Sertifikasi Profesi
Tulisan ini ditujukan kepada semua Pembaca yang ingin mengetahui tentang Usulan
Alternatif Lain Proses Pengembangan SDM-Sumber Daya Manusia Indonesia Melalui
Sertifikasi Profesi yang dilaksanakan Melalui LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) dan BNSP
(Badan Nasional Sertifikasi Profesi )
Pengertian profesi adalah jenjang pendidikan setelah sarjana untuk mempersiapkan peserta
didik agar dapat bekerja pada bidang yang memerlukan keahlian khusus. (Undang-Undang
No.20 Tahun 2003)
Pengertian profesi adalah bidang pekerjaan yang untuk melaksanakannya diperlukan
kompetensi tertentu (Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2006)
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) adalah lembaga pelaksanaan kegiatan sertifikasi profesi
yang memperoleh lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Lisensi diberikan
melalui proses akreditasi oleh BNSP yang menyatakan bahwa LSP bersangkutan telah
memenuhi syarat untuk melakukan kegiatan sertifikasi profesi. Sebagai organisasi tingkat
nasional yang berkedudukan di wilayah Republik Indonesia.
Pembentukan LSP : LSP dipersiapkan pembentukannya oleh suatu panitia kerja yang
dibentuk oleh atau dengan dukungan asosiasi industri terkait. Susunan panitia kerja terdiri
dari ketua bersama sekretaris, dibantu beberapa anggota. Personal panitia mencakup unsur
industri, asosiasi profesi, instansi teknis terkait dan pakar. Tugas panitia kerja adalah
Menyiapkan badan hukum Menyusun organisasi maupun personel Mencari dukungan
industri maupun instansi terkait. Surat permohonan untuk memperoleh lisensi ditujukan
kepada BNSP. Ketentuan pembentukan LSP mengacu kepada PBNSP 202.
Fungsi dan Tugas LSP sesuai PBNSP 202 tahun 2014, LSP memiliki Fungsi melaksanakan
Sertifikasi Kompetensi dan Tugas :
Apakah Anda termasuk yang merasa kebingungan untuk membedakan antara SKKNI dengan
KKNI? Hal tersebut dirasa wajar mengingat penulisannya dalam bentuk singkatan yang
hampir sama. Namun jika dikaji lebih luas perbedaan SKKNI dan KKNI terlihat dari
kepanjangan dari singkatan keduanya yang berbeda satu sama lain.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia atau yang disingkat dengan SKKNI
merupakan acuan yang menjadi standar dalam hubungannya dengan kemampuan kerja yang
meliputi aspek keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang sesuai dengan pelaksanaan
tugasnya serta sesuai dengan persyaratan dari pekerjaan yang sudah ditetapkan dimana semua
standar atau ketentuan dalam SKKNI sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dengan kata lain, SKKNI merupakan standar kompetensi tenaga
kerja yang berlaku secara nasional di Indonesia dan merupakan standar kompetensi bersifat
lintas perusahaan. Peraturan Pemerintah PP 31/2006 mengatur SKKNI dikelompokkan ke
dalam jenjang kualifikasi dengan mengacu pada KKNI dan/atau jenjang jabatan
Sementara KKNI merupakan acuan di dalam pengemasan SKKNI ke tingkat atau jenjang
kualifikasi. Kerangka Kualifkasi Nasional Indonesia atau yang disingkat dengan KKNI
sendiri merupakan kerangka jenjang kualifikasi dari kompetensi yang mampu
menyandingkan, melakukan penyetaraan serta mengintegrasikan bidang pendidikan, bidang
pelatihan kerja dan pengalaman kerja, sebagai pengakuan kompetensi kerja yang sesuai
dengan struktur pekerjaan dalam berbagai sektor. Dengan mengacu terhadap Peraturan
Pemerintah No.31 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, Kerangka
Kualifkasi Nasional Indonesia terdiri dari sembilan jenjang kualifkasi yang meliputi jenjang
kualifikasi Sertifikat ke I hingga dengan jenjang kualifikasi Sertifikat ke IX. KKNI mengacu
pada Peraturan Presiden Republik Indonesia No.8 tahun 2012 .
Dalam upaya untuk peningkatan kualitas kerja SDM di Indonesia, hubungan antara SKKNI
dan KKNI saling berkaitan satu sama lain. Adanya upaya pengemasan SKKNI ke dalam
jenjang kualifikasi KKNI dengan menggunakan parameter yang diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.21/MEN/X/2007 Tentang Tata Cara Penetapan SKKNI. Maksud
dari pengemasan SKKNI ke dalam jenjang kualifikasi KKNI ini adalah sebagai upaya dalam
penyandingan serta penyetaraan kualifikasi maupun rekognisi terhadap tingkat pendidikan
dan atau dengan tingkat pekerjaan. Selain itu pengemasan ini membantu terwujudnya
hubungan harmonisasi serta kerjasama dalam hal saling pengakuan kualifikasi dengan negara
lain, secara bilateral maupun multilateral. Berikut adalah bagan Leveling Sertifikasi KKNI
(Perpres 08/2012), Jenjang Pendidikan Formal ( Program Akademik, Kejuruan, Vokasi,
Profesi ) dan Jenjang Pendidikan Non Formal, Informal, Pelatihan dan Pengalaman :
MANFAAT, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SERTIFIKASI PROFESI
“Menurut Kepala Sekretariat Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Darwanto, pihaknya
menyadari adanya ketidakcocokan antara kebutuhan pasar ketenagakerjaan nasional dan
keterampilan pekerja. “Oleh karena itu, salah satu strategi percepatan peningkatan
kompetensi SDM adalah melalui pengembangan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI) dan sertifikasi kompetensi. Jumlah SKKNI saat ini tercatat sebanyak 624
SKKNI pada 9 sektor industri dan jasa,” kata Darwanto.
Dalam hal mendukung peningkatan kompetensi SDM, menurut Darwanto, pemerintah
sejatinya telah melakukan upaya antisipasi kompetisi global. “Antara lain melalui
pencanangan paket kebijakan ekonomi XII pada April 2016 lalu yang salah satunya
menitikberatkan pada peningkatan kualitas SDM. Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
pun akan mempercepat proses sertifikasi untuk 120 ribu tenaga kerja profesional pada tahun
2017. Per Agustus 2016, jumlah tenaga kerja yang telah tersertifikasi sebanyak 2.463.806
orang,” ujarnya.
Manfaat Bagi Industri :
Membantu Industri meyakinkan kepada Kliennya bahwa Produk/Jasanya telah dibuat oleh
Tenaga-tenaga Yang Kompeten
Membantu Indutri dalam recruitment dan mengembangkan tenaga berbasis kompetensi guna
meningkatkan efisiensi HRD khususnya dan efisiensi Nasional pada Umumnya
Membantu Indutri dalam sistim pengembangan Karir dan Renumerasi Tenaga berbasis
Kompetensi dan meningkatkan Produktifitas
Manfaat Bagi Tenaga Kerja / Profesional :
Tujuan Sertifikasi adalah untuk memastikan dan memelihara kompetensi yang telah didapat
melalui proses pembelajaran baik formal, non formal, pelatihan kerja ataupun pengalaman
kerja. Karena dalam dunia kerja kompetensi harus dipelihara, bukan hanya Kompeten tetapi
Kompeten dan Terus Tetap Kompeten
Dalam Kaidah pengembangan SDM seharusnya dipastikan Pendidikan dilaksanakan
Lembaga Pendidikan (formal, non formal, informal), pelatihan dilaksanakan di Lembaga
Pelatihan, dan sertifikasi profesi dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP). Untuk menjamin Kredibilitas dan Konsistensinya LSP harus mendapat Lisensi dari
BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi )
Diperlukan meningkatkan kompetensi SDM Indonesia agar lebih siap berkompetisi. Untuk
itu, selain pengetahuan yang didapat dari jenjang pendidikan formal, tenaga kerja perlu
memiliki sertifikasi dan kompetensi kerja untuk bersaing dengan pekerja dari negara lain
dalam era MEA. Sertifikasi kompetensi penting dilakukan agar SDM kita mempunyai acuan
untuk meningkatkan kompetensi dan memiliki standar yang diakui oleh lembaga-lembaga
terkait.
Untuk meningkatkan jumlah tenaga yang tersertifikasi memang tidak mudah. Kesulitan yang
dihadapi adalah bagaimana memberikan kemudahan akses dan jaminan dalam memberikan
realisasi percepatan sertifikasi tersebut, Artinya kita harus mempersiapkan infrastruktur yaitu
standar kompetensi harus diselesaikan di berbagai sektor. Lembaga sertifikasinya pun harus
lebih ditingkatkan jumlahnya karena sampai saat ini baru ada sekitar 570-an lembaga
sertifikasi profesi. Hal lainnya adalah diperlukan peningkatan kredibilitas dan kualitas untuk
meningkatkan aksesornya.
Sertifikasi kompetensi juga mempermudah perusahaan dalam proses seleksi karyawan.
Sehingga akan mempercepat rekrutmen calon tenaga kerja yang sudah kompeten serta
menghemat tenaga, waktu, dan biaya perusahaan secara signifikan. Sedangkan bagi
pelanggan, sertifikasi kompetensi juga memberikan nilai tambah dengan memberikan
keyakinan bahwa pelanggan dilayani oleh para profesional yang kompeten di bidangnya
masing-masing.
Standar kompetensi merupakan ukuran atau patokan tentang pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja yang harus dimiliki seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas
sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyarakatkan. Standar kompetensi tidak berarti hanya
kemampuan menyelesaikan suatu tugas, tetapi dilandasi pula bagaimana serta mengapa tugas
itu dikerjakan. Dengan kata lain, standar kompetensi meliputi faktor-faktor yang mendukung
seperti pengetahuan dan kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas dalam kondisi normal di
tempat kerja serta kemampuan mentransfer dan menerapkan kemampuan dan pengetahuan
pada situasi dan lingkungan yang berbeda. Sebuah standar kompetensi merupakan dokumen
yang menentukan dalam format yang terstruktur bagaimana orang harus melakukan pekerjaan
atau peran kerja. Standar kompetensi mencoba untuk menangkap berbagai dimensi itu, ketika
diambil bersama-sama, “Icon” untuk kinerja K =„kompeten‟ atau BK= “Belum
Kompeten”.
Kebijakan Pemerintah melalui BNSP sebagai arahan dalam pengembangan program dan
kegiatan untuk pelaksanaan strateginya : Mendukung peningkatan daya saing industri baik di
pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri; Mendukung pelaksanaan kesempatan kerja dan
penanggulangan pengangguran; peningkatan kualitas, produktivitas dan daya saing tenaga
kerja Indonesia; meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja baik sebagai
subyek maupun sebagai obyek pembangunan;
Dapat dibayangkan seandainya para Tenaga Kerja Asing berbondong melamar kerja di
negara kita yang tercinta ini dengan membawa sertifikasi profesi sudah bisa dipastikan bahwa
mereka bakal memiliki keunggulan dalam hal ini. Pertanyaannya adalah apakah kita RELA
dan akan terus berkutat dengan GELAR AKADEMIK ?
Dengan Optimalisasi Program Sertifikasi Profesi, SDM Negara kita akan akan Bangun,
Bangkit dan Berkembang, Menjadi Raja di Negara Sendiri dan menjadi Mercusuar Dunia
untuk segala Sektor dan Bidang Industri di Tanah Air Tercinta Indonesia yang Kaya Raya
dan Subur, Indonesia akan Kaya Profesional yang KOMPETEN di Bidang Industri Masing-
masing, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia akan segera Terwujud.
*)
Hendra Triana adalah Business Analyst; Praktisi TIK-Teknologi Informasi dan
Komunikasi; Auditor Teknologi Informasi pada (IATI-Ikatan Auditor Teknologi
Indonesia); Pengajar dan Dosen pada PTS; Sekretaris Jendral pada KIRM-Komite
Independen Revolusi Mental Indonesia.
Eva Rosmalia adalah Direktur Eksekutif Lembaga Sertifikasi Profesi
Sumber : Klik di sini