Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Palliative Care adalah suatu perawatan kesehatan terpadu yang
menyeluruh dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya
adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya,
meningkatkan kualitas hidupnya, dan juga memberikan support kepada
keluarganya. Dari definisi tersebut didapatkan bahwasannya salah satu tujuan
dasar dari palliative care adalah mengurangi penderitaan pasien yang termasuk
didalamnya adalah menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien tersebut.
Terdapat banyak alasan mengapa pasien dengan penyakit stadium lanjut
tidak mendapatkan perawatan yang memadai, namun semua alasan itu pada
akhirnya berakar pada konsep terapi yang eksklusif dalam menyembuhkan
penyakit daripada meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan.
Itulah mengapa, seringkali keputusan untuk mengambil tindakan paliatif baru
dilakukan setelah segala usaha penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif.
Padahal seharusnya, palliative care dilakukan secara integral dengan
perawatan kuratif dan rehabilitasi baik pada fase dini maupun lanjut.
Seiring dengan berkembangnya bidang ilmu ini, ruang lingkup dari
palliative care yang dulunya hanya terfokus pada memberikan kenyamanan
bagi penderita, sekarang telah meluas menjadi perawatan holistik yang
mencakup aspek fisik, sosial, psikologis, dan spiritual. Perubahan perspektif
ini dikarenakan semakin hari semakin banyak pasien yang menderita penyakit
kronis sehingga tuntutan untuk suatu perkembangan adalah mutlak adanya.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis membuat makalah tentang
Palliative Care untuk mengulas materi tersebut lebih dalam.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian perawatan paliatif
2. Prinsip dasar keperawatan paliatif (WHO)
3. Tujuan perawatan Paliatif

1
4. Peran perawat dalam perawatan paliatif
5. Tim perawatan paliatif
6. Model keperawatan paliatif
7. Lingkup kegiatan keperawatan paliatif
8. Aspek medikolegal dalam perawatan paliatif
9. Tempat dan organisasi perawatan paliatif
10. Kriteria dan kompetensi perawat paliatif
11. Klasifikasi keperawatan paliatif
12. Komunikasi dalam keperawatan paliatif

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian perawatan paliatif
2. Untuk mengetahui prinsip dasar keperawatan paliatif
3. Untuk mengetahui tujuan perawatan paliatif
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam perawatan paliatif
5. Untuk mengetahui tim perawatan paliatif
6. Untuk mengetahui model keperawatan paliatif
7. Untuk mengetahui lingkup kegiatan keperawatan paliatif
8. Untuk mengetahui aspek medikolegal dalam perawatan paliatif
9. Untuk mengetahui tempat dan organisasi perawatan paliatif
10. Untuk mengetahui kriteria dan kompetensi perawat paliatif
11. Untuk mengetahui klasifikasi keperawatan paliatif
12. Untuk mengetahui komunikasi dalam keperawatan paliatif

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keperawatan Paliatif


Kata paliatif berasal dari bahasa Latin "pallium" yang berarti
mantel. Sedangkan dalam bahasa lnggris "to palliate" berarti mengurangi
penderitaan atau memberikan kenyamanan.
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang
tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial
dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002).
Perawatan Paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan
beban penderita terutama yang tidak dapat disembuhkan. Tindakan aktif
yang dimaksud ialah antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan
lain, serta perbaikan dalam bidang psikologis, sosial dan spiritual. Tidak
saja diberikan kepada penderita yang tidak dapat disembuhkan tetapi
juga penderita yang mempunyai harapan untuk sembuh bersama-sama
dengan tindakan kuratif. (Depkes-Pedoman Kanker Terpadu Paripurna,
1991).
B. Prinsip Dasar Keperawatan Paliatif (WHO)
Prinsip dasar perawatan paliatif adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian adalah proses
yang wajar.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri serta keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan aspek psiko sosio dan spiritual":.
5. Mengusahakan agar pasien tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa dukacita.

3
C. Tujuan Perawatan Paliatif
Tujuan perawatan paliatif ialah meringankan atau menghilangkan rasa
nyeri dan keluhan lain, perbaikan aspek psikologis, sosial dan spiritual
agar tercapai kualitas hidup maksimal bagi pasien kanker stadium lanjut
dan keluarganya. Tindakan paliatif ini harus dapat membantu pasien untuk
dapat mempertahankan secara maksimal kemampuan fisik, emosi,
spiritual, pekerjaan, dan sosial yang diakibatkan baik oleh kanker maupun
akibat tindakan.
Indikator tercapainya tujuan perawatan paliatif:
1. Aspek fisik : keluhan fisik berkurang.
2. Aspek psikologi: keamanan psikologis, kebahagiaan meningkat
dan pasien dapat menerima penyakitnya.
3. Aspek sosial : Hubungan interpersonal tetap terjaga dan masalah
sosiallain dapat diatasi.
4. Aspek spiritual : Tercapainya arti kehidupan yang bernilai bagi
pasien dan keluarga dalam menjalankan kehidupan rohani yang
positif serta dapat menjalankan ibadah sampai akhir hayatnya.
D. Peran Perawat dalam Perawatan paliatif
1. Dapat menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
2. Menetapkan prioritas asuhan keperawatan, mengelola waktu secara
efektif dan saran-saran untuk meningkatkan kualitas hidup.
3. Sebagai nara sumber / konselor bagi pasien, keluarga dan
komunitas dalam menghadapi perubahan kesehatan,
ketidakmampuan dan kematian.
4. Sebagai komunikator yang terapeutik dan pendengar yang baik
dalam memberikan dukungan dan perhatian.
5. Membantu pasien tetap independen sesuai kemampuan mereka
sehingga kenyamanan terpenuhi, serta meningkatkan mutu hidup
E. Tim Keperawatan Paliatif
Pelaksanaan perawatan paliatif di lapangan dilakukan dengan pendekatan
tim yang terdiri dari berbagai disiplin profesi. Anggota tim perawatan

4
palitif terdiri dari profesi kedokteran dengan berbagai macam spesialiso:,
dokter umum, profesi keperawatan, fisioterapis, okupasi terapis, pekerja
social medis, ahli gizi, psikolog, ahli agama, relawan dan pelaku rawat
(care giver) dari anggota keluarga. Masing-masing profesi mempunyai
peran dan tanggungjawab yang berbeda satu sama lain, sesuai dengan
dasar keilmuan dari masing-masing anggota tim dan kebutuhan yang
bersifat holistik dari setiap pasien.
F. Model Keperawatan Paliatif
Perawatan paliatif dapat dilaksanakan di rumah sakit, di rumah atau di
hospis.
1. Perawatan paliatif di rumah sakit (Hospice Hospital Care)
Unit ini berada didalam rumah sakit dan merupakan suatu unit
tersendiri dalam struktur organisasi rumah sakit. Keuntungan
model ini adalah dapat dengan mudah mempergunakan fasilitas
rumah sakit dalam mengatasi masalah-masalah yang sulit di
lapangan, baik untuk tindakan medis, tindakan keperawatan,
maupun tindakan penunjang lainnya. Di rumah sakit pasien bisa di
rawat di poliklinik, dirawat singkat (one day care) atau dirawat
inap. Lokasi perawatan pasien paliatif di rumah sakit ada yang
diruangan tersendiri, khusus ruangan perawatan paliatif atau
digabungkan dengan pasien biasa yang masih dalam tahap
pengobatan kuratif.
2. Hospis (Hospice)
Adakalanya pasien dalam keadaan tidak memerlukan pengawasan
ketat atau tindakan khusus lagi, tetapi belum dapat dirawat dirumah
karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan., pasien
kemudian dirawat di suatu tempat khusus (hospis) yang berada di
luar lingkungan rumah sakit. Unit perawatan ini bisa berada di
dalam lingkungan rumah sakit atau di luar lingkungan rumah sakit
yang pengelolaannya di luar struktur rumah sakit. Bentuk layanan
Hospice ini belum ada di Indonesia.

5
3. Pelayanan paliatif di rumah (Hospice Home Care)
Perawatan di rumah merupakan kelanjutan perawatan di rumah
sakit. Pada perawatan paliatif di rumah, keluarga mempunyai
peran yang lebih menonjol. Sebagian besar tindakan perawatan
dilaksanakan oleh keluarga. Sebelum pasien dibawa pulang, perlu
dipertimbangkan apakah pasien memang sudah layak dirawat di
rumah dan apakah keluarga (pelaku rawat ) sudah mampu
merawat pasien di rumah. Apabila keluarga belum mampu
merawat pasien, pelaku rawat perlu mendapat pelatihan dari
perawat untuk melaksanakan perawatan di rumah.
Tim paliatif akan mengunjungi pasien disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan adat istiadat serta kondisi setempat.
Konsultasi juga dapat dilakukan melalui telepon atau sarana
komunikasi lain setiap saat.
G. Lingkup Kegiatan Keperawatan Paliatif (Depkes, 2007)
1. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
a. Penatalaksanaan nyeri.
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan
kunjungan/rawat rumah.
H. Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatif
1. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif.
a. Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan
perawatan paliatif melalui komunikasi yang intensif dan
berkesinambungan antara tim perawatan paliatif dengan pasien dan
keluarganya.

6
b. Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan
kedokteran pada dasarnya dilakukan sebagaimana telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
c. Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang
membutuhkan informedconsent, tetapi pada perawatan paliatif
sebaiknya setiap tindakan yang berisiko dilakukaninformed
consent.
d. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan
pasien sendiri apabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota
keluarga terdekatnya. Waktu yang cukup agar diberikan kepada
pasien untuk berkomunikasi dengan keluarga terdekatnya. Dalam
hal pasien telah tidak kompeten, maka keluarga terdekatnya
melakukannya atas nama pasien.
e. Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk
memperoleh pesan atau pernyataan pasien pada saat ia sedang
kompeten tentang apa yang harus atau boleh atau tidak boleh
dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya kemudian menurun
(advanced directive). Pesan dapat memuat secara eksplisit tindakan
apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, atau dapat pula hanya
menunjuk seseorang yang nantinya akan mewakilinya dalam
membuat keputusan pada saat ia tidak kompeten. Pernyataan
tersebut dibuat tertulis dan akan dijadikan panduan utama bagi tim
perawatan paliatif.
f. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim
perawatan paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang
diperlukan, dan informasi dapat diberikan padakesempatan
pertama.
2. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif
a. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi
dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan
paliatif.

7
b. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat
pasien memasuki ataumemulai perawatan paliatif.
c. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki
resusitasi, sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk
membuat keputusan telah dipahaminya. Keputusan tersebutdapat
diberikan dalam bentuk pesan (advanced directive) atau dalam
informed consentmenjelang ia kehilangan kompetensinya.
d. Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat
keputusan tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam
advanced directive tertulis. Namun demikian, dalam keadaan
tertentudan atas pertimbangan tertentu yang layak dan patut,
permintaan tertulis oleh seluruh anggotakeluarga terdekat dapat
dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
e. Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak
melakukan resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini,
yaitu apabila pasien berada dalam tahap terminal dantindakan
resusitasi diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki
kualitas hidupnyaberdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.
3. Perawatan pasien paliatif di ICU
a. Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku sebagaimana diuraikan di
atas.
b. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus
mengikuti pedoman penentuan kematian batang otak dan
penghentian peralatan life-supporting.
4. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif
a. Tim Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan kewenangan yang
diberikan oleh Pimpinan RumahSakit, termasuk pada saat
melakukan perawatan di rumah pasien.
b. Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan
oleh tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan yang
memperhatikan keselamatan pasien tindakan-tindakan

8
tertentudapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis
yang terlatih. Komunikasi antarapelaksana dengan pembuat
kebijakan harus dipelihara.
I. Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif
Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah:
a. Rumah sakit : Untuk pasien yang harus mendapatkan
perawatan yang memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus
atau peralatan khusus.
b. Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat
jalan.
c. Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak
memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan
khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih
memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
d. Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan
ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan
perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga.
Organisasi perawatan paliatif, menurut tempat pelayanan/sarana
kesehatannya adalah :
1. Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
2. Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C
dan kelas B non pendidikan.
3. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B
Pendidikan dan kelas A.
4. Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan
melibatkan semua unsur terkait
J. Kriteria dan Kompetensi Perawat paliatif
1. Kriteria Perawat Paliatif
a. Pendidikan minimal D3 Keperawatan.
b. Memiliki pengalaman klinik minimal 3 tahun.
c. Telah mengikuti pelatihan perawatan paliatif terakreditasi.
2. Kompetensi Perawat Paliatif

9
Perawat Paliatif harus mampu :
a. Mengidentifikasi faktor multidimensi yang mempengaruhi
nyeri dan gejala lain:
1) Memahami patofisiologi nyeri dan gejala lain.
2) Mengenali keunikan pengalaman nyeri dan gejala lain.
3) Membantu mengatasi nyeri dan gejala lain dengan tepat.
b. Mengkaji gangguan yang sering ditemukan pada sistem tubuh
1) Sistem kardiopulmonal: sesak, batuk, hemaptoe,
cegukan, palpitasi.
2) Sistem pencernaan: stomatitis, mual, muntah,
anoreksia, gangguan menelan, konstipasi, diare, asites,
kembung.
3) Sistem Perkemihan: inkontinensia, hematuria, anuria,
poliuria.
4) Sistem reproduksi: perdarahan per-vaginam, cairan pervag
nam, gangguan fungsi seksual.
5) Sistem neurology: kelemahan, kelumpuhan, kejang.
6) Keluhan umum: kakheksia, lemah, gangguan tidur,
anemia, dehidrasi, demam.
7) Sistem integument: luka dan gangguan kulit lain
c. Mengkaji aspek psiko, sosio, spiritual: cemas, takut, marah,
depresi, kehilangan, peran dan fungsi dalam keluarga, masalah
keuangan, kemampuan meJakukan ibadah
d. Melakukan pelayanan spesifik pada keperawatan paliatif:
1) Memberikan obat pengurang rasa sakit sesuai dengan
program terapi (mis: paracetamol).
2) Mempunyai pengetahuan tentang efek samping penggunaan
obat nyeri
3) Memberikan pendidikan dan latihan teknik relaksasi dan
latihan nafas dalam.
4) Memberikan terapi keperawatan: pemijatan pada area sekita
daerah yang nyeri.

10
5) Memberikan terapi komplementer: (mis: terapi raiki pada titi
k nyeri).
6) Memberikan kumur cairan ekstrak daun sirih (atau cairan
kumur lainnya) untuk meminimalkan nyeri mulut akibat sto
matitis dan untuk membersihkan luka.
7) Mengatur kebutuhan peralatan medis dan keperawatan yang
dibutuhkan pasien selama dirawat di rumah
e. Mengkaji dan memonitor keinginan keluarga, kemampuan dan
ketersediaan waktu dalam memberikan dukungan kepada
pasien.
f. Mengkaji dan merespon lingkungan pasien yang beresik.
g. Mengkoordinasikan rujukan pasien ke institusi pelayanan keseh
atan lain.
h. Menginisiasi dan berpartisipasi pada diskusi kasus
i. Melindungi pasien dan keluarga dari bahaya yang mung kin
terjadi seperti alat suntik dan obat-obatan kadaluarsa
j. Melakukan pendidikan kesehatan tentang Pelayanan
k. Keperawatan Paliatif
l. Mengkaji kesiapan keluarga menghadapi pasien yang akan
meninggal.
m. Meningkatkan profesionalisme dalam praktik Keperawatan
Paliatif :
1) Meningkatkan dan menjaga citra Keperawatan Paliatif
yang profesional.
2) Berkontribusi untuk pengembangan praktikKeperawatan
Paliatif.
3) Bertindak sebagai contoh atau model perawat paliatif
yang efektif
n. Mengelola asuhan keperawatan paliatif :
1) Mendokumantasikan asuhan keperawatan
2) Mengevaluasi mutu praktik Keperawatan Paliatif.
3) Berpartisipasi dalam peningkatan mutu dan prosedur

11
jaminan mutu praktik Keperawatan Paliatif
o. Mengembangkan diri di bidang Keperawatan Paliatif sebagai
wujud tanggung jawab profesi
K. Klasifikasi keperawatan paliatif
Palliative care / perawatan (terapi) paliatif terbagi menjadi beberapa
macam diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Palliative Care Religius
Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi
religious sangat penting dalam memberikan palliative care.
Kurangnya pemenuhan kehidupan beragama, menimbulkan masalah
pada saat terapi. Pengetahuan dasar dari masing-masing agama sangat
membantu dalam mengembangkan palliative care.
Terkadang palliative care spiritual sering disamakan dengan terapi
paliatif religious. Palliative care spiritual bisa ditujukan kepada pasien
yang banyak meyakini akan adanya Tuhan tanpa mengalami ritual
suatu agama dan bisa juga sebagai terapinreligius dimana selain
meyakini ritual agama memiliki tata cara beribadah dalam suatu
agama.
Dalam agama islam perawatan paliatif yang bisa diterapkan adalah :
a) Doa dan dzikir
b) Optimisme
c) Sedekah
d) Shalat Tahajud
e) Puasa
2. Terapi Paliatif Radiasi
Terapi paliatif radiasi merupakan salah satu metode pengobatan
dengan menggunakan radiasi / sinar untuk mematikan sel kanker yang
akan membantu pencegahan terhadap terjadinya kekambuhan. Terapi
radiasi dapat diberikan melalui dua cara. Pertama dengan
menggunakan cara radiasi eksterna, dan kedua dengan brakiterapi.
Radiasi eksterna adalah suatu teknik radiasi dimana sumber radiasi
berada di luar tubuh pasien. Radiasi ini menggunakan suatu mesin

12
yang mengeluarkan radiasi yang ditujukan kea rah sel kanker.
Brakiterapi adalah suatu teknik radiasi dimana sumber radiasi
diletakkan di dalam tubuh pasien dekat dengan sel kanker tersebut.
Peran radioterapi pada palliative care terutama adalah untuk
mengatasi nyeri, yaitu nyeri yang disebabkan oleh infiltrasi tumor
local.
3. Terapi Paliatif Kemoterapi
Pemakaian kemoterapi pada stadium paliatif adalah untuk
memperkecil masa tumor dan kanker dan untuk mengurangi nyeri,
terutama pada tumor yang kemosensitif. Beberapa jenis kanker yang
sensitive terhadap kemoterapi dan mampu menghilangkan nyeri pada
lymphoma. Myeloma, leukemia, dan kanker tentis.Pertimbangan
pemakaian kemoterapi paliatif harus benar-benar dipertimbangkan
dengan menilai dan mengkaji efek positif yang diperoleh dari
berbagai aspek untuk kepentingan pasien.
4. Pembedahan
Tindakan pembedahan pada perawatan paliatif bermanfaat untuk
mengurangi nyeri dan menghilangkan gangguan fungsi organ tubuh
akibat desakan massa tumor / metastasis. Pada umumnya pembedahan
yang dilakukan adalah bedah ortopedi / bedah untuk mengatasi
obstruksi visceral. Salah satu contoh tindakan pembedahan pada
stadium paliatif adalah fiksasi interna pada fraktur patologis / fraktur
limpeding / tulang panjang.
5. Terapi Musik
Alunan musik dapat mempercepat pemulihan penderita stroke,
demikian hasil riset yang dilakukan di Finlandia. Penderita stroke yang
rajin mendengarkan music setiap hari, menurut hasil riset itu ternyata
mengalami Peningkatan pada ingatan verbalnya dan memiliki mood
yang lebih baik dari pada penderita yang tidak menikmati musik.
Musik memang telah lama digunakan sebagai salah satu terapi
kesehatan, penelitian di Finlandia yang dimuat dalam Jurnal Brain itu
adalah riset pertama yang membuktikan efeknya pada manusia.

13
Temuan ini adalah bukti pertama bahwa mendengarkan music pada
tahap awal pasca stroke dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif
dan mencegah munculnya perasaan negative.
6. Psikoterapi
Gangguan citra diri yang berkaitan dengan dampak perubahan citra
fisik, harga diri dengan citra fungsi sosial, fungsi fisiologis, dan
sebagainya dapat dicegah / dikurangi dengan melakukan penanganan
antisipatorik yang memadai. Tetapi hal ini belum dapat dilaksanakan
secara optimal karena kondisi kerja yang belum memungkinkan.
7. Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran,
perasaan, dan perilaku. Hipnoterapi bisa bermanfaat dalam menerapi
banyak gangguan psikologis-organis seperti hysteria, stress, fobia
(ketakutan terhadap benda-benda tertentu atau keadaan tertentu),
gangguan kecemasan, depresi, perilaku merokok, dan lain-lain.
L. Komunikasi Dalam Keperawatan Paliatif
Komponen berkomunikasi dengan pasien paliatif ada 5 konteks, yaitu
pengaturan ruang, bahasa tubuh, kontak mata, sentuhan, memulai
pembicaraan (Emanuel dan Librach, 2007).
Komunikasi dibagi menjadi 2 bagian komunikasi verbal dan non verbal
(Lestari, 2010).
a. Komunikasi verbal
1) Masalah teknik
Seberapa akurat komunikasi tersebut dapat mengirimkan symbol
dari komunikasi.
2) Masalah semantik
Seberapa tepat symbol dalam mengirimkan pesan yang dimaksud.
3) Masalah pengaruh
Seberapa efektif arti yang diterima mempengaruhi tingkah laku.
b. Komunikasi non verbal

14
Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak melibatkan
bicara dan tulisan.
Adapun tujuan komunikasi non verbal (Stuart and Sundeen, 1995
dalam Lestari, 2010) adalah:
1) Mengekpresikan emosi
2) Mengekspresikan tingkah laku interpersonal
3) Membangun, mengembangkan dan memelihara interaksi sosial
4) Menunjukkan diri terlibat dalam ritual
5) Mendukung komunikasi verbal
Komunikasi non verbal terdiri dari:
1) Kinesics
Ekpresi muka, gesture (gerak, isyarat, sikap), gerakan tubuh dan
postur, gerak mata atau kontak mata.
2) Paralanguage
Kualitas suara: irama, volume, kejernihan
3) Proxemics
a) Jarak intim (sampai dengan 18 inchi)
b) Jarak personal (18 inchi-4 kaki) untuk seorang yang dikenal
c) Jarak social ( 4 kaki-12 kaki) untuk interaksi mengenai suatu
urusan tetapi bukan orang khusus/tertentu
d) Jarak publik (lebih dari 12 kaki) untuk pembicaraan formal
4) Sentuhan
5) Cultural artifact
Hal-hal yang ada dalam interaksi seseorang dengan orang lain yang
mungkin bertindak sebagai rangsang non verbal, misalnya: baju,
kosmetik, parfum/bau, perhiasan, kacamata dan lain-lain.
6) Gaya berjalan
7) Penampilan fisik umum

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan
lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang
kehilangan/berduka. Palliative care ini bertujuan mengurangi rasa sakit dan
gejala tidak nyaman lainnya, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan
pengaruh positif selama sakit, membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai
saat meninggalnya, menjawab kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk
dukungan disaat-saat sedih dan kehilangan, dan membantu keluarga agar
tabah selama pasien sakit serta disaat sedih. Klasifikasi palliative ada beberapa
macam yaitu religious, music, kemoterapi, hipnoterapi, dan lain-lain.

B. Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
secara spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien
dengan menerima klien apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan
melalui duduk bersama klien yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak
disukai klien, dan menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan
pengalaman tertentu, memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ferrell, B.R. & Coyle, N. (2010). Oxford Textbook of palliative nursing


3nd ed. New York : Oxford University Press Nugroho, Agung.(2011).Perawatan
Paliatif Pasien Hiv/ Aids.

http://www.healthefoundation.eu/blobs/hiv/73758/2011/27/palliative_care.

Kemenkes RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik


IndonesiaNomor : 812/Menkes/Sk/Vii/2007. Tentang Kebijakan Perawatan
Paliatif Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Di akses pada 17 Januari 2019.

http://spiritia.or.id/Dok/skmenkes812707.pdf .Diakses Pada tanggal 17 Januari


2019

17

Anda mungkin juga menyukai