PENELITIAN OBSERVASIONAL
Adalah penelitian yang tidak melakukan manipulasi/intervensi/perlakuan pada subjek yang
ditelitinya serta melihat dan mengukur tapi bukan dari sesuatu yang diintervensikan.
PENELITIAN EKSPERIMENTAL
Adalah suatu penelitian dimana peneliti mempunyai otoritas/kewenangan untuk
memanipulasi/mengintervensi/memberikan perlakuan pada subjek yang ditelitinya lalu dapat
dilihat akibat dari perlakuan yang telah diberikan tersebut.
1) Riset Eksperimental
Untuk menggambarkan riset experimental bisa dilakukan pada dua kelompok biasanya jadi
pada satu kelompoknya disebut kontrol tanpa diberi perlakuan sedangkan kelompok lainnya
diberikan perlakuan.
2) Quasi Eksperimental
Biasanya penelitian eksperimen murni kelompok subjeknya ditentuin secara acak. Jadi akan
didapatkan kesamaan atau kesetaraan kelompok yang ada di batas-batas fluktuasi acak.
Hasibuan, Zainal, A., 2007, Metodologi Penelitian
9. Apa yang dimaksud dengan sampel pada penelitian dan metode sampling?
a. Probability
1. SIMPLE RANDOM SAMPLING
Menghitung terlebih dahulu populasi, dan dirandom diambil sembarang setiap undian
keluar
2. SYTEMATIC SAMPLING
Diberi nomor urut dan diambil secara sama misal nomor urut 10, dan keliapatn 10
memilih sampel dari suatu urutan daftar menurut urutan tertentu, missal tiap individu
urutan no ke-n (10, 15, 20 dst)
3. STRATIFIED RANDOM SAMPLING
Ditemukan adanya pembatasan tertentu,sehingga kolompok di sebut strata
4. CLUSTER SAMPLING
Pengambilan sample dari area yang lebih besar sampai yang area lebih kecil diambil
sampel
b. Non probability
1. Consecutive sampling
Setiap pasien yang memenuhi kriteria selalu dimasukan dalam penelitian
2. Convinience sampling
Sample diambil tanpa sistematika tertentu
3. Judgmental sampling
Sample yang diambil adalah sample yang bisa memberikan informasi lengkap yang
berkaitan dengan variabel yang ada dalam penelitian
Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.SUDIGDO SASTROASMORO.hal 46-5
10. Apakah yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan sampel agar valid dan reliable?
RELIABILITAS
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara internal dan eksternal (Sugiyono,
2010). Secara internal, reliabilitas dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir
yang ada pada instrumen dengan teknik internal consistency. Hal ini dilakukan dengan cara
mengujicobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik
belah dua dari Spearman Brown (Split Half), KR-20 atau KR-21 (Kuder-Richarson), dan
Anova Hyot (Analisis Varians), serta BEST digitek test scoring. Spearman Brown mengukur
konsistensi pengambilan aitem. KR-20 mengukur konsistensi jawaban terhadap semua aitem
dan menunjukkan dua sumber kesalahan, yaitu: pemilihan aitem dan heterogenitas dari
sampel (Jacobs, 1991). Secara eksternal, pengujian dapat dilakukan dengan cara berikut:
1) Test-retest.
Pengujian test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen yang sama beberapa
kali pada responden yang sama, namun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas
diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan
reliabel.
2) Equvalent.
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, namun menggunakan dua instrumen
yang berbeda, pada responden yang sama, dan waktu yang sama. Reliabilitas dihitung
dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen
yang dijadikan equivalent.
3) Gabungan.
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalent beberapa
kali kepada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan mengkorelasikan dua
instrumen, kemudian dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan
secara silang.
VALIDITAS
Cara pengujian validitas sebagai berikut (Sugiyono, 2010):
1) Pengujian validitas konstruk
Pengujian validitas konstruk dapat menggunakan pendapat para ahli mengenai aspek
yang akan diukur. Kemudian dilakukan ujicoba instrumen pada sampel dari populasi
yang akan digunakan. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruk
dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item
instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
Pengujian validitas seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan
dengan cara mencari daya pembeda skor tiap aitem dari kelompok yang memberikan
jawaban tinggi dan jawaban rendah. Pengujian analisis daya pembeda dapat
menggunakan t-test.
2) Pengujian validitas isi
Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
Di sisi lain, pengujian validitas isi dari instrumen yang akan mengukur efektivitas
pelaksanaan program, dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Untuk menguji validitas butir-butir
instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan kepada para ahli, selanjutnya
diujicobakan, dan dilakukan analisis aitem atau uji beda.
3) Pengujian validitas eksternal
Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan)
antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di
lapangan. Bila terdapat kesamaan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut
memiliki validitas eksternal yang tinggi.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan ketika peneliti akan menentukan
sampel penelitiannya :
1) Probabilitas
Asas ini mengandung arti bahwa setiap estimasi dan keputusan yang dihasilkan dapat
melalui pengujian statistik berdasarkan data sampel, selalu mengandung resiko salah atau
ketidakpastian. Besar resiko salah atau ketidakpastian dari hasil pengujian statistik
dinyatakan secara probabilitas
2) Standart error
Secara teoritis apabila ditarik sampel dengan besar tertentu dari populasinya, maka akan
didapatkan banyak kemungkinan sampel. Masing-masing sampel akan mempunyai
perhitungan yang saling berbeda besarnya. Bila perhitungan yang berbeda besarnya
tersebut diambil rata-ratanya, akan diperoleh nilai yang besarnya mendekati atau sama
dengan parameter. Simpangan baku (standart deviation) dari distribusi kemungkinan
statistik yang diperoleh dari masing-masing sampel disebut sebagai standart
error (kesalahan baku).
3) Distribusi Teoritis
Dalam penentuan besar sampel, secara teoritis diperoleh banyak kemungkinan sampel
yang masing-masing mempunyai perhitungan yang berbeda. Perhitungannya dapat berupa
nilai rata-rata, proporsi, koefisien korelasi perbedaan dua nilai rata-rata, perbedaan dua
porposi, atau nilai-nilai statistik yang lain. Statistik yang bervariasi dari sampel ke
sampel, secara teoritis akan membentuk suatu distribusi yang dikenal dengan distribusu
teoritis.
Distribusi teoritis dari sifat yang diukur pada umumnya cenderung mengikuti distribusi
normal. Walaupun distribusi sifat dalam sampel tidak normal, namun distribusi teoritis
mungkin saja normal. Distribusi teoritis semakin mendekati normal dengan semakin
besarnya sampel. Distribusi normal merupakan distribusi yang penting dalam analisis
statistik inferensial. Pengujian statistik yang didasarkan atas distribusi normal disebut
juga sebagai analisis statistik parametrik.
Dalam menentukan besar sampel, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
adalah jenis dan rancangan penelitian, tujuan penelitian, jumlah populasi atau sampel,
tehnik sampling, jenis (skala pengukuran) data variabel dependen, tingkat kepercayaan
atau ketelitian penyimpangan yang masih dapat ditoleransi