Anda di halaman 1dari 20

12

MODUL KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


MATERI DASAR 2 MASYARAKAT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Konsep Keperawatam Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah konsep pendekatan


kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat, satu upaya mengoptimalkan upaya
kesehatan jiwa dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada. Upaya
kesehatan jiwa masyarakat dilaksanakan dengan prinsip holistik, komprehensif,
paripurna, dan berkesinambungan (continum) untuk seluruh usia dan berbagai
masalah kesehatan jiwa.

Modul ini menjelaskan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat yang dapat


digunakan sebagai dasar dan strategi tindakan yang akan diberikan oleh perawat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum :


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami keperawatan
kesehatan jiwa masyarakat
B. Tujuan Pembelajaran Khusus :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang konsep sehat-sakit dalam keperawatan jiwa
2. Menjelaskan konsep keperawatan kesehatan jiwa masyarakat
3. Menguraikan pelayanan keperawatan komprehensif melalui tiga tingkat
pencegahan
4. Menguraikan proses keperawatan kesehatan jiwa dalam pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat.
13

III. POKOK BAHASAN

Pokok bahasan pada modul ini adalah :


Pokok bahasan A : Konsep sehat-sakit dalam keperawatan jiwa
Pokok bahasan B : Konsep keperawatan kesehatan jiwa masyarakat
Pokok bahasan C : Pelayanan keperawatan komprehensif
Pokok bahasan D : Proses keperawatan kesehatan jiwa

IV. METODE

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah :


A. Ceramah, tanya jawab
B. Curah pendapat
C. Diskusi kelompok
D. Latihan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

Media dan alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran adalah :


A. Liquid Crystal Display (LCD) Projector dan Laptop
B. Laser pointer
C. Spidol
D. Slide presentasi
E. Lembar diskusi (Flip chart)
F. Spidol
G. Panduan latihan

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun
langkah-langkah sebagai berikut :
14

A. Langkah 1 : Penyiapan proses pembelajaran


1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana di kelas
b. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Agar peserta siap mengikuti pembelajaran, maka fasilitator memulai
dengan menciptakan suasana yang santai dan rileks melalui permainan
Badai Berhembus (The Great Wind Blows).

Kegiatannya sebagai berikut :


1) Aturlah kursi-kursi ke dalam sebuah lingkaran. Mintalah peserta
untuk duduk di kursi yang telah disediakan.
2) Jelaskan kepada peserta aturan permainan, untuk putaran pertama
pemandu akan bertindak sebagai angin.
3) Pemandu sebagai angin akan mengatakan ‘ angin berhembus
kepada yang memakai - misal : kacamata’ (apabila ada beberapa
peserta memakai kacamata).
4) Peserta yang memakai kacamata harus berpindah tempat duduk,
pemadu sebagai angin ikut berebut kursi.
5) Akan ada satu orang peserta yang tadi berebut kursi, tidak
kebagian tempat duduk. Orang inilah yang menggantikan
pemandu sebagai angin.
6) Lakukan putaran kedua, dan seterusnya. Setiap putaran yang
bertindak sebagai angin harus mengatakan ‘angin berhembus
kepada yang …………. (sesuai dengan karakteristik peserta,
misal: baju biru, sepatu hitam, dsb)
d. Menggali pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang
dimaksud konsep keperawatan kesehatan jiwa masyarakat
dengan metode brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan
pembelajaran
15

2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
b. Mengikuti permainan
c. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator
d. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
e. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu diklarifikasi.

B. Langkah 2 : Penyampaian materi pembelajaran


1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan 1 sampai dengan 4 secara garis besar
dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta
d. Menyimpulkan materi bersama peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

C. Langkah 3 : Praktik laboratorium di kelas


1. Kegiatan Fasilitator
a. Membagi peserta kedalam kelompok kecil (1 kelp : 6-7 orang)
b. Menjelaskan kepada peserta tentang latihan yang akan dilakukan
c. Memberikan penugasan kepada peserta untuk membaca latihan-
latihan yang ada di modul untuk didiskusikan dalam kelompok
kemudian di presentasikan
16

d. Meminta kelompok lain untuk menanggapi


e. Menyimpulkan hasil diskusi
2. Kegiatan peserta
a. Mendengar, mencatat penjelasan fasilitator
b. Mendiskusikan penugasan yang diberikan fasilitator bersama
anggota kelompok
c. Mmempresentasikan hasil diskusi
d. Menanggapi hasil presentasi yang disampaikan kelompok lain
e. Mencatat hal-hal penting

VII. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN A.
KONSEP SEHAT-SAKIT DALAM KEPERAWATAN JIWA

Dalam keperawatan jiwa, konsep sehat sakit jiwa terdiri dari konsep sehat jiwa,
masalah psikososial, dan gangguan jiwa.

Sehat jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang,
dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Ciri-ciri sehat jiwa meliputi
menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan
yang wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat
berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada
dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang lain.
17

Ciri-ciri sehat jiwa :


a. Bersikap positif terhadap diri sendiri,
b. Mampu tumbuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri,
c. Mampu mengatasi stress atau perubahan pada dirinya,
d. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang diambil
e. Mempunyai persepsi yang realistik dan menghargai perasaan serta sikap
orang lain,
f. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Masalah psikososial yaitu masalah-masalah bersifat psikologis ataupun sosial yang


timbul akibat perubahan dalam kehidupan individu. Masalah psikososial mempunyai
pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab
terjadinya gangguan jiwa (atau gangguan kesehatan lainnya). Sebaliknya masalah
kesehatan jiwa juga dapat berdampak pada lingkungan sosial individu.
18

Ciri-ciri masalah psikososial :

a. Cemas, khawatir berlebihan, takut


b. Mudah tersinggung
c. Sulit konsentrasi
d. Bersifat ragu-ragu/merasa rendah diri
e. Merasa kecewa
f. Pemarah dan agresif
g. Reaksi fisik seperti : jantung berdebar, otot tegang,
h. Sakit kepala, sukar tidur, dan nafsu makan kurang

Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi kehidupan, menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

Ciri-ciri Gangguan Jiwa


a. Marah tanpa sebab
b. Mengurung diri
c. Tidak mengenali orang
d. Bicara kacau
e. Mendengar suara yang tidak nyata
f. Bicara sendiri
g. Tidak mampu merawat diri
19

Kesehatan jiwa berada pada rentang sehat-sakit yang dapat


digambarkan sebagai berikut :
Rentang Sehat – Sakit Jiwa

Respons Adaptif Respons Maladaptif

Sehat Jiwa Masalah Psikososial Gangguan Jiwa

Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Waham

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten Reaksi emosional Ketidakmampuan-

mengendalikan emosi

Perilaku sesuai Perilaku kadang tidak sesuai Kekacauan perilaku

Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial


memuaskan

POKOK BAHASAN B.
KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

1. Keperawatan kesehatan jiwa masyarakat adalah pelayanan keperawatan yang


komprehensif, holistik, paripurna dan kontinu berfokus pada masyarakat yang
sehat jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa.
2. Pelayanan keperawatan yang komprehensif adalah pelayanan yang difokuskan
pada pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan
sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah psikososial dan
gangguan jiwa dan pencegahan tersier pada pasien gangguan jiwa dengan proses
pemulihan.
20

3. Pelayanan keperawatan yang holistik adalah pelayanan yang difokuskan pada


aspek bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual
a. Aspek fisik dikaitkan dengan dampak masalah kesehatan jiwa terhadap
kesehatan fisik atau sebaliknya. Pelayanan keperawatan jiwa termasuk
masalah kesehatan fisik yang dialami pasien dengan gangguan jiwa.
b. Aspek psikologis dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang
dialami masyarakat seperti ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi
yang lebih berat dalam bentuk tanda dan gejala gangguan jiwa dimana
memerlukan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi
tersebut
c. Aspek sosial dikaitkan dengan masalah hubungan sosial yang diakibatkan
oleh masalah kesehatan jiwa. Keperawatan jiwa juga harus memperhatikan
aspek sosial pasien.
d. Aspek budaya dikaitkan dengan perlunya mempertimbangkan aspek budaya
masyarakat yang terkait dengan masalah kesehatan jiwa.
e. Aspek spiritual dikaitkan dengan nilai-nilai, kepercayaan dan agama yang
dianut di masyarakat yang dapat diberdayakan sebagai potensi masyarakat
dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan jiwa

4. Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan yang lengkap meliputi seluruh


jenjang pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialistik, pelayanan
kesehatan jiwa integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya
masyarakat. Pemberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada di
masyarakat diupayakan agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam
memelihara kesehatannya.

5. Pelayanan keperawatan diberikan secara terus menerus (continuity of care) dari


kondisi sehat sampai sakit dan sebaliknya, baik di rumah maupun di rumah
sakit, (di mana saja orang berada), dari dalam kandungan sampai lanjut usia.
21

6. Tujuan pelayanan adalah meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah terjadinya


gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pasien dan
keluarga dalam memelihara kesehatan jiwa

7. Perawat dapat mengaplikasikan konsep keperawatan kesehatan jiwa masyarakat


dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga anggota masyarakat
sehat jiwa dan yang mengalami gangguan jiwa dapat dipertahankan di lingkungan
masyarakat serta tidak perlu dirujuk segera ke rumah sakit jiwa.

POKOK BAHASAN C.
PELAYANAN KEPERAWATAN KOMPREHENSIF

Pelayanan keperawatan komprehensif diberikan pada masyarakat pasca bencana


dengan kondisi masyarakat yang sangat beragam dalam rentang sehat-sakit yang
memerlukan pelayanan keperawatan pada tingkat pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup 3
tingkat pencegahan yaitu :
1. Pencegahan primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
terjadinya gangguan jiwa
Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan jiwa
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang sehat jiwa dan belum
mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak-anak,
remaja, dewasa dan usia lanjut.
Aktivitas pada pencegahan primer adalah:
a. Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan,
program sosialisasi, manajemen stress, persiapan menjadi orang tua
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Pendidikan kesehatan pada orang tua:
a) Pendidikan menjadi orang tua
22

b) Perkembangan anak sesuai dengan usia


c) Memantau dan menstimulasi perkembangan
d) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan.
2) Cara mengatasi stress:
a) Stress pekerjaan
b) Stress perkawinan
c) Stress sekolah
d) Stress pasca bencana.
b. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, kehilangan
pasangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah/tempat tinggal, yang
semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana.
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Memberikan informasi cara mengatasi kehilangan
2) Menggerakkan dukungan masyarakat seperti menjadi orang tua
asuh bagi anak yatim piatu
3) Melatih keterampilan sesuai keahlian masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan
4) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh
tempat tinggal.
c. Program pencegahan penyalahgunaan obat
Penyalahgunaan obat sering digunakan sebagai koping untuk
mengatasi masalah.
Kegiatan yang dapat dilakukan:
1). Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stres
2). Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan
tanpa menyakiti orang lain
3). Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang
ada pada diri seseorang
23

d. Program pencegahan bunuh diri


Bunuh diri merupakan salah satu cara penyelesaian masalah oleh individu
yang mengalami keputusasaan. Oleh karena itu perlu dilakukan program:
1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang tanda-tanda bunuh diri
2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri
3) Melatih keterampilan koping yang adaptif.
Latihan 1 :
Coba saudara identifikasi aktivitas yang termasuk dalam
pencegahan primer yang telah dilakukan di daerah saudara

2. Pencegahan sekunder
Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada tingkat pencegahan sekunder adalah
deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan
segera
Tujuan pelayanan adalah mencegah dan menurunkan kejadian gangguan jiwa.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang berisiko/gangguan jiwa (telah
memiliki faktor risiko) dan memperlihatkan tanda tanda masalah psikososial
dan gangguan jiwa.
Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah:
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, penemuan langsung
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus pada
semua pasien yang berobat (pasien dengan keluhan fisik) di
Puskesmas
2) Jika ditemukan tanda-tanda berkaitan dengan kecemasan, depresi
maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian
keperawatan kesehatan jiwa.
24

3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan


jiwa (di tempat-tempat umum)
4) Memberikan perawatan dan pengobatan cepat terhadap kasus baru
yang ditemukan sesuai dengan standar pendelegasian program
pengobatan (bekerjasama dengan dokter) serta memonitor efek
samping pemberian obat, gejala dan kepatuhan pasien minum obat
5) Bekerjasama dengan perawat komunitas dalam pemberian perawatan
dan pengobatan lain yang dibutuhkan pasien untuk mengatasi
gangguan fisik yang dialami (jika ada gangguan fisik yang
memerlukan pengobatan bekerjasama dengan dokter)
6) Melibatkan keluarga dalam pemberian perawatan dan pengobatan,
mengajarkan keluarga agar melaporkan segera kepada perawat jika
ditemukan adanya tanda-tanda yang tidak biasa, dan
menginformasikan jadwal tindak lanjut (follow-up)
7) Penanganan kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien di tempat
yang aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping dan
melakukan rujukan jika mengancam keselamatan jiwa
8) Menempatkan pasien di tempat yang aman sebelum di rujuk dengan
menciptakan lingkungan yang tenang, dan stimulus yang minimal
9) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan jiwa
untuk membantu pemulihan pasien seperti terapi aktifitas
kelompok, terapi keluarga, terapi lingkungan
10) Memfasilitasi self-help group (kelompok swabantu pasien, keluarga
atau kelompok masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang
membahas masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan jiwa dan
cara penyelesaiannya
11) Hotline service untuk intervensi krisis yaitu pelayanan dalam 24
jam melalui telepon berupa pelayanan konseling (021 500454)
12) Melakukan tindak lanjut (follow-up) dan rujukan kasus
25

Latihan 2 :
Coba saudara identifikasi aktivitas yang termasuk dalam pencegahan
sekunder yang telah dilakukan di daerah saudara

3. Pencegahan Tersier
Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan fungsi dan sosialisasi serta
pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa
Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan/ketidakmampuan akibat
gangguan jiwa dan pemulihan optimal.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa
pada tahap pemulihan
Aktivitas pada pencegahan tersier adalah :
a. Program dukungan sosial dengan mengerakkan sumber-sumber di
masyarakat seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat (tetangga,
teman dekat, tokoh masyarakat), pelayanan terdekat yang terjangkau
masyarakat
Beberapa kegitan yang dilakukan adalah:
1). Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat
terhadap penerimaan pasien gangguan jiwa
2). Pentingnya pemanfataan pelayanan kesehatan dalam penanganan
pasien yang mengalami kekambuhan
b. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga
mandiri dan produktif. Fokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan
keluarga dengan cara
1). Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan
dan menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat
2). Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan
keluarga dan masyarakat
3). Menyediakan pelatihan kemampuan dan potensi yang perlu
dikembangkan oleh pasien, keluarga dan masyarakat
26

4). Menyediakan lapangan kerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki


5). Membantu pasien dan keluarga merencanakan masa depan pasien
c. Program sosialisasi
1). Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi
2). Mengembangkan keterampilan hidup : kegiatan hidup sehari-hari
(ADL) , mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi
3). Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke
tempat rekreasi
4). Kegiatan sosial dan keagaman, contoh : arisan bersama, pengajian,
majelis taklim, kegiatan adat
d. Program mencegah stigma
Stigma merupakan anggapan yang keliru dari masyarakat terhadap
gangguan jwa. Oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah stigma
untuk menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap pasien gangguan
jiwa.
Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu :
1). Melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, serta sikap dan tindakan
menghargai pasien gangguan jiwa
2). Pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh
dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa
Latihan 3 :
Coba saudara identifikasi aktivitas yang termasuk dalam pencegahan
tersier yang telah dilakukan di daerah saudara
27

POKOK BAHASAN D.
PROSES KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Dalam rangka mengaplikasikan konsep keperawatan kesehatan jiwa masyarakat,


digunakan pendekatan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien. Tahapan proses keperawatan kesehatan jiwa adalah sebagai berikut :

1. PENGKAJIAN
Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2 menit berdasarkan
keluhan pasien. Setelah ditemukan tanda-tanda yang menonjol yang mendukung
adanya gangguan jiwa, maka pengkajian dilanjutkan dengan menggunakan format
pengkajian kesehatan jiwa. Data yang dikumpulkan mencakup : keluhan utama,
riwayat kesehatan jiwa, pengkajian psikososial dan pengkajian status mental. Jika
ditemukan riwayat kejang, pengkajian dilanjutkan dengan format pengkajian epilepsi.
Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan pasien dan
keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi pasien serta melalui pemeriksaan.

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian, baik
diagnosis yang bersifat aktual (gangguan kesehatan jiwa) maupun risiko mengalami
gangguan jiwa. Jika perawat menemukan anggota masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa, maka perawat harus berhati-hati dalam penyampaiannya kepada
pasien dan keluarga agar tidak menyebutkan gangguan jiwa karena hal tersebut
merupakan stigma di masyarakat. Adapun diagnosis keperawatan gangguan jiwa
mencakup :
a. Diagnosis keperawatan jiwa pada anak / remaja :
1). Risiko perilaku kekerasan
2). Risiko bunuh diri
3). Ketidakberdayaan
28

b. Diagnosis keperawatan jiwa pada usia dewasa :


1). Harga diri rendah kronis
2). Isolasi sosial
3). Gangguan persepsi sensori : halusinasi
4). Gangguan proses pikir : waham
5). Risiko perilaku kekerasan
6). Risiko bunuh diri
7). Defisit perawatan diri
c. Diagnosis keperawatan jiwa pada lansia :
1). Gangguan proses pikir : pikun
2). Risiko cidera : jatuh
3). Ketidakberdayaan
4). Risiko bunuh diri
5). Gangguan pola tidur

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan
kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu penggunaan berbagai
teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan dengan pasien; melatih
aktivitas kehidupan sehari-hari meliputi perawatan diri (kebersihan diri, berdandan,
makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil); melatih sosialisasi; melatih
pengendalian tanda dan gejala; melatih kepatuhan minum obat (berkolaborasi dengan
tim medis); terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi lingkungan dan
terapi keluarga. Dalam menyusun rencana tindakan perlu mempertimbangkan
memberikan asuhan keperawatan untuk beberapa diagnosis pada satu kali pertemuan.
Seluruh tindakan keperawatan dapat dilesesaikan dalam beberapa kali pertemuan dan
selanjutnya mengevaluasi tanda dan gejala yang masih ada dan memvalidasi
kemampuan mengatasi diagnosis yang telah membudaya. Kemampuan yang
diharapkan dicapai adalah kemampuan pasien dan keluarga. Rencana tindakan
keperawatan ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
29

a. Pada tingkat individu difokuskan pada peningkatan keterampilan dalam ADL,


kemampuan melakukan sosialisasi, keterampilan koping adaptif dalam
mengatasi gejala serta kemampuan minum obat secara teratur.
b. Pada tingkat keluarga difokuskan pada pemberdayaan keluarga dalam
mendeteksi masalah kesehatan jiwa, menetapkan pelayanan kesehatan yang
digunakan, merawat dan mensosialisasikan pasien, menciptakan lingkungan
yang kondusif, dan melakukan follow up secara teratur
c. Pada tingkat kelompok difokuskan pada kegiatan kelompok saling mendukung
dalam rangka sosialisasi dan adaptasi dengan lingkungan masyarakat.
d. Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan kesadaran masyarakat
tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, menggerakkan sumber-sumber yang
ada di masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga

4. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat melalui
pelayanan di Puskesmas dan kunjungan rumah. Standar asuhan keperawatan terdiri
dari tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga. Perawat melakukan asuhan
keperawatan di Puskesmas dan kunjungan rumah dengan langkah-langkah berikut :
a. Bertemu dengan keluarga melakukan kontrak, mengidentifikasi masalah yang
dialami pasien dan keluarga
b. Bertemu dengan pasien, mengkaji dan mengajarkan keterampilan mengatasi
masalah.
c. Bertemu keluarga untuk mengajarkan keterampilan tentang cara merawat dan
mengevaluasi kegiatan yang dilakukan oleh pasien
Demikian seterusnya, tindakan keperawatan diberikan kepada pasien secara bertahap
hingga mandiri, juga kepada keluarga dengan mengajarkan keluarga cara merawat
dan mengevaluasi kegiatan pasien di rumah. Jika pasien sudah mandiri maka
perawatan pasien dilimpahkan kepada keluarga untuk pemantauan perkembangan
kondisi pasien. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pasien saat ini. Tujuannya adalah memberdayakan pasien dan keluarga agar
30

mampu mandiri memenuhi kebutuhannya serta meningkatkan keterampilan koping


dalam menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan pasien dan keluarga untuk
mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memfasilitasi pengobatan melalui kolaborasi
dan rujukan. Perawat juga memberdayakan kader kesehatan jiwa serta tim kesehatan
lain dalam melakukan kunjungan rumah.

5. EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN


Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan kemampuan pasien dan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah. Kemampuan yang
diharapkan adalah
a. Pasien diharapkan mampu:
1). Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
2). Melakukan sosialisasi dengan orang lain di lingkungannya secara
bertahap
3). Melakukan cara-cara mengendalikan gejala yang dialami secara
konstruktif
4). Minum obat secara teratur
b. Keluarga diharapkan mampu :
1). Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa
2) Membuat keputusan yang tepat dalam penanganan pasien
3) Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa:
a) Membantu pasien dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
b) Mensosialisasikan pasien dengan orang lain di lingkungannya
c) Membantu pasien dalam mengendalikan gejala yang dialami secara
konstruktif
d) Membimbing pasien dalam minum obat
4) Menyediakan lingkungan yang kondusif
5) Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi
segera
31

5). Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti


tetangga, teman dekat, pelayanan kesehatan terdekat.

Pada tahap awal, lebih difokuskan pada modul


asuhan keperawatan pada individu dan keluarga

VIII. REFERENSI

Fortinash, K.M., and Worret, P.A.H. (2004). Psychiatric mental health nursing. Third
edition. St. Louis: Mosby An Affiliate of Elsevier

Keliat, B.A.,dkk. (2011). Keperawatan kesehatan jiwa masyarakat : CMHN (Basic


Course). Jakarta: EGC.

Lundy, K.S., & Janes, S. (2009). Community Health Nursing : Caring for the
Public’s Health. 2nd ed. Boston : Jones and Bartlett Publisher.

Stuart, G.W., Laraia, M.T. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
8th edition. Missouri: Mosby.

Anda mungkin juga menyukai