Anda di halaman 1dari 46

MODUL KOMPETENSI DASAR 3.2-4.

A. KOMPETENSI DASAR
3.2 Menganalisis system jaringan distribusi tenaga listrik.
4.2 Melakukan perhitungan jaringan distribusi tenaga listrik.

B. INDIKATOR PENCAPAIAN
3.2.1 Sistem jaringan distrubusi tenaga listrik
3.2.2 Menyebutkan klasifikasi saluran jaringan distribusi tenaga listrik
3.2.3 Menjelaskan drop tegangan dan regulasi tegangan jaringan distribusi
3.2.4 Losses jaringan distribusi tenaga listrik
3.2.5 Menjelaskan efisiensi jaringan distribusi
3.2.6 Menjelaskan luas penampang penghantar jaringan distribusi tenaga
listrik
4.2.1 Menjelaskan perhitungan drop tegangan dan regulasi tegangan jaringan
distribusi
4.2.2 Menjelaskan penghitung losses pada jaringan distribusi
4.2.3 Menjelaskan perhitungan efisiensi jaringan distribusi
4.2.4 Perhitungan luas penampang penghantar jaringan distribusi tenaga
listrik
MODUL JARINGAN DISTRIBUSI

PERTEMUAN 11-12
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta didik
dapat dengan jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, responsif, dan pro-
aktif dalam:
3.2.1.1 Menyebutkan definisi sistem distribusi

3.2.1.2 Menjelaskan single line sistem jaringan distribusi

3.2.1.3 Mengidentifikasi fungsi masing-masing komponen pada jaringan distribusi

3.2.1.4 Mengidentifikasi gangguan pada jaringan distribusi

A. Pengertian Jaringan Distribusi

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.Sistem


distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga
listrik adalah:
- Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan
- Sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan,
karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung
melalui jaringan distribusi.

Gambar 11-1. Sistem penyaluran tenaga listrik


Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta
pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar 11-2:
- Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
- Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi
(HV,UHV,EHV)
- Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau20kV)
- Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen),
Instalasi,bertegangan rendah

Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahuibahwa porsi


materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang padadasarnya dapat
dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung darisegi apa kelasifikasi itu
dibuat.Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
- SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan
peralatan per-lengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
- SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batubata,
pasir dan lain-lain.
- Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangk tempat
trafo, LV
- Panel,pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel,transformer band, peralatan
grounding, dan lain-lain.
- SUTR dan SKTR terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada
- SUTM dan SKTM.Yang membedakan hanya dimensinya.
Gambar 11-2. Pembagian/pengelompokan tegangan sistem tenaga
listrik

B. Komponen Sistem Jaringan Distribusi

Dalam perencanaan dan pemasangan material distribusi pada jaringan


distribusi tenaga listri perlu untuk diperhatikan dengan seksama karena hal ini
akan berdapak sangat luas terhadap kinerja perusahaan dimana keadaan material
material distribusi dapat menentukan kwalitas dan kwantitas pelayanan tenaga
listrik. Hal lain yang perlu diperhatikan bahan-bahan untuk material distribusi
tenaga listrik memiliki ke khususan tersendiri tergantung kepada fungsi dan
spesifikasinya dengan demikian penting halnya untu mempelajari karakteristik
mekanis dan karakteristik elektrisnya untuk mendapatkan kesesuaian dengan yang
diperlukan. Perlu kita cermati dilapangan pada dewasa ini banyak dihasilkan oleh
pabrik pabrik yang kurang bertanggung jawab yang menghasilkan material
material yang spesifikasinya jauh dari standar namum demikian bentuk rupanya
dan fungsinya serupa dan hal inilah yang dapat menimbulkan kerugian tidak
sedikit bagi penggunanya.Adapun material material distribusi tenaga listrik itu
adalah :

1. TIANG LISTRIK.
Tiang listrik merupakan material yang terbuat dari besi, beton dan kayu
agar jaringan tidak mengenai bangunan, pohon dan manusia atau binatang. Tiang
listrik adalah salah satu komponen utama dari jaringan listrik tegangan rendah dan
tegangan menengah yang menyangga hantaran listrik serta perlengkapannya
tergantung dari keadaan lapangan.
- Tiang Awal / Tiang Akhir
Tiang Awal/Tiang Akhir adalah tiang yang dipasang pada saluran
listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar
sert perlengkapannya, dimana gaya yang diderita oleh tiang adalah gaya yang
diderita oleh tiang adalah gaya karena bersatu sudut.
- Tiang Penyangga
Tiang peyangga adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik,
dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan
kawat adalah berlawanan.
- Sudut Tiang
Sudut adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada
tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat adalah
berlawanan.
- Tiang Penegang/Tiang Tarik
Tiang penegang/Tiang tarik adalah yang dipasang pada saluran listrik
yang lurus, dimana gaya tarik kawat bekerja terhadap tiang dari dua arah yang
berlawanan.
- Tiang Penopang
Tiang penopang adalah tiang yang digunakan untuk menyangga tiang
akhir, tiang sudut dan tiang penegang agar kemungkinan tiang menjadi miring
akibat gaya tarik kawat penghantar dapat terhindar.

2. KONDUKTOR
Konduktor berfungsi untuk memindahkan energi listrik dari suatu tempat
yang lain.
- Jenis Bahan Konduktor
Bahan-bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi
persyaratanpersyaratan sebagai berikut :
a. Konduktifitasnya cukup baik.
b. Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.
c. Koefisien muai panjangnya kecil.
d. Modulus kenyalnya (modulus elastisitet)cukup besar.

Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai konduktor, antara lain :


a. Logam biasa seperti tembaga, aluminium, besi, dan sebagainya
b. Logam campuran (alloy) adalah tembaga atau aluminium yang diberi
campuran dalam jumlah tertentu dari logam jenis lain yang gunanya untuk
menaikkan kekuatan mekanisnya.
c. Logam paduan (composite) yaitu dua jenis logam atau lebih yang
dipadukan dengan cara kompresi, peleburan (smelting) atau pengelasan
(welding).
- Klasifikasi Konduktor.
a. Klasifikasi Konduktor Menurut Bahannya :
- Kawat Logam Biasa
Contoh : BBC (Bare Copper Conduktor), AAC (All Aluminium Alloy
Conduktor)

- Kawat Logam Campuran (Alloy)


Contoh : AAAC (All Aluminium Alloy Conduktor)
- Kawat Logam Paduan (composite)
Contoh : Copper Clad Steel (Kawat baja berlapis tembaga), luminum Clad
Steel (Kawat baja berlapis Aluminium)
- Kawat Lilit Campuran, Yaitu kawat yang lilitannya terdiri dari dua
jenis logam atau lebih. Contoh : ASCR (Aluminium Cable Steel
Reinforced)
b. Klasifikasi Konduktor Menurut Konstruktsinya :
- Kawat padat (solid wire) berpenampang bulat.
- Kawat berlilit (standart wire) terdiri 7 sampai dengan 61 kawat padat
yang dililit menjadi satu, biasanya berlapis dan konsentris.
- Kawat berongga (hollow conductor) adalah kawat berongga yang
dibuat untuk mendapatkan garis tengah luar yang besar.
c. Klasifikasi Menurut Bentuk Fisiknya.
- Konduktor telanjang.
- Konduktor berisolasi.
- Konduktor berisolasi adalah konduktor telanjang yang pada bagian
luarnya diisolasi sesuai dengan peruntukan tegangan kerja. Contoh :
Kabel twisted., Kabel NYY, Kabel NYCY, Kabel NYFGBY.

3. ISOLATOR
Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap
penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena penghantar yang
disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan gaya tarik yang
berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena perubahan akibat
temperatur dan angin, maka isolator harus mempunyai kemampuan untuk
menahan beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk penyekatan terhadap tanah
berarti mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat dan batang besi pengikat
isolator ke travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa maka jarak antara
penghantar satu dengan yang dilakukan adalah memberi jarak antara isolator satu
dengn lainnya dimana pada kondisi suhu panas sampai batas maksimum dan
angin yang meniup sekencang apapun dua penghantar tidak akan saling
bersentuhan.
Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi glazur
dan gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas,
dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di
Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun.
Warna isolator pada umumnya coklat untuk bahan porselin dan hijau-bening
untuk bahan gelas.
Konstruksi Isolator pada umumnya dibuat dengan bentuk lekukan-lekukan
yang bertujuan untuk memperjauh jarak rambatan, sehingga pada kondisi hujan
maka ada bagian permukaan isolator yang tidak ditempeli air hujan. Berdasarkan
beban yang dipikulnya isolator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Isolator tumpu ( pin insulator )
Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar, jika
penghantar dipasang di bagian atas isolator ( top side ) untuk tarikan dengan sudut
maksimal 2 ° dan beban tarik ringan jika penghantar dipasang di bagian sisi (
leher ) isolator untuk tarikan dengan sudut maksimal 18 ° . Isolator dipasang
tegak-lurus dii atas travers.
b. Isolator tarik ( Strain insulator )
Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar ditambah
dengan beban akibat pengencangan ( tarikan ) penghantar, seperti pada konstruksi
tiang awal / akhir, tiang sudut , tiang percabangan dan tiang penegang. Isolator
dipasang di bagian sisi Travers atau searah dengan tarikan penghantar. Penghantar
diikat dengan Strain Clamp dengan pengencangan mur - bautnya. Isolator jenis ini
pada sebagian konstruksi SUTM di Jawa Barat dipakai juga untuk tarikan lurus
atau sudut kecil yang dipasang menggantung di bawah travers dan sebagai
pengikat penghantarnya digunakan suspension clamp seperti pada konstruksi
SUTT
c. Isolator telor
Berfungsi untuk menyekat kawat penahan tiang antara kawat bagian atas
dan kawat bagian bawah. Selain harus mempunyai tahanan isolasi yang tinggi,
isolator ini harus mampu menahan tarikan kawat sebagai penahan tiang dari
kemiringan. Kawat diikatkan keisolator menggunakan preformed spiral grip, yaitu
bahan jadi yang pemasangannya dengan cara mengaitkan ke lubang isolator dan
pada kawat tinggal membelitkannya.
d. Fungsi Isolator
Fungsi isolator dapat ditinjau dari 2 (segi), yaitu :
- Fungsi dari segi listrik
1. Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat phasa dengan tagangan.
2. Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat phasa dengan kawat
phasa.
- Fungsi dari segi mekanik :
1. Menahan berat dari penghantar / kawat.
2. Mengatur jarak dan sudut antar penghantar / kawat dan kawat.
3. Menahan adanya perubahan kawat akibat perbedaan temperatur dan angin.
e. Bahan Isolator
Bahan yang digunakan untuk membuat isolator yang paling banyak
digunakan pada system distribusi antara lain :
- Isolator gelas
- Isolator keramik
f. Cara Penggunaanya
Menurut cara penggunaannya, isolator TR dibedakan menjadi tiga, yaitu :
- Isolator Penopang / tumpu (Type RM, dan Type N).
Adalah jenis isolator berfungsi sebagai tiang penopang, dimana bebannya
hanya merupakan berat penghantar saja, sedangkan beban tarikan hamper sama
dengan nol (= 0).
- Isolator Penegang (Type Afspan, Champignon dan Type B).
Adalah jenis isolator yang dipasang pada tiang yang mempunyai beban
tarikan, baik dari satu arah maupun dari 2 (dua) arah.
- Isolator Penarik (Type Tefer)
Adalah jenis isolator yang dipergunakan pada kawat shcor.
4. JENIS ALAT PELENGKAP
Termasuk peralatan pelengkap adalah :
- Konektor dan peralatan sambungan
Konektor Alur adalah konektor yang mempunyai alur-alur paralel yang
berfungsi memudahkan dan memantapkan dalam penyambungan atau
percabangan penghantar telanjang sehingga instalasi dapat bekerja sesuai dengan
tujuan.
- Travers / cross arm
Digunakan pada JTR udara (Over hoad) sebagai perenggangan jarak
antar penghantar sastu dengan penghantar lainnya, dengan peralatan bantu
isolator.
- Repair Splice
Digunakan untuk Penghantar aluminium yang rantas sebagian,
sehingga memulihkan kembali kuat arus hantar arusnya.
- Arming Bolt
Fungsinya sebagai klem pengikat cross arm pada tiang yang berfungsi
sebagai penyangga.
- Assesories
Fungsinya sebagai pelengkap utama pada JTR yang mempergunakan
penghantar kabel pilin (twisted cable).
- Klem Penegang Tipe Baji
Klem type ini sesuai untuk digunakan pada jarungan tegangan rendah
yang menggunakan konduktor berisolasi dipilin sebagai klem penegang
- Kawat netral pendukung berisolasi oleh plastic insert dari kelm.
- Brecket Penggantung
Baracket ini di desain sesuai untuk menyangga clamp penggantung
diri kabel berisolasi dipilin. Bracket ini dipasang pada tiang besi atau tiang
beton menggunakan sirip baja tahan karat atau baut tembus.
- Bracket Penegang
Bracket didesain untuk menyangga klem penegang type baja, single
atau double klem untuk rangkaian ujunga sudut kecil atau sudut besat
menggunakan strip baja tahan karat atau baut tembus.
- Klem Gantung Chain Link
Klem gantung ini dilengkapi dengan chain link sesuai untuk
konduktor berisolasi dipilin. Kawat netral yang berisolasi sebagai salah satu
bundle konduktor berisolasi dipasang pada suspension clam dan akan
mendukung semua konduktor berisolasi lainnya.
- Shoer
Fungsinya sebagai penyambung beban tarikan, sehingga kondisi tiang
tegak lurus. Karena itu, shoer pada umumnya dipasang pada tiang
akhir/awal, tiang
5. PERALATAN HUBUNG
Peralatan hubung TR selanjutnya disebut saklar TR (saklar). Saklar
digunakan untuk menghubungkan sekaligus memisahkan dari suatu rangkaian
listrik, baik pada kondisi oeprasi, maupun tidak beroperasi.
a. Prinsip Kerja Alat Hubung
- Saklar phasa tiga, 4 kontak adalah saklar buka/tutup yang cara
operasional melalui 4 titik kontak yang bekerja serentak (bersamasama),
yaitu terdiri dari kontak ke tiga phasanya, serta kontak netralnya.
- Saklar phasa tiga, 3 kontak adalah saklar buka/tutup yang cara
operasionalnya melalui ketiga kontak phasanya, secara serentak, sedang
kawat netralnya tetap tersambung.
- Saklar phasa satu, 2 kontak adalah saklar mellaui kontak phasa dan
kontak netral yang bekerja serentak.
- Saklar phasa satu, 2 kontak adalah saklar buka/tutup yang cara
operasionalnya hanya melalui kontak phasa saja, sedang kawat netralnya
tetap tersambung.
- Saklar dengan penguatan magnet adalah dengan melalui masukan
tegangan listrik ABB yang dialirkan pada suatu rangkaian belitan
sehingga didapat magnet untuk menghubungkan antar kontakkontaknya.
- Saklar dengan perlengkapan sekring, adalah saklar yang dilengkapi
dengan sekring pengaman, sehingga bila terjadi arus gangguan akan
segera terjadi pemutusan aliran arus listrik.

C. Gangguan Jaringan Distribusi


1. Gangguan Hilang Pembangkit
Dalam beroperasi, pembangkit tenaga listrik tidak bisa dipisahkan dari
sub sistem tenaga listrik yang lain yaitu penyaluran (transmisi), distribusi dan
pelelangan, karena pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu sub sistem
dari sistem tenaga listrik. Suatu sistem tenaga listrik yang sangat luas cakupan
areanya, menyebabkan timbulnya gangguan tidak bisa dihindari. Salah satu sub
sistem yang kemungkinan mengalami gangguan, adalah pembangkit tenaga
listrik. Bentuk gangguan tersebut adalah hilangnya daya atau pasokan daya pada
pembangkit atau biasa disebut hilangnya pembangkit. Secara garis besar,
gangguan hilangnya pembangkit diakibatkan oleh dua hal, yaitu yang bersifat
internal dan gangguan yang bersifat ekstemal.
a. Gangguan internal yaitu yang diakibatkan oleh pembangkit itu sendiri,
misalnya: kerusakan/gangguan pada penggerak mula (prime over) dan
kerusakan/gangguan pada generator, atau komponen lain yang ada di
pembangkitan.
b. Gangguan eksternal, yaitu gangguan yang berasal dan diakibatkan dari luar
pembangkitan, misalnya: gangguan hubung singkat pada jaringan. Hal ini
akan menyebabkan sistem proteksi (relai atau circuit breaker) bekerja dan
memisahkan suatu pembangkitan dari sistem yang lainnya.

Apabila tingkat kemampuan pembebanan pembangkitan yang hilang atau


terlepas dari sistem tersebut melampaui spinning reserve sistem, maka terjadi
penurunan frekuensi terus menerus. Hal ini harus segera diatasi, karena akan
menyebabkan trip pada unit pembangkitan yang lain, sehingga berakibat lebih
fatal, yaitu sistem akan mengalami padam total (collapse).

2. Gangguan Beban Lebih


Dalam suatu sistem tenaga listrik, yang dimaksud gangguan beban lebih
adalah pelayanan kepada pelanggan listrik yang melebihi kemampuan sistem
tenaga listrik yang ada, misal: trafo distribusi dengan kapasitas daya terpasang
100 KVA, akan tetapi melayani pelanggan lebih besar dari kapasitasnya. Hal ini
menyebabkan trafo bekerja pada kondisi abnormal. Beban lebih akan
menyebabkan arus yang mengalir pada jaringan listrik menjadi besar,
selanjutnva menimbulkan panas yang berlebihan, yang akhirnya akan
menyebabkan umur hidup (life time) peralatan dan material pada jaringan listrik
menjadi pendek atau mempercepat proses penuaan dan kerusakan.
3. Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat pada jaringan listrik, dapat terjadi antara phasa
dengan phasa (2 phasa atau 3 phasa) dan gangguan antara phasa ke tanah.
Timbulnya gangguan bisa bersifat temporer (non persistant) dan gangguan yang
bersifat permanent (persistant). Gangguan yang bersifat temporer, timbulnya
gangguan bersifat sementara, sehingga tidak memerlukan tindakan. Gangguan
tersebut akan hilang dengan sendirinya dan jaringan listrik akan bekerja normal
kembali. Jenis gangguan ini ialah : timbulnya flashover antar penghantar dan
tanah (tiang, traverse atau kawat tanah) karena sambaran petir, flashover dengan
pohon-pohon, dan lain sebagainya.
Gangguan yang bersifat permanen (persistant), yaitu gangguan yang
bersifat tetap. Agar jaringan dapat berfungsi kembali, maka perlu dilaksanakan
perbaikan dengan cara menghilangkan gangguan tersebut. Gangguan ini akan
menyebabkan terjadinya pemadaman tetap pada jaringan listrik dan pada titik
gangguan akan terjadi kerusakan yang permanen. Contoh: menurunnya
kemampuan isolasi padat atau minyak trafo. Di sini akan menyebabkan
kerusakan permanen pada trafo, sehingga untuk dapat beroperasi kembali harus
dilakukan perbaikan. Beberapa, penyebab yang mengakibatkan terjadinya,
gangguan hubung singkat, antara lain:
a. Terjadinya angin kencang, sehingga menimbulkan gesekan pohon dengan
jaringan listrik.
b. Kesadaran masyarakat yang kurang, misalnya bermain layang-layang dengan
menggunakan benang yang bisa dilalui aliran listrik. Ini sangat berbahaya
jika benang tersebut mengenai jaringan listrik.
c. Kualitas peralatan atau material yang kurang baik, misaInya: pada JTR yang
memakai Twested Cable dengan mutu yang kurang baik, sehingga isolasinya
mempunyai tegangan tembus yang rendah, mudah mengelupas dan tidak
tahan panas. Hal ini juga akan menyebabkan hubung singkat antar phasa.
d. Pemasangan jaringan yang kurang baik misalnya: pemasangan konektor
pada JTR yang memakai TC, apabila pemasangannya kurang baik akan
menyebabkan timbulnya bunga api dan akan menyebabkan kerusakan phasa
yang lainnya. Akibatnya akan terjadi hubung singkat.
e. Terjadinya hujan, adanya sambaran petir, karena terkena galian (kabel
tanah), umur jaringan (kabeI tanah) sudah tua yang mengakibatkan
pengelupasan isolasi dan menyebabkan hubung singkat dan sebagainya.

4. Gangguan Tegangan Lebih


Yang dimaksud gangguan tegangan lebih ialah, besarnya tegangan yang
ada pada jaringan listrik melebihi tegangan nominal, yang diakibatkan oleh
beberapa hal sebagai berikut:
a. Adanya penurunan beban atau hilangnya beban pada jaringan, yang
disebabkan oleh switching karena gangguan atau disebabkan karena
manuver.
b. Terjadinya gangguan pada pengatur tegangan otomatis/automatic voltage
regulator (AVR) pada generator atau pada on load tap chenger transformer.
c. Putaran yang sangat cepat (over speed) pada generator yang diakibatkan
karena kehilangan beban.
d. Terjadinya sambaran petir atau surja petir (lightning surge), yang
mengakibatkan hubung singkat dan tegangan lebih.
e. Terjadinya surja hubung (switch surge), yaitu berupa hubung singkat akibat
bekerjanya circuit breaker, sehingga menimbulkan tegangan transient yang
tinggi. Hal ini sering terjadi pada sistem jaringan tegangan ekstra tinggi.

Gangguan tegangan lebih akan merusak isolasi, dan akibatnya akan


merusak peralatan karena insulation break down (hubung singkat) atau setidak-
tidaknya akan mempercepat proses penuaan peralatan dan memperpendek umur
peralatan. Sebenarnya kondisi abnormal ini kurang tepat jika disebut sebagai
gangguan. Akan tetapi kondisi abnormal ini jika berlangsung terus menerus akan
menyebabkan peralatan cepat rusak, umur peralatan pendek dan membahayakan
sistem. Sebenamya timbulnya gangguan beban lebih ini, khususnya terhadap
pasok daya ke pelanggan, bisa dieliminir oleh pihak PLN dengan cara:
pembebanan pada tiap-tiap trafo harus diinventarisir dan dimonitor dengan
seksama, sehingga pembebanannya tidak melebihi kapasitas trafo. Beberapa
penyebab yang mengakibatkan timbulnya gangguan beban lebih ialah:
a. Semakin meningkatnya permintaan energi listrik dari pelangggan, sehingga
memaksa trafo dan saluran dengan beban maksimum, bahkan mungkin lebih
besar dari kemampuannya. Hal ini disebabkan:
- Jumlah volume jaringan listrik yang terbatas dan kurang bisa
mengimbangi jumlah pelanggan.
- Kurangnya pengertian dan ketidaktahuan masyarakat pelanggan listrik
terhadap masaIah kelistrikan. Contoh: pada suatu daerah tertentu
terdapat sambungan listrik ke pelanggan dengan kondisi beban trafo dan
jaringan yang telah maksimum. Ada calon pelanggan lain yang
berdekatan dengan pelanggan PLN tersebut, ngotot untuk bisa
disambungkan aliran listrik ke rumahnya. Akhirnya dengan sangat
terpaksa PLN melayani, sehingga beban trafo dan jaringan di daerah
tersebut menjadi lebih (over load).
- Terjadinya loses daya pada jaringan dan trafo, yang diakibatkan oleh
berbagai hal, sehingga trafo beserta jaringannya tidak bisa bekerja pada
beban penuh.
b. Adanya manuver atau perubahan aliran beban di jaringan, setelah timbulnya
gangguan.
c. Adanya pemakaian energi listrik yang di luar kontrol dan catatan PLN atau
tanpa sepengetahuan PLN, sehingga PLN sulit mendeteksi beban trafo dan
jaringan yang ada. Hal ini akan menyebabkan timbulnya gangguan beban
lebih.

5. Gangguan Instabilitas
Yang dimaksud gangguan instabilitas adalah gangguan ketidakstabilan
pada sistem (jaringan) listrik. Gangguan ini diakibatkan adanya hubung singkat
dan kehilangan pembangkit, yang selanjutnya akan menimbulkan ayunan daya
(power swing). Efek yang lebih besar akibat adanya ayunan daya ini adalah,
mengganggu sistem interkoneksi jaringan dan menyebabkan unit-unit
pembangkit lepas sinkron (out of synchronism), sehingga relai pengaman salah
kerja dan menyebabkan timbulnya gangguan yang lebih luas. Untuk
mengantisipasi agar gangguan instabilitas tidak teijadi, ada beberapa cara yaitu:
konstruksi jaringan harus baik, sistem proteksi harus andal, pengoperasian dan
pemeliharaan harus baik dan benar, dan sebagainya.

6. Gangguan karena konstruksi jaringan yang kurang baik


Yang dimaksud sistem jaringan di sini adalah, mulai dari pembangkitan,
penyaluran, distribusi sampai dengan instalasi listrik pelanggan. Sedangkan yang
dimaksud gangguan konstruksi jaringan adalah, gangguan yang terjadi akibat
kondisi jaringan yang tidak memenuhi ketentuan dan standard teknik. Di sini
ingin ditekankan bahwa sistem jaringan sangat menentukan tingkat keberhasilan
dan keandalan sistem tenaga listrik. Beberapa hal yang mengakibatkan gangguan
sistem jaringan, adalah:
a. Perencanaan yang kurang baik misalnya: tidak mempertimbangkan
keseimbangan antara supply and demand (daya yang tersedia dan kebutuhan
beban pelanggan), design konstruksi yang kurang tepat, dan lain sebagainya.
b. Peralatan dan material yang dipasang mempunyai standard teknik yang
rendah (under quality).
c. Pemasangan yang kurang baik, yang diakibatkan kesadaran pelaksana
pekerjaan yang rendah dan pengawasan dari pihak Owner yang kurang ketat.
d. Pengoperasian dan pemeliharaan yang kurang baik, kegagalan kerja sistem
proteksi (peralatan pengaman) dan penuaan pada, peralatan/material
jaringan.
Hal tersebut di atas akan menyebabkan timbulnya berbagai gangguan
pada jaringan listrik. Hal ini bisa diatasi sedini mungkin, yaitu sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan pekerjaan, pengawasan pelakpekerjaan, komisioning,
pengoperasian dan pemeliharaan jaringan listrik, harus mengikuti kaidah,
ketentuan dan standard teknik yang telah ditentukan.

D. Mengatasi Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik


1. Konstruksi Jaringan Listrik yang Baik
Terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik, tidak mungkin
dihilangkan dan tidak dapat dihindari sama sekali. Upaya yang bisa kita tempuh
adalah mengurangi terjadinya gangguan tersebut. Mengurangi terjadinya
gangguan pada sistem tenaga listrik merupakan upaya yang bersifat represif dan
antisipasif, yaitu memasang dan mewujudkan adanya konstruksi jaringan listrik
yang baik, dengan cara sebagai berikut:
a. Pada saat perencanaan sistem tenaga listrik, harus ditentukan design yang
baik dan penentuan spesifikasi peralatan dan material harus memenuhi
ketentuan teknik, sehingga pada saat beroperasi tahan terhadap kondisi kerja
normal maupun dalam keadaan terjadi gangguan. Tahan terhadap pengaruh
elektris, thermis maupun mekanis atau tidak terjadi overstress elektris dan
mekanis, serta tidak terjadi overheated.
b. Material yang akan dipasang harus dapat diandalkan, mempunyai kualitas
yang baik, mempunyai persyaratan dan standard teknik, yang dibuktikan
dengan type test, sertifikat LMK, SPLN, IEC dan lain sebagainya. Atau
berdasarkan pengalaman, peralatan/meterial tersebut telah terbukti
keandalannya.
c. Pemasangan peralatan dan material harus dilaksanakan sebaikbaiknya, sesuai
dengan design, spesifikasi dan ketentuan dalam. RKS dan kontrak.
d. Pada saat pelaksanaan pekerjaan, harus ada pengawasan dari pihak PLN,
sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan dan ketidak sesuaian dengan
RKS dan kontrak, dapat dihindari.
e. Memasang kawat pentanahan (khususnya pada SUTET/SUTT), dengan
tahanan pentanahan yang rendah. Untuk keperluan pemeriksaan dan
pemeliharaan, konduktor pentanahannya harus bisa dilepas dari kaki
tiangnya.
f. Setelah selesai dibangun dan sebelum dioperasikan, jaringan listrik tersebut
harus di test atau dilaksanakan komisioning, terlebih dahulu, sehingga bisa
diyakinkan bahwa jaringan tersebut akan dapat beroperasi dengan baik, andal
dan aman.
g. Pengopcrasian yang baik, dengan memperhatikan dan melaksanakan:
- Melaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala sesuai kebutuhan.
- Mengadakan pemeriksaan dan perbaikan.
- Melaksanakan penebangan/pemaprasan ranting dan dahan pohon yang
ada di sekitar jaringan SUTET, SUTT, SUTM dan SUTR, yang
kemungkinan akan menyebabkan gangguan. Harus diperhitungkan,
bahwa pada saat terjadi hembusan angin, dahan-dahan pohon tersebut
harus tetap mempunyai jarak yang aman dengan kawat phasa jaringan.
- Pada jaringan SUTR dan SLJTM, digunakan kawat penghantar
(konduktor) yang berisolasi, misalnya: AAAC OC, AAC OC dan
Twested Cable.
- Mengidentifikasi dan menginventarisir penyebab gangguan serta,
melakukan penyelidikan, sebagai umpan balik dan masukan di dalam
menentukan sistem proteksi yang lebih baik.
2. Pemasangan Sistem Proteksi yang Andal
Pemasangan peralatan pengaman (sistem proteksi) pada jaringan listrik,
bertujuan untuk mengurangi akibat terjadinya gangguan. Hal ini harus
dilakukan, karena timbulnya gangguan pada jaringan listrik tidak mungkin
dicegah sama sekali.
a. Fungsi peralatan pengaman (proteksi).
Sistem proteksi merupakan kesatuan (gabungan) dari alat-alat (sub
sistem) proteksi, berfungsi untuk:
- Mendeteksi adanya gangguan (kondisi abnormal) pada sistem tenaga listrik
yang diamankannya, sehingga tidak menimbulkan kerusakan.
- Melepaskan atau memisahkan (mengisolasi) bagian sistem yang terganggu
sehingga, tidak meluas ke bagian sistem yang tidak terganggu dan bagian
sistem lainnya dapat terus beroperasi.
b. Pertimbangan pemasangan sistem proteksi.
Dalam menentukan dan menetapkan pemasangan sistem proteksi pada
jaringan listrik, ada beberapa hal yang dijadikan sebagai pertimbangan, yaitu:
- Fungsi peralatan proteksi, yaitu: pemasangan peralatan proteksi pada
masing-masing sub sistem jaringan listrik harus tepat, sesuai dengan
fungsinya.
- Area pengamanan, yaitu: pemasangan peralatan pengaman (relay
pengaman) pada tiap-tiap sub area (section), dimaksudkan apabila terjadi
gangguan pada section tertentu, maka relay dapat mendeteksi gangguan
dengan bantuan PMT, melepaskan section yang terganggu dari bagian
jaringan (sistem) yang lainnya. Antara section yang satu dengan section
lainnya dalam satu sistem tenaga listik, bisa dihubungkan dan diputuskan
oleh PMT.
- Sistem pengaman ganda, yaitu: pemasangan peralatan pengaman ganda.
(utama dan cadangan) dengan maksud apabila pengaman utama gagal
bekerja, masih ada pengaman lain yang bisa mengamankan sistem dari
gangguan. Pengaman cadangan akan bekerja setelah pengaman utama
gagal bekerja, sehingga pengaman cadangan bekerja dengan waktu tunda
(time delay) untuk memberi kesempatan pengaman utama terlebih dahulu.
c. Kriteria peralatan pengaman yang mehputi:
Peralatan pengaman harus mempunyai kepekaan (sensitivity) yang
tinggi, sehingga cukup peka dalam mendeteksi gangguan di daerah
pengamanannya, meskipun gangguan yang timbul hanya memberikan
rangsangan yang minim.
Peralatan pengaman harus mempunyai keandalan (reliability yang tinggi,
dengan tingkat kepastian bekerja (dependability) yang bisa diandalkan, dapat
mendeteksi dan melepaskan sub sistem yang mengalami gangguan serta tidak
boleh gagal bekerja (mempunyai dependality tinggi). Realibility peralatan
pengaman juga harus mempunyai tingkat keamanan (security) yang tinggi atau
tidak boleh salah keja. Contoh salah kerja ialah : peralatan pengaman mengalami
trip, padahal tidak ada gangguan pada jaringan atau gangguan terjadi pada sub
are (sub sistem) di luar pengamanan peralatan pengaman tersebut. Hal ini akan
merugikan, karena menimbulkan pemadaman aliran listrik, yang sebenamya
tidak boleh terjadi.
Peralatan pengaman harus mempunyai selektivitas (selectivity) yang
tinggi, yaitu : harus bisa mengamankan pada sub area (sub sistem) yang di
kawasan pengaman utamanya. Relay harus bisa bekerja sesuai kebutuhan,
misalnya harus bekerja cepat atau bekerja dengan waktu tunda (tyme delay) atau
bahkan tidak harus bekerja, sehingga relay harus bersifat selektif
Peralatan pengaman harus mempunyai kecepatan (speed) yang tinggi,
yaitu dapat memisahkan sub sistem yang terganggu secepat mungkin, sehingga
kerusakan akibat gangguan dapat diperkecil.
MODUL KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

PERTEMUAN KE 13
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat
dengan jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, responsif, dan pro-aktif
dalam:
3.2.2.1 Mengetahui klasifikasi saluran distribusi tenaga listrik

3.2.2.2 Menjelaskan masing-masing klasifikasi saluran jaringan distribusi tenaga


listrik

3.2.2.3 Menganalisa jenis-jenis konfigurasi jaringan distribusi tenaga listrik

MATERI PEMBELAJARAN
A. Klasifikasi Saluran Distribusi
Secara umum, saluran tenaga listrik atau saluran distribusi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut
1. Menurut nilai tegangannya
- Saluran distribusi Primer.
Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunde
trafo substation (G.I.) dengan titik primer trafo distribusi.Saluran ini
bertegangan menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV,
jikalangsung melayani pelanggan , bisa disebut jaringan distribusi
- Saluran Distribusi Sekunder
Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik
sekunderdengan titik cabang menuju beban.
2. Menurut bentuk tegangannya
- Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan
searah.
- Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan
sistemtegangan bolakbalik.
3. Menurut jenis/tipe konduktornya
- Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan
support(tiang) dan perlengkapannya, dibedakan atas:
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa
isolasipembungkus. Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus
isolasi.
- Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, denganmenggunakan
kabel tanah (ground cable)
-Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel
laut (submarine cable)
4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya
- Bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral, atausaluran
positip terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garishorisontal.
- Saluran konfigurasi Delta: Bila kedudukan saluran satu sama lain
membentuk suatu segitiga (delta).

Gambar 13-1 Konfigurasi Delta

5. Menurut Susunan Rangkaiannya


- Jaringan Sistem Distribusi Primer
Sistem distribusi primer diguna kan untuk menyalurkan tenaga
listrikdari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat
menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan
tingkatkeandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan.
Salurandistribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai
tenagalistrik sampai ke pusat beban. Terdapat bermacam-macam bentuk
rangkaianjaringan distribusi primer.
a. Jaringan Radial tipe Pohon
Bentuk ini merupakan bentuk yang paling dasar. Satu saluran
utamadibentang menurut kebutuhannya, selanjutnya dicabangkan dengan
saluran cabang (lateral penyulang) dan lateral penyulang ini dicabang-cabang
lagi dengan sublateral penyulang (anak cabang). Sesuai dengan kerapatan
arus yang ditanggung masingmasing saluran, ukuran penyulang utama adalah
yang terbesar, ukuran lateral adalah lebih kecil dari penyulang utama, dan
ukuran sub lateral adalah yang terkecil
Gambar 13-2 Jaringan Radial tipe pohon

b. Jaringan radial dengan tie dan switch pemisah.


Bentuk ini merupakan modifikasi bentuk dasar dengan
menambahkantie dan switch pemisah, yang diperlukan untuk
mempercepatpemulihan pelayanan bagi konsumen, dengan cara
menghubungkan areaareayang tidak terganggu pada penyulang yang
bersangkutan, dengan penyulang di sekitarnya. Dengan demikian bagian
penyulang yangterganggu dilokalisir, dan bagian penyulang lainnya yang
"sehat" segeradapat dioperasikan kembali, dengan cara melepas switch yang
terhubung ketitik gangguan, dan menghubungkan bagian penyulang yang
sehat kepenyulang di sekitarnya.

Gambar 13-3 Jaringan Radial dengan tie dan switch pemisah


c. Jaringan distribusi ring (loop)
Bila pada titik beban terdapat dua alternatip saluran berasal lebih
darisatu sumber.Jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga
bentukjaringan "loop".Susunan rangkaian penyulang membentuk ring,
yangmemungkinkan titik beban dilayani dari dua arah penyulang,
sehinggakontinyuitas pelayanan lebih terjamin, serta kualitas dayanya
menjadi lebihbaik, karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi
lebih kecil.Bentuk loop ini ada 2 macam, yaitu :(a). Bentuk open loop, bila
diperlengkapi dengan normally-open switch, dalam keadaannormal rangkaian
selalu terbuka. (b). Bentuk close loop, bila diperlengkapi dengan normally-
close switch, yang dalamkeadaan normal rangkaian selalu tertutup.

Gambar 13-4 Jaringan Radial tipe ring (loop)

d. Saluran Radial Interkoneksi


Saluran Radial Interkoneksi yaitu terdiri lebih dari satu saluranradial
tunggal yang dilengkapi dengan LBS/AVS sebagai saklar
inerkoneksi.Masing-masing tipe saluran tersebut memiliki spesifikasi sendiri,
dan agarlebih jelas akan dibicarakan lebih lanjut pada bagianlain. Pada
dasarnya semua beban yang memerlukan tenaga listrik,menuntut kondisi
pelayanan yang terbaik, misalnya dalam hal stabilitas tegangannya, sebab
seperti telah dijelaskan, bila tegangan tidak nominaldan tidak stabil, maka alat
listrik yang digunakan tidak dapat beroperasisecara normal, bahkan akan
mengalami kerusakan. Tetapi dalamprakteknya, seberapa besar tingkat
pelayanan terbaik dapat dipenuhi, masihmemerlukan beberapa pertimbangan,
mengingat beberapa alasan.Digunakan untuk daerah dengan :
- Kepadatan beban yang tinggi
- Tidak menuntut keandalan yang terlalu tinggi
Contoh: Daerah pinggiran kota, kampung, perumahan sedang.

Secara umum, baik buruknya sistem penyaluran dan distribusi tenaga


listrik terutama adalah ditinjau dari hal-hal berikut ini:
- Kontinyuitas Pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan, baik
karena gangguan maupun karena hal-hal yang direncanakan.
Biasanya,kontinyuitas pelayanan terbaik diprioritaskan pada beban-beban
yangdianggap vital dan sama sekali tidak dikehendaki
mengalamipemadaman, misalnya: instalasi militer, pusat pelayanan
komunikasi,rumah sakit, dll.
- Kualitas Daya yang baik, antara lain meliputi: kapasitas daya yang
memenuhi, tegangan yang selalu konstan dan nominal, frekuensi yang
selalu konstan (untuk sistem AC).
Catatan: Tegangan nominal di sini dapat pula diartikan kerugian tegangan
yang terjadi pada saluran relatif kecil sekali.
- Perluasan dan Penyebaran daerah beban yang dilayani
seimbang.Khususnya untuk sistem tegangan AC 3 fasa, faktor
keseimbanganBagaimana pengaruh pembebanan yang tidak simetris pada
suatusistem distribusi, akan dibicarakan lebih lanjut dalam bagian lain.
- Fleksibel dalam pengembangan dan perluaan daerah beban.Perencanaan
sistem distribusi yang baik, tidak hanya bertitik tolak padakebutuhan
beban sesaat, tetapi perlu diperhatikan pula secara telitimengenai
pengembangan beban yang harus dilayani, bukan saja dalamhal
penambahah kapasitas dayanya, tetapi juga dalam hal perluasandaerah
beban yang harus dilayani.
- Kondisi dan Situasi Lingkungan. Faktor ini merupakan
pertimbangandalam perencanaan untuk menentukan tipetipe atau macam
system distribusi mana yang sesuai untuk lingkungan bersangkutan,
misalnyatentang konduktornya, konfigurasinya, tata letaknya, dsb.
Termasukpertimbangan segi estetika (keindahan) nya.
- Pertimbangan Ekonomis. Faktor ini menyangkut perhitungan untungrugi
ditinjau dari segi ekonomis, baik secara komersiil maupun dalamrangka
penghematan anggaran yang tersedia.

- Jaringan Sistem Distribusi Sekunder


Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenagalistrik
dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen.Padasistem
distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakanialah sistem
radial.Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasimaupun konduktor
tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut system tegangan rendah yang
langsung akan dihubungkan kepadakonsumen/pemakai tenaga listrik dengan
melalui peralatan-peralatan sbb:
a. Papan pembagi pada trafo distribusi
b. Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder)
c. Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
d. Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau
pengaman pada pelanggan.

Komponen saluran distribusi sekunder seperti ditunjukkan pada


gambar berikut ini.

Gambar 13-5 Komponen saluran distribusi sekunder

Keterangan :
PMS = Pemisah
TD = Trafo Distribusi
FC = Fuse Cabang
PMT = Pemutus
SU = Saklar Utama
FCO = Fuse Cut Out
SC = Saklar Cabang

Tegangan Sistem Distribusi Sekunder


Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder menurut
standar;
a. EEI Edison Electric Institut
b. NEMA (National Electrical Manufactures Association).
Pada dasarnya tidak berbeda dengan sistem distribusi DC, faktor
utama yang perlu diperhatikan adalah besar tegangan yang diterima pada titik
beban mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban dapat dioperasikan
secara optimal. Ditinjau dari cara pengawatannya, saluran distribusi AC
dibedakan atas beberapa macam tipe, dan cara pengawatan ini bergantung
pula pada jumlah fasanya, yaitu:
- Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
- Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
- Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
- Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
- Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
- Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
- Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
- Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
- Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt

Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan


220/380 Volt. Sedang pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga listrik
dari PT.PLN, menggunakan salah satu sistem diatas sesuai dengan standar
yang ada. Pemakai listrik yang dimaksud umumnya mereka bergantung
kepada negara pemberi pinjaman atau dalam rangka kerja sama, dimana
semua peralatan listrik mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan
kerja (motor-motor listrik) di suplai dari negara pemberi pinjaman/kerja sama
tersebut. Sebagai anggota, IEC (International Electrotechnical Comission),
Indonesia telah mulai menyesuaikan sistem tegangan menjadi 220/380 Volt
saja, karena IEC sejak tahun 1967 sudah tidak mencantumkan lagi tegangan
127 Volt. (IEC Standard Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967
halaman 7 seri 1 tabel 1). Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi
untuk masing-masing sistem tegangan tersebut ditunjukkan pada gambar
berikut ini:

Gambar 13-6 Sistem satu fasa dua kawat tegangan 120V


MODUL DROP TEGANGAN DAN REGULASI JARINGAN
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

PERTEMUAN KE 14-16

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat


dengan jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, responsif, dan pro-aktif
dalam:
3.2.3.1 Menjelaskan definisi drop tegangan dan regulasi tegangan jaringan
distribusi
3.2.3.2 Mengidentifikasi penyebab Drop tegangan dan regulasi tegangan
jaringan distribusi
3.2.3.3 Mengidentifikasi susut daya pada jaringan distribusi

4.2.1.1 Menunjukkan perhitungan Drop tegangan dan regulasi jaringan distribusi

4.2.1.2 Menunjukkan perhitungan susut daya pada jaringan distribusi

MATERI PEMBELAJARAN

A. DROP TEGANGAN
Perhitungan jatuh tegangan pada jaring distribusi adalah selisih antara
tegangan pangkal pengirim (sending end) dengan tegangan pada ujung penerima
(receiving end). Jatuh tegangan terjadi karena ada pengaruh dari tahanan dan
reaktansi saluran, perbedaan sudut fasa antara arus dan tegangan serta besar arus
beban, jatuh tegangan pada saluran bolak–balik tergantung pada impedansi,
beban, dan jarak.Suatu sistem arus bolak–bolak, besar jatuh tegangan dapat
dihitung berdasarkan pada gambar 3 diagram fasor tegangan jaring distribusi
sekunder. Penurun tegangan maksimum pada beban penuh, yang diperbolehkan
dibeberapa titik pada jaring distribusi (SPLN 72 . 1987)SUTM = 5% dari
tegangan kerja bagi sistem radial, trafo distribusi = 3% dari tegangan kerja,
saluran tegangan rendah= 4% dari tegangan kerja tergantung kepadatan beban,
sambungan rumah = 1% dari tegangan nominal. Jatuh tegangan adalah selisih
antara tegangan ujung pengiriman dan tegangan ujung penerimaan, jatuh tegangan
disebabkan oleh hambatan dan arus, pada saluran bolakbalik besarnya tergantung
dari impedansi dan admitansi saluran serta pada beban dan faktor daya. Jatuh
tegangan relatif dinamakan regulasi tegangan dan dinyatakan dengan rumus:
Keterangan:
Vs = Tegangan ujung pengiriman (volt)
Vr = Tegangan ujung penerimaan (volt)
Q = var
S = va
P = watt

Saluran daya umumnya melayani beban yang memiliki faktor daya


tertinggal. Faktor-faktor yang mendasari bervariasinya tegangan sistem distribusi
adalah:
a. konsumen pada umumnya memakai peralatan yang memerlukan tegangan
tertentu
b. Letak konsumen tersebar, sehingga jarak tiap konsumen dengan titik
pelayanan tidak sama
c. Pusat pelayanan tidak dapat diletakkan merata atau tersebar
d. Terjadi jatuh tegangan

Faktor b, c, dan d menyebabkan tegangan yang diterima konsumen tidak


selalu sama. Konsumen yang letaknya jauh dari titik pelayanan akan cenderung
menerima tegangan relatif lebih rendah dibandingkan dengan konsumen yang
letaknya dekat dengan pusat pelayanan. Metoda-metoda yang digunakan untuk
memperbaiki regulasi tegangan saluran distribusi:
a. Penerapan regulator tegangan otomatis dalam gardu induk distribusi
b. Pemasangan kapasitor dalam gardu induk
c. Penerapan regulator tegangan otomatis dalam saluran distribusi primer
d. Pemasangan kapasitor paralel dan kapasitor seri dalam saluran distribusi
primer
e. Pemakaian transformator berubah sadapan (tap changing transformer)

B. Kapasitor pada Jaringan Distribusi


Kapasitor adalah komponen yang hanya dapat menyimpan dan
memberikan energi yang terbatas yaitu sesuai dengan kapasitasnya, pada dasarnya
kepasitor terdiri atas dua keping sejajar yang dipisahkan oleh medium dielektrik.
Model matematis kapasitor adalah:
Kapasitor pada sistem daya listrik menimbulkan daya reaktif untuk
memperbaiki tegangan dan faktor daya, karenanya menambah kapasitor sistem
akanmengurangi kerugian. Dalam kapasitor seri daya reaktif sebanding dengan
kuadrat arus beban, sedang pada kapasitor paralel sebanding dengan kuadrat
tegangan. Pemasangan peralatan kapasitor seri dan paralel pada jaringan distribusi
mengakibatkan losses akibat aliran daya reaktif pada saluran dapat dikurangi
sehingga kebutuhan arus menurun dan teganganmengalami kenaikan sehingga
kapasitas sistem bertambah.
Kapasitor seri tidak digunakan secara luas dalam saluran distribusi, karena
adanya berbagai permasalahan (resonansi distribusi, resonansi fero dalam
transformator dan resonansi subsinkron selama starting motor) dan sistem yang
lebih komplek. Biaya pemasangan kapasitor seri jauh lebih mahal daripada
kapasitor paralel, dan biasanya kapasitor seri dirancang dengan kapasitas yang
lebih besar dengan tujuan untuk mengantisipasi perkembangan beban untuk masa-
masa yang akan datang. Hal-hal tersebut menjadi alasan utama sehingga dalam
sistem distribusi yang dibahas banya kapasitor paralel. Manfaat penggunaan
kapasitor paralel:
1. Memperbaiki kondisi tegangan
2. Mempertinggi kapasitas pembebanan jaringan
3. Mengurangi kerugian

Kapasitor paralel membangkitkan daya reaktif negatif (panah kebawah)


dan beban membangkitkan daya reaktif positif (panah keatas), jadi pengaruh dari
kapasitor adalah untuk mengurangi aliran daya reaktif di dalam jarigan sehingga
daya reaktif yang berasal dari sistem menjadi :
Q2 (total) = Q1 (beban) – Qc.
Qc adalah daya reaktif yang dibangkitkan oleh kapasitor paralel.
Keuntungan:
1. Arus I berkurang dan karenanya kerugian I2 R berkurang

2. % kenaikan tegangan

Q kap = KVAR
X = Reaktansi jaringan (ohm)
V = tegangan nominal (kv antar fasa)

3. Karena arus berkurang untuk suatu daya (kw) maka jaringan, trafo dan
sebagainya agak berkurang beban kva nya. Jadi jaringan mampu mensuplai
permintaan yang lebih tinggi.pengukuran arus terjadi penurunan dan kenaikan
hal ini dikarenakan adanya fluktuasi beban yang berbeda antara sebelum
dipasang kapasitor dengan setelah kapasitor, tapi bila kita amati secara
keseluruhan maka pada pengukuran arus akan cenderung menurun.

C. SUSUT DAYA

Sistem kelistrikan secara keseluruhan meliputi bagian pembangkitan,


transmisi, dan distribusi. Sistem distribusi yang berfungsi menyalurkan dan
mendistribusikan energi listrik ke konsumen perlu kualitas yang memadai.
Berdasarkan informasi dari PT. PLN (Persero) Jawa Barat, sebagian besar susut
energi listrik terdapat pada jaringan distribusi. Oleh karena itu susut pada sistem
jaringan tersebut perlu diperhitungkan lebih teliti. Untuk memperluas sistem
jaringan distribusi, salah satu kriteria yang perlu dipenuhi adalah efisiensi yang
besar, tanpa mengabaikan aspek ekonomi.
Efisiensi yang baik akan dicapai bila susut energi dapat ditekan sekecil
mungkin. Susut pada sistem jaringan distribusi menjadi salah satu pertimbangan,
baik dalam perencanaan maupun pengoperasian, karena mempengaruhi biaya
investasi (Bambang, 2001; Gonen, 1986; Sulasno, 2000). Pada umumnya, susut
daya pada jaringan distribusi berkisar 10% (APEI,2003). Biasanya perhitungan
susut energi pada sistem jaringan distribusi dilakukan dengan menggunakan
selisih energi terjual dengan yang diterima pada setiap penyulang. Mengingat
pentingnya informasi mengenai besarnya susut pada suatu jaringan distribusi yang
dipergunakan dalam perencanaan pengembangan jaringan, maka studi mengenai
susut energi pada sistem jaringan distribusi perlu dilakukan. Dalam perhitungan
susut daya ini perlu dilakukan beberapa batasan, yaitu perhitungan susut daya
dikerjakan akibat adanya resistansi dari satu saluran udara dan satu saluran kabel
tegangan menengah sebagai sampel. Sedangkan susut daya akibat pengaruh
induktansi dan kapasitansi diabaikan. Selanjutnya dilakukan perhitungan susut
daya dari transformator disribusi, berupa susut inti dan tembaga. Sedangkan susut
akibat tegangan pada saluran, termasuk akibat isolator atau isola
Pada sistem jaringan distribusi, susut daya terjadi pada saluran udara atau
kabel dan pada transformator. Susut saluran disebabkan karena adanya resistansi
dari saluran itu sendiri, sedangkan susut transformator disebabkan oleh resistansi
dari belitan transformator dan susut inti. Susut pada jaringan ini tergantung pada
kondisi beban yang selalu berubah, sehingga untuk perhitungannya perlu
dilakukan pada setiap kondisi beban. Khusus dalam makalah ini dibahas susut
daya pada jaringan distribusi tegangan menengah dan transformator distribusi,
sehingga ditulis sebagai.si kabel, tidak diperhitungkan.

Dimana:
Pdis : susut daya total pada jaringan distribusi
Psal: susut daya pada saluran tegangan menengah dan
Ptran: susut daya pada transformator distribusi.

1. Susut Daya pada Saluran Distribusi Primer


Saluran distribusi primer merupakan penyulang untuk menyalurkan daya
listrik dari gardu induk (GI) ke gardu distribusi (GD). Secara sederhana saluran
distribusi primer diilustrasikan sebagai Gambar di bawah ini

Dimana I1 : arus antara GI dengan titik a, (I2 + Ia), I2 : arus antara titik a
dengan titik b, (I3 + Ib), I3 : arus antara titik b dengan titik c, (I4 + Ic), Ia: arus
antara titik a dengan GD-1, Ib: arus antara titik b dengan GD-2, Ic: arus antara
titik c dengan GD-3, In :arus antara titik n dengan GD-n, r: resistansi penghantar
( /km), l: panjang penghantar (km), GD-1, GD-2, GD-3,…., GD-n: gardu
distribusi, dan L1, L2,L3, …., Ln: beban.
Arus mengalir pada penghantar dengan resistansi yang menyebabkan
terjadinya susut pada penghantar tersebut, sehingga daya yang dikirim dari gardu
induk ke konsumen akan berkurang. Besarnya susut akibat resistansi penghantar
untuk setiap fasanya dinyatakan sebagai (Kurt, 1990)
2. Susut Daya pada Transformator Distribusi
Susut daya pada transformator distribusi terdiri dari 2 macam, yaitu, susut
tembaga dan susut inti besi. Susut tembaga disebabkan oleh arus beban yang
mengalir pada belitan transformator. Karena arus beban berubah-ubah, maka susut
tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Susut tembaga dinyatakan
sebagai:

Dimana:
PCu: susut tembaga transformator,
I : arus beban, dan
RCu : tahanan kawat belitan.
Sedangkan susut besi atau sust inti terdiri 2 macam, yaitu susut hysteresis
dan arus eddy. Susut hysteresis (Ph) disebabkan oleh fluks bolak-balik pada inti
besi. Sementara susut arus eddy (Pe) disebabkan oleh arus pusar pada inti
besi. Dengan demikian susut besi atau inti transformator merupakan gabungan
kedua susut tersebut (Soenarjo, 2001; Zuhal, 2000). Susut inti besi tersebut
dianggap konstan, karena frekuensi dan tegangan diasumsikan konstan.

3. Langkah Perhitungan
Perhitungan dilakukan pada masingmasing fasa untuk setiap gardu
distrtibusi. Gambar 2 menunjukkan tahapan perhitungan susut daya beserta
rumus-rumus yang digunakan.

Data beban sisi tegangan rendah diperoleh dari pengukuran pada


masingmasing gardu distribusi dan diukur setiap fasa, yaitu arus beban (ITR),
tegangan beban (VTR), dan kadang daya beban (STR) atau dihitung. Sementara
data beban pada sisi tegangan menengah diperoleh dari transformasi nilai pada
sisi tegangan rendah terhadap perbandingan tegangan pengenal transformator.

Dimana ITM’: arus beban pada, VTM’: tegangan beban, STM’: daya
beban, ITM: arus, VTM: tegangan, dan STM : daya, masing-masing pada sisi
tegangan menengah. Sedangkan V1 dan V2 berturut-turut tegangan primer
transformator (20 kV) dan tegangan sekunder transformator (400 V). Data
mengenai susut besi dan tembaga transformator diperoleh dari katalog (Unindo,---
) dan Standar (SPLN50, 1997). Susut tersebut untuk transformator tiga fasa.

Dimana KTrans: kapasitas transformator (kVA), PFe 3 fasa: susut besi


(W) dan PCu3fasa: susut tembaga (W). Perhitungan susut transformator pada saat
pembebanan dihitung perfasa pada setiap gardu distribusi dan setiap pembebanan.
Nilai susut besi bersifat konstan, sedangkan nilai susut tembaga bergantung pada
besar arus beban.
Susut total antara kedua titik X – Y tersebut merupakan penjumlahan dari
susut transformator distribusi dan susut saluran yang ada.
BAB LOSSES DAN EFISIENSI JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA
LISTRIK

PERTEMUAN 17-18
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat
dengan jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, responsif, dan pro-aktif
dalam:
3.2.4.1 Menjelaskan definisi loses jaringan distribusi
3.2.4.2 Mengidentifikasi penyebab loses pada jaringan distribusi
3.2.5.1 Menjelaskan definisi efisiensi jaringan distribusi
3.2.5.2 Mengidentifikasi pengaruh efisiensi jaringan distribusi
4.2.2.1 Menunjukkan perhitungan loses pada jaringan distribusi
4.2.3.1 Menunjukkan perhitungan efisiensi jaringan distribusi

MATERI PEMBELAJARAN

Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem jaringan distribusi tenaga


listrik selalu terjadi, dan penyebab ketidakseimbangan tersebut adalah pada
pengaturan beban-beban satu fasa pada pelanggan jaringan tegangan rendah.
Akibat ketidakseimbangan beban tersebut muncul arus pada netral trafo. Arus
yang mengalir pada netral trafo ini menyebabkan terjadinya losses, yaitu losses
akibat adanya arus netral pada penghantar netral trafo penyaluran energi listrik
pada sistem distribusi dimana susut tegangan akan mempengaruhi penyaluran
energi listrik kepada konsumen dimana jika terjadi susut tegangan pada sistem
distribusi maka energi listrik yang akan disalurkan kepada konsumen akan
menjadi tidak standar lagi sesuai dengan SPLN no. 72 tahun 1987, dimana jatuh
tegangan yang diperbolehkan dalam penyaluran distribusi hanya boleh sebesar 5%
untuk jaringan udara SKTM sebesar 2%, maka itu perlu adanya perhitungan dan
penelitian untuk permasalahan jatuh tegangan dalam bentuk persen (%), sehingga
dalam penyampaian aliran listrik terhadap konsumen menjadi terpenuhi sesuai
dengan standart yang telah ditetapkan.

Losses jaringan adalah selisih antara KWH beli PLN Distribusi dengan
KWH jual ke pe-langgan. Disini tampak jelas bahwa PLN Distribusi mengalami
kerugi-an akibat losses tersebut, sehingga PLN Distribusi harus menekan losses
tersebut agar kerugian PLN tidak terlalu besar. (Hariasih, Susanti, 2005) .

Losses jaringan adalah perbedaan anta-ra energi listrik yang di salurkan


dengan energi yang terpakai (UDIKLAT,2011). Secara garis besar losses dapat
dikategori-kan menjadi dua yaitu losses teknis dan losses non teknis.
1. Losses teknis adalah losses yang disebabkan oleh sifat dari ma-terial atau
peralatan jaringan.
2. Losses non teknis adalah losses yang disebabkan oleh kesalahan pemasangan
dan kerusakan dari material atau peralatan jaringan. (UDIKLAT,2011)

Dampak adanya losses pada konsumen rumah tangga antar lain adalah
energi kirim yang nantinya diterima oleh konsu-men rumah tangga akan
meningkat se-hingga tarif listrik yang akan dibayar kon-sumen rumah tangga
naik. Adanya jatuh tegangan pada tiang ujung yang menye-babkan arus pada
jaringan menjadi tinggi sehingga losses yang terjadi pada jaringan tersebut
meningkat.

Berikut adalah contoh perhitungan losses pada jaringan yang banyak


terjadi pada Sistem JTR Distribusi Listrik khu-susnya GTT KA025 Penyulang
Sume-dangan APJ Pamekasan.

Sebelum melakukan analisis perhitungan dilakukan pengumpulan data


pada GTT KA 025 Penyulang Sumedangan, me-ngumpulkan data kapasitor yang
ada di PLN. Pada tahap pengambilan data, data yang diambil berupa data
pengukuran dan wiring GTT KA025 Penyulang Sume-dangan. Setelah itu data
yang sudah ada akan di analisis total losses yang terjadi pada GTT KA025 dan
losses yang terjadi pada line D dengan perbaikan pemasangan kapasitor.

Perhitungan Sebelum Pemasangan Kapasitor


a. Perhitungan Daya Kirim
P kirim = V x I x Cosφ
P kirim fasa R= 222.7 V x 18.85 A x 0,86 = 3,610 KW
Begitu juga untuk fasa R, S, T pada line B. Untuk mengetahui daya
kirim total pada GTT adalah sebagai berkut :
Σ P kirim = Σ P kirim line B + Σ P kirim line D
= 46,815 KW + 11,033 KW
= 57,848 KW

b. Perhitungan Drop Tegangan


Perhitungan drop tegangan rata-rata fasa R tiang ujung line D sebagai
berikut:

Diketahui :
Daya kontrak fasa R pada tiang akhir line:
D = 450 VA dengan jumlah pelanggan = 3
9900 VA dengan jumlah pelanggan = 1
Dengan total daya kontrak sebesar 2250 VA, maka arus beban = 2250VA/220
= 10,23 A
Maka arus penghantar dapat diketahui dengan cara berikut:
I penghantar = I GTT – I beban
= 18,85 A – 10,23 A
= 8,62 A
I (arus penghantar) = 8,62 A
R(tahanan penghantar) = 0,4609 Ω/Km
l (panjang saluran) = 0,399 Km
Cosφ = 0,86
Maka drop tegangan dapat diperoleh dengan rumus :

Δ𝑉=𝐼(𝑅cos𝜑+𝑋sin𝜑)𝐿
= 8,62A((0,4609 x 0,86)+(0))x 0.399 Km
= 1,3 Volt

Untuk mengetahui besarnya perhi-tungan tegangan tiang ujung adalah :


=Tegangan pada GTT – Drop tegangan sepanjang total jaringan

Diketahui :
Drop tegangan = 1,3 Volt
Tegangan pada GTT = 222,7 Volt
Tegangan tiang ujung = 222,7Volt – 1,3 Volt = 221,4Volt

c. Faktor Beban
Faktor beban dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
Diketahui :
Tegangan rata-rata pada line B = 223,815V
Tegangan rata-rata pada line D = 223,69V
Untuk tegangan rata-rata = (223,815 V + 223,69 V) / 2 = 223,75 V
Tegangan puncak = 224,62 V
Fb = Pr/Pp

= 223,75 V / 224,62 V

= 0,99

d. Perhitungan Losses
Contoh perhitungan losses pada fasa R line D adalah sebagai berikut:
Diketahui :
I = 18,85 A
R = 0,4609 Ω/km
Fb = 0,99
Cosφ = 0,86
L = 0,399 km
P losses = I2 x (R/l) ( (0,3 x Fb) + (0,7 x Fb2)) x Cosφ
= 18,852 x (0,4609/0,399) x((0,3 x0,99) + (0,7 x 0,992)) x 0,86
= 0,347.007 KW
Losses total sebelum perbaikan adalah :
Losses total = losses line B + losses line D
= 4,580.346 KW + 1,088.321 KW
= 5,668.667 KW
Maka diperoleh persentase losses sebelum perbaikan adalah : % losses
jaringan : =𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠/𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚×100% =5,668.346 K𝑊/57,848 𝐾𝑊 ×100%
=9,8 %

e. Rating Kapasitor
Dengan daya kirim sebesar 57,848 KW dan cos φ rata-rata sebesar 0,86
dengan tan φ sebesar 0,59. Di asumsikan dengan daya kirim yang sama cos φ rata-
rata akan di naikkan sebesar 0,9 dengan tan φ sebesar 0,48. maka rating kapasitor
dapat dicari dengan rumus :
Q = P x (Tan φ1 – Tan φ2)
= 57,848 KW x ( 0,59 – 0,48)
= 6,36 KVAR
Maka rating kapasitor yang diperlukan untuk menaikkan faktor daya
sebesar 6,36 KVAR.

Perhitungan Setelah Pemasangan Kapasitor


a. Perhitungan Daya Kirim
Perhitungan daya kirim rata-rata fasa R line D dapat diketahui dengan rumus
sebagai berikut :
P kirim = V x I x Cosφ
P kirim fasa R = 224,65 V x 17,27 A x 0,94 = 3,647 KW

Perhitungan daya kirim rata-rata fasa S line D sebagai berikut :


P kirim fasa S = 222,96 V x 20,67 A x 0,89 = 4,102 KW

Perhitungan daya kirim rata-rata fasa T line D sebagai berikut :


P kirim fasa T = 227,24 V x 17,3 A x 0,915 = 3,597 KW

Begitu juga untuk fasa R, S, T pada line D. Untuk mengetahui daya


kirim total pada GTT adalah sebagai berkut :
Σ P kirim = Σ P kirim line B + Σ P kirim line D
= 49,75 KW + 11,34KW
= 61,096 KW
Selisih kenaikan daya kirim setelah perbaikan dan sebelum perbaikan :
= 61,096 KW – 57,848 KW
= 3,248 KW
Persentase kenaikan daya kirim sebesar : =3,248 𝐾𝑊/57,848 𝐾𝑊 ×100
% = 5,6 %

b. Perhitungan Drop Tegangan


Perhitungan drop tegangan fasa R pada tiang ujung line D sebagai berikut:
Diketahui :
Daya kontrak fasa R pada tiang akhir line
D : 450 VA dengan jumlah pelanggan = 3
900 VA dengan jmlah pelanggan = 1
Dengan total daya kontrak sebesar 2250 VA,
Maka arus beban: = 2250 VA / 220 ==10,23 A
Maka arus penghantar dapat diketahui de-ngan cara berikut:
I penghantar = I GTT – I beban
= 17,27 A – 10,23 A
= 7,04 A
I (arus penghantar) = 7,04 A
R ( tahanan penghantar) = 0,4609 Ω/Km
l (panjang saluran) = 0,399 Km
Cosφ = 0,94
Maka :
Δ𝑉 =𝐼(𝑅cos𝜑+𝑋sin𝜑)𝐿
= 7,04 A ((0,4609 x 0,94) + (0)) x 0,399 Km
= 1,2 Volt

Untuk mengetahui besarnya perhitung-an tegangan tiang ujung dengan cara :


= Tegangan pada GTT – Drop tegangan sepanjang total jaringan
Diketahui :
Drop tegangan = 1,2 Volt
Tegangan pada GTT = 224,65 Volt
Tegangan tiang ujung = 224,65 Volt – 1,2 Volt =223,45 Volt

Diperoleh selisih kenaikan tegangan ujung rata-rata sebelum dan


sesudah per-baikan berdasarkan pengukuran sebesar 3,3 %, sementara
berdasarkan perhitung-an sebesar 0,9 %. Selisih perbaikan drop tegangan
rata-rata pada line D antara se-belum perbaikan dan setelah perbaikan sebesar
5,7 % .
Adanya selisih antara pengukuran dan perhitungan disebabkan oleh
drop tegang-an akibat tahanan pada konektor peng-hantar yang tidak
diketahui baik secara pengukuran maupun perhitungan.

c. Faktor Beban
Contoh perhitungan faktor beban pada fasa R line B adalah :
Fb = Pr/Pp \
Diketahui :
Tegangan rata-rata pada line B= 225,8 V
Tegangan rata-rata pada line D= 224,85 V
Untuk tegangan rata-rata : = (225,8 V + 224,85 V) / 2 = 225,325 V
Tegangan puncak = 227.4 V
Fb = PrPp = 225,325 V / 227,4 V = 0,99
d. Perhitungan Losses
Contoh perhitungan losses pada fasa R line D. Berdasarkan rumus 2.29
adalah sebagai berikut :
P losses = I2 x (R/l) x ( (0,3 x Fb) + (0,7 x Fb2)) x Cosφ
Diketahui :
I = 17,53 A
R = 0,4609 Ω/km
l = 0,399 km
Fb = 0,99
Cosφ = 0,94
P losses = I2 x (R/l) x ( (0,3 x Fb) + (0,7 x Fb2)) x Cosφ
= 17,272 x (0,4609/1,809) x((0,3 x0,99) + (0,7 x 0,992)) x 0,94
= 0,318.369 KW
Losses total setelah perbaikan :
Losses total = losses line B + losses line D
=4,563.611KW+ 1,061.154 KW
= 5,624.765 KW
Maka diperoleh persentase losses adalah:
% losses jaringan = 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 /𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚×100%
=5,625 𝐾𝑊/61,096 KW ×100%
=9,2 %

Perbaikan losses jaringan sebesar :


% losses jaringan = % losses jaringan sebelum perbaikan – % losses jaringan
setelah perbaikan
= 9,8 % - 9,2 %
= 0,6 %
e. Rating Kapasitor
Diketahui :
P1 = 57,8 KW ; P2 = 61,1 KW
Cos φ1 = 0.86 ; Cos φ2 = 0.93

Maka tan φ1 = 0,59 ; tan φ2 = 0,395


Berdasarkan rumus 2.32 dan 2.33 maka diperoleh:
Daya reaktif pada pf awal = P1 x Tan φ1
= 57,848 KW x 0.59
= 34,13 KVAR
Daya reaktif pada pf setelah perbaikan
= P2 x Tan φ2
6=61,1 KW x 0,395
== 24,13 KVAR
Sehingga rating kapasitor yang terpasang untuk memperbaiki faktor
daya adalah:
Q = P x (Tan φ1 – Tan φ2)
= 34,13 KVAR – 24,13 KVAR
= 10 KVAR
BAB LUAS PENAMPANG PENGHANTAR JARINGAN
DISTRIBUSI

PERTEMUAN 19-20
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat
dengan jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, responsif, dan pro-aktif
dalam:
3.2.6.1 Menjelaskan definisi luas penampang penghantar jaringan distrubusi
3.2.6.2 Menganalisa sifat masing-masing jenis penghantar jaringan distribusi
tenaga listrik
4.2.4.1 Menunjukkan hasil pengukuran tahanan kawat pada penghantar jaringan
distribusi tenaga listrik
4.2.4.2 Menganalisa perhitungan masing-masing jenis luas penampang penghantar
jaringan distribusi tenaga listrik

MATERI PEMBELAJARAN

Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk


menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran udara dari Pusat Pembangkit ke
Pusat-Pusat Beban (load center), baik langsung menggunakan jaringan distribusi
ataupun jaringan transmisi terlebih dahulu. Pemilihan kawat penghantar yang
digunakan untuk saluran udara didasarkan pada besarnya beban yang dilayani,
makin luas beban yang dilayani makin besar ukuran penampang kawat penghantar
yang digunakan. Dengan penampang kawat yang besar akan membuat tahanan
kawat menjadi kecil. Agar tak terjadi kehilangan daya pada jaringan dan daya
guna (efisiensi) penyaluran tetap tinggi, diperlukan tegangan yang tinggi. Dengan
demikian besarnya penampang kawat penghantar tidak mempengaruhi atau
mengurangi penyaluran tenaga listrik. Tetapi dengan penampang kawat yang
besar akan membuat kenaikan harga peralatan.
Oleh sebab itu pemilihan kawat penghantar diperhitungkan seekonomis
mungkin dengan konduktivitas dan kekuatan tarik yang tinggi, serta dengan beban
yang rendah tentunya. Oleh karena itu untuk jaringan distribusi tegangan tinggi
maupun distribusi tegangan rendah lebih banyak menggunakan kawat penghantar
aluminium yang mempunyai faktorfaktor yang memenuhi syarat sebagai kawat
penghantar.

A. Bahan Kawat Penghantar Jaringan


Bahan-bahan kawat penghantar untuk jaringan tenaga listrik biasanya
dipilih dari logam-logam yang mempunyai konduktivitas yang besar, keras dan
mempunyai kekuatan tarik (tensile strenght) yang besar, serta memiliki berat jenis
yang rendah. Juga logam yang tahan akan pengaruh proses kimia dan perubahan
suhu serta mempunyai titik cair yang lebih tinggi. Untuk memenuhi syarat-syarat
tersebut, kawat penghantar hendaknya dipilih suatu logam campuran (alloy), yang
merupakan percampuran dari beberapa logam yang dipadukan menjadi satu
logam. Dari hasil campuran ini didapatkan suatu kawat penghantar dengan
kekuatan tarik dan konduktivitas yang tinggi. Logam campuran yang banyak
digunakan untuk jaringan distribusi adalah kawat tembaga campuran (copper
alloy) atau kawat aluminium campuran (aluminium alloy). Karena faktor
ekonomis, saat ini lebih banyak digunakan kawa aluminium campuran untuk
jaringan distribusi. Sedangkan kawat lain seperti kawat tembaga, kawat tembaga
campuran, atau kawat aluminium berinti baja tidak banyak digunakan.

1. Kawat Tembaga
Tembaga murni merupakan logam liat berwarna kemerahmerahan, yang
mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan titik cair sampai
1083° C, lebih tinggi dari kawat aluminium. Kawat tembaga ini mempunyai
konduktivitas dan daya hantar yang tinggi. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1 di
bawah ini. Pada mulanya kawat tembaga ini banyak dipakai untuk penghantar
jaringan, tetapi bila dibandingkan dengan kawat aluminium untuk tahanan
(resistansi) yang sama, kawat tembaga lebih berat sehingga harganya akan lebih
mahal. Dengan berat yang sama, kawat alauminium mempunyai diameter yang
lebih besar dan lebih panjang dibandingkan kawat tembaga. Dewasa ini
cenderung kawat penghantar jaringan digunakan dari logam aluminium.
2. Kawat Aluminium
Aluminium merupakan suatu logam yang sangat ringan, beratnya kira-kira
sepertiga dari tembaga, dan mempunyai tahanan jenis tiga kali dari tembaga.
Logam aluminium berwarna keperak-perakan, yang mempunyai tahanan jenis ?
dengan berat jenis ? dan titik cair sampai ?° C, lebih tinggi dari kawat ?. Sifat
logam aluminium ini mudah dibengkok-bengkokkan karena lunaknya. Oleh
karena itu kekuatan tarik dari kawat aluminium lebih rendah dari kawat tembaga,
yaitu setengah dari kekuatan tarik kawat tembaga. Untuk itu kawat aluminium
hanya dapat dipakai pada gawang (span) yang pendek, sedangkan untuk gawang
yang panjang dapat digunakan kawat aluminium yang dipilin menjadi satu dengan
logam yang sejenis maupun yang tidak sejenis, agar mempunyai kekutan tarik
yang lebih tinggi. Oleh karena itu kawat aluminium baik sekali digunakan sebagai
kawat penghantar jaringan.
Kelemahan kawat aluminium ini tidak tahan akan pengaruh suhu, sehingga
pada saat cuaca dingin regangan (stress) kawat akan menjadi kendor. Agar
kekendoran regangan kawat lebih besar, biasanya dipakai kawat aluminium
campuran (alloy aluminium wire) pada gawang-gawang yang panjang. Selain itu
kawat aluminium tidak mudah dipatri (disolder) maupun di las dan tidak tahan
akan air yang bergaram, untuk itu diperlukan suatu lapisan dari logam lain sebagai
pelindung. Juga kawat aluminium ini mudah terbakar, sehingga apabila terjadi
hubung singkat (short circuit) akan cepat putus. Karena itu kawat aluminium ini
banyak digunakan untuk jaringan distribusi sekunder maupun primer yang sedikit
sekali mengalami gangguan dari luar. Sedangkan untuk jaringan transmisi kawat
yang digunakan adalah kawat aluminium capuran dengan diperkuat oleh baja
(aluminium conductor steel reinforsed) atau (aluminium clad steel).
3. Kawat Logam Campuran
Kawat logam campuran merupakan kawat penghantar yang terdiri dari
percampuran beberapa logam tertentu yang sejenis guna mendapatkan sifat-sifat
tertentu dari hasil pencampuran tersebut. Dimana di dalam pencampuran tersebut
sifat-sifat logam murni yang baik untuk kawat penghantar dipertahankan sesuai
dengan aslinya. Hanya saja pencampuran ini khusus untuk menghilangkan
kelmahankelemahan dari logam tersebut. Jenis yang banyak digunakan untuk
kawat penghantar logam campuran ini adalah kawat tembaga campuran (copper
alloy) dan kawat alumi-nium campuran (alloy aluminium). Kawat tembaga
campuran sedikit ringan dari kawat tembaga murni, sehingga harganya lebih
murah. Kekuatan tarik kawat tembaga campuran ini lebih tinggi, sehingga dapat
digunakan untuk gawang yang panjang. Sedangkan kawat aluminium campuran
mempunyai kekuatan mekanis yang lebih tinggi dari kawat aluminium murni,
sehingga banyak dipakai pada gawang-gawang yang lebih lebar. Juga
kondiktivitasnya akan lebih besar serta mempunyai daya tahan yang lebih tinggi
terhadap perubahan suhu. yang mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat
jenis 8,9 dan titik cair sampai 1083° C, lebih tinggi dari kawat aluminium.
4. Kawat Logam Paduan
Kawat logam paduan merupakan kawat penghantar yang terbuat dari dua
atau lebih logam yang dipadukan sehingga memiliki kekuatan mekanis dan
konduktivitas yang tinggi. Biasanya tujuan dari perpaduan antara logam-logam
tersebut digunakan untuk merubah atau menghilangkan kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada kawat-kawat penghantar dari logam murninya. Kawat logam
paduan ini yang banyak digunakan adalah kawat baja yang berlapis dengan
tembaga maupun aluminium. Karena kawat baja merupakan penghantar yang
memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dari kawat aluminium maupun kawat
tembaga, sehingga banyak digunakan untuk gawang-gawang yang lebar. Tetapi
kawat tembaga ini memiliki konduktivitas yang rendah. Oleh karena itu
diperlukan suatu lapisan logam yang mempunyai konduktivitas yang tinggi, antara
lain tembaga dan aluminium. Selain itu dapat digunakan untuk melindungi kulit
kawat logam paduan dari bahaya karat atau korosi.
Jenis kawat logam paduan ini antara lain kawat baja berlapis tembaga
(copper clad steel) dan kawat baja berlapis aluminium (aluminium clad steel).
Kawat baja berlapis tembaga mempunyai kekuatan mekanis yang besar dan dapat
dipakai untuk gawang yang lebih lebar. Sedangkan kawat baja berlapis aluminium
mempunyai kekuatan mekanis lebih ringan dari kawat baja berlapis tembaga,
tetapi konduktivitasnya lebih kecil. Oleh karena itu banyak digunakan hanya
untuk gawang-gawang yang tidak terlalu lebar. logam liat berwarna kemerah-
merahan, yang mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan titik
cair sampai 1083 ° C, lebih tinggi dari kawat aluminium.

B. Bentuk Kawat Penghantar Jaringan


Dilihat dari bentuknya kawat penganta dapt diklasifikasikan menjadi 3
macam yaitu: kawat padat (solid wire), kawat berlilit (stranded wire), dan kawat
berongga (hallow wire).
1. Kawat Padat
Kawat padat merupakan kawat tunggal yang berpenampang bulat dan
banyak dibuat dalam ukuran yang kecil, karena kawat padat yang berpenampang
besar akan kaku dan kokoh sehingga sukar dibengkokkan dan tidak fleksibel.
Oleh karena itu banyak sekali kerugian-kerugian yang dimiliki bila dipakai kawat
padat tersebut, terutama bila terjadi kawat putus maupun bila terjadi proses korosi
pada kawat, dan kawat padat ini mempunyai kekuatan tarik yang rendah, sehingga
tidak ekonomis penggunaannya. Biasanya kawat padat ini digunakan untuk
jaringan distribusi sekunder atau jaringan pelayanan (service) ke konsumen, serta
untuk jaringan telepon maupun instalasi rumah dan gedung-gedung. Walaupun
digunakan untuk jaringan distribusi tegangan rendah, hanya untuk gawang-
gawang yang pendek. Penggunakan kawat padat ini sudah mulai dihindari
pemakaiannya, selain tidak ekonomis juga pendistribusian tenaga listrik akan
mengalami hambatan-hambatan bila terjadi kawat putus, dan gejala-gejala listrik
lainnya.
2. Kawat Berlilit
Kawat berlilit merupakan sejumlah kawat padat yang dipilin secara
berlapis-lapis terkonsentris membentuk lingkaran dalam suatu lilitan dengan
penampang yang sama. Salah satu kawat yang terdapat ditengah sebagai pusat
kawat tidak ikut dipilin. Oleh karena itu kawat berlilit akan memiliki ukuran yang
besar, lebih kaku dan mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi serta mudah
lentur. Jenis kawat yang dipilin ini biasanya tidak hanya terdiri dari satu jenis
kawat. Untuk meningkatkan sifat-sifat kawat berlilit ini digunakan kawat yang
terdiri dari beberapa macam kawat. Kombinasi dari beberapa kawat penghantar ini
disesuaikan dengan penggunaan untuk jaringan tenaga listrik pada tegangan yang
dipakai. Makin tinggi tegangan suatu sistem makin disesuaikan kombinasi
kawatlogam tersebut tanpa meninggalkan sifat logam itu sebagai kawat
penghantar. Kawat berlilit yang dikombinasikan ini umumnya digunakan hanya
untuksaluran transmisi tegangan tinggi maupun untuk saluran tegangan ekstra
tinggi (extra high voltage) dan saluran tegangan ultra tinggi (ultra high voltage)
untuk gawang-gawang yang lebar. Jumlah serat (berkas) kawat dalam kawat
penghantar tersebut ditentukan oleh banyaknya lapisan, dan dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
N = 3 n2 - 3 n + 1
Dimana :
n = jumlah lapisan
N = banyak serat/berkas kawat pada penghantar
Jumlah berkas kawat biasanya terdiri dari 7, 19, 37, 61, 71, dan 127
berkas/serat. Untuk jaringan distribusi pada umumnya dipakai 7 berkas/serat
kawat penghantar, dimana satu kawat sebagai kawat pusat yang berada ditengah
sedangkan 6 berkas/serat kawar melilitinya.
Kawat berlilit ini selain menguntungkan dari segi penggunaannya juga
sangat baik dari segi keamanan dan pemeliharaannya dibandingkan dengan kawat
padat. Jenis kawat berlilit ini adalah kawat tembaga berlilit (standed copper
conductor), kawat aluminium berlilit (stranded aluminium conductor), kawat
aluminium campuran berlilit, dan kawat tembaga capuran berlilit, dan sebagainya.
Sedangkan kawat berlilit yang menggunakan dua kawat sebagai kombinasi adalah
kawat aluminium conductor steel reinforced (ACSR) dan kawat aluminium
conductor alloy reinforced (ACAR) yang merupakan kombinasi kawat aluminium
dengan kawat baja atau kawat campuran (alloy). Pada jaringan distribusi yang
banyak digunakan adalah kawat aluminium berlilit atau kawat aluminium
campuran berlilit. Perbaikan mutu kawat aluminium ini akan menghasilkan kawat
tarikan keras (hard drawn), kekuatan mekanis tinggi dan beratnya lebih ringan,
walaupun konduktivitasnya agak rendah dari kawat tembaga.
3. Kawat Berongga
Kawat berongga merupakan kawat yang dipilin membentuk suatu
lingkaran dimana ditengah kawat ini tidak ditempatkan satu kawatpun, sehingga
merupakan rongga yang kemudian ditunjang oleh sebuah batang "I" (I beam) atau
sebuah segmen berbentuk cincin. Kawat berongga ini jarang sekali digunakan
untuk jaringan distribusi, selain mahal harganya juga sangat berat. Biasanya
digunakan pada gardu induk sebagai rel penghubung. Kerana kokoh dan
ukurannya besar, kawat ini mempunyai kekuatan mekanis yang sngat besar.
Bentuk kawat berongga ini direncanakan untuk menghindarkan terjadinya
pangaruh kulit (skin effect) pada kawat penghantar.

C. Karakteristik Kawat Penghantar Jaringan


1. Karakteristik Elektris
a. Resistansi Kawat Penghantar
Tiap-tiap logam mempunyai tahanan jenis (ρ) yang tertentu besarnya.
Makin kecil nilai tahanan jenis (resistivity) suatu logam makin baik digunakan
sebagai kawat penghantar. Seperti halnya kawat tembaga mempunyai tahanan
jenis yang paling rendah (0,0175) merupakan logam yang sangat baik digunakan
sebagai kawat penghantar dibandingkan dengan kawat aluminium yang
mempunyai tahanan jenis 0,030. Tahanan jenis inilah yang merupakan salah satu
faktor untuk menentukan besarnya tahanan (resistance) R dalam suatu kawat
penghantar, disamping faktor-faktor luas penampang kawat (A) dan panjang
kawat (l) pada suatu penghantar jaringan. Dimana besarnya tahanan dari suatu
kawat penghantar sebanding dengan panjangnya dan berbanding terbalik dengan
luas penampang kawat, yang dinyatakan dengan persamaan :
R=ρlA
Dimana :
R = besarnya tahanan kawat (Ω)
ρ = nilai tahanan jenis kawat (m/mm)
l = panjang kawat penghantar (m)
A = luas penampang kawat (mm2 )

Makin panjang suatu jaringan makin jauh pula jarak tempuh arus listrik
dan makin besar tahanan kawat tersebut. Sebaliknya kalau diameter kawat makin
besar, maka aliran listrik dapat mengalir dengan mudah dan nilai tahanan makin
kecil. Begitu pula makin besar diameter kawat makin lebar ukuran beban
pelayanan yang harus dilayani. Selain dari pada itu besarnya tahanan suatu kawat
penghantar akan berubah karena pengaruh suhu. Makin besar perbedaan kenaikan
suhu makin bertambah besar tahanan kawat penghantar. Perubahan besarnya nilai
tahanan tersebut sesuai dengan persamaan :
Rt = Rto {1 + α (t - to)}
Dimana :
Rt = besarnya tahanan pada kenaikan suhu t C (Ω)
Rto = besarnya tahanan pada suhu semula (Ω)
t = suhu sekarang (° C)

to = suhu mula-mula (° C)
α = koefisien suhu
b. Konduktivitas Kawat Penghantar
Nilai konduktivitas suatu kawat penghantar dinyatakan sebagai
perbandingan terbalik dengan besarnya tahanan, yang besarnya dinyatakan dengan
persamaan :
C = 1/R
Dimana
C = besarnya konduktivitas kawat penghantar (mho)
Berarti makin besar suatu tahanan kawat penghantar makin kecil nilai
konduktivitasnya. Konduktivitas suatu kawat penghantar ini tergantung pula pada
kemurnian dari logam yang digunakan, akan makin besar bila kemurnian logam
bertambah tinggi dan berkurang bila campurannya bertambah. Karena faktor-
faktor tersebut diatas maka besarnya konduktivitas tidak bisa mencapai nilai tepat
100 %. Apabila digunakan aluminium yang sebelumnya mempunyai
konduktivitas sedikit rendah dari tembaga, nilainya tidak akan berkurang dari 60
%.

Anda mungkin juga menyukai