Oleh:
Preseptor:
BUKITTINGGI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Manifestasi klinis HSP bervariasi dari erupsi kulit berupa petekie minimal
sampai melibatkan gangguan sistemik yang berat. Onset HSP pada umumnya akut
dan tiba-tiba. Gambaran klinik yang utama tediri dari 4 organ yang terlibat. Pertama
pada kulit dimana terjadi perdarahan kulit yang agak meninggi kalau diraba (palpable
purpura) terjadi pada 95-100 % kasus yang terutama terjadi pada bagian-bagian tubuh
yang tergantung atau yang mengalami tekanan seperti kaki bagian bawah, pantat,
tubuh dan tangan yang kadang disertai rasa gatal yang minimal. Kelainan kulit
dimulai dengan terbentuknya ruam makula eritematosa yang berkembang menjadi
purpura dalam waktu singkat. Perdarahan ini berupa bercak-bercak kemerahan terang
atau merah gelap atau kebiruan yang dapat menyatu dan pada umumnya akan
menghilang dalam beberapa hari sampai beberapa bulan. Kurang dari 10 % kasus
dapat berulang dan mungkin menetap beberapa tahun. Perdarahan ini dapat disertai
pembengkakan (udem).3-5,7
1.2 Batasan Masalah
2.1 Definisi
Purpura Henoch-Schönlein disebut juga sebagai purpura anafilaktoid. Istilah
ini diambil dari nama dua orang dokter yang berasal dari Jerman. Pada tahun 1837,
Johan Schönlein menggunakan istilah peliosis rheumatica untuk menggambarkan
beberapa kasus dengan gejala klinis nyeri sendi dan purpura. Pada tahun 1874,
Henoch murid Schönlein menjumpai kasus serupa, namun disertai dengan gejala
nefritis, kolik abdomen, dan melena. Sehingga, Henoch-Sconlein Purpura (HSP)
merupakan salah satu bentuk vaskulitis yang melibatkan pembuluh darah kecil
(kapiler) yang ditandai dengan perdarahan kulit (purpura), pembengkakan pada sendi,
nyeri perut dan kelainan pada ginjal. 1
2.2 Epidemiologi
Henoch-Schonlein Purpura lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan
dewasa. Angka kejadian HSP 9-18/100.000 populasi. Sebagian besar kasus terjadi
pada umur 2-8 tahun. Kejadian pada laki-laki 2 kali lebih banyak dari pada
perempuan, dimana HSP ini merupakan 10% dari semua kasus vaskulitis yang
terutama terjadi pada anak-anak (90%).1,2
2.3 Etiologi
Henoch-Schonlein Purpura (HSP) merupakan penyakit sistemik berupa
vaskulitis pembuluh darah kecil yang terutama menyerang anak-anak. HSP
merupakan suatu kelainan berupa leukositoklastik vaskulitis (LcV) yang merupakan
suatu proses imunologi dan inflamasi yang sangat kompleks. Pada kondisi ini terdapat
interaksi antara leukosit dan sel endotel pembuluh darah yang menyebabkan
terjadinya LcV. 1,3
Etiologi terjadinya HSP sampai saat ini masih belum diketahui, tetapi
dilaporkan HSP sering terjadi setelah infeksi saluran napas atas. Lebih dari sepertiga
kasus HSP menunjukkan kultur tenggorokan positif pada pasien ini diduga
penyebabnya adalah infeksi saluran napas atas, dua minggu sebelum masuk rumah
sakit didapatkan gejala demam disertai batuk. Beberapa kasus HSP juga terjadi
setelah pasien terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis, Mycoplasma
pneumonia, Helicobacter pylori, Campylobacter jejuni, Shigella sp, Epstein Barr
virus, Yersinia, virus hepatitis A,B dan C, varicella, measles, rubella, adenovirus,
CMV, dan Parvovirus B19. Factor genetik HSP dikemukan juga mempunyai peranan
dan juga dapat timbul setelah vaksinasi tifoid, campak, dan kolera. Pencetus lain
adalah gigitan serangga, toksin kimiawi, dan obat-obatan seperti penisilin, eritromisin,
dan anti-konvulsan.1,3
2.4 Patogenesis
Patogenesis HSP adalah terjadinya vaskulitis leukositoklastik pada pembuluh
darah kecil yang ditandai dengan endapan kompleks imum yang mengandung IgA
pada organ yang terlibat. Adapun gejala yang timbul adalah akibat dari kerusakan
pembuluh darah kecil yaitu pada organ yang terlibat utamanya pada kulit, sendi,
gastro-intestinal dan ginjal. Penyakit ini merupakan vaskulitis pembuluh darah kecil
yang diperantarai oleh IgA sebagai respons terhadap antigen asing atau endogen
sehingga terbentuk deposit kompleks IgA pada pembuluh darah kecil yaitu venula,
kapiler, dan arteriol. Ig A makromolekular dan Ig A kompleks imun ini akan
mengendap sehingga mengaktivasi sistim komplemen melalui jalur alternatif.1,3,4
Deposit kompleks imun dan aktivasi komplemen mengakibatkan terjadinya
inflamasi pada pembuluh darah kecil di kulit, ginjal, sendi, dan abdomen sehingga
terjadi purpura di kulit, nefritis, dan artritis. Pada pasien HSP terdapat kelainan yang
melibatkan IgA.1,3,4
2.5 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis HSP bervariasi dari erupsi kulit berupa petekie minimal
sampai melibatkan gangguan sistemik yang berat. Onset HSP pada umumnya akut
dan tiba-tiba. Gambaran klinik yang utama tediri dari 4 organ yang terlibat. Pertama
pada kulit dimana terjadi perdarahan kulit yang agak meninggi kalau diraba (palpable
purpura) terjadi pada 95-100 % kasus yang terutama terjadi pada bagian-bagian tubuh
yang tergantung atau yang mengalami tekanan seperti kaki bagian bawah, pantat,
tubuh dan tangan yang kadang disertai rasa gatal yang minimal. Kelainan kulit
dimulai dengan terbentuknya ruam makula eritematosa yang berkembang menjadi
purpura dalam waktu singkat. Perdarahan ini berupa bercak-bercak kemerahan terang
atau merah gelap atau kebiruan yang dapat menyatu dan pada umumnya akan
menghilang dalam beberapa hari sampai beberapa bulan. Kurang dari 10 % kasus
dapat berulang dan mungkin menetap beberapa tahun. Perdarahan ini dapat disertai
pembengkakan (udem).1,5,6
Organ ke 2 yang terlibat adalah gastro-intestinal sebanyak 35-85%. Gejala
yang muncul pada organ ini adalah sakit perut hebat (kolik abdomen), mual dan
muntah sampai terjadi perdarahan saluran cerna (intususepsi) yang biasanya muncul 1
minggu setelah munculnya perdarahan kulit. Intususepsi ileoileal, perforasi usus serta
pankreatitis merupakan komplikasi berat yang dapat memperlihatkan adanya edem,
erosi hingga perdarahan lambung dan duodenum 1,5,6
2.6 Diagnosis
American College of Rheumatology (ACR) membuat 4 kriteria untuk
mendiagnosis HSp,1 sebagai berikut:
purpura yang teraba
bowel angina (nyeri perut difus atau didiagnosis iskemi usus disertai diare
berdarah)
hasil biopsi membuktikan granulosit pada dinding pembuluh darah arteriol atau
venula.
Bowel angina
Perdarahan gastrointestinal
Hematuria
2.7 Tatalaksana
HSP pada umumnya sembuh sendiri dalam 1-6 minggu. Pengobatan hanya
bersifat suportif. Tidak ada pengobatan yang spesifik pada HSP. Pengobatan yang
diberikan bersifat simtomatik untuk mengurangi gejala. Untuk mengurangi rasa nyeri
dapat diberikan analgesic seperti parasetamol, sedangkan untuk mengatasi nyeri sendi
dapat digunakan obat-obatan anti imflamasi non steroid namun harus berhati-hati
karena dapat meningkatkan terjadinya perdarahan gastro-intestinal sedangkan
penggunaan kortikosteroid diberikan pada pasien HSP dengan nyeri perut hebat atau
jika ditemukan adanya purpura yang persisten. Kortikosteroid juga diberikan pada
pasien dengan keterlibatan ginjal yang berat. Pengobatan dengan menggunakan
cyclophosphamide, cyclosporine dan azathioprine masih kontroversial. 1-5,7
Untuk mengatasi udem pada tungkai dapat dengan meninggikan kaki. HSP
dengan manifestasi berat seperti gejala pada ginjal, nyeri perut yang hebat perdarahan
saluran cerna, dapat digunakan steroid atau imunosupresif lain. Prednison diberikan
dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis selama 5-7 hari. Prednison tidak dapat
mengurangi perjalanan penyakit atau mencegah terjadinya kekambuhan.1-5,7
2.8 Prognosis
Pada umumnya HSP mempunyai prognosis yang baik . Delapan puluh persen
pasien akan sembuh dalam beberapa minggu. Lebih kurang 10-20 % pasien
mengalami kekambuhan dan kurang dari 5 % pasien akan menjadi HSP kronis.
Perjalanan penyakit berlangsung 2 - 6 minggu. Rekurensi dapat terjadi pada 40%
pasien. Angka kematian berkisar kurang dari 1%. Pemantauan pada pasien PHS
dilakukan dengan pemeriksaan urinalisis lengkap dan tekanan darah selama 6 bulan
hingga 1 tahun apabila manifestasi kelainan ginjal tidak ditemukan. Bila ditemukan
hematuria atau proteinuria diperlukan pemantauan yang lebih lama. Prognosis
penyakit baik, bila tidak disertai gangguan ginjal dan gangguan saluran cerna yang
berat.4,9,14
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Isabella Dhelanova
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Umur : 6 tahun 11 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ayah / ibu : Tn. A / Ny. V
Alamat : Gurun Aur Kubang Putih, Kubang Putih, Banuhampu, Agam
Tanggal ke RS : 27 Maret 2019
Tanggal pemeriksaan : 1 April 2019
1.1. Anamnesis
1.1.1. Keluhan Utama
Bercak merah kebiruan yang terasa nyeri pada seluruh tubuh sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit.
1.1.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Bercak merah kebiruan pada tungkai dan lengan sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Bercak terasa nyeri dan gatal hilang timbul. Awalnya hanya
berupa bercak-bercak kemudian melebar.
Nyeri pada seluruh tubuh sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya
nyeri terasa di pergelangan kaki kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Pasien
sulit bergerak dan tidak dapat berjalan karena nyerinya.
Nyeri perut ada sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Batuk ada sejak 3 hari yang sebelum masuk rumah sakit, berdahak, tapi tidak
dapat dikeluarkan.
Demam ada sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Muntah tidak ada
BAB tidak ada kelainan
BAK tidak ada kelainan
Riwayat trauma sebelumnya tidak ada
Riwayat alergi disangkal
Riwayat ibu mengalami infeksi saat kehamilan disangkal
Riwayat ibu menggunakan obat-obatan saat kehamilan tidak ada.
Riwayat ibu merokok dan mengonsumsi alkohol selama hamil tidak ada
Riwayat ibu terkena paparan radiasi selama hamil tidak ada
Ayah Ibu
Nama Tn. A Ny. V
Umur 34 tahun 29 tahun
Pendidikan SMP SMA
Pekerjaan Buruh IRT
Penghasilan Tidak menentu -
Perkawinan 1 1
Penyakit yang pernah diderita - -
3.3.7 Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan : -
Nutrisi :
o Diet MB 1500 kkal
Medikamentosa :
o Metil prednisolone 3-3-2 tab
o Ranitidin 2x20mg
o Paracetamol 3 x250 mg
o IVFD KAEN 1 B 10 tpm
Non Medikamentosa : -
BAB IV
DISKUSI
5. Yang YH, Chuang YH, Wang LC, Huang HY, Gershwin ME, Chiang BL. The
immunobiology of Henoch-Schonlein Purpura. Autoimmune Review 2008;7:179-84.