“ S “ DENGAN MASALAH
UTAMA INKONTINENSIA URINE DI WISMA BEBERU PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA PUSPA KARMA MATARAM
BAB 1
PENDAHULUAN
gangguan kesehatan. Hal ini dikarenakan pada lansia mengalami perubahan-perubahan fisiologis
meliputi perubahan pada sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem
urinaria, sistem integumen, dan sistem Muskuluskeletal. Perubahan fisiologis pada sistem
urinaria dapat menyebabkan dan mempermudah lansia mengalami gangguan urinari seperti,
Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan beser sebagai bahasa awam
merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia. Inkontinenensia urine adalah
pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga
inkontinensia urine meliputi dari kadang-kadang keluar hanya berupa tetes urine saja, sampai
Inkontinensia urine merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada laki-laki
banyak anak, pernah mengalami operasi di daerah panggul, yang menderita penyakit kencing
medical reccorde jumlah penderita inkontinensia urine yang dirawat tiga tahun terakhir ini, Yaitu
pada tahun 2009 dari bulan januari sampai bulan desember dengan jumlah penderita 10 orang
dengan perincian jenis kelamin laki – laki berjumlah 3 orang ( 30%) dan perempuan berjumlah 7
orang (70 %). Tahun 2010 dari bulan januari sampai bulan desember berjumlah 10 orang dengan
perincian jenis kelamin laki – laki berjumlah 3 orang(30%) dan perempuan berjumlah 7 orang
(70 %). Tahun 2011 dari bulan januari sampai bulan juni berjumlah 8 orang perincian jenis
kelamin laki – laki berjumlah 3 orang (37%) dan perempuan berjumlah 5 orang (65%).
Dari hasil uraian data diatas dapat kita lihat bahwa terjadi penurunan angka pada kelayan
lanjut usia yang mengalami gaangguan pada eliminasi urine yaitu inkontinensia urine.
Berbagai komplikasi dapat menyertai Inkontinensia Urine seperti infeksi saluran kencing,
gangguan tidur, masalah sosial higiene yang pada akhirnya mengakibatkan isolasi sosial, stress,
luka, lecet, dan tak kalah pentingnya biaya perawatan yang tinggi. Secara tidak langsung masalah
tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, karena umumnya pasien mengurangi minum, karena
kawatir terjadi Inkontinensia Urine, pada pasien yang kurang aktifitas hanya berbaring di tempat
tidur dapat menyebabkan ulkus dekubitus dan dapat meningkatkan resiko infeksi lokal termasuk
Dampak negatif dari Inkontinensia Urine adalah dijahui orang lain karena berbau pesing,
minder, tidak percaya diri, timbul infeksi didaerah kemaluan, pemborosan uang untuk
pemeliharaan kesehatan, tidak bisa beraktifitas dengan baik sehingga pendapatan menurun, tidak
nyaman dalam hubungan seksual akhirnya dapat menurunkan kualitas hidupnya.(Potter & Perry,
2005)
Berbagai cara untuk mengurangi masalah Inkonotinensia urine adalah : megajarkan cara
Latihan Bledder Training tujuannya adalah untuk memperpanjang jarak berkemih yang terkedali
dengan tehnik relaksasi atau distraksi (mengalihkan pikiran dari keinginan berkemih) sehingga
kelayan dapat menahan atau menghambat keinginan berkemih, megajarkan Latihan Kandung
Kemih tujuannya adalah untuk menghidari terjadinya distensi berlebih. dan selain itu kita juga
bisa mengajarkan Latihan Kegel tujuannya adalah untuk mengkontraksikan otot dasar panggul
dengan cara seolah-olah sedang menahan keluarnya flatus atau feses. (Roger Waston,2003)
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil Proposal Laporan Akhir
dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Kelayan Dengan Diagnosa Medis Inkontinensia Urine
Penulis dapat menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Lansia Ny ”S” dengan
Penulis mampu :
a. Menjelaskan konsep dasar proses menua mulai dari pengertian, batasan-batasan pada lanjut
usia, teori-teori proses menua, perubahan-peruhan yang terjadi pada lanjut usia.
b. Menjelaskan konsep dasar Inkontinensia Urine mulai dari pengertian, klasifikasi, etiologi,
c. Melakukan pengkajian pada klien Lansia Ny ”S” dengan diagnosa medis Inkontinensia Urine.
d. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien Lansia Ny ”S” dengan diagnosa medis
Inkontinensia Urine.
e. Menyusun rencana keperawatan pada klien Lansia Ny ”S” dengan dianosa medis Inkontinensia
Urine.
f. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Lansia Ny ”S” dengan diagnosa medis
Inkontinensia Urine.
g. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien Lansia Ny ”S” dengan diagnosa medis
Inkontinensia Urine.
1.3.1 Waktu
Waktu pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada kasus kelolaan Tanggal 07-11 Maret 2012
1.3.2 Tempat
Tempat pengambilan kasus kelolaan di Wisma Beberu Panti Sosial Tresna Werhda (PSTW)
BAB 1 berisi Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penelitian, tempat dan waktu
tanda dan gejala penatalaksanaan, komplikasi serta konsep asuhan keperawatan, mulai dari
BAB 4 adalah kesimpulan dan saran diangkat berdasarkan kesenjangan antara landasan
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian
Proses menua adalah Konsekwensi yang tidak dapat di hindari (rojer waston, 2003). Suatu
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (H. Handi Martono, 2004). Dan proses menua
merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan
a. Teori Biologi
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program genetik didalam
nuklei.jam ini berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya
maka akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukan oleh hasil penelitian
haiflik (1980), dari teori itu ditunjukkan dengan adanya teori membelah sel dalam kultur dengan
umur spesies mutasi somatik (teori errorcatastrophe). hal penting lainnya yang perlu diperhatikan
dalam menganalisis faktor penyebab terjadi proses menua adalah faktor lingkungan yang
menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur
menurut teori ini terjadi mutasi progresif pada DNA sel somatic akan menybabkan terjadinya
2) Teori Error
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh penumpukan berbagai macam kesalahan
sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme
yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
3) Teori Autoimun
Proses menua dapat terjadi akibat peurbahan protein pasca translasi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self
Recognition). Jika mutasi somatic dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel
maka hal ini akan mengakibatkan menganggap sel mengalami perubahan tersebut sebagai sel
asing dan menghancurkannya. Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi
Diprihal lain sistem imun tubuh sendiri daya bertahannya mengalami penurunan pada
proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia.
radikal bebas dapat berupa : superoksida (02), radikal hidroksil, dan H2O2. radikal bebas sangat
merusak karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi degan DNA, protein dan asam lemak tak
jenuh. Makin tua umur maki banyak terbentuk radikal bebas sehingga proses perusakan terus
5) Teori kolagen
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh rusak. Peningkatan jumlah kolagen
dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel
jaringan.
b. Teori Psikososial
1) Activity Theory
Adanya suatu kepribadiaan berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang
meningkatkan stress
3) Dissaggement Theory
Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan masyarakat, hubungan dengan individu
lain
Karena orang digolongkan dalam usia tua dan mempercepat proses penuaan
Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang mencapai
6) Jung Theory
a. Sel
b. Sistem kardiovaskuler
a) Katup jantung menebal dan menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah menurun 1 %
setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan meurunnya kontraksi dan
volumenya.
b) Kehilangan elastisitas pembuluh darah kurangnya evektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi perubahan posisi tidur, duduk menyebabkan tekanan darah menurun yaitu menjadi 65
c. Sistem pernapasan
bertambahnya usia.
d. Sistem persyarafan
1) Berat otak menurun 10-20% (setaip orang berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap harinya)
e. Sistem gastrointestinal
1) kehilangan gigi : penyebab utama periodontal disease yang biasa terjdi setelah umur 30 tahun
2) Indra pengecap menurun : adanya iritasi kronis dan selaput lender,atropi indra pengecap(+
3) Esofagus melebar
4) lambung :rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun
7) liver (hati) : makin mengecil dan menurunya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah
f. Sistem Genitourinaria
1) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin darah yang
masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjaldisebut nefron (tepatnya di
glurumerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi aliran darah ke ginjal menurun
urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya +1) BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat
2) Vesika urinaria
frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia
sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urine sedangkan pada wanita lansia, terjadi
penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan
Inkontinensia urine.
3) Vagina
Orang-orang yang makin menua sexsual intercourse masih juga membutuhkannya, tidak
ada batasan umur tertentu. Fungsi sexsual seseorang berhenti sexsual intercourse cendrung
menurun secara bertahap tiap tahun, pembesaran prostat +75% dialami oleh pria usia diatas 65
tahun.
g. Sistem endokrin
1) Sistem pendengaran
2) Sistem penglihatan
3) Rabaan
Indra perabaan memberikan perasaan paling intim dan paling mudah untuk menerjemahkan. Bila
Empat rasa yaitu manis, asem asin, dan pahit. Diantaranya rasa manis yang paling tumpul.
i. Sistem integumen
2) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses kreatinisasi serta perubahan
j. Sistem muskuluskeletal
1) Penurunan progresif dan grandual masa tulang mulai terjadi sebelum 40 tahun.
3) Kifosis
7) Serabut-serabut otot mengecil sehingga orang bergerak menjadi lamban otot-otot kram dan
menjadi tremor.
2.2.1 Pengertian
Inkontinensia urine (beser) adalah kondisi ketika dorongan berkemih tidak mampu
dikontrol oleh sfingter ekternal. (Mubarak wahit iqbal & chayatin Nurul, 2007)
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan otot sfingter ekternal sementara atau
Inkontinensia urine adalah keluarnya urin secara tidak terkendali atau tidak pada
Inkontinensia urine adalah eliminasi urine dari kandung kemih tidak terkendali atau terjadi
b. dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih),
1) Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Ginjal merupakan organ yang berbentuk
seperti kacang, terletak retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal.
Gambar 2.2 Anatomi Ginjal (C. Scanlon Valerie dan Sanders Tina, 2007)
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena adanya hepar
pada sisi kanan. Sebuah grandula adrenalis terletak pada bagian atas setiap ginjal. Setiap ginjal
memiliki ujung atas dan bawah membulat (ujung superior dan inferior), margo lateral membulat
konvers, dan pada margo medialis terdapat cekungan yang disebut hilum.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh
darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin
yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua sampai tiga kalik mayor yang masing-masing akan
Struktur nefron : ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk
urine.
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang
tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,
bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.
b) Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida, fospat
dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus
proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat
bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan
c) Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
Ginjal merupakan organ terpenting dari tubuh manusia maka dari itu ginjal mempunyai beberapa
(1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
(3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
(4) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Setiap Nefron terdiri dari Tubulus renalis, Glomerulus dan pembuluh darah yang menyertainya.
Tubulus renalis adalah tabung panjang yang bengkok, dilapisi oleh sel kuboid.
Suplai darah : Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan
arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria
interlobularis kemudian menjadi arteri aorta.Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke Glomerulus adalah pusaran
kapiler yang tertutup dalam kapsula bowmen. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus
disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava
inferior.
2) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya
± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan
b) Lapisan tengah lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
c) Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi).
letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang
4) Urethra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air
d) Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai
saluran ekskresi.
(a) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. mengandung jaringan
(c) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
2.2.3 Klasifikasi
a. Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia Dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengluaran urin
tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
b. Inkontinensia Total
c. Inkontinensia Stres
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kehilangan urin kurang dari 50 ml,
d. Inkontinensia refleks
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluran urin yang tidak dirasakan,
terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bilala volume kandung kemih mencapai jumlah
tertentu.
e. Inkontinensia fungsional
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin tanpa disadari dan tidk
dapat diperkirakan.
2.2.4 Etiologi
a. Poliuria, nokturia
b. Gagal jantung
d. Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan oleh :
1) penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan
3) Obesitas
1) Inkontinensia Dorongan
a) Sering miksi
2) Inkontinensia total
3) Inkontinensia stres
c) Sering miksi.
4) Inkontinensia refleks
5) Inkontinensia fungsional
1) Inkontinensia dorongan gejalanya adalah berkemih sering disertai oleh tingginya frekuensi
berkemih (lebih sering dari 2 jam sekali). Spasme kandung kemih atau kontraktur berkemih
dalam jumlah kecil (kurang dari 100 ml) atau dalam jumlah besar (lebih dari 500 ml).
2) Inkontinensia total gejalanya adalah urine tetap mengalir pada waktu-waktu yang tidak dapat
3) Inkontinensia stres gejalanya adalah keluarnya urine pada saat tekanan intra abdomen meningkat
4) Inkontinensia refleks gejalanya adalah Tidak menyadari bahwa kandung kemihnya sudah terisi,
kurangnya untuk berkemih, kontraksi spasme kandung kemih yang tidak dicegah.
2.2.6 Patofisiologi
a. Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem Perkemihan Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300-600 ml. Dengan sensasi keinginan
untuk berkemih diantara 150-350 ml. Berkemih dapat ditundas 1-2 jam sejak keinginan
berkemih dirasakan. Ketika keinginan berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor
kontrasi dan sfingter internal dan sfingter ekternal relaksasi,yang membuka uretra. pada orang
Pada lansia tidak semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml atau kurang dianggap
adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml mengindikasikan adanya retensi urine.
Perubahan yang lainnya pada peroses penuaan adalah terjadinya kontrasi kandung
kemih tanpa disadari. wanita lansia, terjadi penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi
jaringan uretra dan efek akibat melahirkan mengakibatkan penurunan pada otot-otot
b. Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih. Terjadi
hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam kandung
kemih sampai kapasitas berlebihan. Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung
2.2.7 Pathway
Prubahan struktur kandung kemih
Prubanan neurologik
Inkontinensia urgensi
Inkontinensia luapan
Inkontinensia urine
Inkontinensia fungsional
Inkontinensia
Sisa-sisa urin pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan fisis. Pengukuran
yang spesifik dapat dilakukan dengan ultrasound atau kateterisasi urin. Merembesnya urin pada
saat dilakukan penekanan dapat juga dilakukan. Evaluasi tersebut juga harus dikerjakan ketika
kandung kemih penuh dan ada desakan keinginan untuk berkemih. Diminta untuk batuk ketika
sedang diperiksa dalam posisi litotomi atau berdiri. Merembesnya urin seringkali dapat dilihat.
Informasi yang dapat diperoleh antara lain saat pertama ada keinginan berkemih, ada atau tidak
adanya kontraksi kandung kemih tak terkendali, dan kapasitas kandung kemih.
a. Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk menentukan fungsi ginjal
Tes laboratorium tambahan seperti kultur urin, blood urea nitrogen, creatinin,
kalsiumglukosasitologi.
b. Catatan berkemih
Catatan Berkemih dilakukan untuk mengetahui pola berkemih. Catatan ini digunakan
untuk mencatat waktu dan jumlah urin saat mengalami inkontinensia urine dan tidak
inkontinensia urine, dan gejala berkaitan denga inkontinensia urine. Pencatatan pola berkemih
tersebut dilakukan selam 1-3 hari. Catatan tersebut dapat digunakan untuk memantau respons
terapi dan juga dapat dipakai sebagai intervensi terapiutik karena dapat menyadarkan pasien
faktor pemicu.
2.2.9 Penatalaksanaan
dan jumlah urin yang keluar, baik yang keluar secara normal, maupun yang keluar karena tak
tertahan, selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis minuman yang diminum.
seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi, dan lain-lain.
Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah : Melakukan latihan menahan kemih
(memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga
frekwensi berkemih 6-7 x/hari. Lansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk berkemih bila
belum waktunya.
Lansia dianjurkan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula setiap jam,
selanjutnya diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin berkemih setiap 2-3
jam.Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kebiasaan
lansia. Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi berkemih
mereka serta dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila ingin berkemih. Teknik ini
dilakukan pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif (berpikir). Melakukan latihan otot dasar
Adapun cara-cara mengkontraksikan otot dasar panggul tersebut adalah dengan cara :
Berdiri di lantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka, kemudian pinggul
digoyangkan ke kanan dan ke kiri ± 10 kali, ke depan ke belakang ± 10 kali. Gerakan seolah-
olah memotong feses pada saat kita buang air besar dilakukan ± 10 kali. Hal ini dilakukan agar
otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan urethra dapat tertutup dengan baik.
c. Terapi farmakologi
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik seperti
diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra.
Pada sfingter relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau alfakolinergik antagonis
seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan terapi diberikan secara singkat.
d. Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi, bila terapi
non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia tipe overflow umumnya
memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan retensi urin. Terapi ini dilakukan
terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita).
e. Modalitas lain
Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan inkontinensia
urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami inkontinensia urin,
diantaranya adalah pampers, kateter, dan alat bantu toilet seperti urinal, komod dan
bedepan.
(http://fikristikep.blogspot.com/2009)
Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu,
keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan (Nasrul Efendi, 1995).
Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan secara langsung kepada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan
berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai profesi yang berdasarkan pada kebutuhan
objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien (Ali Zaidin, 2001).
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respon manusia
dengan klien, keluarga, orang terdekat, dan masyarakat (Carol Vestal Allen, 1998).
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
Pada tahap pertama (pengkajian) ini kegiatan yang harus dilakukan adalah mengumpulkan
data.
a. Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi sistematik tentang klien termasuk kekuatan
Adapun data-data yang akan dikumpulkan dikaji pada asuhan keperawatan kelayan dengan
1) Identitas Klien
2) Keluhan Utama
Pada kelayan Inkontinensia Urine keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia, urgence,
Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha yang telah
Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK (Infeksi Saluran Kemih) yang berulang.
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit
6) Pemeriksaan Fisik
B1-B6
a) B1 (breathing)
Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai oksigen menurun. kaji
b) B2 (blood)
c) B3 (brain)
d) B4 (bladder)
Inspeksi :periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena adanya aktivitas
mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta disertai keluarnya darah apabila ada lesi
pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada meatus uretra, banyak kencing dan nyeri
infeksi, apakah klien terpasang kateter sebelumnya. Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah
supra pubik / pelvis, seperti rasa terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu
kencing.
e) B5 (bowel)
Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan abdomen, adanya
f) B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas yang lain, adakah nyeri
pada persendian.
b. Pengelompokan Data
menurut data subyektif adalah menunjukan persepsi dan sensasi kelayan tentang masalah
kesehatan dan data obyektif adalah informasi dimana perawat dapat melihat, merasakan,
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
b. Potensial yaitu kemungkinan masalah akan timbul bila tindakan keperawatan tidak dilakukan.
a. Sign/ symptom (tanda/ gejala) adalah ciri, tanda, gejala yang merupakan informasi yang
b. Etiologi (penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebeb keadaan/ masalah kesehatan yang
c. Problem (masalah) adalah gambaran keadaan pasien dimana tindakan keperawatan dapat
Diagnosa Keperawatan pada Inkontinensia Urine menurut (Roger Waston, 2003) sebagai berikut
a. Inkontinensia Stres berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang latihan dasar pelvis.
b. Inkontinensia refleks berhubungan dengan lesi medula spinalis diatas arkus refleks.
keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan maka dapat diketahuui diagnosis mana
yang dapt di lakukan atau yang dapat di atasi pertama kali atau yang segera di lakukan.dalam
belakangi dari prinsip perrtolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas
b. Menentukan tujuan
Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi diagnosis keperwatan dengan
Kriteria hasil (hasil yang di harapkan) merupakan standar evaluasi yang merupakan
ganmbarantentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujua telah tercapai dan
digunakan untuk membuat pertimbangan dengan cirri-ciri sebagai berikut : setiap kriteria hasil
berhubungan dengan tujuan yang telah di tetapkan ,hasil yang telah di tetapkan dalam kriteria
hasil memungkinkan untuk di capai,setiap kriteria hasil adalah pernyataan sesuatu yang
M : Measurable (tujuan keperawan harus dapat di ukur, khususnya pada prilaku kelayan, dapat
Langkah dalam penentuan tahap perencanaan ini di laksanakan setelah menentukan tujuan
kriteria hasil yang diharapkan dengan menentukan tindakan apa yang akan di laksanakan dalam
1. 1.Inkontinensia Diharapkan setelah dilakukan tindakan 1.pantau dan catat 1.Deteksi masalah
Stres keperawatan klien dapat pegetahui masukan dan Untuk dapat
berhubungan tentang latihan dasar pelvis dengan haluaran mengetahui apa
dengan kurang kriteria : karakteristik penyebab
pengetahuan 1. melaporkan pengurangan urine kaji inkontinensia
tentang latihan inkontinensia kehilangan
dasar pelvis 2. mampu mengukapkan penyebab tonus otot
inkontinensia dan alasan untuk karena : 2.Melatih kekuatan
perawatan a. Melahirkan kandung kemih
b. Kegemukan
c. Proses penuaan 3.Latihan kegel
2. Minta perwat adalah untuk
atau bidan untuk menguatkan dan
latihan lebih mempertahankan
efektif tonus otot
3. ajarkan untuk pubokogsigeal
mengidentifikasi yang menyangga
otot – otot dasar organ-organ
pelvis dan pelvis
kekuatan saat
melakukan
latihan kegel
(2) (5)
(1
)
(4)
Inkontinenia
overflow 1. Mengetahui
penyebab
berhubungan obstruksi
dengan obtruksi
pada kandung 2. Melancarkan
kemih proses berkemih
5. 1. Kaji obstruksi
pada kandung 3. Memberikan rasa
kemih
nyaman pada
klien
2. Lakukan
pembedahan
jika terjadi
pembesaran
prostad
3. Lakukan
kateterisasi,bila
perlu secara
intermiten,dan
kalau tidak
mungkin secara
menetap
Tahap pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dan merupakan
pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah diktentukan dengan maksud agar kebutuhan klien
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah
berhasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat memonitor “kealpaan“ yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicus dan
Bayne, 1994).
Tolok ukur yang digunakan untuk menilai pencapaian tujuan pada tahap evaluasi adalah
kriteria-kriteria yang telah dibuat pada tahap perencanaan selanjutnya berpatokan pada kriteria
tersebut dinilai apakah masalah telah teratasi, teratasi sebagian, atau belum sama sekali atau
Selanjutnya perkembangan respon klien dituangkan dalam catatan perkembangan klien dan
S ( subyektif)
O ( obyektif )
A ( analisa )
P ( plan )