Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEHNOLOGI FARMASI SEDIAAN SOLID

“Evaluasi Granul dan Tablet”

OLEH
Adrian jaya
(7010011507015
FARMASI A

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

ROMANGPOLONG-GOWA

2019

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………..…i

Daftar isi……………………………………………………………...ii

Bab I Pendahuluan…………………………………………………...1

A. LatarBelakang……………………………………………..1
B. Maksud dan TujuanPenulisan…………………………......2
C. Rumusan Masalah………………………………………….2
D. Manfaat Penulisan………………………………………….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….3
A. Evaluasi Tablet …………………………………………….3
B. Evaluasi Granul …………………………………………..9
BAB III Penutup…………………………………………………...13
A. Kesimpulan……………………………………………...13
B. Saran...…………………………………………………..13
Kepustakaan...……………………………………………………..14

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Makalah ini dibuat untuk
menunjang pengetahuan pada mata kuliah Farmasi Fisika pada jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri alauddin
Makassar yang disusun dengan judul “Evaluai Granul dan Tablet”
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu
doosen selaku dosen pembimbing serta kepada seluruh pihak yang terlibat di
dalam penulisan makalah Evaluasi Granul dan Tablet ini. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman penulis, Penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Romangpolong, 11 April 2019

Adrian jaya

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan
juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa
keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat,
mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan
yang lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan
tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum
digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan
pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada
pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam
keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu.
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan
serangkaian evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena
sebagian besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita
gunakan. Untuk itu beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet perlu
untuk diketahui.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
Sediaan Solid.

4
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian tablet
b. Mengetahui apa saja metode pembuatan tablet
c. Mengetahui bagaimana evaluasi tablet

C. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian tablet ?
2. Apa saja metode pembuatan tablet?
3. Apa saja evaluasi tablet ?

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tablet

A. Pengertian Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda
ukuran, bentuk, berat, kekersan, dan ketebalalan, daya hancurnya dan aspek
lain yang tergantung dengan pemakaian tablet dan cara pembuatannya.
Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian secara oral. Kebanyakan tablet
dibuat dengan penambahan zat warna dan zat pemberi rasa. Tablet lain yang
penggunaanya dapat cara sublingual, bukal, atau melalui vagina.
Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan
harus mempunyai sifat-sifat yang baik, yaitu :
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan,
pengemasan, transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji
dengan uji kekerasan dan uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat
dari uji waktu hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
(untuk zat aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi
bobot dan uji keseragaman kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk
dan tanda lain yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang
konsisiten.

B. Metode Pembuatan Tablet


Sebelum dibuat tablet maka dibuat granul terlebih dahulu, metode untuk
pembuatan tablet sama dengan metoda pembuatan granul yang merupakan
bagian untuk pembuatan tablet.

6
1. Metode granulasi basah :
a. Jika bahan mempunyai sifat granul yang baik
b. Jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik
c. Jika bahan tahan panas
d. Jika bahan tahan cairan
Tahap granulasi basah :
a. Penimbangan, zat aktif dan zat tambahan
b. Penghalusan, haluskan zat aktif dan zat tambahan masing – masing
c. Pencampuran padat
d. Pembuatan larutan pengikat.
e. Pembuatan masa granul dengan penambahan massa padat kedalam
larutan pengikat
f. Massa lembab tadi dihaluskan melalui pengayak mesh 6 – 12.
g. Granul basah dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 – 60
h. Granul yang telah dikeringkan digranulasi lagi dengan melalui
pengayak mesh 14 – 20 dalam mesin granulation uji inproces control
i. Menyiapkan massa kempa dengan mencampir granul dengan
mencampur granul dengan fasa luar / Lubrikasi
j. Pengempaan
2. Metode granulasi kering :
a. Jika bahan tidak tahan panas
b. Jika bahan tidak tahan cairan
c. Jika bahan mempunyai sifat granul yang tidak baik
Tahapan granulasi kering :
a. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan
b. Haluskan zat aktif dan zat tambahan
c. Campur semua zat aktif dan zat tambahan
d. Kempa
e. Granulasi mesh 14 – 20
f. Siapkan massa kempa dengan mencampur dengan fasa luar
g. Pengempaan

7
3. Metoda cetak langsung :
a. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan (mixing)
b. Haluskan zat aktuif dan zat tambahan
c. Campurkan zat aktif dan zat tambahan
C. Pengempaan
Evaluasi Tablet
1. Keseragaman Bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua
metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan.
Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan
sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif (Depkes RI, 1995).
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul
lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg
atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan.
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat
(termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif
yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan
dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan
cara penyiapan ini (Depkes RI, 1995).
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih
besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang
ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10
tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan
kolom B.

8
Penyimpanan bobot rata-rata dalam %
Bobot rata-rata A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 10% 20%
mg
151 mg sampai dengan 300 7,5% 15%
mg
Lebih dari 300 mg 5% 10%
(DepKes RI, 1979).

Menurut Depkes RI (1995), untuk penetapan keseragaman sediaan


dengan cara keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan
lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk tablet tidak
bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-
rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing
dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan
keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing
dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman
bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga
115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang
dari atau sama dengan 6,0% (Depkes RI, 1995).
Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti
yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0%
hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku
relatif lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi,
lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari
1 satuan dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang
tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0%

9
hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif
dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8% (Depkes RI, 1995).

2. Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet
yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur
dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus
mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari
berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan
transportasi. Alat yang biasa digunakan adalahhardness tester (Banker and
Anderson, 1984). Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,
kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan
dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan (Parrott, 1971).

Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet


diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness
tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan
kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan
saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet
yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan
disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya
tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun
hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau
lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat
diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang
diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki
kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat
pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg

10
masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu
hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji
kekerasandilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari
tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur
kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non
swellable adalah 10-20 kg/cm2 (Nugrahani, 2005).

3. Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet


Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator.
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet
selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses
pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per
menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran
(Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi dengan
menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman,
2007).
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahuludibersihkan
dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran
selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah
selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan
seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan
sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari
1% (Andayana, 2009).Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan
bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar
harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif
yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang
kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh

11
akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet
(Sulaiman, 2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika
dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah,
maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil
pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian
harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari
ketiga uji yang telah dilakukan (Andayana, 2009).

4. Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet
dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah.
Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji
disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50
rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-
masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi
dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi. Alat dianggap
sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang diperbolehkan
seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan.
Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8.
Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan
mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding
parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang
maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari
80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket (Lachman dkk.,
2008).
5. Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk
hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati
ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan

12
adalahdisintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube
plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi
dengan ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet
yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.
Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan
porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya
kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori
tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan
lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit (Nugrahani, 2005).
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap
tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut
dalam medium air dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain
disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid).
Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15
menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit,
sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60
menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa
(Sulaiman, 2007).
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam
masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak
bersalut pengujian dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-
masing tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan
jalankan alat, gunakan air bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali
dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.
Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat
keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna.
Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna (Lachman dkk., 2008).

13
2. GRANUL
A. DEFINISI GRANULASI
Granul merupakan gumpalan partikel-partikel yang lebih kecil
umumnya berbentuk tidak merata dan seperti partikel tunggal yang lebih
besar. Granulasi adalah proses pembesaran ukuran partikel individual atau
campuran serbuk untuk menghasilkan campuran obat dan eksipien dalam
bentuk granul yang lebih besar dan lebih kuat daripada ukuran awal,
sedangkan partikel awal masih dapat diidentifikasi.

B. TUJUAN GRANULASI
Tujuan suatu sediaan yang diolah menjadi granul antara lain :
1. Untuk meningkatkan bobot jenis bulk secara keseluruhan.
2. Untuk mendapatkan campuran yang mempunyai sifat alir yang baik (free
flowing).
3. Mengurangi debu dari serbuk halus yang digunakan.
4. Mencegah terjadinya segresi /pemisahan akibat perbedaan bobot jenis,
kemampuan dikempa.
5. Untuk meningkatkan dan mengontrol kecepatan disolusi (wettability).

C. METODE GRANULASI
Metode-metode granulasi terdiri dari :
1. Granulasi Basah
Metode ini paling banyak digunakan dalam produksi tablet, walaupun
melalui proses yang panjang. Granul dibentuk dengan jalan mengikat
serbuk dengan suatu pengikat yang tergantung kelarutan dan komponen
campuran. Untuk menentukan titik akhir adalah dengan menekan massa
pada telapak tangan, bila remuk dengan tekanan sedang maka diteruskan
pengayakan basah untuk mengubah massa lembab menjadi kasar. Dalam
hal ini digunakan pengayak yang berlubang besar agar granul lebih
berkonsolidasi, meningkatkan banyaknya tempat kontak partikel, dan
meningkatkan luas permukaan sehingga memudahkan pengeringan.

14
Proses pengeringan dimaksudkan untuk menghilangkan pelarut dan
megurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum. Yang
memegang peranan penting adalah ikatan antara partikel. Setelah
pengeringan granul diayak kembali. Keuntungan granulasi basah :
a. Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga
diharapkan tablet yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada
tekanan kompresi tertentu akan menghasilkan bentuk tablet yang bagus,
keras dan tidak rapuh.
b. Zat aktif yang kompaktibilitasnya rendah dalam dosis yang tinggi dibuat
dengan metode granulasi basah, karena jika digunakan metode cetak
langsung memerlukan banyak eksipien (bahan tambahan) sehingga berat
tablet terlalu besar.
c. Zat aktif yang larut dalam dosis kecil, maka distribusi dan keseragaman
zat aktif akan lebih baik kalau dicampurkan dengan larutan bahan
pengikat.
Kerugian dari metode ini adalah perlu waktu dan biaya yang cukup besar
termasuk para pekerja, perolahan, energi dan ruangan. Pada saat granulasi
terjadi perubahan patikel bahan baku menjadi granul dengan ukuran lebih
besar dan lebih seragam sehingga fluiditas (sistem alir) dan
kompresibilitas (ukuran perubahan volume) serbuk lebih baik.
2. Granulasi Kering
Granulasi kering, juga dinyatakan sebagai briketasi atau kompaktasi,
yang sering digunakan dalam industri. Cara ini membutuhkan lebih sedikit
waktu dan lebih ekonomis daripada pembutiran lembab. Cara ini sangat
tepat untuk tabletasi zat-zat peka suhu atau bahan obat yang tidak stabil
dengan adanya air.
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembaban bahan
pengikat kedalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan
massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu
memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan kedalam granul yang
lebih kecil. Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus

15
memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk.
Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan
metode granulasi basah, karena kepekaanya terhadap uap air atau karena
untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan. Tablet
hasil dari metode granulasi kering ini lebih rapuh dibandingkan tablet yang
didapatkan dari proses granulasi basah, tetapi cara ini memiliki beberapa
keuntungan antara lain :
a. Peralatan dan ruang yang digunakanlenih sedikit serta waktu prosesing
lebih singkat dibandingkan cara granulasi basah.
b. Bahan aktif yang sensitif terhadap panas dapat dilakukan dengan cara ini
karena tidak ada proses pengeringan.
c. Waktu hancur tablet umunya lebih cepat karena daya hancur dari amilum
tidak dikurangi oleh bahan pengikat yang ada pada granulasi basah.
d. Proses ini dapat digunakan untuk menghasilkan tablet buih, dimana
senyawa asam dan basa dapat bereaksi dengan sempurna bila dimasukkan
kedalam air.

D. PARAMETER SIFAT FISIK GRANUL


Granul adalah gumpalan dari partikel-partikel yang kecil.
Umumnya granul dibuat dengan cara melembabkan serbuk atau campuran
serbuk yang digiling dan melewatkan adonan yang sudah lembab pada
celah ayakan dengan ukuran lubang ayakan yang sesuai dengan granul
yang diinginkan. Pemeriksaan-pemeriksaan kualitas granul sangat
bermanfaat, karena sifatsifat granul tidak hanya mempengaruhi peristiwa
pentabletan saja, tetapi juga kualitas tabletnya sendiri. Parameter kualitas
granul meliputi :
1. Distribusi ukuran partikel
Diameter rata-rata dari suatu populasi dapat diketahui dengan beberapa
cara di antaranya dengan metode pengayakan, metode mikroskopi,
pengendapan, absorpsi, dan lain-lain. Distribusi ukuran granul dipengaruhi
oleh metode granulasi, banyaknya larutan pengikat, waktu pemrosesan.

16
Metode sederhananya untuk menghitung ukuran rata-rata partikel dengan
menggunakan ayakan standar yang telah diketahui ukurannya yaitu mesh
yang menandakan banyaknya lubang perinchi.
2. Waktu alir
Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir
dalam suatu alat. Sifat ini dapat dipakai untuk menilai efektifitas bahan
pelicin, dimana adanya bahan pelicin dapat memperbaiki sifat alir suatu
granul. Mudah tidaknya aliran granul dapat dipengaruhi oleh bentuk
granul, bobot jenis, keadaan permukaan dan kelembapannya. Kecepatan
alir granul sangat penting karena berpengaruh pada keseragaman pengisian
ruang kompresi dan keseragaman bobot tablet.
3. Sudut diam
Sudut diam yaitu sudut yang terjadi antara timbunan partikel bentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi
oleh bentuk, ukuran dan kelembapan granul. Uji sudut diam
menggambarkan sifat alir serbuk pada waktu mengalami proses
penabletan. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh gaya tarik dan
gaya gesek antar partikel, jika gaya tarik dan gaya gesek kecil maka akan
lebih cepat dan lebih mudah mengalir. Semakin datar kerucut yang
dihasilkan, maka sudut kemiringan semakin kecil dan semakin baik sifat
aliran serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30o biasanya
menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih
besar atau sama dengan 40o biasanya daya mengalirnya kurang baik.
4. Kompaktibilitas
Uji kompaktibilitas dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan zat untuk
saling berikatan menjadi massa yang kompak, digunakan mesin tablet
single punch dengan berbagai tekanan dari yang rendah ke yang tinggi.
Dengan mengatur kedalaman punch atas turun ke ruang die,
kompaktibilitas yang digambarkan oleh kekerasan tablet yang dihasilkan.

17
E. PENGARUH GRANULASI
Beberapa pengaruh dari proses granulasi antara lain :
1. Keseragaman bobot dalam pembuatan tablet yang disebabkan oleh aliran
granul yang kurang baik.
2. Memberikan kelarutan pada massa table apabila menggranulasi dengan air
pada zat aktif yang larut air.
3. Kelengketan pada cetakan tablet saat dilakukan pencetakan, sehingga pada
granulasi yang kasar harus banyak dikurangi.
4. Granul yang terlalu halus dan kering akan menyebabkan tablet yang
mudah hancur dan terbelah.

F. EFEKTIVITAS
Efektivitas dan hasil dari suatu granulasi tergantung pada :
1. Jumlah bahan pelicin dan pengikat yang digunakan.
2. Tipe bahan pelican dan pengikat yang digunakan.
3. Besarnya ukuran obat dan eksipien.
4. Efektivitas dan lamanya proses pengadukan.
5. Kecepatan pengeringannya.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Di antara parameter-parameter uji sediaan tablet adalah uji keseragaman
bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan (friabilitas), uji disolusi, dan uji waktu
hancur.
2. Uji keseragaman bobot dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua
metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan.
3. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat
bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi.
4. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%.
5. Uji disolusi ndigunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet
dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet
yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.
7. Dengan adanya pengujian tablet ditinjau dari berbagai parameter
diharapkan karakteristik suatu sediaan tablet dapat diketahui.

B. Saran
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan
juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa
keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat,
mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan
yang lain. Sebaiknya kita mengetahui lebih detail evaluasi tablet ini sebagai
pembelajaran selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA
Andayana N 2009 Teori Sediaan Tablet (cited 2010 Des 13)

Anderson NR GS Banker Dalam : Lachman L Lieberman HA Kanig JL


1984 Teori dan Praktek Farmasi Industri Vol 2 Edisi 3 UI Press Jakarta

Ansel C Howard 2008 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Jakarta UI Press

Available at : http:// pembuatan_tablet_nutwuri_andayanahtml

Available at:http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf

Depkes RI 1979 Farmakope Indonesia Edisi III Direktorat Jenderal Pengawasan


Obat dan Makanan Jakarta

Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV Direktorat Jenderal Pengawasan


Obat dan Makanan Jakarta

Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig 2008 Teori dan Praktek Farmasi


Industri Edisi Ketiga Jakarta: UI Press

Marais AF M Song dan MM Villiers 2003 Disintegration Propensity of Tablet


Evaluated by Means of Disintegrating Force KineticsPharmaceutical
Development Technology 5 (12) : 163-169

Nugrahani I 2005 Karakterisik Granul dan Tablet Propranolol Hidroklorida


dengan Metode Granulasi Peleburan (cited 2010 Des 13)

Parrot EL 1971 Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceuticsThird


Edition. Burges Publishing Company USA

Rowe R C Paul J S and Paul J W 2009 Hand Book of Pharmaceutical Excipients


6th USA: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association

Sulaiman2007 Perbandingan Availabilitas In Vitro Tablet Metronidazol Produk


Generik Dan Produk Dagang (cited 2010 Des27)

20

Anda mungkin juga menyukai