Anda di halaman 1dari 7

1.

Bagaimana letak kelainan anatomi vena superfisial maupun profunda ekstremitas


bawah?

2. Fisiologi vena superfisial maupun profunda ekstremitas bawah?

Faktor yg mempengaruhi jalannya vena tekanan, kontraktilitas


3. Bagaimana patfis dari varises ,ulkus/ulserasi pada varises?

Katup letaknya di v superfisial , profunda???


4. Mengapa tungkai terasa berat dan pegal saat OR/ berjalan jauh?
5. Apa hubungan kehamilan ke 4 dengan diagnosis varises?
Selama kehamilan faktor hormonal meningkatkan distensibilitas dinding vena dan
melemahkan katup, pada saat yang sama pembuluh darah harus mengakomodasi volume
darah yang bertambah. Pada semester kedua dan ketiga kehamilan, rahim yang membesar
menekan vena cava inferior. Hal ini menyebabkan hipertensi vena lebih lanjut dan distensi
sekunder pembuluh darah di kaki
6. Mengapa gejalanya timbuh hanya pada kaki kanan?
7. Apa hub dari usia dengan Dx?
Dinding vena menjadi lemah karena lamina elastis menjadi tipis dan atrofik bersama
dengan adanya degenerasi otot polos. Disamping itu akan terdapat atrofi otot betis
sehingga tonus otot menurun.

8. Apa etiologi dari skenario?


a. Riwayat keluarga
Ditunjukkan dengan terjadinya penyakit yang sama pada beberapa anggota keluarga
dan gambaran VVTB pada usia remaja.
b. Usia
Seiring bertambahnya usia insiden VVTB akan meningkat. Dinding vena menjadi
lemah karena lamina elastis menjadi tipis dan atrofik bersama dengan adanya
degenerasi otot polos. Disamping itu akan terdapat atrofi otot betis sehingga tonus
otot menurun.
c. Overweight/obesitas
Resiko terkena VVTB lebih tinggi pada seseorang dengan BMI (Body Mass Index)
yang tinggi dibanding seseorang dengan usia yang sama dengan berat badan sesuai.
Terdapat hipotesis yang menyatakan hal ini dihubungkan dengan tekanan hidrostatik
yang meningkat akibat peningkatan volume darah serta kecenderungan jeleknya
struktur penyangga vena.
d. Multiparitas kehamilan
Pengaruh hormonal, peningkatan volume darah, dan obstruksi akibat pembesaran
uterus merupakan penyebab VVTB pada kehamilan, namun VVTB akan mengalami
perbaikan 3-12 bulan setelah melahirkan. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa
terjadi prevalensi VVTB yang lebih tinggi pada penderita dengan kehamilan lebih
dari dua kali.
e. Faktor hormonal
o Estrogen menyebabkan relaksasi otot polos dan perlunakan jaringan kolagen
sehingga meningkatkan distensibilitas vena. Selain itu dapat meningkatkan
permeabilitas kapiler dan edem.
o Progesteron menyebabkan penurunan tonus vena dan peningkatan kapasitas
vena sehingga dapat menginduksi terjadinya stasis vena, hal ini disebabkan
karena adanya hambatan pada aktomiosin kontraktil dinding vena.
Hal ini dapat dilihat pada penderita yang mendapat terapi hormonal atau pada
siklus menstruasi.

f. Faktor berdiri lama


Peningkatan tekanan hidrostatik kronis pada pekerjaan yang membutuhkan berdiri
lama juga berperan dalam menimbulkan VVTB. Pada posisi tersebut tekanan vena
menjadi 10 kali lebih besar, sehingga vena akan teregang di luar batas kemampuan
elastisitasnya sehingga terjadi inkompetensi pada katup.
g. Pemakaian pelindung kaki yang ketat
Pemakaian pelindung kaki antara lain seperti kaos kaki, compression stocking saat
maupun setelah melakukan aktivitas pekerjaan dapat mencegah terjadinya VVTB.
h. Elevasi tungkai
Tungkai dinaikkan (15-20 cm) saat tidur dapat mencegah terjadinya VVTB.
i. Merokok
Jangka panjang merokok memiliki efek yang merugikan pada sistem vena. Pada
perokok, modifikasi kimia diduga terjadi pada endothelium vena. Modifikasi ini dapat
menyebabkan peningkatan tonisitas vasomotor dan proliferasi otot polos. Reaksi ini
bisa menjelaskan perubahan dalam dinding vena yang menyebabkan terjadinya
VVTB.
j. Konsumsi alkohol
Penyalahgunaan alkohol mengindikasikan risiko yang lebih tinggi insufisiensi vena
tungkai bawah. Alkohol menyebabkan vasodilatasi segera dan penurunan tekanan
darah yang diikuti oleh rebound elevasi tekanan darah.

Svestkova S, Pospisilosa A. Risk factors of chronic venous disease inception. Scripta


Medica (BRNO) 2008; 81 (2): 117-128

9. Px penunjang pada varises?


 Manuver Perthes
Manuver Perthes adalah sebuah teknik untuk membedakan antara aliran darah
retrogade dengan aliran darah antegrade. Tes ini digunakan untuk penentuan
berfungsinya sistem vena profunda. Penderita berdiri beberapa saat lalu dipasang
ikatan elastis di bawah lutut untuk membendung vena superfisial. Kemudian penderita
melakukan gerakan berjingkat beberapa kali agar otot-otot betis berkontraksi sehingga
darah dipompa dari sinusoid vena otot dan vena sekitarnya. Bila vena yang terletak di
distal dari ikatan kempis / kosong berarti katup-katup vena perforantes dan vena
profunda berfungsi baik dan tidak ada sumbatan. Sebaliknya bila vena superfisial
bertambah lebar berarti katup-katup tersebut mengalami kegagalan atau terdapat
sumbatan pada vena profunda.
 Tes Trendelenburg
Tes ini digunakan untuk menentukan derajat insuffisiensi katup pada vena komunikans.
Mula-mula penderita 22 berbaring dengan tungkai yang akan diperiksa ditinggikan 30°-
45° selama beberapa menit untuk mengosongkan vena. Setelah itu dipasang ikatan yang
terbuat dari bahan elastis di paha, tepat di bawah percabangan safenofemoral untuk
membendung vena superfisial setinggi mungkin. Kemudian penderita berdiri dan
pengisian vena diperhatikan. Bila vena lambat sekali terisi ke proksimal, berarti katup
komunikans baik. Vena terisi darah dari peredaran darah kulit dan subkutis. Bila vena
cepat terisi misalnya dalam waktu 30 detik, berarti terdapat insuffisiensi katup
komunikans. Uji Trendelenburg positif berarti terdapat pengisian vena safena yang
patologis.
 Ultrasonografi Doppler
Beberapa pemeriksaan seperti Tes Trendelenburg dan Tes Perthes dapat
memperkirakan derajat dan ketinggian lokasi inkompetensi katup vena, namun
ultrasonografi doppler dapat menunjukkan dengan tepat lokasi katup yang abnormal.
 Duplex ultrasonography
Merupakan modalitas pencitraan standar untuk diagnosis sindrom insuffisiensi
vena dan untuk perencanaan pengobatan serta pemetaan sebelum operasi. Duplex 23
ultrasonography adalah kombinasi dari pencitraan model B dan Doppler. Pencitraan
model B menggunakan tranduser gelombang ultra yang ditempelkan pada kulit sebagai
sumber dan detektor. Pantulan gelombang suara yang terjadi dapat memberikan citra
struktur anatomi, dan pergerakan struktur tersebut dapat dideteksi dalam bentuk
bayangan.
 Plebography
Plebography merupakan pemeriksaan invasif yang menggunakan medium kontras.
Terdapat 4 teknik pemeriksaan yaitu :
o ascending,
o descending,
o intra osseus,
o dan varicography.
Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya sumbatan dan menunjukkan vena yang melebar,
berkelok-kelok serta katup yang rusak. Plebography juga dapat menunjukkan
kekambuhan VVTB paska operasi yang sering disebabkan oleh kelainan vena
perforantes di daerah kanalis Hunter di paha.

Martono HH, Pranaka K. Buku ajar Boedhi-Darmojo Geriatri. Jakarta: Balai penerbit
FKUI; 2009

10. Klasifikasi dari varises?


 Menurut Clinical, Etiological, Anatomic, Pathophysiologic (CEAP)
berdasarkan berat ringan manifestasi klinisnya:
o Derajat 0 : tidak terlihat atau teraba tanda gangguan vena
o Derajat 1 : telangiektasis, vena retikular
o Derajat 2 : varises vena
o Derajat 3 : edem tanpa perubahan kulit
o Derajat 4 : perubahan kulit akibat gangguan vena (pigmentasi, dermatitis statis,
lipodermatosklerosis) 15
o Derajat 5 : perubahan kulit seperti di atas dengan ulkus yang sudah sembuh
o Derajat 6 : perubahan kulit seperti di atas dengan ulkus aktif
 Secara klinis dikelompokkan berdasarkan jenisnya,
- Varises trunkal
Merupakan varises VSM dan VSP, diameter lebih dari 8 mm, warna biru-biru
kehijauan.
- Varises retikular
Varises yang mengenai cabang VSM atau VSP yang umumnya kecil dan berkelok-
kelok, diameter 2-8 mm, warna biru kehijau-hijauan.
- Varises kapiler
Merupakan vena subkutis yang tampak sebagai kelompok serabut halus dari
pembuluh darah, diameter 0,1-1 mm, warna merah, atau sianotik (jarang).
 berdasar berat ringannya, gambaran klinis dibagi atas empat stadium
- Stadium I  Keluhan samar (tidak khas) rasa berat, mudah lelah pada tungkai setelah
berdiri atau duduk lama. Gambaran pelebaran vena berwarna kebiruan tak jelas
- Stadium II  Mulai tampak pelebaran vena, palpabel, dan menonjol 18
- Stadium III Varises tampak jelas, memanjang, berkelok-kelok pada paha atau
tungkai bawah, dapat disertai telangiektasis/spider vein
- Stadium IV Terjadi kelainan kulit dan/atau ulkus karena sindrom insufisiensi vena
menahun

11. Apa DD dan DX?


12. Manifestasi klinis varises?
1. Mula-mula kaki dan tungkai terasa berat, diikuti otot yang mudah pegal,
kaku panas dan sakit di seputar kaki maupun tungkai. Biasanya rasa sakit
dirasakan menjelang malam.
2. Mudah kram, meski kaki dalam kondisi santai.
3. Muncul pelebaran pembuluh darah rambut yang mirip jaring laba-laba .
4. Perubahan warna kulit di seputar mata kaki, akibat tidak lancarnya aliran
darah. Kadang diikuti dengan luka di sekitar mata kaki yang sulit sembuh.
5. Kaki mulai bengkak karena adanya pembendungan darah.
6. Di sekitar pembuluh vena luar pada kulit kaki terasa gatal seperti iritasi
kulit. Perubahan pada pembuluh vena luar, misalnya di betis bagian
belakang tampak urat kebiru-biruan dan berkelok-kelok.
13. Bagaimana komplikasi varises?
Jika kasus ringan, atrofi dan pigmentasi kulit di temukan pada atau
di atas pergelangan kaki, ulserasi sekunder dapat terjadi, sering sebagai akibat dari trauma
kecil atau bukan trauma. Ulser kadang menyebar kedalam variks dan tidak hilang apabila
tungkai dinaikkan dan tekanan lokal dipakai pada bagian yang mengalami pendarahan.
Dasar terjadinya komplikasi pada pasien vena tungkai adalah gangguan hemodinamik
vena tepi. Bila gangguan tersebut segera diatasi, maka penyulit tidak akan terjadi.
Komplikasi yang sering ditemukan adalah pigmentasi disekitar pergelangan kaki (akibat
endapan pigmen hemosiderin pada kulit), dermatitis dan plebitis perifer berulang.
Perdarahan karena varises jarang terjadi tapi akan menyebabkan pasien segera berobat.
Lipodermatosklerosis perubahan kulit berupa pigmentasi dan indurasi jaringan lemak
akibat reaksi inflamasi yang diduga merupakan suatu prerulcer bisa ditemukan pada varises
lanjut atau kegagalan vena menahun. Lokasinya disekitar pergelangan kaki, sesuai
dengan lokasi tukak vena. Bila gangguan hemodinamik vena tepi terus berlangsung,
akhirnya akan terbentuk tukak vena disekitar pergelangan kaki (biasanya dibawah dan
dibelakang dari malleolus medialis atau lateralis), berbentuk lonjang biasanya lebih dari
satu, pinggirnya landai dasarnya rata dan ditutupi keropeng. Sekitar luka kulit berwarna
lebih gelap dari sekitarnya (pigmentasi). Emboli merupakan komplikasi varises yang paling
jarang terjadi, tetapi bisa menyebabkan kematian bila
memasuki sirkulasi pulmonal.
14. Bagaimana edukasi untuk pasien agar tidak terjadi komplikasi ?
 Tidur dengan tungkai dinaikkan (15-20 cm)
 Menghindari berat badan berlebihan. Diet dianjurkan kaya serat
 Hindari berdiri terlalu lama (berjalan lebih baik)
 Kompresi segmental pada tungkai (bebat pergelangan kaki)
 Menggunakan kaus kaki penyokong selama kehamilan
 Berolahraga secara teratur. Olahraga yang dianjurkan yaitu berjalan, berenang,
senam

15. Bagaimana penatalaksanaan farmako?


A. Terapi Non Operatif
1. Kaus Kaki Kompresi (Stocking)
Kaus kaki kompresi membantu memperbaiki gejala dan keadaan hemodinamik
pasien dengan varises vena dan mengilangkan edema. Kaus kaki dengan tekanan 20-
30 mmHg (grade II) memberikan hasil yang maksimal.Pada penelitian didapatkan
sekitar 37-47 % pasien yang menggunakan kaus kaki ini selama 1 tahun setelah
menderita DVT mencegah terjadi ulkus pada kaki.
2. Skleroterapi
Skleroterapi dilakukan dengan menyuntikkan substansi sklerotan kedalam pembuluh
darah yang abnormal sehingga terjadi destruksi endotel yang diikuti dengan
pembentukan jaringan fibrotik. Sklerotan yang digunakan saat yaitu ferric chloride,
salin hipertonik, polidocanol, iodine gliserin, dan sodium tetradecyl sulphate, namun
untuk terapi varises vena safena paling umum digunakan saat ini adalah sodium
tetradecyl sulphate dan polidacanol. Kedua bahan ini dipilih karena sedikit
menimbulkan reaksi alergi, efek pada perubahan warna kulit (penumpukan
hemosiderin) yang rendah, dan jarang menimbulkan kerusakan jaringan apabila
terjadi ekstravasasi ke jaringan.

B. Terapi Minimal Invasif


1. Radiofrekuensi ablasi (RF)
Radiofrekuensi adalah teknik ablasi vena menggunakan kateter radiofrekuensi
yang diletakkan di dalam vena untuk menghangatkan dinding pembuluh darah dan
jaringan sekitar pembuluh darah. Pemanasan ini menyebakan denaturasi protein,
kontraksi kolagen dan penutupan vena.Kateter dimasukkan sampai ujung aktif
kateter berada sedikit sebelah distal SFJ yang dikonfirmasikan dengan pemeriksaan
USG.Ujung kateter menempel pada endotel vena, kemusian energy radiofrekuensi
dihantarkan melalui kateter logam untuk memanaskan pembuluh darah dan jaringan
sekitarnya.Jumlah energy yang diberikan dimonitor melalui sensor termal yang
diletakkan di dalam pembuluh darah. Sensor ini berfungsi mngatur suhu yang sesui
agar ablasi endotel terjadi.
2. Endovenous Laser Therapy (EVLT)
Salah satu pilihan terapi varises vena yang minimal invasive adalah dengan
Endovenous Laser Therapy (EVLT).Keuntungan yang didapat menggunakan pilihan
terapi ini adalah dapat dilakukan pada pasien poliklinis di bawah anestesi
local.EVLT yang secara luas digunakan menggunakan daya sebesar 10 14 watt.
Prosedurnya EVLT menggunakan fibre laser yang dimasukkan ke distal VSM
sampai SFJ dibawah control USG. Prosedur yang dilakukan pertama-tama dialkuakn
anestesi local perivena dengan jalan memberikan infiltrasi di sekitar pembuluh darah
pepanjang VSM. Tujuannya selain memberikan efek analgesia juga memberikan
efek penekanan pada vena agar dinding vena beraposisi dengan fibre yang berperan
sebagai “heat sink” mencegah kerusakan jaringan lokal.
EVLT tidak menyebabkan vena segera menjadi mengecil bila dibandingkan
dengan apabila dilakukan FR ablation, tetapi vena akan mengecil secara gradual
beberapa minggu sampai tidak tampak setelah 6 bulan dengan pemerikasaan USG,
kemudia diikuti dengan kerusakan endotel, nekrosis koagulatif, penyempitan dan
thrombosis vena.
C. Terapi Pembedahan
1. Ambualtory phlebectomy (Stab Avulsion)
Teknik yang digunakan adalah teknik Stab-avulsion dengan menghilangkan
segmen varises yang pendek dan vena retikular dengan jalan melakukan insisi
ukuran kecil dan menggunakan kaitan khusus yang dibuat untuk tujuan ini,
prosedur ini dapat digunakan untuk menghilangkan kelompok varises residual
setelah dilakukan sphenectomy. Mikronisisi dibuat diatas pembuluh darah
menggunakan pisau kecil atau jarum yang berukuran besar. Selanjutnya kaitaN
phlebectomy dimasukkan ke dalam dan vena dicapai melalui mikroinsisi ini.
Menggunakan kaitan kemudian dilakukan traksi pada vena, bagian vena yang
panjang dipisahkan dari perlekatan sekitarnya..bila vena tidak dapat ditarik apat
dilakukan insuisi di tempat lain dan proses diulangi dari awal sampai keseluruhan
vena.

Anda mungkin juga menyukai

  • Nsxjkano
    Nsxjkano
    Dokumen35 halaman
    Nsxjkano
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 M
    LBM 3 M
    Dokumen25 halaman
    LBM 3 M
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • Bahan Ajar Ensepalopati
    Bahan Ajar Ensepalopati
    Dokumen25 halaman
    Bahan Ajar Ensepalopati
    Tomi Rahmadani
    Belum ada peringkat
  • Bagus Ayu - LBM 1 Saraf
    Bagus Ayu - LBM 1 Saraf
    Dokumen30 halaman
    Bagus Ayu - LBM 1 Saraf
    Humam_Aziz_2281
    100% (1)
  • Bab 3 Penurunan Kesadaran PDF
    Bab 3 Penurunan Kesadaran PDF
    Dokumen7 halaman
    Bab 3 Penurunan Kesadaran PDF
    Robi'ahAlAdawiyyah
    Belum ada peringkat
  • 2) Study Case Control
    2) Study Case Control
    Dokumen6 halaman
    2) Study Case Control
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • Edsf
    Edsf
    Dokumen7 halaman
    Edsf
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen47 halaman
    Chapter II
    rani fajra
    Belum ada peringkat
  • Tuberkulosis Kutis
    Tuberkulosis Kutis
    Dokumen30 halaman
    Tuberkulosis Kutis
    Dwi Permana Putra
    Belum ada peringkat
  • LBM 4 EH Armella
    LBM 4 EH Armella
    Dokumen15 halaman
    LBM 4 EH Armella
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • Tetanus
    Tetanus
    Dokumen52 halaman
    Tetanus
    wkwkwkhhhh
    Belum ada peringkat
  • Tuberkulosis Kutis
    Tuberkulosis Kutis
    Dokumen30 halaman
    Tuberkulosis Kutis
    Dwi Permana Putra
    Belum ada peringkat
  • Spin
    Spin
    Dokumen9 halaman
    Spin
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 Modul KPDL
    LBM 2 Modul KPDL
    Dokumen6 halaman
    LBM 2 Modul KPDL
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • Master SGD Ipe LBM 5
    Master SGD Ipe LBM 5
    Dokumen9 halaman
    Master SGD Ipe LBM 5
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • LBM T
    LBM T
    Dokumen12 halaman
    LBM T
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • Ersfq
    Ersfq
    Dokumen8 halaman
    Ersfq
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • LBM
    LBM
    Dokumen7 halaman
    LBM
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • Derajat Sprain
    Derajat Sprain
    Dokumen2 halaman
    Derajat Sprain
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • F 13693 Woc-Askep-Emfisema
    F 13693 Woc-Askep-Emfisema
    Dokumen4 halaman
    F 13693 Woc-Askep-Emfisema
    yuyusprasetiyo
    Belum ada peringkat
  • Sumber: Guyton: Bentuk Thorax Emfisematus
    Sumber: Guyton: Bentuk Thorax Emfisematus
    Dokumen9 halaman
    Sumber: Guyton: Bentuk Thorax Emfisematus
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • Master SGD Ipe LBM 5
    Master SGD Ipe LBM 5
    Dokumen9 halaman
    Master SGD Ipe LBM 5
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • Ersfq
    Ersfq
    Dokumen8 halaman
    Ersfq
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • Derajat Sprain
    Derajat Sprain
    Dokumen2 halaman
    Derajat Sprain
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • PI
    PI
    Dokumen4 halaman
    PI
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • PDF
    PDF
    Dokumen6 halaman
    PDF
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • Ses
    Ses
    Dokumen5 halaman
    Ses
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • Ekg Dokter
    Ekg Dokter
    Dokumen32 halaman
    Ekg Dokter
    Ilham Mustofa
    Belum ada peringkat
  • LBM A
    LBM A
    Dokumen4 halaman
    LBM A
    Armella Azzahra
    Belum ada peringkat
  • CHF
    CHF
    Dokumen19 halaman
    CHF
    elli reski ananda
    Belum ada peringkat