Anda di halaman 1dari 14

Diagnosis Tuberkulosis Paru pada Pasien Dewasa

Calvin Augurius/102016074/E1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat korespondensi: Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510

Email: calvin.2016fk074@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan
ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang
diperantarai-sel. Penyakit biasanya terletak di paru, tetapi dapat mengenai organ lain. Dengan tidak
adanya pengobatan yang efektif untuk penyakit yang aktif, biasanya terjadi perjalanan penyakit yang
kronik, dan berakhir dengan kematian. Pada makalah ini akan dibahas khusus untuk penyakit tuberkulosis
paru yang tidak akan melibatkan kelainan patologis diluar paru. Topik pembahasan dimulai dari prosedur
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diferensial diagnosis, hal yang perlu diketahui
tentang paru berupa epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, bagaimana
pencegahannya, prognosis dan komplikasi.

Kata kunci: tuberculosis, diagnosis

Abstract

Tuberculosis is a chronic bacterial infection caused by Mycobacterium tuberculosis and is characterized


by granuloma formation in infected tissue and by cell-mediated hypersensitivity. The disease usually lies
in the lung, but can affect other organs. In the absence of effective treatment for active disease, it usually
occurs a chronic course of illness, and ends with death. In this paper will be discussed specifically for
pulmonary tuberculosis disease that will not involve pathological abnormalities outside the lung.
Discussion topics start from anamnesis procedures, physical examination, investigation, differential
diagnosis, things to know about the lungs of epidemiology, etiology, pathophysiology, clinical
manifestations, management, how prevention, prognosis and complications.

Keywords: tuberculosis, diagnosis


Pendahuluan

Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan dan berhubungan dengan sistem peredaran
darah. Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena tanpa paru-
paru manusia tidak dapat hidup. Paru-paru bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen, O2 yang
dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbon dioksida, CO2 yang merupakan hasil sisa proses
pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen tetap
terpenuhi.1

Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh
hipersensitivitas yang diperantarai-sel (cell-mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya
terletak di paru, tetapi dapat mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang efektif
untuk penyakit yang aktif, biasanya terjadi perjalanan penyakit yang kronik, dan berakhir dengan
kematian.

Anamnesis

Pemeriksaan pada pasien dimulai dengan wawancara atau anamnesis. Anamnesis adalah
wawancara antara dokter, penderita atau keluarga penderita yang mempunyai hubungan dekat
dengan pasien, mengenai semua data tentang penyakit. Dalam anamnesis, harus diketahui adalah
identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dulu, riwayat kesihatan keluarga,
riwayat peribadi dan riwayat ekonomi. Dalam rekam medik, perlu ada anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis kerja, penatalaksanaan dan prognosis. Maka seorang
dokter sering menemukan informasi penting tentang kemungkinan penyebab gejala melalui
sebuah diskusi tentang riwayat kesehatan pasien.2

Pertama adalah identitas: tanyakan nama lengkap, usia, tempat tinggal dan pekerjaan. Kemudian
tanyakan keluhan utama dan tanyakan hal yang relevan dengan riwayat penyakit yang sekarang
yaitu: Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi; pada keluhan yang relevan
terhadap traktus respiratorius tanyakan apakah batuk dengan karakterisitiknya (misalnya batuk
lama disertai dengan napas panjang, apakah ada disertai dahak), apakah ada dahak dan
bagaimana karakteristiknya (kental, warna apa, apakah disertai darah dan lain-lain). Tidak lupa
untuk menanyakan apakah sudah mengambil sebarang pengobatan untuk mengurangi keluhan
dan keluhan penyerta lainnya seperti sesak napas, ada demam, gangguan aktivitas seperti jadwal
tidur, pekerjaan dan lain-lain.

Selanjutnya, yaitu riwayat penyakit dahulu. Hal yang ditanyakan berupa: apakah pasien pernah
mengalami sakit seperti ini sebelum ini, atau ada riwayat berdampingan dengan orang yang sakit
seperti ini. Apakah riwayat kanker, kelainan bawaan seperti penyakit jantung, diabetes, dan lain-
lain. Dilanjutkan dengan riwayat penyakit keluarga tanyakan adakah ahli keluarga yang sakit
seperti ini, apakah ada riwayat penyakit seperti jantung diabetes dan lain-lain, apakah ada
keluarga maupun kerabat yang merokok

Terakhir berupa Riwayat pribadi, social, dan alergi. Lingkungan dan kebersihan rumah
bagaimana, apakah sering terpapar dengan orang yang batuk disekitarnya. Adakah pasien
mempunyai kebiasaan merokok, apakah keluhan menggangu aktivitas seperti tidur, bekerja dan
lain-lain. Pada riwayat alergi tanyakan apakah ada alergi terhadap debu, obat-obatan yang
menimbulkan efek samping dan apakah ada riwayat penggunaan obat yang sudah resisten.2

Pemeriksaan Fisik

Pertama, yaitu inspeksi. Kulit pada thoraks dilihat, apakah terdapat benjolan, pelebaran kapiler
(spider naevi), perubahan warna kulit dan sebagainya. Bentuk thoraks diperhatikan, apakah
simetri atau asimetri, perhatikan deformitas yang tampak, pectus excavatum (Funnel chest),
pectus carinatum (Pigeon chest), barrel chest, kyphoscoliosis dan lain-lain. Berikut contoh
gambar kelainan pada paru yang terlihat dari inspeksi.

Barrel chest pectus carinatum


Gambar 1. Gambar kelainan patologis paru dan dada.3

Toraks penderita diamati selama inspirasi dan ekspirasi berulang–ulang. Dan perhatikan apakah
toraks tampak simetris kanan dan kiri, apakah ada bagian yang tertinggal waktu inspirasi maupun
ekspirasi. Sela iga diperhatikan, terutama pada pergerakan selama pernafasan, apakah ada
retraksi sela iga yang biasa dijumpai pada penyakit asma berat, COPD dan obstruksi jalan nafas.

Kedua adalah palpasi. Permukaan toraks, dan sela iga diraba apakah pasien mengeluh adanya
rasa nyeri pada palpasi. Rasa nyeri pada sela iga dapat terjadi di daerah pleura yang mengalami
inflamasi. Selanjutnya lakukanlah pemeriksaan fisik seperti yang dilakukan dahulu untuk
mengenal gerakan ekspansi paru pada saat nafas. Kemudian dilanjutkan pula dengan
pemeriksaan fremitus, bila terdapat fremitus yang melemah atau menghilang maka dipikirkan
kemungkinan adanya obstruksi bronkus, COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease), efusi
pleura, fibrosis pleura, pneumotoraks, inflitrasi tumor atau dinding dada yang sangat tebal. 1,3
Selanjutnya yaitu, Perkusi. Perkusi normal pada paru terdengar sonor pada kedua lapangan paru,
kecuali dearah jantung. Bila pada perkusi terdengar pekak (dullness) pada salah satu bagian paru,
maka hal ini dapat disebabkan adanya cairan atau jaringan solid yang mengganti jaringan paru
yang merupakan gejala tidak khas TB.4

Terakhir, yaitu auskultasi. Suara nafas pada TB umumnya seperti: Bronchial (normal) yang
merupakan bunyi inspirasi dan ekspirasi dengan nada tinggi yang sama dengan sedikit jeda
kosong. Bunyi bronchial ini walaupun normal tetapi dapat diindikasikan adanya konsolidasi pada
paru-paru pasien penderita TB.4

Tanda fisik penderita TB tidak khas, tidak dapat membantu untuk membedakan TB dengan
penyakit paru lain. Tanda fisik tergantung pada lokasi kelainan serta luasnya kelainan struktur
paru. Dapat ditemukan tanda-tanda antara lain penarikan struktur sekitar, suara napas bronkial,
amforik, ronki basah. Pada efusi pleura didapatkan gerak napas tertinggal, keredupan dan suara
napas menurun sampai tidak terdengar. Bila terdapat limfadenitis tuberkulosa didapatkan
pembesaran kelenjar limfe, sering di daerah leher kadang disertai adanya skrofuloderma.1
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan bakteriologis sangat berperan untuk menegakkan diagnosi. Spesimen dapat berupa
dahak, cairan pleura, cairan serebro spinalis, bilasan lambung, bronchoalveolar lavage, urin, dan
jaringan biopsy. Pemeriksaan dapat dilakukan secara mikroskopis dan biakan.

1. Pemeriksaan sputum menemukan basil tahan asam merupakan pemeriksaan yang harus
dilakukan pada seseorang yang dicurigai menderita tuberkulosis atau suspek.
Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali (sewaktu/pagi/ sewaktu), dengan pewarnaan Ziehl-
Nielsen atau Kinyoun Gabbet. Interpretasi pembacaan didasarkan skala IUATLD atau
bronkhorst. Diagnosis TB paru ditegakkan dengan ditemukan basil tahan asam pada
pemeriksaan hapusan sputum secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif
bila sekitnya 2 dari 3 spesimen dahak ditemukan BTA (+). Bila hanya 1 spesimen positif,
perlu pemeriksaan foto toraks atau SPS ulang. Bila foto toraks mendukung TB maka
didiagnosis sebagai TB paru BTA (+). Bila foto toraks tidak mendukung TB maka perlu
dilakukan pemeriksaan SPS ulang. Bila SPS ulang hasilnya negative berarti bukan
penderita TB. Bila SPS-positif, berarti penderita TB BTA (+). Bila foto toraks
mendukung TB tetapi pemeriksaan SPS negative, maka diagnosis adalah TB paru BTA
negative rontgen positif.5
2. Pemeriksaan darah. Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang
spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah (LED) jam pertama dan kedua dapat
digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses
aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun
kurang spesifik.3,5

Pemeriksaan Radiologi

Pada kasus dimana pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi. Pada
beberapa kasus denga hapusan positif perlu dilakukan foto toraks bila curiga adanya komplikasi
(misalnya efusi pleura atau pneumothoraks, hemoptisis berulang atau berat) dan apabila
didapatkan hanya 1 spesimen BTA positif.6
Gambaran radiologis yang dicurigai lesi TB aktif:

- Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas dan segmen
superior lobus bawah paru.
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dekelilingi bayangan opak berawan atau nodular.
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura

Gambaran radiologis yang dicurigai TB inaktif:

- Fibrotik, terutama pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas dan atau segmen
superior lobus bawah
- Kalsifikasi
- Penebalan pleura

Differensial Diagnosis

TBC PNEUMONIA CA PARU


GEJALA Batuk darah, BB menurun, demam hilang Batuk, demam Batuk darah, BB menurun,
timbul, nyeri dada -/+, Sesak -/+ menggigil, sesak Demam (-), nyeri dada, wheezing
napas, nyeri dada
P. LAB 1. Sputum: BTA + 1. Sputum: 1. BTA (–)
2.LED meningkat BTA (–), 2. Serologi:
3. Leukositosis M. Tumor marker
Pneumonia
(+)
2. Leukositosi
s

P. RAD Foto thoraks PA lateral: 1. Foto thoraks PA 1. Foto thoraks PA lateral


-lesi pd bgn apeks lateral 2. CT scan
-bercak-bercak seperti awan –multiple infiltrate 3. MRI
-bulatan dengan batas tegas (tuberkuloma) pada lobus
-bulatan berupa cincin dinding
3,4
tipis(kavitas).
-dinding menebal (sklerotik)
-bayangan garis-garis (fibrosis)
-bercak padat dgn densitas tinggi
(kalsifikasi)

Tuberkulosis Paru

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Batang Tahan Asam (BTA). Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila
sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak dan
dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.

Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru,
otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Epidemiologi

Epidemiologi secara global adalah, lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh
mikobakteriun TB. Justru ia dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang sangat penting.
Sebanyak 75% meninggal ketika berada di usia produktif yaitu 20-49 tahun.7

Resiko Penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia
dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti
setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang
terinfeksi tidak akan menjadi TB Paru, hanya 10% dari yang terinfeksi akan menjadi penderita
TB Paru. Penyakit TB Paru dapat menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin.

Data WHO menunjukkan bahwa Indonesia adalah penyumbang kasus tuberkulosis terbesar
ketiga di dunia. Sekitar 40% beban tuberkulosis didunia terjadi dinegara Asia Tenggara yang
tergabung dalam koordinasi WHO yaitu SEARO (South East Asia Regional Office). SEARO
meliputi Negara Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilanka, Thailand dan
Pakistan.

Etiologi

Mycobacterium tuberculosis, basil tahan asam, adalah satu di antara lebih dari 30 anggota genus
Mycobacterium yang dikenali dengan baik, maupun banyak yang tidak tergolongkan. Bersama
dengan kuman yang berkerabat dekat, yaitu M. bovis, kuman ini menyebabkan tuberkulosis.
Mikobakterium dibedakan dari permukaan lipidnya, yang membuatnya tahan-asam sehingga
warnanya tidak dapat dihilangkan dengan alcohol asam setelah diwarnai. Karena adanya lipid
ini, panas atau deterjen biasanya diperlukan untuk menyempurnakan pewarnaan primer.

Hal yang penting untuk dipahami pada patogenesis tuberkulosis adalah mengenali bahawa M.
tuberculosis mengandung banyak zat imunoreaktif. Permukaan lipid pada mikobakterium dan
komponen peptidoglikan dinding sel yang larut-air merupakan tambahan yang penting yang
dapat menimbulkan efeknya melalui kerja primernya pada makrofag penjamu.

Patofisologi

Proses terjadinya TB yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis secara inhalasi droplet dari
orang ke orang sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibanding
organ lainnya. Penularannya sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet
nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang
mengandung basil tahan asam(BTA). Bakteri Mycobacterium tuberculosis merupakan sejenis
kuman berbentuk batang dengan dinding kuman terdiri atas asam lemak kemudian peptidoglikan
dan arabinomannan. Lipid ini yang membuat kuman lebih tahan asam sehingga disebut bakteri
tahan asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada
udara kering maupun dingin. Kuman ini dapat menjadi tuberkulosis aktif lagi. Bakteri ini bersifat
aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa bakteri ini menyukai jaringan yang tinggi akan kandungan
oksigennya. Dimana tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis.8

 Tuberkulosis Primer

Penularan paru terjadi karean kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuklei
dalam udara di sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung. Ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana
lembab akan bertahan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Bila terhisap orang sehat akan
tertempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel ini dapat masuk ke alveolar vila ukuran
partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh
makrofag normalnya akan mati atau dibersihkan makrofag. Bila menetap di jaringan paru,
berkembang biak di dalam sitoplasma dan dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Kemudian bersarang di paru membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil yang disebut
Ghon kompleks. Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Dapat menjalar sampai
ke pleura menjadi efusi pleura, dapat juga masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe,
orofaring, kulit, limfadenopati regional ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti
paru, otak, ginjal dan tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis akan terjadi penjalaran ke seluruh
bagian paru menjadi TB milier. Dari Ghon kompleks ini akan terbentuk peradangan saluran
getah bening menuju hilus (limfangitis lokal, pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis regional, dimana jika adanya kedua ini akan membentuk kompleks primer selama
waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini dapat sembuh sempurna tanpa ada bekas, dapat sembuh
meninggalkan sedikit bekas garis-garis fibrotik, dapat berkomplikasi dan menyebar ke
sekitarnya, ke paru yang bersangkutan maupun sebelahnya, ke usus, secara limfogen ke organ
tubuh lain, secara hematogen.8

 Tuberkulosis Sekunder

Merupakan kuman dari tuberkulosis primer yang muncul setelah bertahun-tahun keudian sebagai
indeksi endogen yang dewasa (tuberkulosis pasca primer). Tuberkulosis sekunder terjadi karena
imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, Aids dan gagal ginjal.
Tuberkulosis sekunder ini dumulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian
apikal posterior lobus superior atau inferior. Berinvasi pada daerah parenkim paru paru dan tidak
ke nodus hiler paru. Sarang pada tuberkulosis sekunder akan menjadi tuberkel yakni suatu
granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel datia langhans (sel besar dengan banyak inti)
yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. Sarang pada TB ini dapat
direabsorbsi kembali dan sebuh tanpa meninggalkan cacat, dapat meluas dan sebuh dengan
serbukan jaringan fibrosis. Lesi sangat kecil tetapi bakterinya banyak. Pada kavitas dapat meluas
kembali dan menimbulkan sarang yang baru. Dapat masuk ke peredaran darah arteri dan menjadi
TB milier. Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan ke lambung dan usus menjadi TB
usus.8

Manifestasi Klinik

Demam dapat ditemukan pada pasien dengan tuberkulosis. Biasanya subfebril menyerupai
demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40-41ͦ C. Serangan demam pertama
dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang
timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasakan tidak pernah terbebas dari serangn
demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

Batuk atau berdarah juga banyak ditemukan. Batuk terjadi karena ada iritasi pada bronkus. Batuk
ini diperlukan untuk membuang semua produk-produk radang supaya keluar. Karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk paru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru, yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah
berupa batuk berdarah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.7

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) bellum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian
paru-paru.

Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya. Penyakit
tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia,
badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam.

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan tuberkulosis adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian,


mencegah relaps, menurunkan penularan ke orang lain dan mencegah terjadinya resistensi.
Untuk itu diperlukan obat tuberkulosis yang efektif dengan pengobatan jangka pendek.
Standarisasi regimen untuk pengobatan TB didasarkan pada rekomendasi WHO. Terdapat 4
populasi kuman TB yaitu:9

1. “Metabolically active”, yaitu kuman yang terus tumbuh dalam kaviti


2. “Basilli inside cell”, missal dalam makrofag
3. “Semi-dorman bacilli” (persisters)
4. “Dorman bacilli”

Kode Regimen Pengobatan TB. Pengobatan TB terdiri dari 2 fase yaitu:

Fase intial/fase intensif (2 bulan): pada fase ini membunuh kuman dengan cepat. Dalam waktu 2
minggu penderita yang infeksius menjadi tidak infeksius, dan gejala klinis membaik.
Kebanyakan penderita BTA positif akan menjadi negative dalam waktu 2 bulan. Pada fase ini
sangat penting adanya pengawasan minum obat oleh PMO (pengawas minum obat). Fase
lanjutan (4-6 bulan): bertujuan membunuh kuman persister (dorman) dan mencegah relaps. Fase
ini juga perlu adanya PMO.

Contoh kode pada regimen pengobatan TB: 2 (HRZE)/ 4HR3; Fase inisial adalah 2 (HRZE),
lama pengobatan 2 bulan, dengan obat INH, rifampisin, pirazinamid dan etambutol diminum tiap
hari. Fase lanjutan adalah 4 (HR)3, lama pengobatan 4 bulan, dengan INH dan rifampisin,
diminum 3 kali seminggu.

a. Streptomisin dapat digunakan sebagai pengganti etambutol. Pada kasus meningitis TB


etambutol harus diganti dengan streptomisin.
b. Regimen HE berhubungan dengan angka gagal pengobatan dan kambuh yang tinggi
dibandingkan dengan pengobatn regimen yang menggunakan rifampisin selama fase
lanjutan.
c. Bila mungkin, dirokemendasikan untuk dilakukan tes sensitivity terhadap OAT sebelum
pemberian obat kategori II pada kasus gagal pengobatan. Penderita yang terbukti MDR-
TB direkomendasikan menggunakan OAT Kategori OAT plus.
d. Etambutol dapat tidak digunakan selama pengobatan fase insial pada penderita tanpa
adanya kavitas pada paru; hapusan dahan negative pada penderita HIV-negatif; telah
diketahui terinfeksi dengan kuman yang sensitive terhadap OAT; dan penderita muda TB
primer.
e. Kontak dengan penderita yang terbukti MDR-TB dipertimbangkan untuk dilakukan
kultur dan tes sensitivity.

Pencegahan

Jika pasien tes positif untuk infeksi laten TB, dokter mungkin menyarankan pasien untuk
mengambil obat untuk mengurangi risiko pasien mengembangkan TB aktif. Satu-satunya jenis
TB yang menular adalah berbagai aktif, ketika mempengaruhi paru-paru. Jadi jika pasien dapat
mencegah TB laten menjadi aktif pasien dari, Anda tidak akan menularkan TB kepada orang
lain. Jika pasien memiliki TB aktif, jaga kuman pasien untuk diri sendiri. Ini biasanya
memerlukan waktu beberapa minggu pengobatan dengan obat TB sebelum pasien tidak menular
lagi. Ikuti tips ini untuk membantu menjaga teman dan keluarga dari penyakit TB:7

 Pertama, ventilasi ruangan. Kuman TB menyebar lebih mudah dalam ruang kecil yang
tertutup di mana udara tidak bergerak. Jika tidak terlalu dingin di luar ruangan, membuka
jendela dan menggunakan kipas untuk meniup udara luar ruangan.
 Tutup mulut Anda. Gunakan tisu untuk menutup mulut pasien kapan saja pasien tertawa,
bersin atau batuk. Masukan jaringan kotor di tas, segel itu dan membuangnya.

 Memakai masker. Mengenakan masker bedah ketika pasien di sekitar orang lain selama
tiga minggu pertama pengobatan dapat membantu mengurangi risiko penularan.
Ketika pasien berhenti pengobatan dini atau melewatkan dosis, bakteri TBC memiliki
kesempatan untuk mengembangkan mutasi yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup
obat TB yang paling ampuh. Di negara-negara di mana TB lebih umum, bayi divaksinasi dengan
vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) karena dapat mencegah TB berat pada anak. Vaksin
BCG tidak dianjurkan untuk penggunaan umum di Amerika Serikat karena tidak sangat efektif
pada orang dewasa dan menyebabkan hasil positif palsu pada tes kulit TBC.

Prognosis

Prognosis pengidap tuberkulosis baik dengan terapi antibiotik yang dipatuhi. Individu dengan TB
paru biasanya tidak menular setelah 10 sampai 14 hari pengobatan obat. Namun, pemeriksaan
sputum rutin harus dilakukan untuk memastikan tidak ada lagi bahaya penularan. Perawatan
harus dilanjutkan selama 3 bulan setelah kultur sputum negatif untuk bakteri TB.

Komplikasi

Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dnegan benar dapat menimulkan komplikasi.
Komplikasi dini seperti pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s arthropathy.
Komplikasi lanjut seperti obstruksi jalan napas menjadi sindrom obstruksi pasca tuberkulosis.
Kerusakan parenkim berat, fibrosis paru, kor pulmonale, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom
gagal napas dewasa, sering terjadi pada TB milier dan Kavitas TB.10

Kesimpulan

Tuberkulosis paru adalah suatu infeksi bakteri menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang utama menyerang organ paru manusia. Diagnose dan edukasi yang tepat serta
kepatuhan pasien menggunakan obat dengan teratur membuat prognosis menjadi lebih baik.

Daftar Pustaka
1. Drake RL, Vogl AW, Mitchell ADM. Thoraks in: Grays anatomy for students. 2 nd ed.
Canada: Churchill Livingstone Elsevier; 2010: p. 310-2.
2. Herchline TE, Amorosa JK, Bronze MS. Overview of tuberculosis. Diunduh dari
https://emedicine.medscape.com/article/230802-overview. Pada 11 Juli 2018.
3. Shape of thorax. Cited on: 2018 July 11. Available from
https://ratedmedicine.wordpress.com/barrel-chest/.
4. Santoso M, Kartadinata H, Yuliani IK, Widjaja WH, Nah YK, Rumawas MA. Buku
panduan keterampilan klinik (skills lab). Jilid ke-4. Jakarta: Biro Publikasi Fakultas
Kedokteran UKRIDA; 2016: h. 52-5.
5. Fauci, Braunwald, Kasper. et al. Mycobacterial disease. Harrison’s principles of internal
medicine. 17th Ed. Vol II. United State of America: Mc-Graw Hill; 2008: p. 1006-20.
6. Kenneth, George, et al. Tuberculosis. Sherris Medical Microbiology. International 5 th Ed.
United State of America: Mc-Graw Hill; 2010: p. 493-500.
7. Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S. Tuberkulosis paru. In Ilmu Penyakit
Dalam. 4th ed. Jakarta: FKUI; 2007: h. 2230-8.
8. Sudoyo AW, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, K Marcellus Simadibrata, Setiati Siti,
editor. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke-5 Jilid 3. Jakarta: Internal Publishing;2009.
h. 2881-8.
9. Katzung, B. Susan, J. Anthony. Antimycobacterial Drugs. Basic and Clinical
Pharmacology. International 11th Ed. Singapore: Mc-Graw Hill; 2009: p. 825-30.
10. Morris TA, Ries AL, Bordow RA. Manual of Clinical Problems in pulmonary
medicine.7thed. USA: Wolters Kluwer Health; 2014.

Anda mungkin juga menyukai