Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stabilitas dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai kesalahan suatu

produk sesuai dengan batas-batas tertentu selama produk sesuai dengan batas-

batas tertentu selama penyimpanan dan penggunaannya atau umur simpan suatu

produk di mana produk tersebut masih mempunyai sifat dan karakteristik yang

sama seperti pada waktu pembuatan. Banyak faktor yang yang mempengaruhi

stabilitas dari sediaan farmasi antara lain stabilitas. Bahan aktif, interaksi antara

bahan aktif dengan bahan tambahan, proses pembuatan bentuk sediaan, kemasan,

cara pengemasan kondisi lingkungan yang dialami selama pengiriman,

penyimpanan, penanganan, dan jarak waktu antara pembuatan dan penggunaan.

Faktor lingkungan seperti temperatur, radiasi cahaya dan dara (khususnya

oksigen, karbondioksida dan uap air) juga mempengaruhi stabilitas. Demikian

pula faktor formulasi seperti ukuran partikel, pH, sifat dari air dan sifat pelarutnya

dapat mempengaruhi stabilitas.

Stabilitas suatu sediaan farmasi merupakan salah satu kriteria yang amat

penting untuk suatu hasil produksi yang baik. Ketidakstabilan produk obat juga

dapat mengakibatkan terjadinya penurunan sampai hilangnya khasiat obat, obat

juga dapat berubah menjadi toksik atau terjadinya perubahan penampilan sediaan

(warna, bau, rasa, konsistensi, dan lain-lain) yang akibatnya merugikan bagi si

pemakai. Ketidakstabilan suatu sediaan farmasi dapat dideteksi melalui perubahan

sifat fisika, kimia, serta penampilan dari suatu sediaan farmasi. Besarnya

perubahan dari suatu sediaan farmasi ditentukan dari laju penguraian obat melalui

hubungan radiasi dan suatu obat jika dipandang dari segi kimia, stabilitas obat

dapat diketahui dan ada atau tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan.
Oleh karena itu, maka dilakukanlah praktikum analisis farmasi dengan

percobaan stabilitas obat dengan tujuan untuk mengetahui sifat fisika dan kimia

dari sediaan dalam bentuk krim.

B. Maksud dan Tujuan percobaan

1. Maksud percobaan

a. Menentukan sifat fisik dari sediaan obat

b. Menentukan stabilitas sediaan obat dengan adanya pengaruh suhu

2. Tujuan percobaan

a. Untuk mengetahui sifat fisik dari sediaan obat

b. Untuk mengetahui stabilitas sediaan obat dengan adanya pengaruh

suhu

C. Prinsip percobaan

Penentuan stabilitas pada sediaan krim acyclovir dengan pengujian

organoleptis, sifat kimia dan fisika, viskositas, daya sebar uji homogen dan uji

penyimpanan obat dipercepat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Stabilitas obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat

yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih tersisa 90% tidak dapat lagi atau

disebut sebagai sub standar waktu diperlukan hinggal tinggal 90% disebut umur

obat (Mahdi, 2017; 169).

Stabilitas dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai ketahanan suatu

produk sesuai dengan batas-batas tertentu selama penyimpanan dan

penggunaannya atau umur simpan suatu produk dimana produk tersebut masih

mempunyai siifat dan karakteristik yang sama seperti pada waktu pembuatan.

Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas dari sediaan farmasi, antara lain

stabilitas bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dengan bahan tambahan, proses

pembuatan bentuk sediaan, kemasan, cara pengemasan dan kondisi lingkungan

yang dialami selama pengiriman, penyimpanan, penanganan dan jarak waktu

antara pembuatan dan penggunaan. Faktor lingkungan seperti temperatur, radiasi

cahaya dan udara (khususnya oksigen, karbon dioksida dan uap air) juga

mempengaruhi stabilitas. Demikian pula faktor formulasi seperti ukuran partikel,

pH, sifat dari air dan sifat pelarutnya dapat mempengaruhi stabilitas (syahputri,

2015; 58 ).

Stabilitas sediaan farmasi merupakan salah satu kriteria yang amat penting

untuk suatu hasil produksi yang baik. Ketidakstabilan produk obat dapat

mengakibatkan terjadinya penurunan sampai dengan hilangnya khasiat obat, obat

dapat berubah menjadi toksis, atau terjadinya perubahan penampilan sediaan

(wama, bau, rasa, konsistensi dan lain-lain) yang akibatnya merugikan bagi si

pemakai. Ketidakstabilan suatu sediaan farmasi dapat dideteksi melalui perubahan


sifat fisika, kimia serta penampilan dari suatu sediaan farmasi. Besarnya

perubahan kimia sediaan farmasi ditentukan dari laju peruraian obat melalui

hubungan antara kadar obat dengan waktu, atau berdasarkan derajat degradasi dari

suatu obat yang jika dipandang dari segi kimia, stabilitas obat dapat diketahui dari

ada atau tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan. Secara fisiologis, larutan

obat harus diformulasikan sedekat mungkin ke pH stabilitas optimumnya karena

besarnya laju reaksi hidrolitik dipengaruhi/dikatalisis oleh gugus hidroksi

(syahputri, 2015; 58 ).

Mikroemulsi dapat didefinisikan sebagai termodinamika stabil, dispersi

isotropik dari dua cairan yang tidak saling tercampur, terdiri dari microdomains

dimana salah satu atau kedua. Distabilkan oleh selaput molekul surfaktan. Definisi

menurut Samuelson dan Lindman menjelaskan bahwa mikroemulsi adalah sebagai

solusi cairan optik yang jelas, isotropik dan termodinamika stabil dari minyak, air

dan ampifil. Mikroemulsi merupakan emulsi transparan yang mengandung tetesan

sangat kecil dengan stabilitas kinetik berumur panjang (syahputri, 2015; 58 ).

Ada batasan tertentu yang harus dipertimbangkan sebelum penggunaan

mikroemulsi dalam bidang farmasi dan sebagai sistim penghantaran obat.

Komponen mikroemulsi, terutama surfaktan dan kosurfaktan harus diterima

secara farmasi dan bio-kompatibel. Toksisitas dapat terjadi pada konsentrasi

surfaktan yang tinggi dan faktor lainnya seperti pemeliharaan stabilitas

termodinamika dalam kisaran suhu antara 0º dan 40ºC, salinitas, tekanan konstan

selama penyimpanan, kapasitas solibilisasi yang rendah untuk obat dengan berat

molekul tinggi (Moechtar, 2017; 54).

Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat. Waktu paro

suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan

terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-


alkali, oksigen, cahaya, kelembapan dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan

rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu

ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua

molekul bertabrakan dalam tabung reaksi (Moechtar, 2017; 54).

Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwa pasien

menerima dosis obat yang diresepkan dan bukan hasil ditemukan degradasi efek

terapi aktif. Farmasi diproduksi bertanggung jawab untuk memastikan ia

merupakan produk yang stabil dipasaran dalam batas-batas tanggal kadaluwarsa.

Apoteker komunitas memerlukan pengetahuan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi stabilitas bahwa ia benar dapat menyimpan obat-obatan, pemilihan

wadah yang tepat untuk mengeluarkan obat tersebut, mengatisipai interaksi ketika

pencampuran beberapa bahan obat, persipan, dan mengkonfirmasi kepada pasien

setiap perubahan yang mungkin terjadi setelah obat yang telah diberikan

(syahputri, 2015; 58 ).

Degredasi kimia kostituen dalam sebuah produk obat sering menyebabkan

kerugian dalam potensi, misalnya hidrolisis cincin b-laktan hasil benzilpenisilin

dalam aktivitas mikroba yang lebih rendah. Dalam contoh beberapa produk

degredasi dari obat mungkin degredasi beracun suatu eksipien dapat menimbulkan

masalah stabilitas fisik atau mikrobiologis. Pada umumnya, reaksi kimia

berlangsung lebih mudalam dalam keadaan cair daripada dalam keadaan padat

sehingga masalah stabilitas serius lebih umum ditemui dalam obat cair (syahputri,

2015; 58 ).

Uji stabilitas dipercepat memberikan cara untuk membandingkan berbagai

pilihan formulasi, bahan kemasan, dan atau proses pembuatan dalam eksperimen

jangka pendek. Setelah formulasi akhir dan proses pembuatan ditetapkan, pabrik

obat dapat segera melakukan serangkaian uji stabilitas dipercepat sehingga


memungkinkan pabrik obat untuk memperkirakan stabilitas produk obat, serta

menentukan masa edar dan kondisi penyimpanan. Uji stabilitas jangka panjang

harus dimulai pada waktu yang sama untuk tujuan pembuktian (syahputri, 2015;

58 ).

Dalam uji stabilitas harus diamati variasi suhu, waktu, kelembapan,

intensitas cahay dan tekanan uap parsial pada produk. Oleh karena itu, suhu

kinetic rata-rata atau suhu kinetic efektif lebih mencerminkan kondisi yang

sebenarnya dibandingkan dengan suhu rata-rat yang di ukur. Untuk beberapa

bentuk sediaan, khususnya bentuk sediaan cair dan semi padat, rancangan

pengujian perlu ditambahkan pada suhu dibawah 0°C, sebagai contoh pada suhu -

10°C sampai -20°C (kondisi beku), siklus beku-cair (sediaan dibekukan dan

dicairkan berulang-ulang, freeze thaw cycles) atau pada rentang suhu 2-8°C

(dalam lemari pendingin). Dalam sediaan tertentu, pengaruh yang ditimbulkan

oleh pemajanan terhadap cahaya perlu diamati (Syahputri, 2015; 60)

Dalam mempertibangkan stabilitas kimia farmasi yaitu untuk mengetahui

urutan reaksi, yang diperoleh secara eksperimental dengan mengukur laju reaksi

sebagai fungsi dari konsentrasi obat merendahkan. Urutan keseluruhan reaksi

adalah jumlah dari eksponen istilah konsentrasi tingkat ekspresi. Urutan

sehubungan dengan tiap reaktan itu eksponen dari istilah konsentrasi individu

dalam tingkat ekspresi (Joshita, 2015; 39).

Jenis-jenis stabilitas yang umum dikenal yaitu; a) stabilitas kimia,

mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensi zat aktif yang tertera pada etiket

dalam batasan spesifikasi; b) stabilitas fisika, mempetahankan sifat fisika awal

dari suatu sediaan (penampilan, kesesuaian, keseragaman, disolusi, desintegrasi,

kekerasan, kemampuan disuspensikan); c) stabilitas mikrobiologi, sterilitas atau

resistensi terhadap pertumbuhan mikroba dipertahankan sesuai dengan


pensyaratan; d) stabilitas terapi, efek terapi tidak berubah selama waktu simpan

(shelf life) sediaan; e) stabilitas toksikologi, tidak terjadi peningkatan toksisitas

yang bermakna selama aktu simpan (tidak terbentuk senyawa epi dan anhidro

dalam suspense tetrasiklin) (Joshita, 2015; 39).

Suatu obat dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi penguraian dari

larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau basa (OH-)

dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut

bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi. Kestabilan dari suatu zat

merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam mebuat formulasi suatu sediaan

farmasi. (Moechtar, 2017; 61)

Penyimpanan obat harus disimpan sehingga terhindari dari pencemaran

dan peruraian, terhindari dari pengaruh udara, panas dan cahaya. Obat yang

mudah menyerap lembab harus disimpan dalam wadah tertutup rapat berisi kapur

tohor. Keadaan kebasahan udara dinyatakan dengan tekanan uap air relative yaitu

perbandingan antara tekanan uap maksimum pada temperature tersebut. Tekanan

uap relative ditentukan dengan hygrometer (Jenkins, 2016; 88).

Beberapa jenis perubahan stabilitas obat atau produk farmasi yang

diperlakukan untuk dipertimbangkan adalah perubahan fisika, kimia, dan

mikrobiologi. Stabilitas fisika meliputi penampilan, konsistensi, warna, aroma,

rasa, kekerasan, kerapuhan, kelarutan, pengendapan, perubahan berat, adanya uap,

bentuk, dan ukuran partikel (Jenkins, 2016; 88).

Stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia

pada sediaan yang dibuat (termasuk eksipien dan sistem kemasan yang digunakan

untuk formulasi sediaan) dan fraksi lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan

cahaya (Joshita, 2015; 39).


B. Uraian bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, 2014; 68)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air murni, air baterai, air suling, pure

water

Berat molekul : 18,02

Rumus molekul : H2O

Rumus struktur :

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai pelarut

Keamanan : Aman digunakan di suhu ruangan, tidak mudah

terbakar

2. Asam sulfat (Dirjen POM, 2014; 58)

Nama resmi : ACIDUM SULFIRICUM

Nama lain : asam sulfat, sulfuric acid, dihidrogen sulfat, asam

baterai, asam elektrolit

Berat molekul : 98,07

Rumus molekul : H2SO4

Rumus struktur :

Pemerian : cairan kental seperti minyak, korosif , tidak berwarna

jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan rasa


panas
Kelarutan : larut dalam air dan etanol 95%

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai pelarut

Keamanan : Menyebabkan iritas pada kulit

3. Etil asetat (Dirjen POM, 2014; 1707 )

Nama resmi : ETHYL ACETAT

Nama lain : etil asetat, ester asetat, eter asetat, asam asetat

Berat molekul : 88,11

Rumus molekul : C4H8O2

Rumus struktur :

Pemerian : larutan jernih, tidak berwarna, mudah menguap bau

yang mirip buah, mudah terbakar

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai pereaksi penentuan kadar

Keamanan : Mudah terbakar dan menyebabkan iritasi

4. Acyclovir (Dirjen POM, 2014; 180)

Nama resmi : ACYCLOVIR

Nama lain : Acyclovir, zovirax, vipral, viporax, zyclir

Berat molekul : 225,21

Rumus molekul : C8H11N5O3

Rumus struktur :

Pemerian : serbuk hablur putih hingga hampir putih melebur pada

suhu lebih dari 250°C disertai peruraian

Kelarutan : larut dalam asam klorida encer, sukar larut dalam


etanol
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sampel

Keamanan : Menyebabkan iritasi


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu beaker glass

(iwaki), blender, batang pengaduk, Erlenmeyer (iwaki), gelas ukur (iwaki), kaca

preparat, kulkas, ph indikator, kuvet, labu tentukur (iwaki), lumpang dan alu,

oven, pipet tetes, sendok tanduk, spatel, spindle, stopwatch, tabung reaksi (iwaki),

viscometer (iwaki).

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu acyclovir

(merck), aluminium foil (merck), asam sulfat (merck), etil asetat (merck), krim

acyclovir(merck) dan kertas perkamen.

B. Cara kerja

1. Uji Organoleptis

Disiapkan alat dan bahan, kemudian diamati warna dan bentuk dari krim

acyclovir serta bau dari krim menggunakan panca indra, setelah itu dicatat hasil

pengamatan.

2. Pengukuran pH

Disiapkan alat dan bahan, kemudian dicelupkan Ph meter dalam krim

acyclovir, setelah itu diamati krim acyclovir dan catat hasilnya.

3. Pengukuran Viskositas

Disiapkan alat dan bahan, kemudian diatur nomor spindle dan kecepatan

putaran pada viscometer Brookfield kemudia dicelupkan ke dalam krim acyclovir.


4. Uji Daya Sebar

Disiapkan alat dan bahan, kemudian diletakkan 1 gram krim acyclovir di

atas kaca preparat. Setelah itu ditutup dengan kaca preparat yang lain, diberikan

bobot atau beban hingga 125 gram, diukur diam dan catat hasil pengamatan

5. Uji Homogenitas

Disiapkan alat dan bahan, kemudian dioelskan 1 gram aciclovir pada kaca

preparat kemudian ditutup dengan deg glass. Seetelah itu diamati pada

permukaannya apakah homogeny atau tidak dan halus merata atau tidak dan

dicatat hasil pengamatan.

6. Uji Kadar Zat Aktif

Disiapkan alat dan bahan kemudian ditimbang acyclovir 7,5 mg, kemudian

dimasukkan dalam corong yang sesuai. Setelah itu ditambahkan 50 ml H2SO4 0,5

N dan 30 ml etil asetat p, kemudian dikocok hingga memisah. Setelah itu

dikumpulkan lapisan air bagian bawah yang jernih kemudian diencerkan

campuran cucian dengan lapisan air dengan H2SO4 0,5 ml hingga 100 ml.

selanjutnya disaring dengan menggunakan kertas saring, dibuang filtrat pertama

dan pipet 10 ml filtrat ke dalam labu tentu ukur 50 ml. setelah itu diukur beberapa

sampel dengan panjang ggelombang maksimum pada 255 nm dengan pipet tetes

alat spektrofotometer UV-VIS, kemudian dihitung jumlah acyclovir (mg).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel pengamatan

tabel 1.1 hasil pengamatan


Setelah
Sebelum
No Jenis Pengujian Penyimpanan
Penyimpanan
Putih, agak lengket,
1. Putih, halus dan harum kaku, harum
Uji organoleptik

4,5 cm
2. Uji daya sebar 4,75 cm
5
3. pH 6
tidak Homogen,
tidak Homogen,
4. Uji homogenitas terdapat butiran
terdapat butiran

B. Perhitungan
1. Pengenceran Asam Sulfat 0,5 M dan 1 M
Dik : M1 = 1 M
M2 = 0,5 M
V2 = 50 ml
Dit : V1?
Penyelesaian :
M1 X V1 = M2 X V2
5 X V1 = 0,5 X 50
1 X V1 = 25
V1 = 25 ML
C. Pembahasan

Stabilitas obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat

yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih tersisa 90% tidak dapat lagi atau

disebut sebagai sub standar waktu diperlukan hinggal tinggal 90% disebut umur

obat (Moechtar, 2017; 54).

Alasan penggunaan asam sulfat dan etil asetat karena acyclovir yang tidak

larut dalam air asam nitrat. Salah satu dari asam mineral adalah asam sulfat

(deviarny, 2012; 73). Alasan penggunaan anak timbangan yaitu agar dapat

menekan sampai hingga dapat dilihat diameter dalam tekstur sediaan (deviarny,

2012; 73).

Alasan penggunaan spindle untuk uji viskositas karena bentuk krim yang

padat semakin kecil dan padat suatu sediaan maka semakin kecil spindle yang

digunakan (triastuti, 2014; 10).

Alasan dilakukannya uji homogenitas adalah untuk mengukur bahwa

sediaan krim yang akan digunakan tidak terdapat butiran-butiran saat digunakan

pada permukaan kulit (triastuti, 2014; 10). Alasan uji daya sebar ialah untuk

mengetahui kelemahan massa krim sehingga dilihat kemudiaan pengolaan sediaan

permukaan kulit (triastuti, 2014; 10). Alasan uji viskositas ialah untuk mengetahui

kekentalan krim sehingga diketahui uji viskositas beberapa basa krim dapat

melekat pada permukaan kulit(triastuti, 2014; 10). Alasan penggunaan ph ialah

untuk mengetahui krim asam asetat tidak akan mengurangu kulit saat digunakan

(triastuti, 2014; 10).

Hasil yang didapatkan yaitu pada uji organoleptik pada krim acyclovir

sebelum penyimpanan yaituh putih, halus dan harum. Setelah penyimpanan putih,

agak kekuningan lengket dan kaku serta berbau harum. Uji daya sebar sebelum
penyimpanan yaitu memiliki diameter ±4,75 cm dan setelah penyimpanan

berdiameter 4,5 cm. pH krim acyclovir sebelum penyimpanan yaitu 6 dan setelah

penyimpanan tetap memiliki pH 5. Uji homogenitas sebelum penyimpanan yaitu

tidak homogen dan terdapat butiran dan setelah penyimpanan juga tetap tidak

homogen dan terdapat butiran.

Dari hasil yang didapatkan, terlihat pada uji organoleptik terjadi sedikit

perubahan, warna dan tekstur yang berubah. Hal ini disebabkan oleh penyimpanan

sampel pada suhu 5°C sehingga sediaan tersebut membeku dan mengakibatkan

perubahan organoleptik. Begitupun pada uji daya sebar, terlihat memiliki diameter

yang tidak jauh dari diameter awal sebelum penyimpanan. Hal ini disebabkan

karena tekstur setelah penyimpanan kaku sehingga daya sebar mengalami

perubahan. Kemudian uji homogenitas menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah

penyimpanan tidak mengalami perubahan. Namun beberapa pengujian tidak

dilakukan control pada sampel setelah penyimpanan sehingga dapat di bandingkan

hasil penyimpanan dan sebelum penyimpanan.

Hubungan dengan dunia farmasi yaitu praktikum berguna untuk evaluasi

sediaan sebelum dipasarkan. Suatu sediaan harus melewati uji stabilitas yang

bertujuan untuk produk sediaan yang dibuat apakah layak digunakan dan tetap

stabil dalam kondisi apapun.

Faktor kesalahan pada praktikum ini yaitu kurangnya alat yang akan

digunakan menyebabkan beberapa uji tidak dapat dilakukan sehingga tidak dapat

dibandingkan hasil penyimpanan dan sebelum penyimpanan.

Ayat yang berhubungan dengan percobaan ini yaitu pada surah Al-maidah

ayat 88 :

٨٨ َ‫ِي أَنتُم بِِۦه ُم ۡؤ ِمنُون‬


ٓ ‫ٱَّللَ ٱلَّذ‬ َ ‫ٱَّللُ َح َٰلَ اٗل‬
َّ ْ‫طيِبا ۚا َوٱتَّقُوا‬ َّ ‫َو ُكلُواْ ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم‬
Terjemahannya :

“Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki

yang halal dan baik dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-

nya”

Dari ayat tersebut dikatakan bahwa makanlah apa yang telah Allah berikan

kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik. Begitupun dengan suatu zat untuk

mengetahui baik atau tidaknya untuk digunakan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu hasil yang didapatkan pada

uji organoleptik sebelum penyimpanan yaitu putih, halus dan harum. Setelah

penyimpanan putih agak kekuningan, lengket dan berbau harum. Uji daya sebar

sebelum penyimpanan memiliki diameter 4,75 cm dan setelah penyimpanan 4,5

cm. uji sifat fisika yaitu sebelum penyimpanan memiliki pH 6 dan setelah

penyimpanan tetap memiliki pH 5. Uji homogenitas sebelum dan sesudah

penyimpanan yaitu homogen dan tidak terdapat butiran.

B. Saran

1. Laboratorium

Sebaiknya alat dan bahan lebih dilengkapi lagi sehingga praktikum dapat

terlaksana dengan baik

2. Asisten

Mohon bimbingan dan arahan dari kakak sehingga praktikum dapat

bermaanfaat untuk kedepannya.


Daftar Pustaka

Deviarny. Uji stabilitas dan analisisnya. Universitas Andalas. Padang. 2012

Dirjen POM. Farmakope Indonesia edisi V. Depkes RI. Jakarta. 2014

Jenkins. Farmasi Fisika. UGM Press : Yogyakarta. 2016

Joshita. Obat-Obat untuk Paramedis. UI Press : Jakarta. 2015

Mahdi Jufri, Effionora Anwar dan Putri Margaining Utami. Uji Stabilitas Sediaan
Mikroemulsi Menggunakan Hidrolisat Pati (DE 35–40) sebagai Stabilizer,
Majalah Ilmu Kefarmasian Departemen Farmasi-FMIPA Universitas
Indonesia. 2017

Moechtar. Farmasi fisika; bagian larutan dan sistem dispersi. Gadjah mada
university press.yogyakarta. 2017

Syahputri, Mimi V dan July Manurung. Pemastian mutu obat. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2015

Triastuti Rahayu. Kualitas VCO Berdasarkan Kadar Protein, Kadar Air dan
Logam Berat (Fe dan Pb) Berbagai Produk VCO (Virgin Coconut Oil),
Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. 2014
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
1. Pengamatan Organoleptik

Alat dan Bahan

Ambil krim acyclovir

Amati warna, tekstur dan aroma

Catat Hasil

2. Pengukuran ph
Alat dan Bahan

Ambil sediaan acyclovir

Disiapkan kertas pH

Amati warna putih indikator

Tentukan pH dari indikator


3. Uji Daya Sebar
Alat dan Bahan

1 gram sediaan diletakkan pada plastic transparan

Tutupi bagian lainnya

Letakkan di kaca preparat bagian atas

Diberikan pemberat 125 gram bagian atasnnya

Ditunggu selama 1 menit

Diukur diameter dari acyclovir


4. Uji Viskositas
Alat dan Bahan

Sediaan acyclovir dimasukkan ke dalam gelas kimia

Viscometer spide 4

Dicukupkan spindel ke dalam sediaan acyclovir

Diatur kecepatan dan viskometer


muncul

Diamati setiap perubahan yang sering


muncul nilainya

Disimpan pada suhu 5°, 35° selama 10 siklus

5. Uji Homogenitas
Alat dan Bahan

1 gram sediaan dan dioleskan di preparat

Tutup dengan dek glass

Diamati basis dan sediaan acyclovir pada


mikroskop

Catat hasil pengamatan


6. Uji Kadar Zat Aktif
Alat dan Bahan

Timbang acyclovir

7,5 mg masukkan ke dalam corong yang sesuai

Tambahkan 50 ml H2SO4 0,5 N dan tambahkan etil asetat p

Kocok hingga memisah

Kumpulkan lapisan air bagian bawah yang jernih

Cuci lapisan organik dengan 20 ml H2SO4 0,5 N diencerkan


campuran cucian dengan lapisan air dengan H2SO4 0,5 ml hingga
100 ml

Disaring dengan kertas saring, buat filtrate pertama dengan pipet 10


ml. filtrate ke dalam labu tentu ukur 50 ml

Diukur beberapa λ max pada 255 mm dengan alert spektrofotometer


UV-VIS

Hitung jumlah mg acyclovir


B. Gambar

1. Uji Organoleptik
LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Penyiapan Krim Acyclovir

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Pengamatan bentuk dan warna


LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Pengamatan bau

2. Uji Pengukuran Ph

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Penyiapan Krim Acyclovir


LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Penyiapan indikator ph

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Pengolesan krim pada indikator ph


3. Uji Daya Sebar

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Penimbangan 1 g krim acyclovir

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Diletakkan di preparat kemudian di tutupdan diberi


beban
LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Diukur diameter

4. Uji Homogenitas

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Penimbangan 1 g krim acyclovir


LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Diletakkan di kaca preparat

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Ditutup dan diberi beban


LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Diamati homogenitas krim

5. Uji Kadar Zat Aktif

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Penimbangan 1,5 g krim acyclovir


LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Corong Pisah

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Pembuatan pereaksi


LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Dimasukkan krim ke corong pisah

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: Ditambahkan pereaksi


LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN UJI STABILITAS

Keterangan: : Dikocok hingga memisah, di hitung kadar


LAPORAN LENGKAPPRAKTIKUM ANALISIS FARMASI
PERCOBAAN UJI STABILITAS KRIM ACYCLOVIR

OLEH:

LABORATORIUM C

NIRMALASARI HUSAIN

JURUSAN FARMASI

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA-GOWA
2019

Anda mungkin juga menyukai