PEMBIMBING
OLEH
1. Fokal
a. Kelemahan atau kekakuan tubuh satu sisi
b. Kelumpuhan kedua sisi
c. Gangguan menelan
d. Gangguan keseimbangan
e. Kesulitan pemahaman
f. Kesulitan membaca
g. Perubahan kemampuan sensorik
h. Gangguan visual
i. Gangguan penglihatan
j. Gangguan kognitid
k. Gangguan memori dan aktifitas sehari-hari
2. Global
a. Gangguan seluruh tubuh
b. Pingsan
c. Inkontinensia
d. Bingung
Diagnosis klinis: Hemiparesis dextra dengan paresis N.VII dextra dan paresis N.XII dextra
Pada pasien stroke perdarahan intraserbral akut, apabila TDS > 200mmHg atau MAP
>150mmHg, tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi intravena secara
kontinudengan pemantauan tekanan darah setiap 5 menit. Pemakaian obat antihipertensi
parenteral golongan penyekat beta (labetalol dan esmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin
dan diltiazem) intravena.
Nikardipin injeksi diencerkan dahulu dengan injeksi glukosa 5% atau larutan salin fisiologis
hingga diperoleh 0,01%-0,02% larutan nikardipin hidroklorida (0,1-1,2 mg/mL). Untuk krisis
hipertensi akut selama operasi, secara intra vena, dosis 2-10 mcg/kg bb/menit sampai tercapai
tekanan darah yang diinginkan, dapat ditingkatkan dengan tetap memantau tekanan darah. Untuk
pengurangan tekanan darah yang lebih cepat, dosis 10-30 mcg/kg bb/menit dapat digunakan.
Hipertensi dalam keadaan darurat, secara intravena, dosis 0,5 mcg /kg bb/menit sampai tercapai
tekanan darah yang diinginkan, dapat ditingkatkan dengan tetap memantau tekanan darah.
Nikardipin efektif Merelaksasi otot polos vaskular sehingga mendilatasi arteri koroner dan
perifer. Obat ini lebih berpengaruh pada pembuluh darah dan kurang berpengaruh pada
miokardium dari pada verapamil. Nikardipin jarang menimbulkan gagal jantung, karena efek
inotropik negatifnya diimbangi oleh pengurangan kerja ventrikel kiri. Sediaan nifedipin kerja
pendek tidak dianjurkan untuk pengobatan jangka panjang hipertensi, karena menimbulkan
variasi tekanan darah yang besar dan refleks takikardia.
Diltiazem efektif untuk sebagian besar angina. Selain itu, sediaan kerja panjangnya juga
digunakan untuk terapi hipertensi. Senyawa ini dapat digunakan untuk pasien yang karena
sesuatu sebab tidak dapat diberikan beta bloker. Efek inotropik negatifnya lebih ringan dibanding
verapamil dan jarang terjadi depresi miokardium yang bermakna.
Pemeriksaan darah diperlukan untuk pembelajaran dan untuk menunjukan factor risiko stroke
seperti polisitemia, trombositosis, trombositopenia dan leukima. Dan dapat menunjukan
kemungkinan penyakit yang sedang diderita saat ini. Hitung jumlah sel darah juga dapat melihat
kemungkinan adanya infeksi, kecepatan pembekuan darah dan keseimbangan zat kimmia dan
elektrolit dalam darah untuk melihat fungsi organ.
Pada gangguan Neurologis, Diuretic Osmotik (Manitol) merupakan jenis Diuretik yang paling
banyak digunakan. Manitol adalah suatu Hiperosmotik Agent yang digunakan dengan segera
meningkat Volume plasma untuk meningkatkan aliran darah otak dan menghantarkan oksigen
(Norma D McNair dalam Black, Joyce M, 2005). Ini merupakan salah satu alasan Manitol
sampai saat ini masih digunakan untuk mengobati klien menurunkan peningkatan tenanan intra
cranial. Manitol selalu dipakai untuk terapi Oedema Otak, khususnya pada kasus dengan
Hernisiasi (Mariannne Chulay, 2006).
Manitol adalah larutan Hiperosmolar yang digunakan untuk terapi meningkatkan osmolalitas
serum .(Ellen Barker. 2002). Dengan alasan fisiologis ini, Cara kerja Diuretic Osmotik (Manitol)
ialah meningkatkan Osmolalitas Plasma dan menarik cairan normal dari dalam sel otak yang
osmolarnya rendah ke intravaskuler yang olmolar tinggi, untuk menurunkan oedema Otak. Pada
sistim Ginjal bekerja membatasi reabsobsi air terutama pada segmen dimana nefron sangat
permeable terhadap air, yaitu tubulus proksimal dan ansa henle desenden. Adanya bahan yang
tidak dapat direbasobsi air normal dengan masukkan tekanan osmotic yang melawan
keseimbangan. Akibatnya, volume urine meningkat bersamaan dengan ekskresi manitiol.
Peningkatan dalam laju aliran urin menurunkan waktu kontak antara cairan dan epitel tubulus
sehingga menurunkan reabsobsi Na+. namun demikian, natriureis yang terjadi kurang berarti
dibandingkan dengan diureisi air, yang mungkin menyebabkan Hipernatremia. Karena diuretic
Osmotik untuk meningkatkan ekskresi air dari pada ekskresi natrium, maka obat ini tidak
digunakan untuk mengobati Retensi Na+.(Mary J Mycek, 2001). Manitol mempuyai efek
meningkatkan ekskresi sodium, air, potassium dan chloride, dan juga elekterolit lainnya.
(Mariannne Chulay, 2006).
Pemberian Manitol untuk menurunkan Tekanan Intra cranial masih terus dipelajari dan
merupakan objek penelitian, untuk mengetahui efek, mekanisme kerja dan efektifitas secara
klinis manitol untuk menurunkan PTIK. Telah diketahui pemberian manitol banyak mekanisme
aksi yang terjadi pada sistim sirkulasi dan darah dalam mengatur haemostasis dan haemodinamik
tubuh, sehingga menjadi obat pilihan dalam menurunkan Peningkatan tekanan intra cranial.
Berdasarkan Farmakokinetik dan farmakodimik diketahui beberapa Mekanisme aksi dari kerja
Manitol sekarang ini adalah segagai berikut:
b. Berdasarkan patofisiologi
1). Edema serebri vasogenik
Paling sering dijumpai di klinik. Gangguan utama pada blood brain barrier
(sawar darah-otak). Permeabilitas sel endotel kapiler meningkat sehingga air dan
komponen yang terlarut keluar dari kapiler masuk ruangan ekstraseluler, sehingga
cairan ekstraseluler bertambah. Dugaan bahwa serotonin memegang peranan penting
pada perubahan permeabilitas sel-sel endotel masih memerlukan penelitian lebih
lanjut. Jenis edema ini dijumpai pada trauma kepala, iskemia otak,tumor tak,
hipertensi maligna, perdarahan otak dan ber-bagai penyakit yang merusak pembuluh
darah otak
Referensi
Bertram G Katzung, (2004): Basic and Clinical Farmakologi 9Th edition,. Prentice Hall.