Anda di halaman 1dari 7

Pengembangan Kualitas SDM Indonesia dengan

Sertifikasi Profesi

Tulisan ini ditujukan kepada semua Pembaca yang ingin mengetahui tentang Usulan
Alternatif Lain Proses Pengembangan SDM-Sumber Daya Manusia Indonesia Melalui
Sertifikasi Profesi yang dilaksanakan Melalui LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) dan BNSP
(Badan Nasional Sertifikasi Profesi )

PENGERTIAN PENDIDIKAN PROFESI


Pengertian Pendidikan profesi dan Sertifikasi Profesi memiliki perbedaan yang mendasar
terutama berkaitan dengan konsep dan tujuan serta penyelenggaranya. Berdasarkan konsep,
profesi memiliki dua pengertian yaitu:

 Pengertian profesi adalah jenjang pendidikan setelah sarjana untuk mempersiapkan peserta
didik agar dapat bekerja pada bidang yang memerlukan keahlian khusus. (Undang-Undang
No.20 Tahun 2003)
 Pengertian profesi adalah bidang pekerjaan yang untuk melaksanakannya diperlukan
kompetensi tertentu (Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2006)

Konsep profesi pertama berkaitan dengan pendidikan. Pengertian pendidikan profesiadalah


untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat bekerja pada bidang yang memerlukan
keahlian khusus. Pendidikan profesi penyelenggaranya dominan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, misalkan pendidikan profesi guru, dokter, akuntan, psikolog dan
pendidikan profesi lainnya.
Sedangkan konsep profesi kedua berkaitan dengan bidang pekerjaan. Pengertian sertifikasi
profesi adalah sertifikasi kerja yang diperlukan untuk mendapatkan atau meningkatkan
kompetensi tertentu. Sertifikasi profesi merupakan sertifikasi kerja yang dominan dikeluarkan
oleh LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) yang diakreditasi oleh BNSP (Badan Nasional
Sertifikasi Profesi), contohnya adalah Sertifikasi Profesi Ahli Manajemen Risiko, Analis
Keuangan, Akuntan Publik, Konsultan Pajak dan berbagai sertifikasi profesi untuk
kompetensi yang lain.
Sesuai dengan PERPRES 8/2012, Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah proses pemberian
sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi
sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Standar Internasional, dan/atau Standar
Khusus. Sehingga sistim sertifikasi ini mempunyai fleksibilitas berharmonisasi dengan
berbagai sistem nasional maupun internasional.
Sesuai dengan Peraturan BNSP 01/2015, Sistem Sertifikasi Kompetensi Profesi
Nasional adalah tatanan keterkaitan komponen sertifikasi kompetensi profesi yang mencakup
pembentukan kelembagaan sertifikasi, lisensi, lembaga sertifikasi, pengembangan sistem
informasi sertifikasi kompetensi dan pengendalaian mutu sertifikasi yang sinergis dan
harmonis dalam rangka mencapai tujuan pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja nasional.
JENIS SERTIFIKASI
Secara umum terdapat tiga jenis umum sertifikasi. Tercantum dalam urutan tingkat
pembangunan dan portabilitas, mereka adalah: perusahaan (internal), produk-spesifik, dan
profesi.
Sertifikasi perusahaan, atau internal yang dirancang oleh perusahaan atau organisasi untuk
kebutuhan internal. Misalnya, perusahaan mungkin memerlukan kursus satu hari pelatihan
untuk semua personil penjualan, setelah itu mereka menerima sertifikat. Sementara sertifikat
ini memiliki portabilitas yang terbatas khusunya untuk perusahaan lain,
Sertifikasi produk, spesifik sertifikasi yang lebih terlibat, dan dimaksudkan untuk dirujuk ke
produk di semua aplikasi. Pendekatan ini sangat umum di dunia teknologi infomasi industri,
di mana personil bersertifikat pada versi perangkat lunak (software) atau perangkat keras
(hardware). Jenis sertifikasi portabel di lokasi (misalnya, perusahaan yang berbeda yang
menggunakan perangkat lunak itu), tetapi tidak seluruh produk lainnya.
Sertifikasi profesi, dilakukan untuk kompetensi atau keahlian khusus. Misalnya profesi
medis sering membutuhkan tenaga ahli atau spesialisasi tertentu dalam memberikan
pelayanan kepada pasien. Sertifikasi profesi dilakukan dalam rangka menerapkan standar
profesional, meningkatkan tingkat praktek, dan mungkin melindungi masyarakat (meskipun
ini juga merupakan domain dari lisensi), sebuah organisasi profesional mungkin menetapkan
sertifikasi. Hal ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi semua tempat dimana seorang
profesional bersertifikat mungkin bekerja. Tentu saja, hal ini membutuhkan pola penilaian
dan pertanggungjawaban secara hukum dari seluruh profesi yang ada.
Sertifikasi professional; Istilah sertifikasi profesional seringkali digunakan untuk
menunjukkan kemampuan atau kualifikasi seseorang berdasarkan atribut atau kriteria yang
telah ditentukan oleh sebuah organisasi/badan atau lembaga pengembangan (biasanya sudah
terakreditasi). Sebutan „sertifikasi‟ atau „kualifikasi‟ tersebut ditetapkan bagi tenaga
profesional, sering disebut hanya sertifikasi atau kualifikasi, untuk menjamin kualifikasi
dalam melakukan tugas atau pekerjaan tertentu. Misalnya, pemberian sertifikasi kepada
tenaga guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang
telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga
sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang
untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian
sertifikat pendidik (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas, 2004).
Sertifikasi sangat umum digunakan dalam bidang konstruksi, penerbangan, teknologi,
keuangan, lingkungan, sektor industri, bisnis, pendididikan, dan kesehatan. Di Amerika
Serikat, Federah Aviation Administration (FAA) mengatur sertifikasi penerbang. Certified
Internal Auditor (CIA) merupakan sebuah organiasi berbasis di Amerika mengkhususkan diri
dalam penilaian kinerja keuangan internal yang beroperasi di hampir 165 negara. Organisasi
ini juga melakukan sertifikasi terhadap tenaga audit profesionalnya dalam memperoleh
lisensi, dan pengembangan sumber daya manusia. Banyak anggota dari Association of Test
Publishers (ATP) juga organisasi sertifikasi.
Sertifikasi yang diperoleh dari masyarakat profesional atau dari vendor sebuah perusahaan.
Misalnya, Perusahaan Microsoft, Cisco, Machintos, dll). Secara umum, harus diperbaharui
secara berkala, atau mungkin berlaku untuk suatu periode waktu tertentu (misalnya, masa
pakai produk di mana seseorang dinyatakan). Sebagai bagian dari pembaharuan sertifikasi
lengkap dari individu, itu adalah umum bagi individu untuk menunjukkan bukti belajar secara
berkelanjutan.
MENGAPA PERLU SERTIFIKASI PROFESI ?
Tantangan di era globalisasi dan pasar yang kompetitif menuntut daya tahan dan daya saing
sebuah kelompok, komunitas, organisasi dan negara dalam bentuk pengembangan sumber
daya manusia sebagai “intelectual asset” menjadi salah satu faktor yang penting dalam
mendukung produktivitas dan keunggulan kompetititf perusahaan. Pengembangan SDM
stratejik merupakan tuntutan bagi setiap organisasi untuk menyelaraskan program training
dengan strategi organisasi. Selain itu, pengembangan SDM menuntut perpaduan yang
sinergik antara aspek pembelajaran (learning) dan aspek kinerja (performance). Untuk itu,
pengembangan SDM melalui program training di tempat kerja membutuhkan suatu sarana
dan fasilitas yaitu Training Center. Untuk merealiasikan upaya peningkatan pembelajaran dan
kinerja, maka diperlukan suatu standar kompetensi profesi khususnya bagi para training
manager untuk mengelola training center dalam suatu organisasi. Isu sertifikasi menjadi
sangat hangat dibicarakan oleh berbagai kalangan khususnya pihak-pihak yang terlibat dalam
proses pembinaan profesi baik pendidikan, kesehatan, keuangan, pemerintahan dan
kemasyarakatan. Isu sertifikasi menjadi salah satu cara yang digunakan dalam membangun
struktur karir profesional dan pengembangan kualitas atau mutu.
Tahun 2015, merupakan momentum besar dalam pembangunan kompetensi yaitu tahun
implementasi integrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN, dimana salah satu unsur penting
adalah aliran bebas tenaga kerja trampil (free flow of labor skill) diantara negara negara
yang tergabung dalam ASEAN. Dengan telah ditetapkan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) melalui Peraturan Presiden Nomor 08 tahun 2012 dan telah
disepakatinya ASEAN Qualification Reference Framewrok (AQRF) pada akhir tahun
2014, maka pengembangan kompetensi SDM semakin jelas untuk dapat bersaing dengan
negara negara mitra bisnis, dan memberikan kepastian link and match antara dunia kerja
dengan dunia industri, dimana Kerangka Kualifikasi ini memberikan pedoman penyetaraan
proses pembelajaran dari dunia pendidikan, pelatihan dan pembelajaran di tempat kerja.
Masalah link and match, dan relevansi lulusan Pendidikan termasuk pelatihan dengan dunia
kerja masih terus menjadi isu nasional, Karena masalah kurangnya employability
(kecakapan bekerja) pada dunia kerja. Hal ini menyebabkan industry harus
mengembangkan kelembagaan Pendidikan dan pelatihan seperti training centre, corporate
university dan bahkan Pendidikan tinggi, walupun sudah merekrut calon karyawan yang
berasal dari Pendidikan vokasional.
Guna bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diperlukan peningkatkan
kompetensi baik dari sisi sumber daya manusia (SDM) maupun organisasi. Para praktisi
SDM dituntut untuk lebih meningkatkan profesionalisme dalam mengelola SDM di
organisasi, SDM harus memiliki kompetensi sesuai standar yang dtetapkan (UU 13 tahun
2003) bahwa kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup
aspek pengetahuan,keterampilan dan sikap kerja. Hal ini menjadi penting karena Divisi SDM
adalah mitra strategis bagi pimpinan organisasi dalam mengelola dan mengembangkan SDM.
Salah satu bentuk dukungan untuk meningkatkan profesionalisme praktisi SDM juga
diberikan oleh pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja yang mengeluarkan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). SKKNI ini berisi rumusan kemampuan
kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, atau keahlian serta yang terkait
dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan.
Program sertifikasi kompetensi merupakan upaya pengembangan sumber daya manusia
(SDM) untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia, baik untuk
skala domestik maupun internasional.
DIMANAKAH TEMPAT MENDAPATKAN SERTIFIKASI PROFESI ?
Tidak bisa kita pungkiri bahwa kualitas pekerja kita cukup rendah dimana tenaga kerja
kita masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura
,Thailand dan Negara Tetangga Lainnya. Hal ini semakin diperparah dengan adanya MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) dimana pekerja kita harus bersaing dengan pekerja dari
negara ASEAN.
MEA sendiri adalah sistem perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dimana
kawasan MEA mengharuskan membebaskan arus tenaga terampil. Oleh karena itu, sekarang
banyak orang yang berlomba-lomba guna mendapatkan gelar akademik yang lebih tinggi
(S1/S2/S3). Tetapi apakah cara tersebut sudah benar? Cara tersebut dibenarkan sebatas
untuk lingkungan akademik. Tetapi untuk lingkungan kerjatentunya tidak benar. Jadi apa
yang dibutuhkan dalam lingkungan kerja? Jawabannya adalah sertifikasi profesi.
Sertifikasi profesi adalah suatu penetapan yang diberikan oleh suatu organisasi profesional
terhadap seseorang untuk menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk melakukan suatu
pekerjaan atau tugas spesifik.

 LSP (LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI) ?

Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) adalah lembaga pelaksanaan kegiatan sertifikasi profesi
yang memperoleh lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Lisensi diberikan
melalui proses akreditasi oleh BNSP yang menyatakan bahwa LSP bersangkutan telah
memenuhi syarat untuk melakukan kegiatan sertifikasi profesi. Sebagai organisasi tingkat
nasional yang berkedudukan di wilayah Republik Indonesia.
Pembentukan LSP : LSP dipersiapkan pembentukannya oleh suatu panitia kerja yang
dibentuk oleh atau dengan dukungan asosiasi industri terkait. Susunan panitia kerja terdiri
dari ketua bersama sekretaris, dibantu beberapa anggota. Personal panitia mencakup unsur
industri, asosiasi profesi, instansi teknis terkait dan pakar. Tugas panitia kerja adalah
Menyiapkan badan hukum Menyusun organisasi maupun personel Mencari dukungan
industri maupun instansi terkait. Surat permohonan untuk memperoleh lisensi ditujukan
kepada BNSP. Ketentuan pembentukan LSP mengacu kepada PBNSP 202.
Fungsi dan Tugas LSP sesuai PBNSP 202 tahun 2014, LSP memiliki Fungsi melaksanakan
Sertifikasi Kompetensi dan Tugas :

 Menyusun dan mengembangkan skema sertifikasi


 Membuat perangkat asesmen dan uji kompetensi
 Menyediakan tenaga pengujji (asesor)
 Melaksanakan sertifikasi
 Melaksanakan surveilen pemeliharaan sertifikasi
 Menetapkan persyaratan, memverifikasi dan menetapkan TUK
 Memelihara kinerja asesor dan TUK
 Mengembangkan pelayanan sertifikasi

Wewenang LSP : Menerbitkan sertifikat kompetensi; Mencabut/membatalkan sertifikasi


kompetensi; Memberikan sangsi kepada Asesor dan TUK yang melanggar Aturan;
Mengusulkan Skema Baru, Mengusulkan Dana TUK menetapkan Biaya Uji Kompetensi.
Pengendalian LSP : Kinerja LSP dipantau secara periodik melalui laporan kegiatan
Surveilen dan monitoring LSP yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan BNSP
dikenakan sanksi sampai pada pencabutan lisensi Kinerja pemegang sertifikat dipantau
melalui laporan pengguna jasa (industri)

 KKNI & SKKNI ?

Apakah Anda termasuk yang merasa kebingungan untuk membedakan antara SKKNI dengan
KKNI? Hal tersebut dirasa wajar mengingat penulisannya dalam bentuk singkatan yang
hampir sama. Namun jika dikaji lebih luas perbedaan SKKNI dan KKNI terlihat dari
kepanjangan dari singkatan keduanya yang berbeda satu sama lain.
 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia atau yang disingkat dengan SKKNI
merupakan acuan yang menjadi standar dalam hubungannya dengan kemampuan kerja yang
meliputi aspek keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang sesuai dengan pelaksanaan
tugasnya serta sesuai dengan persyaratan dari pekerjaan yang sudah ditetapkan dimana semua
standar atau ketentuan dalam SKKNI sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dengan kata lain, SKKNI merupakan standar kompetensi tenaga
kerja yang berlaku secara nasional di Indonesia dan merupakan standar kompetensi bersifat
lintas perusahaan. Peraturan Pemerintah PP 31/2006 mengatur SKKNI dikelompokkan ke
dalam jenjang kualifikasi dengan mengacu pada KKNI dan/atau jenjang jabatan
 Sementara KKNI merupakan acuan di dalam pengemasan SKKNI ke tingkat atau jenjang
kualifikasi. Kerangka Kualifkasi Nasional Indonesia atau yang disingkat dengan KKNI
sendiri merupakan kerangka jenjang kualifikasi dari kompetensi yang mampu
menyandingkan, melakukan penyetaraan serta mengintegrasikan bidang pendidikan, bidang
pelatihan kerja dan pengalaman kerja, sebagai pengakuan kompetensi kerja yang sesuai
dengan struktur pekerjaan dalam berbagai sektor. Dengan mengacu terhadap Peraturan
Pemerintah No.31 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, Kerangka
Kualifkasi Nasional Indonesia terdiri dari sembilan jenjang kualifkasi yang meliputi jenjang
kualifikasi Sertifikat ke I hingga dengan jenjang kualifikasi Sertifikat ke IX. KKNI mengacu
pada Peraturan Presiden Republik Indonesia No.8 tahun 2012 .

Dalam upaya untuk peningkatan kualitas kerja SDM di Indonesia, hubungan antara SKKNI
dan KKNI saling berkaitan satu sama lain. Adanya upaya pengemasan SKKNI ke dalam
jenjang kualifikasi KKNI dengan menggunakan parameter yang diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.21/MEN/X/2007 Tentang Tata Cara Penetapan SKKNI. Maksud
dari pengemasan SKKNI ke dalam jenjang kualifikasi KKNI ini adalah sebagai upaya dalam
penyandingan serta penyetaraan kualifikasi maupun rekognisi terhadap tingkat pendidikan
dan atau dengan tingkat pekerjaan. Selain itu pengemasan ini membantu terwujudnya
hubungan harmonisasi serta kerjasama dalam hal saling pengakuan kualifikasi dengan negara
lain, secara bilateral maupun multilateral. Berikut adalah bagan Leveling Sertifikasi KKNI
(Perpres 08/2012), Jenjang Pendidikan Formal ( Program Akademik, Kejuruan, Vokasi,
Profesi ) dan Jenjang Pendidikan Non Formal, Informal, Pelatihan dan Pengalaman :
MANFAAT, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SERTIFIKASI PROFESI
“Menurut Kepala Sekretariat Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Darwanto, pihaknya
menyadari adanya ketidakcocokan antara kebutuhan pasar ketenagakerjaan nasional dan
keterampilan pekerja. “Oleh karena itu, salah satu strategi percepatan peningkatan
kompetensi SDM adalah melalui pengembangan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI) dan sertifikasi kompetensi. Jumlah SKKNI saat ini tercatat sebanyak 624
SKKNI pada 9 sektor industri dan jasa,” kata Darwanto.
Dalam hal mendukung peningkatan kompetensi SDM, menurut Darwanto, pemerintah
sejatinya telah melakukan upaya antisipasi kompetisi global. “Antara lain melalui
pencanangan paket kebijakan ekonomi XII pada April 2016 lalu yang salah satunya
menitikberatkan pada peningkatan kualitas SDM. Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
pun akan mempercepat proses sertifikasi untuk 120 ribu tenaga kerja profesional pada tahun
2017. Per Agustus 2016, jumlah tenaga kerja yang telah tersertifikasi sebanyak 2.463.806
orang,” ujarnya.
Manfaat Bagi Industri :

 Membantu Industri meyakinkan kepada Kliennya bahwa Produk/Jasanya telah dibuat oleh
Tenaga-tenaga Yang Kompeten
 Membantu Indutri dalam recruitment dan mengembangkan tenaga berbasis kompetensi guna
meningkatkan efisiensi HRD khususnya dan efisiensi Nasional pada Umumnya
 Membantu Indutri dalam sistim pengembangan Karir dan Renumerasi Tenaga berbasis
Kompetensi dan meningkatkan Produktifitas
Manfaat Bagi Tenaga Kerja / Profesional :

 Membantu Tenaga profesi meyakinkan kepada Organisasi/Industri/Kliennya bahwa dirinya


KOMPETEN dalam Bekerja atau Menghasilkan Produk atau Jasa dan Meningkatkan Percaya
Diri Tenaga Profesi
 Membantu Tenaga Profesi dalam merencanakan Karirnya dan Mengukur Tingkat Pencapaian
Kompetensi dalam Proses Belajar di Lembaga Formal maupun secara Mandiri
 Membantu Tenaga Profesi dalam memenuhi Prasyarat Regulasi
 Membantu Pengakuan Kompetensi Lintas Sektor dan Lintas Negara
 Membantu Tenaga Profesi dalam Promosi Profesinya di Pasar Bursa Tenaga Kerja

Kelebihan sertifikasi profesi:

 Memiliki daya saing yang tinggi dalam dunia kerja


 Memiliki kompetensi kerja yang sesuai standar kerja baik nasional,international maupun
khusus
 Mendapatkan pengakuan kompetensi secara nasional dan internasional.
 Meningkatkan peluang karir profesional dan meningkatkan kredibilitas orang tersebut
 Menambah wawasan baru yang tidak didapat pada saat menempuh pendidikan formal.
 Dapat meningkatkan posisi dan juga reputasi si profesional tersebut apabila sudah bekerja di
dalam sebuah perusahaan.

Kekurangan sertifikasi profesi:

 Tingkat Pemahaman dan Pengertian tentang Sertifikasi Profesi di Masyarakat


 Program Pelatihan dan Pengembangan untuk mendapatkan Sertifikasi Kompetensi Profesi
tidak murah.
 Masih terbatasnya Instruktur yang berpengalaman dari industri dalam profesi tertentu untuk
memberikan transfer knowledge dalam pelatihan berbasis kompetensi
 Program Sertifikasi Profesi belum merata secara Nasional di Indonesia

KESIMPULAN DAN SARAN PENULIS

 Tujuan Sertifikasi adalah untuk memastikan dan memelihara kompetensi yang telah didapat
melalui proses pembelajaran baik formal, non formal, pelatihan kerja ataupun pengalaman
kerja. Karena dalam dunia kerja kompetensi harus dipelihara, bukan hanya Kompeten tetapi
Kompeten dan Terus Tetap Kompeten
 Dalam Kaidah pengembangan SDM seharusnya dipastikan Pendidikan dilaksanakan
Lembaga Pendidikan (formal, non formal, informal), pelatihan dilaksanakan di Lembaga
Pelatihan, dan sertifikasi profesi dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP). Untuk menjamin Kredibilitas dan Konsistensinya LSP harus mendapat Lisensi dari
BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi )
 Diperlukan meningkatkan kompetensi SDM Indonesia agar lebih siap berkompetisi. Untuk
itu, selain pengetahuan yang didapat dari jenjang pendidikan formal, tenaga kerja perlu
memiliki sertifikasi dan kompetensi kerja untuk bersaing dengan pekerja dari negara lain
dalam era MEA. Sertifikasi kompetensi penting dilakukan agar SDM kita mempunyai acuan
untuk meningkatkan kompetensi dan memiliki standar yang diakui oleh lembaga-lembaga
terkait.
 Untuk meningkatkan jumlah tenaga yang tersertifikasi memang tidak mudah. Kesulitan yang
dihadapi adalah bagaimana memberikan kemudahan akses dan jaminan dalam memberikan
realisasi percepatan sertifikasi tersebut, Artinya kita harus mempersiapkan infrastruktur yaitu
standar kompetensi harus diselesaikan di berbagai sektor. Lembaga sertifikasinya pun harus
lebih ditingkatkan jumlahnya karena sampai saat ini baru ada sekitar 570-an lembaga
sertifikasi profesi. Hal lainnya adalah diperlukan peningkatan kredibilitas dan kualitas untuk
meningkatkan aksesornya.
 Sertifikasi kompetensi juga mempermudah perusahaan dalam proses seleksi karyawan.
Sehingga akan mempercepat rekrutmen calon tenaga kerja yang sudah kompeten serta
menghemat tenaga, waktu, dan biaya perusahaan secara signifikan. Sedangkan bagi
pelanggan, sertifikasi kompetensi juga memberikan nilai tambah dengan memberikan
keyakinan bahwa pelanggan dilayani oleh para profesional yang kompeten di bidangnya
masing-masing.
 Standar kompetensi merupakan ukuran atau patokan tentang pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja yang harus dimiliki seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas
sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyarakatkan. Standar kompetensi tidak berarti hanya
kemampuan menyelesaikan suatu tugas, tetapi dilandasi pula bagaimana serta mengapa tugas
itu dikerjakan. Dengan kata lain, standar kompetensi meliputi faktor-faktor yang mendukung
seperti pengetahuan dan kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas dalam kondisi normal di
tempat kerja serta kemampuan mentransfer dan menerapkan kemampuan dan pengetahuan
pada situasi dan lingkungan yang berbeda. Sebuah standar kompetensi merupakan dokumen
yang menentukan dalam format yang terstruktur bagaimana orang harus melakukan pekerjaan
atau peran kerja. Standar kompetensi mencoba untuk menangkap berbagai dimensi itu, ketika
diambil bersama-sama, “Icon” untuk kinerja K =„kompeten‟ atau BK= “Belum
Kompeten”.
 Kebijakan Pemerintah melalui BNSP sebagai arahan dalam pengembangan program dan
kegiatan untuk pelaksanaan strateginya : Mendukung peningkatan daya saing industri baik di
pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri; Mendukung pelaksanaan kesempatan kerja dan
penanggulangan pengangguran; peningkatan kualitas, produktivitas dan daya saing tenaga
kerja Indonesia; meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja baik sebagai
subyek maupun sebagai obyek pembangunan;
 Dapat dibayangkan seandainya para Tenaga Kerja Asing berbondong melamar kerja di
negara kita yang tercinta ini dengan membawa sertifikasi profesi sudah bisa dipastikan bahwa
mereka bakal memiliki keunggulan dalam hal ini. Pertanyaannya adalah apakah kita RELA
dan akan terus berkutat dengan GELAR AKADEMIK ?
 Dengan Optimalisasi Program Sertifikasi Profesi, SDM Negara kita akan akan Bangun,
Bangkit dan Berkembang, Menjadi Raja di Negara Sendiri dan menjadi Mercusuar Dunia
untuk segala Sektor dan Bidang Industri di Tanah Air Tercinta Indonesia yang Kaya Raya
dan Subur, Indonesia akan Kaya Profesional yang KOMPETEN di Bidang Industri Masing-
masing, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia akan segera Terwujud.

*)
Hendra Triana adalah Business Analyst; Praktisi TIK-Teknologi Informasi dan
Komunikasi; Auditor Teknologi Informasi pada (IATI-Ikatan Auditor Teknologi
Indonesia); Pengajar dan Dosen pada PTS; Sekretaris Jendral pada KIRM-Komite
Independen Revolusi Mental Indonesia.
Eva Rosmalia adalah Direktur Eksekutif Lembaga Sertifikasi Profesi
Sumber : Klik di sini

Anda mungkin juga menyukai