PROGRAM : FARMASI
FAKULTAS : FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
DESEMBER 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah Saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga Saya ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, Saya memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga Saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penyusun
ABSTRAK ................................................................................................................... 4
a. Maserasi .......................................................................................................... 8
b. Perkolasi ....................................................................................................... 10
c. Sokletasi ....................................................................................................... 12
d. Refluks.......................................................................................................... 14
e. Ultrasonik ..................................................................................................... 15
ABSTRAK
Ekstraksi dengan metoda perkolasi dan karakterisasi dari herba meniran (Phyllanthus
niruriL.) Telah dilakukan. Pada proses ekstraksi menggunakan air suling yang telah
dipanaskan dan kemudian hasil perkolat dipekatkan menggunakan rotary evaporator
hingga volumenya setara denganberat herba meniran. Ekstrak air herba meniran yang
dibuat memiliki karakter yang terdiri dari karakternon spesifik, karakter spesifik, dan
karakter uji kandungan kimia ekstrak. Hasil karakterisasi menunjukkan karakter
ekstrak air herba meniran yang diperoleh dengan metode perkolasi sebagai
berikut:susut pengeringan93,80% ± 4,27 %, kadar abu total 4,78% ± 0,27%, kadar
abu tidak larut asam 0,71% ± 0,18%, bobot jenis 1,07. Dari pola kromatografi lapis
tipis didapat senyawa identitas kuersetin dalam ekstrak dan Rf ekstrak air herba
meniran terdiri dari tiga noda dimana nilai Rf pada noda ke tiga ekstrak air herba
meniran sama (0,30) dengan nilai Rf larutan pembanding kuersetin.
1.1 Latarbelakang
Perkembangan penggunaan obat-obatan tradisional khususnya dari tumbuh-
tumbuhan untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah cukup
meluas. Salah satu jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat adalah meniran
(Phyllanthus niruri Linn) (Osward, 1995). Meniran adalah tumbuhan yang berasal
dari famili Euphorbiaceae dengan nama ilmiah Phyllanthus niruri Linn (Heyne,
1987). Meniran merupakan tumbuhan semusim, tumbuh tegak, dan bercabang.
Batang berbentuk bulat dengan tinggi antara 30-50 cm, memiliki daun majemuk,
bunga tunggal terdapat pada ketiak daun menghadap kearah bawah, buah berbentuk
kotak, bulat pipih, berwarna hijau keunguan, bijinya kecil dan berakar tunggang
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). Herba meniran mengandung
metabolit sekunder flavonoid, terpenoid, alkaloid dan steroid (Kardinan dan Kusuma,
2004). Beberapa hasil penelitian menunjukkan senyawa terpenoid memiliki aktivitas
sebagai antibakteri yaitu monoterpenoid linalool, diterpenoid (-) hardwicklic acid,
phytol, triterpenoid saponin dan triterpenoid glikosida (Grayson, 2000; Bigham et al.,
2003; Lim et al., 2006). Salah satu senyawa metabolit sekunder yang banyak
dikandung oleh meniran adalah golongan lignan dengan komponen utama phyllanthin
dan hipophyllanthin (Tripathi et al., 2006) dan golongan flavonoid dengan kandungan
utama kuersetin, rutin, leukodelfinidin, katekin (Badan Pemeriksaan Obat dan
Makanan Republik Indonesia, 2004).
Obat-obat tradisional di Indonesia terus mengalami perkembangan ke arah
yang lebih baik seiring dengan ditetapkannya pembagian golongan obat bahan alam
oleh pemerintah yaitu jamu, herbal terstandar dan fitofarmaka. Perkembangan
tersebut dapat berupa peningkatan mutu bahan obat melalui proses standardisasi,
pengujian praklinis ataupun pengujian secara klinis dari obat itu sendiri, hingga
perkembangan bentuk sediaan dari bentuk yang sederhana seperti simplisia beralih
kebentuk yang lebih baik (Rusdi, 1988). Secara tradisional meniran dapat digunakan
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian ekstraksi
b. Mengetahui macam macam cara ekstraksi
c. Mengetahui cara ekstraksi meniran
Jenis atau macam – macam ekstraksi ( sesuai E-Book Natural Products Isolation ) ada
beberapa, yaitu sebagai berikut :
a. Maserasi
Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan
melunakkan. Keunggulan metode maserasi ini adalah maserasi merupakan cara
ekstraksi yang paling sederhana dan paling banyak digunakan, peralatannya
mudah ditemukan dan pengerjaannya sederhana. Cara ini sesuai, baik untuk skala
kecil maupun skala industri (Agoes,2007). Dasar dari maserasi adalah
melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada
saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh.
Setelah selesai waktu maserasi artinya keseimbangan antara bahan yang
diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk ke dalam cairan, telah tercapai
maka proses difusi segera berakhir. Selama maserasi atau proses perendaman
b. Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya melalui dan
colare yang artinya merembes. Jadi, perkolasi adalah penyarian dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat
yang digunakan untuk mengekstraksi disebut perkolator, dengan ekstrak yang
telah dikumpulkan disebut perkolat (Ansel, 1989).
Metode perkolasi memberikan beberapa keunggulan dibandingkan
metode maserasi, antara lain adanya aliran cairan penyari menyebabkan adanya
pergantian larutan dan ruang di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk
saluran kapiler tempat mengalir cairan penyari. Kedua hal ini meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi yang memungkinkan proses penyarian lebih
sempurna (Anonim, 1986). Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak
langsung dimasukkan ke dalam bejana perkolator, tetapi dibasahi dan dimaserasi
terlebih dahulu dengan cairan penyari. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori
dalam simplisia sehingga mempermudah penyarian selanjutnya.
Untuk menentukan akhir perkolasi, dapat dilakukan pemeriksaan zat aktif
secara kualitatif pada perkolat terakhir. Untuk obat yang belum diketahui zat
aktifnya, dapat dilakukan penentuan dengan cara organoleptis seperti rasa, bau,
Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar
yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia ,
maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai
pelarutan zat aktifnya. Proses penyaringan tersebut aakan menghasilkan perkolat
yang pekat pada tetesan pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.
Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan cara perkolasi
bertingkat. Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna sebelum dibuang,
disari dengan cairan penyari yang baru. Hal ini diharapkan agar serbuk simplisia
tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru disari
dengan perkolat yang hampir jenuh, dengan demikian akan diperoleh perkolat
akhir yang jernih. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan. Cara ini cocok bila
digunakan untuk perusahaan obat tradisional, termasuk perusahaan yang
memproduksi sediaan galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan
percobaan pendahuluan.
c. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilarutkan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Biomasa ditempatkan dalam wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring,
melalui alat ini pelarut akan terus direfluks. Alat soklet akan mengosongkan
isinya ke dalam labu dasar bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah
pelarut segar melewati alat ini melalui pendingin refluks, ekstraksi berlangsung
sangat efisien dan senyawa dari bioasa secara efektif ditarik ke dalam pelarut
karena konsentrasi awalnya rendah dalam pelarut (Depkes RI, 2000).
d. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama
sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna (Depkes RI,
2000). Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan merendam
e. Ultrasonik
Ini adalah metode maserasi yang dimodifikasi dimana ekstraksi
difasilitasi dengan menggunakan ultrasound (pulsa frekuensi tinggi, 20 kHz).
Ekstrak ditempatkan dalam botol. Vial ditempatkan dalam penangas ultrasonik,
dan USG digunakan untuk menginduksi mekanik pada sel melalui produksi
kavitasi dalam sampel. Kerusakan seluler meningkat pelarutan metabolit dalam
Meniran merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis yang tumbuh
liar di tempat yang lembab dan berbatu, serta tumbuh di hutan, ladang, kebun-kebun
maupun pekarangan halaman rumah, pada umumnya tanaman ini tidak dipelihara
kerena dianggap tumbuhan rumput biasa.
Bobot Jenis
Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan dan
didinginkan sampai suhu 250 C. Atur hingga suhu ekstrak air lebih
b. Parameter Spesifik
Identitas Parameter
Identitas ekstrak seperti deskripsi tata nama yang terdiri dari nama
ekstrak (generik, dagang, paten), nama latin tumbuhan (sistematika
Organoleptik
Parameter organoleptik ekstrak seperti bentuk (padat, serbuk – kering,
kental, cair), warna (kuning, coklat), bau (aromatik, tidak berbau, dll),
dan rasa (pahit, manis, kelat, dll). Tujuan dari parameter organoleptik
ini adalah untuk pengenalan awal yang sederhana seobyektif mungkin
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
Pada penelitian ini sampel yang digunakan untuk pengujian adalah herba
meniran (Phyllantus niruri L.). Herba meniran segar diambil sebanyak ± 1,5 kilogram
dengan hasil specimen Phyllanthus niruri L. (famili : Euphorbiaceae). Sebelum
diekstraksi herba meniran ini dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dikering
anginkan dan tidak kena cahaya matahari langsung hingga bobot konstan.
Pengeringan sampel dilakukan selama ± 15 hari sampai diperoleh kadar air < 8,9% ,
nilai kadar abu tidak larut asam < 2%, kadar senyawa yang larut dalam air > 16% dan
kadar senyawa yang larut dalam etanol > 8% (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1978).
Selanjutnya herba yang telah kering tersebut dihaluskan dengan cara diblender
dan didapatkan serbuk herba meniran 598,12 gram. Pada pembuatan ekstrak meniran,
dilakukan dengan cara perkolasi panas dengan berat serbuk herba meniran yang
diambil sebanyak 100 gram dan volume ekstrak air herba meniran yang diperoleh
adalah100 mL.
Proses ekstraksi dilakukan dengan cara perkolasi menggunakan aquadest
panas. Ekstraksi dilakukan dengan cara perkolasi panas karena dengan perkolasi
panas kadar senyawa flavonoid dari herba meniran lebih banyak tertarik. Metode
perkolasi terbagi menjadi 3 tahapan yaitu tahap pengembangan bahan dengan cara
merendam herba kering selama 2 jam, tahap maserasi antara yaitu dengan
memasukkan bahan yang telah direndam tadi ke dalam perkolator, kemudian tahap
perkolasi sebenarnya dengan cara membuka kran perkolator dengan aliran 1
mL/menit hingga filtrat yang turun bening.
Tetesan pertama sampai 80 mL ditampung dalam wadah gelap dan tertutup
rapat.Tetesan 80 mL ini dipisahkan dari sisa tampungan selanjutnya karena tetesan
ekstrak air 80 mL ini lebih murni kandungannya yang didapat dari perendaman herba
meniran selama 2 jam.Sisa selanjutnya ditampung dan ditambahkan aquadest panas
secara berulang-ulang ke dalam alat perkolator sampai tetesan terakhir bening, maka
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dimana pembuatan ekstrak meniran dilakukan
dengan cara perkolasi panas menggunakan pelarut air dengan berat serbuk
herba meniran yang diambil sebanyak 100 gram dan volume ekstrak air herba
meniran yang diperoleh adalah100 mL.Ekstrak yang diperoleh berbentuk
larutan cair, bau khas herba meniran, berwarna coklat tua, rasa yang pahit, hasil
susut pengeringan 93,80% ± 4,27%, kadar abu total 4,78% ± 0,27%, kadar abu
tidak larut asam 0,71% ± 0,18% dan bobot jenis 1,07 ± 0,00.Pada Kromatografi
Lapisan Tipis (KLT) didapatkan hasil Rf ekstrak air herba meniran terdiri dari
tiga noda dan Rf larutan pembanding hanya terdapat satu noda, dimana nilai Rf
pada noda ke tiga ekstrak air herba meniran 0,30 sama dengan nilai Rf larutan
pembanding kuersetin 0,30. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak air herba
meniran mengandung senyawa flavonoid yaitu kuersetin.
1) http://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/download/144/17/
2) Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia, edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman. 9, 755, 902
3) Ditjen POM. (1986). Sediaun Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Halaman. 10-11.
4) Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Cetakan Pertama. Jakarta: Departeman Kesehatan RI. Halaman. 10-12.