phasa tiga, 3 kontak adalah saklar buka/tutup yang cara
operasionalnya melalui ketiga kontak phasanya, secara serentak, sedang
kawat netralnya tetap tersambung.
- Saklar phasa satu, 2 kontak adalah saklar mellaui kontak phasa dan
kontak netral yang bekerja serentak.
- Saklar phasa satu, 2 kontak adalah saklar buka/tutup yang cara
operasionalnya hanya melalui kontak phasa saja, sedang kawat netralnya
tetap tersambung.
- Saklar dengan penguatan magnet adalah dengan melalui masukan
tegangan listrik ABB yang dialirkan pada suatu rangkaian belitan
sehingga didapat magnet untuk menghubungkan antar kontakkontaknya.
- Saklar dengan perlengkapan sekring, adalah saklar yang dilengkapi
dengan sekring pengaman, sehingga bila terjadi arus gangguan akan
segera terjadi pemutusan aliran arus listrik.
5. Gangguan Instabilitas
Yang dimaksud gangguan instabilitas adalah gangguan ketidakstabilan
pada sistem (jaringan) listrik. Gangguan ini diakibatkan adanya hubung singkat
dan kehilangan pembangkit, yang selanjutnya akan menimbulkan ayunan daya
(power swing). Efek yang lebih besar akibat adanya ayunan daya ini adalah,
mengganggu sistem interkoneksi jaringan dan menyebabkan unit-unit
pembangkit lepas sinkron (out of synchronism), sehingga relai pengaman salah
kerja dan menyebabkan timbulnya gangguan yang lebih luas. Untuk
mengantisipasi agar gangguan instabilitas tidak teijadi, ada beberapa cara yaitu:
konstruksi jaringan harus baik, sistem proteksi harus andal, pengoperasian dan
pemeliharaan harus baik dan benar, dan sebagainya.
PERTEMUAN KE 13
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat
dengan jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, responsif, dan pro-aktif
dalam:
3.2.2.1 Mengetahui klasifikasi saluran distribusi tenaga listrik
MATERI PEMBELAJARAN
A. Klasifikasi Saluran Distribusi
Secara umum, saluran tenaga listrik atau saluran distribusi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut
1. Menurut nilai tegangannya
- Saluran distribusi Primer.
Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunde
trafo substation (G.I.) dengan titik primer trafo distribusi.Saluran ini
bertegangan menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV,
jikalangsung melayani pelanggan , bisa disebut jaringan distribusi
- Saluran Distribusi Sekunder
Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik
sekunderdengan titik cabang menuju beban.
2. Menurut bentuk tegangannya
- Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan
searah.
- Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan
sistemtegangan bolakbalik.
3. Menurut jenis/tipe konduktornya
- Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan
support(tiang) dan perlengkapannya, dibedakan atas:
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa
isolasipembungkus. Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus
isolasi.
- Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, denganmenggunakan
kabel tanah (ground cable)
-Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel
laut (submarine cable)
4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya
- Bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral, atausaluran
positip terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garishorisontal.
- Saluran konfigurasi Delta: Bila kedudukan saluran satu sama lain
membentuk suatu segitiga (delta).
Keterangan :
PMS = Pemisah
TD = Trafo Distribusi
FC = Fuse Cabang
PMT = Pemutus
SU = Saklar Utama
FCO = Fuse Cut Out
SC = Saklar Cabang
PERTEMUAN KE 14-16
TUJUAN PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. DROP TEGANGAN
Perhitungan jatuh tegangan pada jaring distribusi adalah selisih antara
tegangan pangkal pengirim (sending end) dengan tegangan pada ujung penerima
(receiving end). Jatuh tegangan terjadi karena ada pengaruh dari tahanan dan
reaktansi saluran, perbedaan sudut fasa antara arus dan tegangan serta besar arus
beban, jatuh tegangan pada saluran bolak–balik tergantung pada impedansi,
beban, dan jarak.Suatu sistem arus bolak–bolak, besar jatuh tegangan dapat
dihitung berdasarkan pada gambar 3 diagram fasor tegangan jaring distribusi
sekunder. Penurun tegangan maksimum pada beban penuh, yang diperbolehkan
dibeberapa titik pada jaring distribusi (SPLN 72 . 1987)SUTM = 5% dari
tegangan kerja bagi sistem radial, trafo distribusi = 3% dari tegangan kerja,
saluran tegangan rendah= 4% dari tegangan kerja tergantung kepadatan beban,
sambungan rumah = 1% dari tegangan nominal. Jatuh tegangan adalah selisih
antara tegangan ujung pengiriman dan tegangan ujung penerimaan, jatuh tegangan
disebabkan oleh hambatan dan arus, pada saluran bolakbalik besarnya tergantung
dari impedansi dan admitansi saluran serta pada beban dan faktor daya. Jatuh
tegangan relatif dinamakan regulasi tegangan dan dinyatakan dengan rumus:
Keterangan:
Vs = Tegangan ujung pengiriman (volt)
Vr = Tegangan ujung penerimaan (volt)
Q = var
S = va
P = watt
2. % kenaikan tegangan
Q kap = KVAR
X = Reaktansi jaringan (ohm)
V = tegangan nominal (kv antar fasa)
3. Karena arus berkurang untuk suatu daya (kw) maka jaringan, trafo dan
sebagainya agak berkurang beban kva nya. Jadi jaringan mampu mensuplai
permintaan yang lebih tinggi.pengukuran arus terjadi penurunan dan kenaikan
hal ini dikarenakan adanya fluktuasi beban yang berbeda antara sebelum
dipasang kapasitor dengan setelah kapasitor, tapi bila kita amati secara
keseluruhan maka pada pengukuran arus akan cenderung menurun.
C. SUSUT DAYA
Dimana:
Pdis : susut daya total pada jaringan distribusi
Psal: susut daya pada saluran tegangan menengah dan
Ptran: susut daya pada transformator distribusi.
Dimana I1 : arus antara GI dengan titik a, (I2 + Ia), I2 : arus antara titik a
dengan titik b, (I3 + Ib), I3 : arus antara titik b dengan titik c, (I4 + Ic), Ia: arus
antara titik a dengan GD-1, Ib: arus antara titik b dengan GD-2, Ic: arus antara
titik c dengan GD-3, In :arus antara titik n dengan GD-n, r: resistansi penghantar
( /km), l: panjang penghantar (km), GD-1, GD-2, GD-3,…., GD-n: gardu
distribusi, dan L1, L2,L3, …., Ln: beban.
Arus mengalir pada penghantar dengan resistansi yang menyebabkan
terjadinya susut pada penghantar tersebut, sehingga daya yang dikirim dari gardu
induk ke konsumen akan berkurang. Besarnya susut akibat resistansi penghantar
untuk setiap fasanya dinyatakan sebagai (Kurt, 1990)
2. Susut Daya pada Transformator Distribusi
Susut daya pada transformator distribusi terdiri dari 2 macam, yaitu, susut
tembaga dan susut inti besi. Susut tembaga disebabkan oleh arus beban yang
mengalir pada belitan transformator. Karena arus beban berubah-ubah, maka susut
tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Susut tembaga dinyatakan
sebagai:
Dimana:
PCu: susut tembaga transformator,
I : arus beban, dan
RCu : tahanan kawat belitan.
Sedangkan susut besi atau sust inti terdiri 2 macam, yaitu susut hysteresis
dan arus eddy. Susut hysteresis (Ph) disebabkan oleh fluks bolak-balik pada inti
besi. Sementara susut arus eddy (Pe) disebabkan oleh arus pusar pada inti
besi. Dengan demikian susut besi atau inti transformator merupakan gabungan
kedua susut tersebut (Soenarjo, 2001; Zuhal, 2000). Susut inti besi tersebut
dianggap konstan, karena frekuensi dan tegangan diasumsikan konstan.
3. Langkah Perhitungan
Perhitungan dilakukan pada masingmasing fasa untuk setiap gardu
distrtibusi. Gambar 2 menunjukkan tahapan perhitungan susut daya beserta
rumus-rumus yang digunakan.
Dimana ITM’: arus beban pada, VTM’: tegangan beban, STM’: daya
beban, ITM: arus, VTM: tegangan, dan STM : daya, masing-masing pada sisi
tegangan menengah. Sedangkan V1 dan V2 berturut-turut tegangan primer
transformator (20 kV) dan tegangan sekunder transformator (400 V). Data
mengenai susut besi dan tembaga transformator diperoleh dari katalog (Unindo,---
) dan Standar (SPLN50, 1997). Susut tersebut untuk transformator tiga fasa.
PERTEMUAN 17-18
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat
dengan jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, responsif, dan pro-aktif
dalam:
3.2.4.1 Menjelaskan definisi loses jaringan distribusi
3.2.4.2 Mengidentifikasi penyebab loses pada jaringan distribusi
3.2.5.1 Menjelaskan definisi efisiensi jaringan distribusi
3.2.5.2 Mengidentifikasi pengaruh efisiensi jaringan distribusi
4.2.2.1 Menunjukkan perhitungan loses pada jaringan distribusi
4.2.3.1 Menunjukkan perhitungan efisiensi jaringan distribusi
MATERI PEMBELAJARAN
Losses jaringan adalah selisih antara KWH beli PLN Distribusi dengan
KWH jual ke pe-langgan. Disini tampak jelas bahwa PLN Distribusi mengalami
kerugi-an akibat losses tersebut, sehingga PLN Distribusi harus menekan losses
tersebut agar kerugian PLN tidak terlalu besar. (Hariasih, Susanti, 2005) .
Dampak adanya losses pada konsumen rumah tangga antar lain adalah
energi kirim yang nantinya diterima oleh konsu-men rumah tangga akan
meningkat se-hingga tarif listrik yang akan dibayar kon-sumen rumah tangga
naik. Adanya jatuh tegangan pada tiang ujung yang menye-babkan arus pada
jaringan menjadi tinggi sehingga losses yang terjadi pada jaringan tersebut
meningkat.
Diketahui :
Daya kontrak fasa R pada tiang akhir line:
D = 450 VA dengan jumlah pelanggan = 3
9900 VA dengan jumlah pelanggan = 1
Dengan total daya kontrak sebesar 2250 VA, maka arus beban = 2250VA/220
= 10,23 A
Maka arus penghantar dapat diketahui dengan cara berikut:
I penghantar = I GTT – I beban
= 18,85 A – 10,23 A
= 8,62 A
I (arus penghantar) = 8,62 A
R(tahanan penghantar) = 0,4609 Ω/Km
l (panjang saluran) = 0,399 Km
Cosφ = 0,86
Maka drop tegangan dapat diperoleh dengan rumus :
Δ𝑉=𝐼(𝑅cos𝜑+𝑋sin𝜑)𝐿
= 8,62A((0,4609 x 0,86)+(0))x 0.399 Km
= 1,3 Volt
Diketahui :
Drop tegangan = 1,3 Volt
Tegangan pada GTT = 222,7 Volt
Tegangan tiang ujung = 222,7Volt – 1,3 Volt = 221,4Volt
c. Faktor Beban
Faktor beban dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
Diketahui :
Tegangan rata-rata pada line B = 223,815V
Tegangan rata-rata pada line D = 223,69V
Untuk tegangan rata-rata = (223,815 V + 223,69 V) / 2 = 223,75 V
Tegangan puncak = 224,62 V
Fb = Pr/Pp
= 223,75 V / 224,62 V
= 0,99
d. Perhitungan Losses
Contoh perhitungan losses pada fasa R line D adalah sebagai berikut:
Diketahui :
I = 18,85 A
R = 0,4609 Ω/km
Fb = 0,99
Cosφ = 0,86
L = 0,399 km
P losses = I2 x (R/l) ( (0,3 x Fb) + (0,7 x Fb2)) x Cosφ
= 18,852 x (0,4609/0,399) x((0,3 x0,99) + (0,7 x 0,992)) x 0,86
= 0,347.007 KW
Losses total sebelum perbaikan adalah :
Losses total = losses line B + losses line D
= 4,580.346 KW + 1,088.321 KW
= 5,668.667 KW
Maka diperoleh persentase losses sebelum perbaikan adalah : % losses
jaringan : =𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠/𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚×100% =5,668.346 K𝑊/57,848 𝐾𝑊 ×100%
=9,8 %
e. Rating Kapasitor
Dengan daya kirim sebesar 57,848 KW dan cos φ rata-rata sebesar 0,86
dengan tan φ sebesar 0,59. Di asumsikan dengan daya kirim yang sama cos φ rata-
rata akan di naikkan sebesar 0,9 dengan tan φ sebesar 0,48. maka rating kapasitor
dapat dicari dengan rumus :
Q = P x (Tan φ1 – Tan φ2)
= 57,848 KW x ( 0,59 – 0,48)
= 6,36 KVAR
Maka rating kapasitor yang diperlukan untuk menaikkan faktor daya
sebesar 6,36 KVAR.
c. Faktor Beban
Contoh perhitungan faktor beban pada fasa R line B adalah :
Fb = Pr/Pp \
Diketahui :
Tegangan rata-rata pada line B= 225,8 V
Tegangan rata-rata pada line D= 224,85 V
Untuk tegangan rata-rata : = (225,8 V + 224,85 V) / 2 = 225,325 V
Tegangan puncak = 227.4 V
Fb = PrPp = 225,325 V / 227,4 V = 0,99
d. Perhitungan Losses
Contoh perhitungan losses pada fasa R line D. Berdasarkan rumus 2.29
adalah sebagai berikut :
P losses = I2 x (R/l) x ( (0,3 x Fb) + (0,7 x Fb2)) x Cosφ
Diketahui :
I = 17,53 A
R = 0,4609 Ω/km
l = 0,399 km
Fb = 0,99
Cosφ = 0,94
P losses = I2 x (R/l) x ( (0,3 x Fb) + (0,7 x Fb2)) x Cosφ
= 17,272 x (0,4609/1,809) x((0,3 x0,99) + (0,7 x 0,992)) x 0,94
= 0,318.369 KW
Losses total setelah perbaikan :
Losses total = losses line B + losses line D
=4,563.611KW+ 1,061.154 KW
= 5,624.765 KW
Maka diperoleh persentase losses adalah:
% losses jaringan = 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 /𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚×100%
=5,625 𝐾𝑊/61,096 KW ×100%
=9,2 %
PERTEMUAN 19-20
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat
dengan jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, responsif, dan pro-aktif
dalam:
3.2.6.1 Menjelaskan definisi luas penampang penghantar jaringan distrubusi
3.2.6.2 Menganalisa sifat masing-masing jenis penghantar jaringan distribusi
tenaga listrik
4.2.4.1 Menunjukkan hasil pengukuran tahanan kawat pada penghantar jaringan
distribusi tenaga listrik
4.2.4.2 Menganalisa perhitungan masing-masing jenis luas penampang penghantar
jaringan distribusi tenaga listrik
MATERI PEMBELAJARAN
1. Kawat Tembaga
Tembaga murni merupakan logam liat berwarna kemerahmerahan, yang
mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan titik cair sampai
1083° C, lebih tinggi dari kawat aluminium. Kawat tembaga ini mempunyai
konduktivitas dan daya hantar yang tinggi. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1 di
bawah ini. Pada mulanya kawat tembaga ini banyak dipakai untuk penghantar
jaringan, tetapi bila dibandingkan dengan kawat aluminium untuk tahanan
(resistansi) yang sama, kawat tembaga lebih berat sehingga harganya akan lebih
mahal. Dengan berat yang sama, kawat alauminium mempunyai diameter yang
lebih besar dan lebih panjang dibandingkan kawat tembaga. Dewasa ini
cenderung kawat penghantar jaringan digunakan dari logam aluminium.
2. Kawat Aluminium
Aluminium merupakan suatu logam yang sangat ringan, beratnya kira-kira
sepertiga dari tembaga, dan mempunyai tahanan jenis tiga kali dari tembaga.
Logam aluminium berwarna keperak-perakan, yang mempunyai tahanan jenis ?
dengan berat jenis ? dan titik cair sampai ?° C, lebih tinggi dari kawat ?. Sifat
logam aluminium ini mudah dibengkok-bengkokkan karena lunaknya. Oleh
karena itu kekuatan tarik dari kawat aluminium lebih rendah dari kawat tembaga,
yaitu setengah dari kekuatan tarik kawat tembaga. Untuk itu kawat aluminium
hanya dapat dipakai pada gawang (span) yang pendek, sedangkan untuk gawang
yang panjang dapat digunakan kawat aluminium yang dipilin menjadi satu dengan
logam yang sejenis maupun yang tidak sejenis, agar mempunyai kekutan tarik
yang lebih tinggi. Oleh karena itu kawat aluminium baik sekali digunakan sebagai
kawat penghantar jaringan.
Kelemahan kawat aluminium ini tidak tahan akan pengaruh suhu, sehingga
pada saat cuaca dingin regangan (stress) kawat akan menjadi kendor. Agar
kekendoran regangan kawat lebih besar, biasanya dipakai kawat aluminium
campuran (alloy aluminium wire) pada gawang-gawang yang panjang. Selain itu
kawat aluminium tidak mudah dipatri (disolder) maupun di las dan tidak tahan
akan air yang bergaram, untuk itu diperlukan suatu lapisan dari logam lain sebagai
pelindung. Juga kawat aluminium ini mudah terbakar, sehingga apabila terjadi
hubung singkat (short circuit) akan cepat putus. Karena itu kawat aluminium ini
banyak digunakan untuk jaringan distribusi sekunder maupun primer yang sedikit
sekali mengalami gangguan dari luar. Sedangkan untuk jaringan transmisi kawat
yang digunakan adalah kawat aluminium capuran dengan diperkuat oleh baja
(aluminium conductor steel reinforsed) atau (aluminium clad steel).
3. Kawat Logam Campuran
Kawat logam campuran merupakan kawat penghantar yang terdiri dari
percampuran beberapa logam tertentu yang sejenis guna mendapatkan sifat-sifat
tertentu dari hasil pencampuran tersebut. Dimana di dalam pencampuran tersebut
sifat-sifat logam murni yang baik untuk kawat penghantar dipertahankan sesuai
dengan aslinya. Hanya saja pencampuran ini khusus untuk menghilangkan
kelmahankelemahan dari logam tersebut. Jenis yang banyak digunakan untuk
kawat penghantar logam campuran ini adalah kawat tembaga campuran (copper
alloy) dan kawat alumi-nium campuran (alloy aluminium). Kawat tembaga
campuran sedikit ringan dari kawat tembaga murni, sehingga harganya lebih
murah. Kekuatan tarik kawat tembaga campuran ini lebih tinggi, sehingga dapat
digunakan untuk gawang yang panjang. Sedangkan kawat aluminium campuran
mempunyai kekuatan mekanis yang lebih tinggi dari kawat aluminium murni,
sehingga banyak dipakai pada gawang-gawang yang lebih lebar. Juga
kondiktivitasnya akan lebih besar serta mempunyai daya tahan yang lebih tinggi
terhadap perubahan suhu. yang mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat
jenis 8,9 dan titik cair sampai 1083° C, lebih tinggi dari kawat aluminium.
4. Kawat Logam Paduan
Kawat logam paduan merupakan kawat penghantar yang terbuat dari dua
atau lebih logam yang dipadukan sehingga memiliki kekuatan mekanis dan
konduktivitas yang tinggi. Biasanya tujuan dari perpaduan antara logam-logam
tersebut digunakan untuk merubah atau menghilangkan kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada kawat-kawat penghantar dari logam murninya. Kawat logam
paduan ini yang banyak digunakan adalah kawat baja yang berlapis dengan
tembaga maupun aluminium. Karena kawat baja merupakan penghantar yang
memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dari kawat aluminium maupun kawat
tembaga, sehingga banyak digunakan untuk gawang-gawang yang lebar. Tetapi
kawat tembaga ini memiliki konduktivitas yang rendah. Oleh karena itu
diperlukan suatu lapisan logam yang mempunyai konduktivitas yang tinggi, antara
lain tembaga dan aluminium. Selain itu dapat digunakan untuk melindungi kulit
kawat logam paduan dari bahaya karat atau korosi.
Jenis kawat logam paduan ini antara lain kawat baja berlapis tembaga
(copper clad steel) dan kawat baja berlapis aluminium (aluminium clad steel).
Kawat baja berlapis tembaga mempunyai kekuatan mekanis yang besar dan dapat
dipakai untuk gawang yang lebih lebar. Sedangkan kawat baja berlapis aluminium
mempunyai kekuatan mekanis lebih ringan dari kawat baja berlapis tembaga,
tetapi konduktivitasnya lebih kecil. Oleh karena itu banyak digunakan hanya
untuk gawang-gawang yang tidak terlalu lebar. logam liat berwarna kemerah-
merahan, yang mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan titik
cair sampai 1083 ° C, lebih tinggi dari kawat aluminium.
Makin panjang suatu jaringan makin jauh pula jarak tempuh arus listrik
dan makin besar tahanan kawat tersebut. Sebaliknya kalau diameter kawat makin
besar, maka aliran listrik dapat mengalir dengan mudah dan nilai tahanan makin
kecil. Begitu pula makin besar diameter kawat makin lebar ukuran beban
pelayanan yang harus dilayani. Selain dari pada itu besarnya tahanan suatu kawat
penghantar akan berubah karena pengaruh suhu. Makin besar perbedaan kenaikan
suhu makin bertambah besar tahanan kawat penghantar. Perubahan besarnya nilai
tahanan tersebut sesuai dengan persamaan :
Rt = Rto {1 + α (t - to)}
Dimana :
Rt = besarnya tahanan pada kenaikan suhu t C (Ω)
Rto = besarnya tahanan pada suhu semula (Ω)
t = suhu sekarang (° C)
to = suhu mula-mula (° C)
α = koefisien suhu
b. Konduktivitas Kawat Penghantar
Nilai konduktivitas suatu kawat penghantar dinyatakan sebagai
perbandingan terbalik dengan besarnya tahanan, yang besarnya dinyatakan dengan
persamaan :
C = 1/R
Dimana
C = besarnya konduktivitas kawat penghantar (mho)
Berarti makin besar suatu tahanan kawat penghantar makin kecil nilai
konduktivitasnya. Konduktivitas suatu kawat penghantar ini tergantung pula pada
kemurnian dari logam yang digunakan, akan makin besar bila kemurnian logam
bertambah tinggi dan berkurang bila campurannya bertambah. Karena faktor-
faktor tersebut diatas maka besarnya konduktivitas tidak bisa mencapai nilai tepat
100 %. Apabila digunakan aluminium yang sebelumnya mempunyai
konduktivitas sedikit rendah dari tembaga, nilainya tidak akan berkurang dari 60
%.