Anda di halaman 1dari 3

Modul I

SKENARIO 1: Stop BABS

Terminologi :

1. STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) :


Pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan dan saniter melalui pemberdayaan
masyarakat dengan cara pemicuan dan memiliki 5 pilar utama, untuk mencegah penyakit
berbasis lingkungan dan melibatkan berbagai elemen masyarakat.
2. RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) :
Perencanaan periode 5 Tahun kedepan, sekarang berlaku RPJMN 3 periode 2015-2018
3. Universal Access 2019 :
Komitmen pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar
4. ODF (Open Defecation Free) :
Kondisi setiap individu tidak bab sembarangan
5. KLB (Kejadian Luar Biasa) :
Meningkatnya suatu kesakitan ataupun kematian disuatu daerah secara masif
6. ISPA (Infeksi Saluran Napas Atas) :
Infeksi pada saluran pernapasan 18 hari dan terjadi pada saluran napas atas

Rumusan masalah

1. Bagaimana pelaksanaan STBM di Indonesia?


2. Apa tujuan dilakukannya STBM?
3. Apa saja [ilar dari STBM dan kenapa difokuskan di pilar 1?
4. Apa saja target dari RPJMN selain universal access 2019?
5. Bagaimana desa/kelurahan dikatakan ODF terverifikasi?
6. Apakah ada hubungan kesehatan lingkungan dengan diare dan dehidrasi berat yang dialami
pasien?
7. Mengapa bisa kasus di daerah tersebut tinggi selain dari faktor lingkungan dan mengapa bisa
meningkat 23% dari bulan lalu hingga sekarang?
8. Bagaimana pengaruh perilaku masyarakat ODF terhadap kesehatan masyarakat?
9. Mengapa penyakit berbasis lingkungan menjadi penyakit terbanyak di puskesmas?
10. Bagaimana pengaruh kesehatan lingkungan thdp ISPA dan penyakit kulit?
11. Apa makna terjadi KLB 1 tahun lalu terhadap lingkungan tsb?
12. Bagaimana hubungan faktor lingkungan terutama entilasi yag tidak diperhatikan dengan
kejadian DBD dan penyakit lainnya?
13. Mengapa dibutuhkan dukungan dari semua sektor untuk melaksanakan STBM?
14. Bagaimana upaya pencegahan penyakit tersebut dan apa peraturan perundang-undangan yang
berlaku terhadap lingkungan

Hipotesis
1. Pilar 1 adalah Stop BABS karena buang air besar sembarangan merupakan rantai menjaga
sanitasi air bersih, pelaksanaan STBM di Indonesia dilakukan dengan peicuan berupa edukasi
dan menambahkan elemen-elemen higienitas dengan menyediakan jamban di desanya
2. Pelaksanaan, tidak sosialisasi tapi dengan cara bagiamana masyarakat menyadari bahwa
lingkungan kotor , pemetaan , dihitung total kotoran yang dihasilkan, jalan kaki transek
comunity lead total sanitasi untuk membuat masyarakat sadar akan buruknya sanitasi
3. Pilar stbm a. Stop BABS, b. Cuci tangan mengunakan sabun, d. Pengamanan sampah rumah
tangga, e. Pengamanan limbah cair rumah tangga. Pilar 1 merupakan kunci dari pilar lainnya.
4. RPJM mengatur semua pembangunan termasuk kesehatan diatur selain dari universal access
2019.
5. 100% masyarakat memiliki akses jamban sendiri dan tidak ada kotoran manusia di sekitar
masyarakat tidak ada bau diakibatkan dari pembuangan tinja sembarangan, peningatan kualitas
jamban, mekanisme monitoring agar tercapai 100% masyarakat memiliki jamban sehat
6. Ada hubungannya dengan faktor lingkungan. Diare  air tidak masak atau air tidak bersih
karena tidak diolah sebelumnya. Dehidrasi berat  faktor pekerja berat dan kurang minum,
karena diare menyebabkan dehidrasi. Berkaitan dengan sanitasi dasar, kepemilikan jamban
sendiri dan sumber air diperbaiki.
7. Faktor lingkungan, faktor pendidikan (kurang teredukasi dari mana yang sehat dan mana yang
tidak), faktor sosial ekonomi (pengetahuan tentang sanitasi kurang), faktor makanan dan
minuman (air minum, mandi, mencuci sama jadi menambahkan faktor diare). Faktor
pemerintahan, bagaimana pemerintah menangani hal tersebut dan bagaimana ada atau
tidaknya pelayanan kesehatan. Faktor budaya dan kepadatan rumah
8. .
9. Tergantung lingkungan puskesmas tersebut. Berkaitan dengan 5 pilar STBM dan untuk penyakit
ISPA berkaitan dengan pilar IV yaitu bagaimana masyarakat menangani sampah sendiri.
screening cacingan di puskesmas karena kemungkinan terdapat juga penyakit cacingan
10. Penyakit ISPA sering terjadi pada lingkungan padat penduduk.
11. KLB 1 tahun lalu, masyarakat belum mengerti 1 tahun yang lalu dengan penyakit DBD (genangan
air yang kurang bersih), reemerging disease  kewaspadaan terhadap lingkungan dan emerging
disease (penyakit sal. napas) dan meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD
12. Pengelolaan sampah 3M+, menguras, menutup, mengubur sampah untuk mengelola sampah
dengan baik agar nyamuk Aedes aegpyt tidak berkembang biak di lingkungan sekitar. Untuk
ventilasi rumah menyesuaikan kondisi lingkungan (memakai jaring-jaring nyamuk di setiap
rumah apalagi dengan faktor risiko yang tinggi )
13. Dengan adanya semua sektor dapat mencegah dan mendukung target RPJN, peran pemerintah
dapat mendukung perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat (awalnya terpaksa lalu
terbiasa)
14. Pencegahan (DBD) program rumah antik (rumah anti jentik), diajak anak-anak untuk menuliskan
di rumah tersebut dimana ada air yang tergenang (kecuali pada tempat-tempat yang biasa
tergenan seperti dispenser, toilet) dan memeriksa ada tidaknya jentik-jentik lalu di follow up dan
diberikan penghargaan untuk rumah yang bersih dari nyamuk DBD. Pencegahan dimulai dari
dalam dengan menjaga imunitas warga terhadap penyakit, menjaga kebersihan perorangan dan
perlu dilakukan tindakan preventif pada masyarakat.
Undang-undang no. 26 tahun 2007, no. 16 tahun 2008, no 32 tahun 2009,
PP no 27 tahun 1999 analisis dampak lingkungan, no 82 tahun 2001, no 27 tahun 2012

Learning Objectives :

1. M3 penyakit berbasis Lingkungan (promotif , preventif, rehabilitatif ,kuratif)


2. M3 sanitasi dasar (standar lingkungan)
3. M3 upaya pemerintah dalam kesehatan lingkungan dan peraturan undang-undang yang
mengatur

Anda mungkin juga menyukai