Anda di halaman 1dari 13

Ruptur Tendon Achilles

Disusun Oleh :
Tezalonika Daranindra (102016021)
Cynthia Tambunan (102016091)
Nikolas Julianto (102016119)
Gabriela Chinvinversia (102016142)
Alexandra Giacintya Bulan Bo (102016186)
Irene Cicilia (102016206) *

Nathaniel Sugiarto (102016209) *

Nurul Solehah binti Hamzah (102016265) *

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara 6, Duri Kepa, Jakarta
2018
Abstrak :
Ruptur tendon Achilles adalah robek atau putusnya hubungan tendon (jaringan penyambung)
yang disebabkan oleh cedera dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak
dalam keadaan dorsofleksi pasif maksimal. Yang disebabkan oleh penyakit tertentu, obat-
obatan, cedera dalam olah raga, trauma benda tajam, atau tumpul pada bawah betis, dan
obesitas. Sehingga apabila terjadi kontraksi dan tekanan yang berlebihan dapat membuat
ruptur atau terputusnya tendon diharuskan untuk melakukan jahitan bahkan dioperasi.
Dilakukan pengobatan terapi fisik, dan operasi.
Kata kunci : ruptur tendon achilles, cedera olahraga

Abstract :
Rupture of the Achilles tendon is torn or broken relationship tendon (connective tissue)
caused by injury of the foot position changes suddenly or abruptly in a state of maximal
passive dorsiflexion. Caused by certain diseases, medications, injuries in sports, sharp force
trauma, or blunt at the bottom of the calf, and obesity. So that in case of contraction and
excessive pressure can create tendon rupture or breakdown of stitches required to perform
operation. Physical therapy treatment, and surgery.
Keywords: Achilles tendon rupture, injuries in sports

Pendahuluan
Tendon adalah struktur dalam tubuh yang lentur tapi kuat yang menghubungkan otot ke
tulang. Otot rangka dalam tubuh Anda bertanggung jawab untuk menggerakkan sendi,
sehingga memungkinkan Anda untuk berjalan, melompat, angkat, dan bergerak dalam
banyak cara. Ketika otot ini kontraksi, tulang tertarik yang menyebabkan gerakan tersebut.
Tendon Achilles tendon kuat dan tebal di dalam tubuh dan melayani beberapa fungsi utama
dalam tubuh.1 Hal ini memainkan peran penting dalam biomekanik dari ekstremitas bawah.
kontraktor otot betis yang mengangkat tumit oleh tendon yang menghasilkan tindakan kaki
yang merupakan dasar untuk berjalan, berlari, melompat, dsb, dapat menahan kekuatan besar,
khususnya selama latihan olahraga dan lebih khusus lagi gerakan yang melibatkan gerakan
berputar. Robek (rupture), pecah atau terputusnya tendon. Penyusunan makalah ini,
bertujuan untuk mengumpulkan dan merangkum beberapa teori mengenai keseimbangan gizi
dan metabolisme tubuh dalam membentuk makanan baik secara normal atau kelainan
(malnutrisi). Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu kedokteran dalam
membuat rangkuman tentang berbagai penjelasan.
Skenario
Seorang laki – laki berusia 25 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan nyeri pada tumit
kanannya sejak 2 jam yang lalu saat sedang bermain bulutangkis.

Pembahasan
Pada makalah ini akan dibahas lengkap tentang penyakit rupture tendon achilles
sesuai kode etik dan langkah-langkah seorang dokter yang baik dalam menangani pasien.

Anamnesis

Didefinisikan sebagai sesi wawancara yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga
dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan
kesehatan. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (autoanamnesis) atau
terhadap keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak
memungkinkan untuk diwawancarai.

Gejala utama adalah keluhannya nyeri pada lutut kiri sejak 6 jam yang lalu karena
keseleo saat memutar badan ketika sedang bermain sepak bola. Anamnesis yang baik
akan terdiri dari:

• Identitas – nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama
orang tua atau suami atau isteri atau penanggungjawab, alamat, pendidikan
pekerjaan, suku bangsa dan agama
• Keluhan utama – keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke
dokter atau mencari pertolongan. Hal yang perlu ditanyakan meliputi nyeri,
kekakuan, pembengkakan, deformitas, disabilitas dan penyakit sistemik
• Riwayat penyakit sekarang – riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang
kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum
keluhan utama sampai pasien datang berobat
• Riwayat penyakit dahulu – mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya
hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang
• Riwayat penyakit dalam keluarga – untuk mencari kemungkinan penyakit
herediter, familial atau penyakit infeksi
• Riwayat pengobatan – apakah yang sudah dilakukan / diberikan ketika insiden
terjadi.
• Riwayat pribadi dan sosial – meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan
kebiasaan.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fisik meliputi :

a. Look, cari apakah terdapat:


- Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnomal, angulasi, rotasi,
dan pemendekan
Functio laesa (hilangnya fungsi), mencari tau apakah bagian yang terkena
cedera masih dapat berfungsi dengan baik atau tidak.
- Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan.
b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan.
c. Move, untuk mencari:
- Krepitasi, terasa bila ada fraktur ketika digerakkan.
- Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif.
- Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang
tidak mampu dilakukan, range of motion (derajat dari ruang lingkup
gerakan sendi), dan kekuatan.
Didalam scenario didapatkan hasil pemerikasaan fisik pada region calcaneus
terdapat Gap Sign (+) dan adanya rasa nyeri tekan (+). Hasil pemeriksaan tersebut
dapat di cari dengan mengunakan 3 cara yaitu dengan beberapa test berikut;2
a) Thompson test
 Posisi pasien tengkurap ,kemudian betis pasien diremas.
 Apabila tendo achilles normal, maka akan terjadi plantar fleksi
tendo Achilles. Namun apabila terjadi ruptur, maka tidak ada
pergerakan.
b) Obrien’s Test
 Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm
proksimal daricalcaneus masukkan jarum berukuran 25.

 Lakukan gerak dorso fleksi secara pasif, apabila gerak jarum seperti
plantar fleksi pertanda bahwa tendo achilles tidak mengalami
cedera. Bila jarum tidak bergerak, menandakan tendo achilles yang
mangalami ruptur.
 Tidak disarankan untuk dilakukan pada pasien dalam keadaan sadar

c) Copeland Test
 Posisi pasien tengkurap, kemudian pada betis dipasang torniket.
 Pergelangan kaki dilakukan dorsofleksi secara pasif.
 Apabila tendo utuh, maka tekanan akan naik sekitar 35-60 mmHg.
Namun bilatendo mengalami ruptur, tekanan hanya naik sedikit atau
tidak bergerak samasekali.

Serta pemeriksaan fungsional untuk menentukkan rasa nyeri atau tidaknya pada
ekstemitas bawah terutama tungkai bawah sesuai scenario.

Pemeriksaan Penunjang

Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan beberapa metode yaitu dengan


menggunakan cara sebagai berikut;2

a) Foto Rontgen: Foto rotgen ini awalnya untuk memastikan ada tidaknya
“Calcaneous spur”. Pada penderita plantar fascitis dengan calcaneous sering
tebal pada bagian fascianya dua kali dari normal.
b) MRI (Magnetic Resonance Imaging): Magnetic Resonance Imaging
(MRI) dapat digunakan untuk membedakan pecah tidak lengkap dari
degenerasi tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara
paratenonitis, tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan magnet
yang kuat seragam untuk menyelaraskan jutaan proton berjalan melalui tubuh.
proton ini kemudian dibawah dengan gelombang radio yang mengetuk
beberapa dari mereka keluar dari keselarasan. Ketika proton kembali mereka
memancarkan gelombang radio mereka sendiri yang unik yang dapat dianalisis
oleh komputer dalam 3D untuk membuat gambar yang tajam penampang
silang dari area of interest. MRI dapat memberikan kontras yang tak
tertandingidalam jaringan lunak untuk foto berkualitas sangat tinggi sehingga
untuk teknisi untuk menemukan air mata dan cedera lainnya.
c) Radiografi dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi secara tidak langsung
menangis Achilles. Radiografi menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik
cedera. Hal ini sangat tidak efektif dalam mengidentifikasi cedera pada
jaringan lunak. Gambar sinar-X diperoleh dengan memanfaatkan karakteristik
redaman yang berbeda dari padat (misalnya kalsium dalam tulang) dan kurang
padat (otot misalnya) jaringan ketika sinar melewati jaringan dan ditangkap di
film. Sinar-X umumnya, terkena mengoptimalkan visualisasi benda padat
seperti tulang, sementara jaringan lunak masih relatif tidak dibedakan di latar
belakang. Radiografi memiliki peran kecil dalam penilaian cedera tendon
Achilles dan lebih berguna untuk mengesampingkan cedera lain seperti patah
tulang kalkanealis.

Working Diagnosis

Diagnosis kerja pada sekenario tersebut adalah Ruptur pada Tendon Achilles,
karena pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lebih mengarah kepada
[=rupture yang disebabkan laki-laki tersebut tidak dapat berdiri dan pergerakannya
lemah sehingga dicuriga adalah rupture.

Different Diagnosis

Pada kasus tesebut didapatkan diagnosis banding yaitu sebagai berikut;3

Tenosinovitis
Tenosinovitis adalah suatu peradangan yang melibatkan tendon dan selubungnya yang
mengakibatkan pembengkakan dan nyeri. Beberapa penyebab dari pembengkakan ini adalah
trauma, penggunaan yang berlebihan dari repititif minor utama, strain atau infeksi. Beberapa
contoh dari tenosinovitis adalah Dequervain’s, Volar flexor tenosinovitis (trigger finger) dan
akut fleksor tenosinovitis. Pada tenosinovitis terdapat beberapa terapi untuk pengobatannya
mulai dari pemberian injeksi korticosteroid, lidocain pada tendon sheath, splinting, sampai
operasi dengan pemakaian torniquet yang disesuaikan dengan tingkat tenosinovitis yang
diderita.5
Ruptur M. Soleus
Otot betis atau m. gastrocnemicus terdiri dari dua kepala otot yang berkumpul di
ligamen tendon yang luas dan terus ke tendon Achilles. Lain dari otot betis yang lebih besar
atau m. soleus yang melekat pada sisi depan tendon Achilles dan dengan demikian
merupakan bagian dari tendon Achilles. Achilles melekat pada tulang tumit atau calcaneus.
Etiologinya adalah pecah penuh atau parsial otot soleus biasanya terjadi ketika otot betis
menjadi membentang ketika sedang berkontraksi (kontraksi eksentrik). Pecah parsial
mewakili mayoritas pecah. Pecah terjadi pada banyak kasus pada titik lampiran otot soleus
pada tendon Achilles, yang sering akan memicu radang tendon Achilles sebagai akibat dari
pecahnya soleus. Gejalanya antara lain nyeri saat menggerakkan otot betis (berlari dan
melompat), ketika menerapkan tekanan pada tendon Achilles 4 cm. di atas titik pada tulang
tumit atau lebih tinggi pada otot betis dan ketika peregangan tendon. Berjalan di ujung-ujung
kaki akan memperburuk rasa sakit.5,6

Ruptur Tendon M. Tibialis Posterior

Otot tibialis posterior berasal dari bagian belakang tibia dan fibula, kemudian
bergerak ke bawah sepanjang bagian dalam kaki Anda lebih rendah dan pergelangan kaki di
mana ia memasukkan ke dalam berbagai tulang di kaki melalui tendon tibialis posterior. Otot
tibialis posterior bertanggung jawab untuk memindahkan kaki dan pergelangan kaki ke arah
garis tengah tubuh (inversi) dan menunjuk kaki dan pergelangan kaki ke bawah
(plantarflexion). Hal ini juga membantu untuk mempertahankan lengkung normal kaki.
Setiap kali kontrak otot tibialis posterior atau ditarik, ketegangan akan melalui tendon tibialis
posterior. Jika ketegangan ini berlebihan karena terlalu banyak kekerasan atau pengulangan,
kerusakan pada tendon tibialis posterior dapat terjadi. Hal ini dapat berkisar dari kecil
robeknya tendon dengan peradangan berikutnya ke ruptur tendonntibialis posterior lengkap.7

Tanda dan gejala dari pasien dengan ruptur tendon tibialis posterior mungkin mengalami rasa
sakit di bagian dalam kaki mereka, pergelangan kaki dan kaki bagian bawah. Selain itu,
mereka mungkin tidak dapat meningkatkan tumit mereka untuk berdiri dan mungkin
memiliki lengkungan bagian dalam tampak kaki datar bila dibandingkan dengan sisi yang
normal. Ada juga mungkin adanya pembengkakan atau penebalan kaki bagian bawah bagian
dalam atau pergelangan kaki terlihat. Untuk diagnosa ruptur tendon tibilais posterior ini
dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif menyeluruh dari fisioterapis mungkin semua
yang diperlukan untuk mendiagnosis ruptur tendon tibialis posterior. Diagnosis dapat
dikonfirmasi dengan scan MRI atau USG.7

Semua pasien yang berpotensi memiliki ruptur tendon tibialis posterior akan melihat
fisioterapis sehingga kondisi mereka dapat dinilai dan kemungkinan mereka memiliki ruptur
tendon tibialis posterior dapat ditentukan. Hal ini penting karena pengobatan tertunda dapat
menyebabkan hasil yang buruk. Sementara itu, manajemen cedera awal dalam 48-72 jam
pertama sangat penting untuk mengurangi pendarahan, pembengkakan dan peradangan. Obat
anti-inflamasi juga dapat berguna dalam tahap awal ini sehingga dapat dipandu oleh dokter
yang menangani atau apoteker.7

Bedah rekonstruksi langsung dari tendon tibialis posterior diindikasikan pada pasien yang
memiliki ruptur tendon tibialis posterior. Hal ini penting untuk memastikan fungsi optimal
kakidan pergelangan kaki. Rehabilitasi cedera ini biasanya memakan waktu 6 bulan atau
lebih dengan fisioterapi intensif. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pasien
terhadapperkembangan ruptur tendon tibialis posterior antar lain kekurangan fleksibilitas,
pelatihan yang tidak pantas, ekurangan biomekanik, kaki dengan postur yang buruk,
kurangnya pemanasan, kelemahan otot, rehabilitasi tidak memadai sehingga kembali k
cedera sebelumnya.7

Gejala Ruptur tendon Achilles


Gejala-gejala parsial serta benar-benar pecah tendon Achilles adalah sama.
Satusatunya perbedaan adalah bahwa keparahan gejala relatif kurang dalam hal
sebagian air mata. Gejala mulai muncul segera setelah salah satu mendapat cedera. Di
antara mereka, gejala yang paling sering diamati adalah sebagai berikut:3
 Nyeri tajam tiba-tiba di bagian belakang kaki, khususnya di sekitar
pergelangan kaki.

 Rasa sakit ini sering disertai dengan banyak pembengkakan di daerah dan
sebagai hasilnya, ia cenderung menjadi kaku.
Patofisiologi
Rupture traumatic tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo akibat
perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif
maksimal sehingga terjadi kontraksi mendadak otot betis dengan kaki terfiksasi kuat
kebawah dan diluar kemampuan tendon Achilles untuk menerima suatu beban.4
Rupture tendon Achilles sering terjadi pada atlet atletik saat melakukan lari atau
melompat. Kondisi klinik rupture tendon Achilles menimbulkan berbagai keluhan,
meliputi nyeri tajam yang hebat, penurunan fungsi tungkai dalam mobilisasi dan
ketidakmampuan melakukan plantarfleksi, dan respons ansietas pada pasien.4
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di
fibrilkolagen. Stress tonsil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal
ini yang menyebabkan pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat
serat kolagen rusak, tendon merespons secara linear untuk meningkatkan beban
tendon.4
Jika renggangan yang ditempatkan pada tendon tetap kurang dari 4 persen- yaitu
batas beban fisiologi secara umum serat kembali ke konfigurasi asli mereka pada
penghapusan beban. Pada tingkat keteganganantara 4-8 persen, serat kolagen mulai
meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat
tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena
kegagalan tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.
Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan,
atau akibat tendinitis Achilles. Tampaknya otot betis yang lemah dapat menyebabkan
masalah. Jika otot-otot menjadi lemah dan lelah, mereka dapat mengencangkan dan
mempersingkat kontraksi. Kontraksi berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan
mengarah pada kelelahan otot. Semakin lelah otot betis, maka semakin pendek dan
akan menjadi lebih ketat. Keadaan sesak seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada
tendon Achilles dan mengakibatkan kerobekan.4
Selain itu, ketidakseimbangan kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot
kaki belakang yang lebih rendah juga dapat mengakibatkan cedera pada tendon
Achilles. Achilles tendon robek lebih mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar
dari kekuatan tendon. Jika kaki yang dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah
bergerak maju dan betis kontrak otot, kerobekan dapat terjadi. Kerobekan banyak
terjadi selama peregangan kuat dari tendon sementara otot betis berkontraksi.
Penatalaksanaan
1. Stabilisasi(awal)
Setelah diagnosis dibuat, pergelangan kaki harus splinted dengan baik untuk
membantu elevasi mengendalikan pembengkakan.2
2. Non operative
Tulang pergelangan kaki: indikasi treatment harus individual kepada
pasien Selama 10 minggu berikutnya, pergelangan kaki secara bertahap
dibawa ke posisi plant grade.5
3. Operative
Perbaikan langsung; indikasi lebih sering terjadi pada cedera akut (<6
minggu) Rekonstruksi dengan interposisi EDL atau plantaris.2
4. Terapi Fisik
Banyak rehabilitasi tersedia. Umumnya, terapi awalnya melibatkan
progresif, gerakan kaki aktif dan berkembang menjadi berat tubuh dan
memperkuat. Ada tiga hal yang perlu diingat saat merehabilitasi sebuah
Achilles pecah:5
• Rentang gerak, Rentang gerak ini penting karena dibutuhkan ke dalam
pikiran ketatnya tendon diperbaiki. Ketika awal rehabilitasi pasien harus
melakukan peregangan ringan dan meningkatkan intensitas sebagai waktu
mengizinkan dan nyeri.
• Kekuatan fungsional, tendon ini penting karena merangsang perbaikan
jaringan ikat, yang dapat dicapai saat melakukan "peregangan pelari".
Melakukan peregangan untuk mendapatkan kekuatan fungsional juga
penting karena meningkatkan penyembuhan pada tendon, yang pada
gilirannya akan menyebabkan kembali cepat untuk kegiatan. Peregangan ini
harus lebih intens dan harus melibatkan beberapa jenis berat bantalan, yang
membantu reorientasi dan memperkuat serat kolagen di pergelangan kaki
terluka. Sebuah hamparan populer digunakan untuk tahap rehabilitasi
adalah menaikkan kaki pada permukaan yang tinggi.
• Kadang-kadang dukungan orthotic. Ini tidak ada hubungannya dengan
peregangan atau memperkuat tendon, melainkan di tempat untuk menjaga
pasien nyaman. Ini adalah menyisipkan dibuat custom yang sesuai ke dalam
sepatu pasien dan membantu dengan pronasi tepat kaki, yang merupakan
yang dapat menyebabkan masalah dengan Achilles.
5. Operasi o Tindakan operasi dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang
terputus disambungkan kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan
pembedahan dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang
terputus.5
o Tindakan non operasi dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan
tersebut biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama
atau pasienya menolak untuk dilakukan tindakan operasi.5
Ada dua jenis operasi, operasi terbuka dan operasi perkutan.
a) Operasi terbuka sayatan dibuat di bagian belakang kaki dan tendon
Achilles dijahit bersama-sama. Dalam pecah lengkap atau serius tendon
plantaris atau otot vestigial lain dipanen dan melilit tendon Achilles,
meningkatkan kekuatan tendon diperbaiki. Jika kualitas jaringan buruk,
misalnya, cedera telah diabaikan, ahli bedah mungkin menggunakan mesh
penguatan ( kolagen , Artelon atau bahan lainnya degradable).5
b) Perkutan operasi, ahli bedah membuat beberapa sayatan kecil, bukan satu
sayatan besar, dan menjahit tendon kembali bersama-sama melalui sayatan.
Pembedahan mungkin tertunda selama sekitar satu minggu setelah pecah
untuk membiarkan pembengkakan turun. Untuk pasien menetap dan
mereka yang memiliki vasculopathy atau risiko untuk penyembuhan
sedikit, perkutan bedah perbaikan mungkin pilihan pengobatan yang lebih
baik daripada perbaikan bedah terbuka.5

Komplikasi
Komplikasi rupture tendon Achilles yaitu infeksi. infeksi adalah adanya suatu
organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk
dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh
manusia. Penyakit yang disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus,
jamur dan lain-lainnya.2,3
Prognosis ruptur tendo achilles
Kebanyakan orang yang mengalami ruptur tendo Achilles, tendo akan kembali
normal. Jika operasi dilakukan, tendo mungkin menjadi lebih kuat dan kecil
kemungkinannya untuk ruptur lagi.3 Biasanya, kegiatan berat, seperti berjalan baru
bisa dilakukan kembali setelah 6 minggu. Atlet biasanya kembali berolahraga, setelah
4 sampai 6 minggu setelahcedera terjadi.

Edukasi

Bagi yang sudah tertimpa penyakit yang satu ini, perawatannya sebenarnya cukup
sederhana. Cukup dengan mengkompres dengan menggunakan es didaerah yang cedera.
Kompresan ini sangat berperan penting untuk memperlancar aliran darah dan mengurangi
rasa sakit dan nyeri yang terjadi. Untuk beberapa orang yang tertimpa kasus ruptur
tendon juga sangat disarankan untuk berkonsultasi secara bertahap dengan dokter, baik
untuk meminta resep obat ataupun mengetahui informasi dan edukasi ruptur tendon yang
lebih lengkap.

Epidemiologi

 Muda untuk atlet setengah baya (40 tahun)

 75% terjadi selama kegiatan olahraga.

 Lama nonathletes (3% dari pecah)


Kesimpulan

Tendon Achilles tendon kuat dan tebal di dalam tubuh dan melayani beberapa fungsi utama
dalam tubuh. Hal ini memainkan peran penting dalam biomekanik dari ekstremitas bawah.
kontraktor otot betis yang mengangkat tumit oleh tendon yang menghasilkan tindakan kaki
yang merupakan dasar untuk berjalan, berlari, melompat, dll dapat menahan kekuatan besar,
khususnya selama latihan olahraga dan lebih khusus lagi gerakan yang melibatkan gerakan
berputar. Sehingga, apabila terjadi kontraksi dan tekanan yang berlebihan dapat membuat
Robek, pecah atau terputusnya tendon, diharuskan untuk melakukan jahitan bahkan di
operasi. Tendon merupakan jaringan fibrosa di bagian belakang pergelangan kaki yang
menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Syaifuddin, Drs. H Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.


Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta. (2002).
2. Syamsuhidajat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi hal 1256.
EGC, Jakarta: 1997
3. Ronald McRae. Pocketbook of Orthopaedics and Fractures. Second Edition.
Departemen in Philadelphia, USA, 2006
4. Anderson Silvia Prince. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC, Jakarta. 1996
5. Evelyn C.Pearce. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2002

Anda mungkin juga menyukai