1. Mengapa terdapat nyeri perut disebelah kanan dan kadang kadang menjalar ke
pundak?
2. Mengapa nyerinya muncul setiap saat makan santan, daging, dan gorengan?
Daging banyak protein yang dapat merangsang pengeuaran cck jadi lebih banyak jadi
vesica fellea lebih banyak kontraksi untuk mengeluarkan cairan empedu, tetapi ada
sumbatannya jadi gabisa keluar. Cairan gabisa keluar kontraksi terus terkanan vesica
fellea meningkat tjd pertumbuhan bakteri nyeri di kuadran kanan atas, mual, muntah
Kolik bilier = terjadi nyeri vesica fellea, tanda bhawa inflamasi udah sampe kantug
empedu. Inflamasi disebabkan migrasi batunya ke collum, batu nyumbat ductus cysticus ke
ductus cholledocus makanya bisa merasakan nyeri di kuadran kanan atas dan menjalar ke
punggung kanan. Nyerinya episodic, dicetuskan oleh makanan yang mengandung lemak.
Lemak masuk ke duodenum merangsang sel enterokinase duodenum untuk mengeluarkan
sekretin dan cck yang berefek pada kontraksi dari vesica fellea yang telah terinflamasi
3. Bagaimana metabolism garam empedu?
4. Apa factor resiko terjadinya penyakit di scenario?
a. Usia
Risiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang
dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
orang degan usia yang lebih muda.1,38 Di Amerika Serikat, 20 % wanita lebih dari 40
tahun mengidap batu empedu.39 Semakin meningkat usia, prevalensi batu empedu
semakin tinggi. Hal ini disebabkan:
a.1. Batu empedu sangat jarang mengalami disolusi spontan.
a.2. Meningkatnya sekresi kolesterol ke dalam empedu sesuai dengan bertambahnya
usia.
a.3. Empedu menjadi semakin litogenik bila usia semakin bertambah
b. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi
kolesterol oleh kandung empedu.41,42 Hingga dekade ke-6, 20 % wanita dan 10 % pria
menderita batu empedu dan prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia,
walaupun umumnya selalu pada wanita.43
c. Berat badan (BMI).
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam
kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi
kontraksi/ pengosongan kandung empedu.1,42
d. Makanan.
Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak hewani berisiko untuk
menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan komponen dari lemak. Jika kadar kolesterol
yang terdapat dalam cairan empedu melebihi batas normal, cairan empedu dapat
mengendap dan lama kelamaan menjadi batu. Intake rendah klorida, kehilangan berat
badan yang cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Aktifitas fisik.
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis.
Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi
5. Bagaimana interpretasi dari profil lipid di scenario?
a. LEUKOSIT (MENINGKAT)
a.
b. BILIRUBIN DIRECT (MENINGKAT)
a.
d. LDL (MENINGKAT)
a.
e. HDL (NORMAL)
a.
f. TRIGLISERIDA (MENINGKAT)
Sumber : Pedoman Interpretasi Data Klinik (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia)
2011
b) Kolesistografi Oral
Tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung empedu bila ada obstruksi
sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk kolesistitis akut.
c) USG (Ultrasonografi)
Sebaiknya dikerjakan secara rutin dan sangat bermanfaat untuk memperlihatkan
besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran empedu
ekstra hepatic. Nilai kepekaan dan ketepatan USG 90-95%.
e) CT scan abdomen
Kurang sensitive dan mahal tapi mampu memperlihatkan adanya abses perikolesistik
yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG.
KOLELITIASIS
a) ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography)
Sangat bermanfaat untuk mendeteksi batu di saluran empedu dengan sensitifitas
90%, spesifisitas 98%, dan akurasi 96%.
b) MRCP (Magnetic Resonance Cholangiopancreatography)
Teknik pencitraan dengan gema magnet tanpa menggunakan zat kontras,
instrument, dan radiasi ion. Pada MRCP saluran empedu akan terlihat sebagai
struktur yang terang karena mempunyai intensitas sinyal tinggi sedangkan batu
saluran empedu akan terlihat sebagai intensitas sinyal rendah yang dikelilingi
empedu dengan intensitas sinyal yang tinggi, sehingga metode ini cocok untuk
mendiagnosis batu di saluran empedu.
c) EUS (Endoscopic Ultrasonography)
Metode pemeriksaan dengan memakai instrument gastroskop dengan echoprobe di
ujung skop yang dapat terus berputar. Dibandingkan dengan ultrasound
transabdominal EUS akan memberikan gambaran pencitraan yang jauh lebih jelas
sebab echoprobe nya di taruh di dekat organ yang di periksa.
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. Halaman 2019-2020 dan 2023-
2024