Depresi adalah suatu keadaan dimana seseorang terus menerus merasa sedih dan kehilangan minat/
keinginan atau interest. Depresi juga bisa menimbulkan gejala fisik di badan.
Depresi mempengaruhi perilaku, pola pikir dan perasaan seseorang yang terserang. Depresi biasanya
mengganggu kegiatan sehari-hari dan dapat menyebabkan seseorang merasa bahwa tidak ada lagi
gunanya untuk terus hidup.
Depresi biasanya memerlukan pengobatan jangka panjang. Meskipun demikian, banyak penderita
depresi yang merasa nyaman setelah minum obat.
5. Tahap kerja penuh waktu berfungsi tetapi masih melakukan pekerjaan yang mudah. Fase ini
melibatkan upaya peningkatan kualitas hasil kerja. Penderita mungkin melakukan pekerjaan yang
sama tetapi pemberian honor/ gaji diberikan secara mingguan atau bulanan. Dukungan konseling
tetap diperlukan. Pada tahap ini para pasien dan anggota keluarganya secara bertahap diberi
pemahaman agar penderita dapat mendapatkan pekerjaan yang selaras dengan kemampuan
pasien yang sebenarnya dan potensi sesungguhnya.
6. Tahap pekerjaan intelektual. Dalam fase ini pasien mulai diberi penugasan untuk bekerja yang
sesuai dengan kemampuan intelektualnya, misalnya tutor, akuntan, asisten dalam profesional khusus.
Jika pasien sendiri adalah seorang dokter atau pengacara atau akuntan, maka tahap ini mungkin
penderita diberikan program magang di bawah bimbingan profesional lainnya dengan kualifikasi
yang sama. Pada fase ini penderita masih harus berada dalam lingkungan yang terlindungi.
7. Tahap bekerja secara penuh. Dalam fase ini pasien melakukan apa yang ingin ia lakukan dalam
bidang pilihannya, sesuatu yang ia akan lakukan dengan cara baik jika dia tidak menderita
penyakit. Lama setiap tahap rehabilitasi tergantung pada kasus individu, yang didasarkan pada
seberapa stabil pasien dalam setiap fase. Pada umumnya, setiap fase dapat berlangsung selama antara
1 sampai 6 bulan. Obat dapat ditambahkan, atau disesuaikan tergantung pada: kemajuan gejala klinis,
ada tidaknya gejala psikotik, ada tidaknya faktor yang menghambat kerja yang disebabkan oleh efek
samping dari obat-obatan misalnya tremor atau mengantuk, serta ada tidaknya kebutuhan untuk
melindungi dan menjaga pasien dari stres.
pada setiap sore atau malam sebelum tidur, tulis 3-5 hal yang terjadi pada hari itu yang
membuat anda bersyukur. Misalnya: masih punya mata yang bisa untuk melihat TV, masih
bisa tidur dirumah tidak menggelandang dijalan, tidak sakit kanker yang harus kemoterapi, dll.
buat jurnal atau buku harian untuk menulis hal hal positif yang terjadi pada hari itu. Jurnal ini
sebaiknya dibaca ulang ketika perasaan sedang “jatuh”. Misalnya, pagi sarapan nasi dengan
telor dan minum teh hangat, diajak ketoko melihat lihat baju, dll.
banyak berdzikir mengucap syukur (alhamdulillah) dan memuji Allah (subhanallah)
kirim email atau surat ucapan terima kasih kepada orang orang yang membuat kita positif hari
ini.
ucapkan terima kasih kepada siapa saja yang memberikan kontribusi kepada kita pada hari ini.
datangi bangsal kelas 3 rumah sakit atau orang orang yang sedang kesusahan dan doakan agar
mereka lekas sembuh atau menjadi lebih baik. Lebih baik lagi bila anda mau bersedekah
kepada mereka, dijamin depresi anda akan segera sembuh.
Langkah terakhir bila depresi semakin memburuk adalah dengan meminta pertolongan ahlinya.
Datangilah dokter ahli jiwa, khususnya bila anda mempunyai keinginan atau pikiran bunuh diri.
Psikolog dan profesional bimbingan lainnya juga akan dapat membantu anda mengurangi depresi.
Tahapan pemulihan kerja pada
penderita schizophrenia (1)
Pekerjaan merupakan salah satu terapi bagi penderita gangguan jiwa.
Tahapan yang perlu dilalui dalam rehabilitasi terhadap penderita skizofrenia adalah sebagai berikut:
1. Tahap psikotik. Tirto Jiwo hanya akan menerima penderita gangguan jiwa yang telah bisa
keluar dari rumah sakit jiwa. Tahap psikotik penderita masih perlu dirawat di rumah sakit jiwa.
2. Tahap konseling. Penderita sudah bisa keluar dari rsj. Penderita mulai bisa diajak untuk
mempersiapkan langkah langkah menuju pemulihan dan persiapan kerja.
3. Tahap penggunaan kemampuan sederhana. Pasien perlu mulai diberi kepercayaan untuk
melakukan pekerjaan pekerjaan yang mudah yang melibatkan penggunaan kemampuan yang
sangat sederhana dan hanya memerlukan kemampuan mekanik dan fungsi hafalan.
Pekerjaan tangan seperti menyapu, mengepel, membersihkan debu, melakukan bordir
dan jahitan sederhana. Kerja yang memerlukan penghitungan sederhana atau pekerjaan tugas
ringan seperti penjaga kemananan, penolong atau petugas yang ditugaskan menjaga pasien.
Pada fase ini pada umumnya pekerjaan yang dilakukan tidak memerlukan kemampuan
intelektual atau keputusan-keputusan kompleks atau kemampuan mengingat yang kuat,
meskipun sebelum sakit si penderita mempunyai kemampuan intelektualitas yang tinggi.
4. Bekerja paruh waktu berfungsi dengan dukungan yang ketat. Pasien mulai bisa bekerja dalam
pola kerja yang terjadwal secara paruh waktu. Penderita mulai bekerja 2-3 jam per hari sesuai
dengan tingkat kenyamanan pasien. Penderita bisa bekerja pada shift pagi atau shift sore.
Dalam fase ini pasien perlu memperoleh banyak dukungan dan pujian. Pemberian
gaji/honor atau imbalan lain yang sesuai diberikan kepada penderita secara sering, bila perlu
bahkan diberikan setiap hari. Seringkali hadiah (honor) atau penguatan mungkin perlu
diberikan jauh melampaui kualitas kerja yang sebenarnya atau jumlah hasil kerja dicapai,
dengan tujuan untuk penguatan yang meningkatkan kepercayaan diri pasien dan menanamkan
dalam dirinya / keinginan nya untuk tetap berkarya.
6. Tahap pekerjaan intelektual. Dalam fase ini pasien mulai diberi penugasan untuk bekerja yang
sesuai dengan kemampuan intelektualnya, misalnya tutor, akuntan, asisten dalam profesional khusus.
Jika pasien sendiri adalah seorang dokter atau pengacara atau akuntan, maka tahap ini mungkin
penderita diberikan program magang di bawah bimbingan profesional lainnya dengan kualifikasi
yang sama. Pada fase ini penderita masih harus berada dalam lingkungan yang terlindungi.
7. Tahap bekerja secara penuh. Dalam fase ini pasien melakukan apa yang ingin ia lakukan dalam
bidang pilihannya, sesuatu yang ia akan lakukan dengan cara baik jika dia tidak menderita
penyakit. Lama setiap tahap rehabilitasi tergantung pada kasus individu, yang didasarkan pada
seberapa stabil pasien dalam setiap fase. Pada umumnya, setiap fase dapat berlangsung selama antara
1 sampai 6 bulan. Obat dapat ditambahkan, atau disesuaikan tergantung pada: kemajuan gejala klinis,
ada tidaknya gejala psikotik, ada tidaknya faktor yang menghambat kerja yang disebabkan oleh efek
samping dari obat-obatan misalnya tremor atau mengantuk, serta ada tidaknya kebutuhan untuk
melindungi dan menjaga pasien dari stres.
Konsep Pemulihan
Penderita gangguan jiwa, seberat apapun, bisa pulih asalkan mereka mendapatkan pengobatan dan
dukungan psikososial yang dibutuhkannya. Mereka bisa kembali ke masyarakat, bekerja dan hidup
normal sebagaimana masyarakat pada umumnya. Salah satu contohnya adalah Dr John Forbes Nash
yang meskipun menderita schizophrenia, bisa pulih kembali bekerja dan bahkan menerima hadiah
Nobel. Elyn Sack, yang pernah bernyanyi pada malam hari di atap gedung perpustakaan yale
University karena menderita skizofrenia, kini menjadi profesor ilmu hukum di University of
Southern California, Amerika. Daniel B. Fisher, juga menderita skizofrenia kini menjadi dokter
spesialis jiwa dan direktur national Empowerment Center, Amerika. Banyak juga bekas penderita
gangguan jiwa yang kemudian menjadi doktor dibidang psikologi klinis, seperti Fredrick Freese,
Mary Ellen Copelan, dan Patricia Deegan.
Hanya saja, proses pemulihan tersebut tidak selalu berjalan lurus dan lancar, kadang ada proses naik
turunnya. Hal ini tidak berbeda dengan orang kegemukan yang ingin menjadi kurus. Bila tidak
dijaga, orang yang telah bersusah payah untuk menjadi langsing bisa kembali gemuk lagi. Begitu
pula dengan penderita diabetes (penyakit gula darah), hipertensi (tekanan darah tinggi), bila tidak
menjaga kesehatannya, mereka bisa jatuh sakit lagi.
Agar proses pemulihan berjalan dengan baik, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, utamanya
dukungan dari keluarga (atau orang dekat), tenaga kesehatan dan pekerja sosial, kawan sesama
penderita gangguan jiwa dan masyarakat sekitar. Penyakit jiwa berat adalah penyakit serius. Hampir
tidak ada seorangpun bisa pulih dengan sendirinya. Mereka memerlukan bantuan orang lain.
Pada saat ini, sebagian besar penderita gangguan jiwa di Indonesia tidak mendapat dukungan yang
memadai. Mereka hanya minum obat dan kontrol ke dokter ahli jiwa sekali atau dua kali dalam
sebulannya. Selepas itu, proses pemulihan hanya ditangan keluarganya (yang sering tidak
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk mendukung proses pemulihan).
Akibatnya, setelah berusaha selama beberapa tahun tanpa hasil, keluarga akhirnya menyerah. Mereka
menelantarkan anggota keluarganya yang terkena gangguan jiwa. Ada yang menjadi gelandangan,
ada yang dipasung, ada yang dibuang oleh keluarganya dan dititipkan di panti panti rehabilitasi.
Saat ini kami sedang membangun Tirto Jiwo di desa Kalinongko, Purworejo diatas lahan seluas 2500
m2. Insya Allah, pada bulan April 2014, Tirto Jiwo akan sudah operasional. Tirto Jiwo dalam waktu
dekat akan menjadi sebuah pusat pemulihan dan pelatihan bagi penderita gangguan jiwa berat.
Di Tirto Jiwo, masing masing peserta akan mendapat dukungan dan pelatihan sesuai dengan tingkat
pemulihannya. Program pemulihan Tirto Jiwo antara lain meliputi kegiatan: psikoedukasi, animal
assisted therapy dan gardening (holticulture) therapy, penguatan mental spiritual, melakukan dan
belajar kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis (berternak, berkebun, kerajinan tangan), kegiatan
sosial (sedekah nasi bungkus, merawat masjid/ rumah janda miskin), serta olah raga dan kegiatan
kesenian.
Program pemulihan di Tirto Jiwo disusun fleksibel (tidak kaku), sesuai kebutuhan dan kesempatan
masing masing peserta. Peserta bisa tinggal di Tirto Jiwo selama beberapa minggu hingga beberapa
bulan. Hanya perlu diingat bahwa proses pemulihan biasanya berlangsung cukup lama (lebih dari
sebulan) dan berkelanjutan. Bila peserta hanya bisa tinggal di Tirto Jiwo selama sekitar 1-2 minggu,
maka diharapkan pada bulan berikutnya, peserta akan kembali ke Tirto Jiwo lagi untuk tinggal
selama 1-2 minggu lagi. Begitu seterusnya hingga peserta pulih dan hidup mandiri di masyarakat.
Peserta program yang telah mencapai tingkat lanjut akan membibing dan menjadi panutan (role
model) bagi peserta yang masih berada d tingkat awal dalam jenjang pemulihan. Tirto Jiwo juga akan
dikembangkan agar dapat menjadi “club house”, dimana alumni bisa berkunjung dan bertemu dan
bersosialisasi dengan peserta rogram.
Dukungan keluarga atau orang orang dekat sangat penting dalam pemulihan penderita gangguan
jiwa. Untuk mendukung proses pemulihan, keluarga dari peserta program pemulihan dapat
berkunjung dan menginap (selama beberapa hari) di Tirto Jiwo. Selama kunjungan, keluarga
diharapkan dapat terlibat dalam kegiatan pemulihan, khususnya kegiatan yang bersifat sosial
(sedekah nasi bungkus, perawatan rumah janda miskin, dll). Untuk memperlancar proses pemulihan,
dukungan spiritual keluarga (melalui sholat malam, sholat hajad, sedekah, dll) sangat diperlukan.
Pelayanan psikososial di Tirto Jiwo, tidak bersifat komersial. Tidak akan ada penderita datang
yang ditolak hanya karena ketiadaan biaya dari keluarga, tentu saja selama masih tersedia fasilitas
untuk menampung mereka. Tidak ada biaya khusus bagi peserta program pemulihan. Peserta diminta
mengisi kotak amal sesuai kemampuannya. Selain itu, peserta dan keluarga yang mampu diajak
untuk menjadi donator untuk mendukung penderita yang kurang mampu dan membiayai program
sedekah nasi bungkus setiap hari Jumat serta kegiatan sosial lainnya.
Tahapan Pemulihan
Dari sisi kedokteran, ada beberapa jenis gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia, bipolar disorder,
dan depresi. Obat untuk masing masing gangguan jiwa tersebut berbeda-beda. Penanganan gangguan
jiwa secara medis bagi penderita gangguan jiwa yang menjadi peserta program Tirto Jiwo diserahkan
sepenuhnya kepada dokter ahli jiwa yang selama ini merawatnya. Tirto Jiwo hanya menangani aspek
pemulihan psikososialnya.
R. Andresen, P.Caputi, dan L Oades (2006) dalam artikelnya yang berjudul Stages of recovery
instrument: development of a measure of recovery from serious mental illness. yang dimuat dalam
Australian and New Zealand Journal of Psychiatry, 40, 972–980 menyatakan bahwa ada 5 tahap
pemulihan gangguan jiwa.
Tahap 1: Moratorium atau penundaan. Adalah saat dimana penderita “menarik diri” dan merasa
semuanya telah hilang dan tidak mempunyai harapan.
Tahap 2: Awareness (kesadaran). Penderita mulai sadar bahwa tidak semuanya telah hilang dan
masih ada masa depan bagi dirinya meskipun menderita gangguan jiwa.
Tahap 3: Preparation (persiapan). Pada tahap ini penderita mulai bersiap-siap untuk memulihkan
kesehatan jiwanya.
Tahap 5: Growth (pertumbuhan). Mengisi kehidupannya dengan kegiatan yang penuh arti,
mengontrol dan mengelola penyakitnya secara bertanggung jawab, menumbuhkan daya tahan dan
harga diri.
Penderita gangguan jiwa bisa pulih, dalam arti bisa hidup dan bekerja sebagaimana anggota
masyarakat lainnya. Beberapa prinsip dasar proses pemulihan adalah sebagai berikut:
Pemulihan adalah suatu proses membangun suatu kehidupan yang berarti dan memuaskan
sebagaimana didefinisikan oleh penderita sendiri, meskipun kadang ada kondisi kambuh.
Pemulihan adalah gerakan menjauh dari gangguan, penyakit dan gejala menuju kearah sehat,
kuat dan sejahtera
Harapan adalah titik pusat dari proses pemulihan. Harapan timbul antara lain karena adanya
“contoh” atau role model dari mereka yang pulih.
Dalam membantu proses pemulihan, yang penting bukan kualifikasi pendidikan dari para staf
pengelola pelayanan pemulihan, tetapi yang diperlukan adalah staf yang mempunyai
kemampuan memberi semangat dan memperkuat harapan, penuh perhatian, kreatif, dan tidak
mudah patah semangat.
Keluarga dan teman teman penderita berperanan penting dalam proses pemulihan. mereka
perlu dilibatkan dalam proses pemulihan.
Menurut Andresen, R., Oades, L., dan Caputi (2003) dalam tulisannya “The experience of recovery
from schizophrenia: towards an empirically validated stage model, yang dimuat dalam Journal of
Psychiatry,37, 586-594, ada
1. Menemukan dan memupuk “harapan”. Timbulnya harapan merupakan pusat dari proses
pemulihan. Tanpa timbulnya harapan, tidak akan ada proses pemulihan.
2. Membentuk kembali “identitas positif”. Dalam proses pemulihan, juga diperlukan adanya
identitas yang lain selain identitas sebagai penderita gangguan jiwa. Penderita tetap
mempunyai gejala gangguan jiwa, namun mereka juga mempunyai identitas positif lainnya,
seperti: pelajar, mahasiswa, pegawai, pengusaha, ayah/ibu, dll.
3. Membangun kehidupan yang berarti. Mempunyai pekerjaan dan penghasilan, utamanya
bagi laki laki, merupakan salah satu komponen penting dari proses pemulihan. Kehidupan
yang berarti bisa dicapai dengan membangun hidup yang bermanfaat bagi sekitar.
4. Mengambil tanggung jawab dan kendali. Dalam proses pemulihan, penderita gangguan jiwa
tidak hanya menggantungkan diri pada dokter dan orang lain, tapi secara aktif dan
bertanggung jawab mengusahakan pemulihan dirinya.
PROPOSAL
LATAR BELAKANG
Zaman demi zaman berlalu, kebutuhan manusiapun turut meningkat. Masyarakat sebagai kumpulan
manusiapun meningkat kebutuhannya. Salah satu dari yang dibutuhkan masyarakat adalah kebutuhan
akan sandang atau pakaian. Manusia membutuhkan pakaian untuk menutupi dan melindungi dirinya
dari cuaca dingin dan panas dan dari serangan binatang (serangga).
Sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi, pakaian tidak hanya dipakai untuk menutupi dan
melindungi dirinya saja, tetapi juga untuk keindahan. Oleh karena itu muncullah mode pakaian. Mode
pakaian yang ada terus berkembang pesat sehingga pakaian menjadi industri yang cukup
diperhitungkan. Adanya lembaga kursus menjahit dan pelatihan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dibidang menjahit dan industri pakaian.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka perlu dibuat Standar Kompetensi Lulusan minimal dibidang
keterampilan menjahit pakaian, yang diharapkan mempunyai asas keterpakaian dan berguna
dimasyarakat umumnya, sehingga hasil lulusannya dapat dipertanggungjawabkan dan mempunyai daya
saing dan daya jual yang tinggi dimasyarakat secara profesional.
Untuk dapat mengikuti kursus menjahit dan pelatihan, peserta didik harus
Saat ini iklim industri konveksi semakin meningkat. Permintaan pasar konveksi semakin besar sehingga
perusahaan banyak membutuhkan tenaga buruh jahit untuk memenuhi permintaan pasar. Berdasarkan
kenyataan tersebut, perlu didirikan suatu wadah untuk menyalurkan dan mengembangkan potensi jahit
rumah tangga, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Salah satunya dengan mendirikan
kursus yang memihak pada kesejahteraan penjahit.
Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, terutama di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, maka untuk mengimbangi laju perkembangan tersebut diperlukan sumberdaya manusia yang
berkualitas dan profesional agar dapat menjadi subjek pembangunan.
Pendidikan formal yang hanya mengandalkan teori dan terbatas pada kualifikasi pendidikan SLTP dan
SMU dan tidak memiliki skill atau keterampilan khusus, nampaknya tidak cukup dan tidak dapat
diandalkan untuk mengisi lapangan kerja yang tersedia atau membuka lapangan kerja secara mandiri.
Keterampilan menjahit yang dimiliki dapat memberi harapan untuk dijadikan sebagai sumber
pendapatan.
Pelatihan atau kursus menjahit nyatanya memberikan solusi bagi masyarakat, khususnya para generasi
muda yang berpendidikan rendah dan tidak memiliki pengetahuan keterampilan menjahit yang dapat
memberi peluang untuk membuka usaha mandiri.
Kabupaten Demak merupakan satu beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Demak
termasuk dalam kabupaten yang sumber daya manusianya masih rendah dan tingkat kemiskinan
rakyatnya yang masih tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan sektor ekonomi
yang berbasis kerakyatan, menciptakan lapangan kerja dan lain sebagainya adalah hal-hal yang perlu
dilakukan demi kesejahteraan rakyat.
Salah satu desa yang berada di kabupaten Demak adalah desa Pamongan. Di desa ini masih banyak
pemuda yang tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi karena faktor biaya.
Mereka juga tidak memiliki keterampilan khusus untuk bekerja, sehingga sebagian dari mereka terpaksa
menggangur.
Hal tersebut merupakan tanggung jawab kita bersama, walaupun pemerintah juga tidak tinggal diam
dengan keadaan tersebut dengan segala kegiatan pelatihan dan ketrampilan berbasis kerakyatan.
Namun itu semua belum mampu menjawab pertanyaan publik seputar pengangguran yang ada di
sekitar kita. Terlebih lagi dengan banyaknya pengangguran karena telah habis masa kontrak kerjanya
dengan perusahaan, semakin menambah panjang deretan kemiskinan yang melanda wilayah Demak
khususnya Desa Pamongan Kecamatan Guntur.
Dari ulasan di atas, dalam upaya mengurangi angka pengangguran di Desa Pamongan Kecamatan Guntur
ini, kami merencanakan akan menyelenggarakan program kursus keterampilan menjahit tingkat
menengah. Karena didasarkan pada hasil pendataan yang telah diperoleh dari tim pelaksana.
Menjahit merupakan salah satu jenis ketrampilan dan usaha yang dapat dilakukan oleh siapa saja karena
usaha ini tergolong murah biayanya dan mudah untuk dipasarkan hasilnya.
Peserta kursus dari program ini adalah para buruh yang telah habis masa kontraknya dan lulusan SMA
atau SMP yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah mengikuti
program ini warga diharapkan mampu memperoleh ketrampilan dalam menjahit dan mampu untuk
mengembangkan usaha sendiri melalui wirausaha sehingga mampu meningkatkan taraf hidup warga
Desa Pamongan, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak.
Serta diharapkan pula program kursus ini mampu mengurangi bahkan mengentaskan jumlah
pengangguran yang ada di Desa Pamongan Kecamatan Guntur Kabupaten Demak.
TUJUAN
Tujuan program Kursus menjahit di Desa Pamongan ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan bagi para warga, khusunya usia produktif untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dibidang menjahit
2. Meningkatkan sikap mental yang sesuai dengan kebutuhan/peluang pasar kerja pada dunia
usaha mandiri dan dunia industri
3. Mengurangi tingkat pengangguran dan angka kemiskinan yang ada di Desa Pamongan Kecamatan
Guntur Kabupaten Demak
C. MENENTUKAN SASARAN
Sasaran program Kursus menjahit tingkat menengah ini adalah warga Desa Pamongan dan sekitarnya
dengan kriteria:
a. Diutamakan minimal lulus Paket B/SLTP/sederajat; atau putus sekolah/jenjang tingkat Paket
C/SMA/sederajat
d. Memiliki kemauan untuk belajar wirausaha, dibuktikan dengan Surat Pernyataan Kesanggupan untuk
mengikuti program sampai tuntas
Hasil yang diharapkan dari prgram kursus menjahit tingkat menengah ini diharapkan warga belajar
mampu menguasai tiga aspek, yaitu kognitif; psikomotorik; dan afektif.
Di bidang kognitif warga belajar diharapkan mampu memiliki pengetahuan, pemahaman, penerapan,
dan kreasi dibidang menjahit sehingga mampu meningkatkan ketrampilan dalam menjahit. Dari aspek
psikomotor warga belajar diharapkan mampu memiliki ketrampilan, kecepatan, keserasian, dan
ketepatan dalam menjahit. Dari aspek afektif warga belajar diharapkan memiliki sikap kecermatan,
kesungguhan, ketelitian, dan dorongan yang kuat untuk mengikuti program kurusus menjahit tersebut.
Selain ketiga aspek tersebut dari program kursus menjahit tersebut mampu memberikan bekal kepada
warga untuk mengembangkan diri dengan berwirausaha
D. MATERI
Materi yang diberikan dalam program kursus menjahit tingkat menengah ini meliputi cara pembuatan
pola, pengukuran pola, penghitungan, mengkreasikan pola dan penggunaan mesin jahit dengan baik dan
benar
Metode
Untuk menyampaikan materi tersebut maka digunakan metode ceramah, tanya jawab, dan praktek.
Yaitu saat sumber beljar menjelaskan, apabila kurang dimengerti dapat ditanyakan, setelah dipahami
lalu praktek dilakukan
Media
Alat – alat atau media yang digunakan adalah media tulis atau audio visual untuk menjelaskan tentang
materi yang disampaikan dan mesin jahit yang digunakan untuk praktek
6. MENENTUKAN PENYELENGGARA
Ketua pelaksana :
Sekretaris :
Bendaharta :
Seksi – seksi :
Anggota : 1.
2.
Seksi kesekretariatan :
Angoota : 1.
2.
Seksi Pubdok :
Akomodasi
Tutor
Waktu pelaksanaan kursus menjahit tingkat menengah dilakukan 5 kali dalam seminggu, yaitu hari
jum’at dan minggu libur. Kursus diadakan mulai dari pukul 08.00 WIB – 10.00 WIB
F. BIAYA
Peralatan
1. Pensil / Pulpen
4. Meteran
5. Tali pita
6. Kertas kopi
7. Gunting kertas
1. Gunting kain
2. Jarum pentul
3. Jarum tangan
5. Radar
6. Karbon kain
7. Kapur bahan
a. Latar Belakang.
b. Permasalahan
Tentunya dalam kegiatan ini tidak lepas dari hambatan yang dihadapi
diantaranya:
c. Tujuan
a. Tempat Kegiatan
Adapun kegiatan ini diadakan di Desa Bulutigo Kec. laren Kab.
Lamongan
b. Waktu kegiatan
Kegiatan ini akan diadakan Hari Sabtu tanggal 20 September 2008
IV. PENYELENGGARA
VI. P E N U T U P
12 Votes
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Home industri sekarang ini sudah menjadi solusi dalam menghadapi krisis
ekonomi. Selain itu juga menjadi penyaluran hoby masyarakat. Awal dari hoby
dapat berkembang menjadi usaha kecil bahkan besar. Melalui keterampilan
tangan, hasilnya akan menjadikan nilai uang. Hal tersebut sanagt membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Mungkin selama ini masayarakat bercita – cita untuk membuat hiasan dengan
bentuk yang indah, warna yang menggugah selera, dan detail yang presisi.
Namun kelhatannya objek seni dekoratif, terutama yang terbuat plastisin atau
bahan polymer, terlalu sulit dan rumit untuk dibuat sendiri. Atau mungkin anda
berpikir bahan dasar berkualitas terlalu mahal
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan dan kegunaan dari pelatihan yang akan
dilaksanakan ini antara lain :
D. MANFAAT KEGIATAN
Manfaat yang bisa didapat dari pelatihan ini adalah masyarakat bisa membuat
usaha kecil dalam pembuatan aksesoris untuk dijadikan barang yang
mempunyai nilai jual yaitu Hiasan Dari Plastisin. Dan diharapkan agar
kegiatan pelatihan ketrampilan ini bisa menambah penghasilan warga dan
memandirikan masyarakat.
E. SASARAN
Sasaran warga belajar pelatihan ini adalah ibu-ibu dan remaja puteri (usia 18-
25 tahun). Sasaran warga belajar yang ditujukan pada ibu-ibu dan remaja
puteri dimaksudkan agar mereka dapat memiliki penghasilan dari
keterampilan yang dimilikinya untuk masa depan. Sehingga mereka bisa
membuka peluang usaha dengan bekal apa yang dipelajari saat mengikuti
pelatihan.
Metode yang tepat untuk digunakan dalam Pelatihan Membuatan Hiasan Dari
Plastisin:
1. Metode Ceramah
2. Metode Demonstrasi
G. KETERKAITAN
H. Rancangan Evaluasi
Kesekretariatan
Konsumsi
BAB II
A. Organisasi penyelenggara :
Pembina program :
Sekertaris : Safitri
Bendahara : Rahmayanti
Seksi-seksi :
Seksi Konsumsi : Nova Riyanti
B. SASARAN
Sasaran warga belajar pelatihan ini adalah ibu-ibu dan remaja puteri (usia 18-
25 tahun). Sasaran warga belajar yang ditujukan pada ibu-ibu dan remaja
puteri dimaksudkan agar mereka dapat memiliki penghasilan dari
keterampilan yang dimilikinya untuk masa depan. Sehingga mereka bisa
membuka peluang usaha dengan bekal apa yang dipelajari saat mengikuti
pelatihan.
C. NARASUMBER / INSTRUKTUR
Adapun narasumber untuk pelatihan Membuat Hiasan Dari Plastisin ini adalah
Titis Sosionegoro selaku pelaksana dalam program tersebut.
Sarana dan prasarana yang dimiliki ruang pembelajaran, bahan dan alat yang
diperlukan dalam pelatihan Membuat Hiasan Dari Plastisin.
E. KURIKULUM
Adapun kurikulum dalam pelatihan Membuat Hiasan Dari Plastisin ini adalah
sebagai berikut :
Tepung terigu
Tepung sagu/tapioka
Tepung beras
Lem kayu putih/PVAC
Cat poster/pewarna makanan
Lem uhu
Peniti bros
Keranjang hiasan
Plastik kiloan
Bando polos
Media :
G. EVALUASI
Evaluasi hasil pelatihan ini adalah melihat hasilnya pada akhir pertemuan
pelatihan dengan mengadakan evaluasi kepada peserta pelatihan dan
memberikan penilaian kepada peserta pelatihan dengan menyediakan
sertifikat pelatihan.
H. NETWORKING
Adapun lembaga yang ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan ini
adalah kelurahan dimana pelatihan ini diadakan.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini orang dan generasi muda pada umumnya melihat sebelah mata terhadap wirausaha,
padahal berwirausaha banyak manfaatnya. Menjadi usahawan bagi sebagian orang sangat menakutkan.
Banyak yang berfikir bahwa menjadi pedagang atau wirausahawan mempunyai resiko tinggi yang
tinggi (kerugian, bangkrut dan sebagainya), sedangkan menjadi seorang pekerja sangat kecil resiko yang
akan dihadapi. Sebenarnya menjadi pegawai juga beresiko tinggi, seperti: PHK, Pemotongan gaji,
pensiun, minimnya gaji yang diperoleh, dan lain sebagainya. Menjadi wirausahawan memang beresiko
tinggi tetapi hal itu seimbang dengan yang akan diperoleh dari hasil berwirausaha yang mungkin jika
berhasil dan sukses akan memperoleh pendapatan dan penghasilan yang sangat memuaskan, untuk itu
maka seorang wirausahawan harus mau dan mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Peningkatan sumber daya manusia merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
produktifitas. Berkenan dengan hal itu, kami akan mengadakan pelatihan kewirausahaan membuat
produk chemical laundry dan bush washing untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia agar para
pemuda, korban PHK dan Putus Sekolah bisa berkarya dan tidak lagi menjadi beban keluarga dan
masyarakat.
Kegiatan ini merupakan langkah positif yang dapat memotivasi generasi muda dalam upaya
menciptakan peluang usaha dan menumbuhkan jiwa wirausaha. Kegiatan ini dapat menggerakkan
generasi muda untuk mencontoh para pengusaha muda yang telah terjun dan berhasil dalam
membangun kariernya melalui dunia wirausaha, dan diharapkan mampu mencetak pengusaha-
pengusaha muda yang membuka lapangan pekerjaan sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan membantu usaha pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan pengangguran.
Selanjutnya peserta yang telah selesai mengikuti pelatihan dan telah tumbuh kecakapan
serta ketrampilan khususnya dunia bisnis, maka akan terus ditumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan
untuk membuka wawasan guna menciptakan unit bisnis baru.
TUJUAN PROGRAM
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk memberikan keterampilan kepada generasi muda agar
mempunyai keahlian dan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan berwirausaha.
Menciptakan sumber daya manusia yang berkualiatas, kreatif sebagai bekal dalam berwirausaha.
WAKTU PELAKSANAAN
TEMPAT PELAKSANAAN
Agar suksenya pelaksanaan program Pelatihan Wirausaha di daerah Toso. Selain tahap Persiapan
Materi dsb, dibutuhkan pula Narasumber-narasumber ahli dan dapat dipercaya untuk memaparkan
lebih jelas pokok-pokok materi yang ada dan juga sebagai Motivator, sehingga penyampaian materi
dapat dipahami secara tepat. Adapun narasumber yang dibutuhkan sbb:
MATERI PELATIHAN
Materi yang diberikan pada program pelatihan menjadi wirausaha ini meliputi:
PESERTA PELATIHAN
wirausahawan,
pemuda,
korban phk,
SARANA PRASARANA
Buku tulis
Alat tulis
40 buah Kursi
3 buah Meja
2 buah Spidol
Soundsystem sederhana
Laptop
LCD
BAB II
PEMBAHASAN
SUSUNAN PANITIA
JADWAL KEGIATAN
- Gladi Bersih
-Bertempat di aula
- Penyampaian Materi
09.30 – 12.00 WIB
Kewirausahaan (oleh Prof. Achmadi)
ISHOMA
12.00-12.30 WIT
kiat melihat dan memberdayakan
-Bertempat di aula
peluang bisnis
12.30- 15.00 WIT
-Bertempat di aula
MATRIKS PROGRAM
Kebutuhan kompetensi Kompetensi yang Prasyarat Bagaimana cara
dihasilkan mempersiapkan
C
Menghasilkan
sikap:
wirausahawan yang
Percaya diri Keyakinan, bertanggung jawab,
ketidak tergantungan, kreatif, inovatif, dan
individualitas, dan pantang menyerah
optimisme.
Berani mengambil
resiko dan
suka tantangan
Kemampuan untuk
mengambil resiko yang
wajar.
Kepemimpinan,
Perilaku sebagai
pemimpin, bergaul
dengan orang lain,
menanggapi saran-
saran dan kritik.
Keterampilan:
Bagian Konsumsi,
Bagian Acara
Bagian Akomodasi
. Bagian HPRD
USULAN PEMBIAYAAN
Persiapan Iuran
peserta(40x@Rp.50.000= Rp.
2.000.000