Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kedokteran gigi, replika dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga
mulut digunakan untuk diagnosis dan membuat rencana perawatan. Replika ini
disebut model studi, casts atau die. Masing-masing replika ini memiliki tujuan
khusus dalam praktik kedokteran gigi. Model studi digunakan untuk mengamati
struktur jaringan lunak dan jaringan keras rongga mulut. Sebagai contoh, ahli
ortodontis menggunakan model studi untuk gigi yang crowded atau perkembangan
crowded pasien.1 Model studi juga bisa digunakan dalam kedokteran gigi untuk alat
komunikasi dengan teknisi laboratorium dental.2
Cast adalah sebuah model kerja. Cast digunakan sebagai retainer dalam bidang
ortodontik, dan casts dari ridge pada pasien edentulous digunakan untuk membuat
gigi tiruan. Die adalah replika akurat dari satu gigi dan umumnya digunakan untuk
itu membuat mahkota logam atau inlay.1
Keakuratan model tergantung pada keakuratan cetakan, dan segala kerusakan
yang ada dalam cetakan tersebut tercetak dalam model. Namun, keakuratan model
juga tergantung pada bahan yang digunakan untuk menuangkan cetakan.
Kemampuan material untuk mengalir ke detail cetakan dan ekspansi atau kontraksi
selama setting adalah dua sifat yang mempengaruhi akurasi model. Dua bahan yang
paling umum digunakan adalah bahan gipsum dan bahan epoksi. Sejauh ini, gipsum
merupakan bahan paling umum. Tidak semua bahan bisa dituangkan ke semua
bahan cetakan.1 Pada makalah ini, kami akan membahas mengenai bahan yang
digunakan untuk pembuatan model dan die.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kualitas dan tipe bahan yang digunakan sebagai bahan
pembuatan model dan die
2. Bagaimana sifat fisik dan kimia, properti, dan manipulasi gips?
3. Apa yang dimaksud dengan bahan cetak epoksi?

1
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui kualitas dan tipe bahan yang digunakan sebagai bahan
pembuatan model dan die?
2. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia, properti, dan manipulasi gips?
3. Untuk mengetahui definisi bahan cetak epoksi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kualitas dan Jenis Bahan yang digunakan untuk Membuat Model, Cetakan atau
Die
Bahan yang digunakan untuk membuat model, cetakan atau die harus
memiliki kualitas yang baik. Kualitas-kualitas ini adalah keakuratan, stabilitas
dimensi, kekuatan dan ketahanan terhadap abrasi, kemudahan adaptasi terhadap
impresi, warna, keamanan, dan lainnya. Sebagian besar, kualitas bahan tergantung
pada penggunaannya. Sebagai contoh, dokter gigi tidak memerlukan akurasi
dimensi yang sama untuk model studi. Berbeda dengan die, die harus akurat secara
dimensi karena die digunakan untuk membuat mahkota atau inlay presisi.1
Berdasarkan kualitas bahan, akurasi dan stabilitas dimensi sangat penting
karena model, gips, dan die harus mencetak struktur intraoral secara akurat dan
harus dengan ukuran yang sama. Kekuatan dan ketahanan abrasi diperlukan untuk
die, di mana pola wax restorasi dibuat pada die, dan die tidak boleh aus meskipun
bergeser. Warna bahan penting untuk memberikan kontras ketika menuangkan
cetakan. Dua bahan yang paling umum digunakan untuk menuangkan cetakan
adalah bahan gipsum dan bahan epoksi. Sejauh ini, gipsum merupakan bahan yang
paling umum digunakan. Tidak semua bahan bisa dituangkan ke semua bahan
cetakan.1
Masalah dari kompaktibilitas dari bahan cetakan bisa signifikan, tapi itu
adalah masalah utama untuk bahan epoksi. Seperti yang ditunjukkan Tabel 2.1,
produk gipsum hampir bisa dituangkan ke dalam semua bahan cetakan. Epoksi
kompatibel dengan sebagian besar bahan cetakan elastomer, tetapi tidak dapat
digunakan dengan alginat atau bahan cetak agar. 1

3
Tabel 2.1 Kompabilitas bahan cetak dan bahan die
Tabel 2.2 menunjukkan kelebihan dan kekurangan utama dari masing-
masing bahan model. Untuk sebagian besar pengaplikasiannya, bahan gipsum
mudah digunakan dengan kompatibilitas bahan cetak yang sangat baik. Namun,
mudah terabrasi selama manipulasi. Bahan epoksi memiliki kompatibilitas yang
sebanding dengan bahan cetakan dan memiliki ketahanan abrasi yang baik, tetapi
sebagian besar lambat setting. Saat mahkota digital dan bridge atau cetakan
ortodontik dibuat, model plastik dapat dicetak menggunakan stereolithography atau
pencetakan 3-D. Dengan demikian, masing-masing jenis bahan memiliki kelebihan
dan kekurangan, dan bahan yang tepat harus dipilih untuk masing-masing aplikasi
dan untuk pengaplikasiannya harus dipilih bahan-bahan yang tepat.1

Tabel 2.2 Perbedaan Gipsum dan Epoksi

4
2.2 Gips
Dari semua bahan model, bahan gipsum adalah bahan yang paling umum di
gunakan. Lima jenis produk gipsum tersedia di Kedokteran gigi yaitu:
(1)impression plester; (2)model plester; (3)dental stone; (4)dental stone high
strength low expansion (juga disebut die stone); dan (5)dental stone high strength
high expansion. Gips tipe 1 adalah gips yang paling lemah dari tipe gips lainnya,
menghasilkan detail yg kurang, setting time cepat, dan biasanya berwarna putih.3,4
Gips tipe 2 lebih lemah dari dental stone, lebih kuat dari model tipe 1 atau plaster
laboratorium, dan juga berwarna putih.4 Gips Tipe 3 lebih kuat dan lebih mahal dari
plester,mudah dipangkas,berwarna putih.3,4 Gips tipe 4 sangat kuat, sangat keras,
lebih mahal, lebih kuat dan lebih padat dari tipe 1, 2, dan 3; biasanya tersedia dalam
warna mawar, peach, atau biru muda.3,4 Gips tipe 5 memiliki kekuatan compressive
dan ekspansi yang lebih tinggi dari stone high strength ,ekspansi optimal untuk
pembuatan die, mahkota, dan jembatan;sangat halus dan mengalir dengan mudah
selama vibrasi3,4 Setiap jenis gipsum memiliki fungsinya sendiri. Impression plester
digunakan terutama untuk memasang gips pada artikulator dan sebagai cetakan
terakhir dalam pembuatan gigi tiruan lengkap dan gigi yang edentulous.1,5 Model
plester digunakan untuk model studi dan dalam proses flasking5,6. Model plester
tidak dapat digunakan dengan plester ortodontik, yang merupakan campuran dari
model plester dan dental stone. Model plester dalam hal waktu setting telah
dipersingkat menjadi 3 hingga 5 menit dan perubahan dimensi pada setting
berkurang menjadi 0,06 %.1 Dental stone digunakan untuk membuat model kerja
untuk tujuan diagnostik dan model untuk gigi tiruan lengkap dan sebagian yang
membutuhkan kekuatan yang lebih tinggi dan tingkat kekerasan yang lebih dari
dental plaster.3 Dental stone high strength digunakan dalam proses pabrikasi dan
pembuatan die kekuatan tinggi ekspansi rendah.3 Dental stone high strength high
expansion digunakan untuk pembuatan die dengan kekuatan tinggi dan ekspansi
tinggi, khusunya dalam pembuatan gigi tiruan berbasis logam. Tipe V tidak
diindikasikan dalam pembuatan mahkota logam yang tidak membutuhkan ekspansi
tinggi.5

5
Die membutuhkan ketahanan dan kekuatan abrasi tertinggi dan biasanya
terbuat dari dental stone berkekuatan tinggi. Penggunaan air berlebih dalam
campuran gipsum meningkatkan waktu setting, mengurangi kekuatan, mengurangi
ekspansi, dan mengurangi kekerasan gipsum1 .
2.2.1 Sifat Kimia dan Fisik
1. Bentuk fisik
Bentuk fisik model plester, dental stone, dan dental stone kekuatan
tinggi berbeda, tetapi bahan ini dibuat dari bahan kimia yang sama,yaitu
kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4 • ½ H2O). Semua bentuk ini dibuat dari
mineral gipsum, yang merupakan kalsium sulfat dihidrat (CaSO4 •
2H2O). Satu-satunya perbedaan bahan model dan gipsum adalah jumlah
air dalam kristal. Selama pembuatan bahan model, air berdifusi keluar dari
gipsum dihidrat untuk membentuk hemihidrat. Perbedaan antara plester,
stone, dan stone berkekuatan tinggi adalah bentuk fisik hemihidrat yang
terbentuk ketika air dikeluarkan, bukan susunan kimianya. Plester
diproduksi dengan memanaskan gipsum(dihidrat) dalam kettle terbuka
sekitar 115°C. Hemihidrat yang diproduksi adalah bubuk berpori yang
disebut β-kalsium sulfat hemihidrat. Hemihidrat ini relatif kecil,
kristalnya tidak beraturan.1

Gambar 2.1 Pembuatan kristal gips

6
Dental stone diproduksi dengan memanaskan gipsum di bawah
tekanan dengan adanya uap pada 125°C. Hemihidrat diproduksi di bawah
kondisi ini disebut α-kalsium sulfat hemihidrat(lihat gambar 2.1) Hidrat
ini memiliki kristal yang lebih besar, lebih padat, lebih teratur daripada β-
kalsium sulfat hemihidrat dari plester. Gipsum dididihkan dalam 30%
larutan kalsium klorida menghasilkan dental stone kekuatan tinggi. Kristal
hemihidrat yang diproduksi dalam kasus ini adalah yang paling tidak
poros, paling teratur, dan terbesar dari semua hemihidrat. Ukuran dan
kerapatan kristal tergantung pada kondisi pemanasan produk awal
dihidrat. High-strength stone terdiri dari kristal terbesar, kristal terpadat,
sedangkan model plester yang paling kecil dan kristalnya paling porous.
Secara umum, kristal yang lebih besar dan kristal lebih padat
membutuhkan lebih sedikit air berlebih untuk membasahi dan membentuk
campuran dengan konsistensi yang tepat untuk dimanipulasi.1
2. Reaksi Kimia dan Kelebihan Air
Semua bentuk kalsium sulfat hemihidrat bereaksi dengan air bentuk
dihidrat(gipsum) seperti yang ditunjukkan reaksi di bawah ini:

Dengan demikian, model plester, dental stone, dan dental stone


kekuatan tinggi kembali ke gipsum dihidrat bila dikombinasikan dengan
air. Reaksi setting inilah yang terjadi ketika bahan model menjadi massa
yang keras. Reaksi ini mengeluarkan panas dan karena itu disebut
eksotermik. Secara teoritis, jika 100gr hemihidrat jenis apa pun
dikombinasikan dengan 19 mL air, semua hemihidrat akan dikonversi
menjadi dihidrat; sehingga air yang ada akan cukup untuk semua
hemihidrat untuk bereaksi. Jika dicampur, massa ini akan menjadi kering
dan rapuh. Oleh karena itu, dalam praktiknya, air harus ditambahkan saat
pencampuran untuk menghasilkan suatu massa yang bisa dituangkan ke
dalam cetakan.1

7
Karena ukuran dan porositas kristal yang berbeda, hemihidrat dari
plester, stone, dan stone berkekuatan tinggi membutuhkan jumlah
kelebihan air yang berbeda untuk menghasilkan massa yang bisa bekerja.
Stone berkekuatan tinggi, dengan kristal besar dan padat, membutuhkan
setidaknya lebih banyak air. Dental stone membutuhkan sedikit lebih
banyak air, dan plester paling banyak membutuhkan air.1
Secara umum, semakin besar dan padat ukuran kristal hemihidrat,
lebih sedikit air yang dibutuhkan untuk mendapatkan massa yang bisa
dikerjakan. Kelebihan air tidak bereaksi tetapi hanya terperangkap dalam
massa ketika setting. Dengan demikian, plester memiliki kelebihan air
dalam massa paling banyak, dan stone kekuatan tinggi memiliki kelebihan
air paling sedikit. Setiap kelebihan air biasanya menguap dan
meninggalkan poros. Rongga ini mengurangi kepadatan keseluruhan
material. Karena itu, setting plester memiliki kerapatan terendah(paling
porositas) karena memiliki air yang paling berlebih dan rongga yang
paling banyak.1
3. Akselerator dan Retarder
Akselerator adalah bahan kimia yang meningkatkan tingkat setting,
dan retarder memiliki efek sebaliknya. Beberapa akselerator dan retarder
bekerja dengan mengubah kelarutan kalsium sulfat hemihidrat dan
dihidrat. Akselerator membuat dihidrat lebih mudah larut daripada
hemihidrat, jadi reaksi moyed terhadap dihidrat karena dihydrateumes
bentuk padatnya dengan cepat. Kalium sulfat adalah akselerator yang
bertindak dengan mekanisme ini. Larutan air 29% mengurangi kalsium
sulfat yang disubstitusi untuk air murni waktu taruhan 4 menit.1
Kebanyakan garam anorganik berfungsi sebagai akselerator bagi semen
pemboran. Diantaranya yang paling dikenal dan paling banyak digunakan
adalah klorida. Garam lainnya yang dapat digunakan sebagai akselerator
adalah karbonat, silikat, aluminat, nitrat, sulfat ,tiosulfat dan alkali.7
Retarder membuat hemihdrat hanya sedikit kurang larut dari dihidrat.
Karena itu, reaksi berlangsung lebih lambat menuju dihidrat. Boraks,

8
bahan kimia dengan rumus Na B, O, 10H, O akan memperpanjang waktu
setting dari beberapa produk gipsum hingga beberapa jam jika
ditambahkan ke bubuk pada konsentrasi 29% dari plester model dari 10
menit sampai 4 menit. Atur percepatan partikel gipsum(dihidrat) reaksi
dengan bertindak sebagai situs nukleasi di mana partikel dihidrat baru
dapat terbentuk. Partikel-partikel ini juga disebut terra alba, dan
konsentrasi 0,5% hingga 1,0% ditambahkan ke dalam air efektif. Cara
praktis menggunakan terra alba adalah dengan menggunakan bubur air
(air yang mengandung partikel dihidrat) dari pemangkas model untuk
mencampur gipsum. Namun, pengguna harus diingatkan bahwa setting
time menggunakan metode ini sangatlah pendek.1
Partikel koloid, seperti darah, air liur, agar, atau unset alginat,
memperlambat reaksi setting gipsum. Koloid adalah partikel halus protein
atau bahan kimia lain tertunda dalam cairan. Koloid ini berikatan dengan
hemihidrat dan mengganggu penambahan air untuk membentuk dihidrat.
Hasilnya adalah permukaan yang lunak dan mudah terkikis pada gipsum.
Untuk menghindari masalah ini, cetakan harus dibilas sepenuhnya dalam
air dingin untuk menghilangkan bekas darah dan air liur sebelum cetakan
dituangkan. 1
4. Rasio Water-powder
Rasio water-powder untuk suatu bahan didefinisikan sebagai jumlah
air dalam mililiter yang ditambahkan ke 100 gr bubuk. Sebagai ketentuan,
umumnya perbandingan rasio water-powder dinyatakan dalam 45/100
atau 0,45. Ketentuan ini berarti bahwa 45 ml air yang ditambahkan
kedalam 100 gram bubuk. Untuk beberapa tipe stone, semakin tinggi rasio
water-powder, semakin pekat adonan. Tabel 2.3 menunjukkan rasio
water-powder untuk model plester, dental stone, dan dental stone high
strength. Beberapa variasi terjadi, tergantung pada pabriknya. Namun,
model plester umumnya memiliki rasio water-powder tertinggi, dan stone
high strength akan memiliki rasio water-powder yang terendah. Karena
semua bahan model membutuhkan sekitar 19 mL air untuk setiap 100

9
gram bubuk untuk konversi hemihidrat menjadi dihidrat. Fakta ini juga
ditunjukkan pada pada Tabel 2.3. Karena itu, model plaster mengandung
air yang berlebih(18 hingga 31 mL). Kelebihan air yang dibutuhkan untuk
pencampuran adalah fungsi dari ukuran partikel hemihidrat seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Bentuk fisik dari model plaster dental stone
dan dental stone high strength berbeda tetapi semuanya terbuat dari
kalsium sulfat hemihidrat.1

Tabel 2.3 Takaran air untuk campuran gips


Rasio water-powder mempengaruhi sifat fisik dari setting bahan
gipsum. Pencampuran air yang berlebihan membuat setting time lebih
lama dan mengurangi kekuatan. Berkurangnya kekuatan adalah hasil dari
kelebihan air yang digunakan saat pencampuran yang meninggalkan
gelembung/poros pada penguapan. Peningkatan jumlah air juga
mengurangi ekspansi setting dari bahan gipsum yang ditetapkan.
Meskipun berpengaruh terhadap peningkatan setting time dengan
menggunakan lebih banyak air, tetapi itu sangat tidak disarankan karena
kekuatan bahan akan berkurang dan ekspansi dari bahan tidak akan sesuai.
Oleh karena itu, mengikuti rekomendasi dari pabrik penting dalam
penggunaan rasio water-powder. Pabrik menawarkan berbagai produk
dengan setting time yang berbeda yang telah disesuaikan dengan
penggunaan akselerator atau retarder. 1
5. Suhu dan Kelembaban
Suhu air yang digunakan untuk pencampuran dan suhu kondisi
lingkungan mempengaruhi reaksi setting gipsum material. Jika suhu
kamar (20 hingga 25°C) dinaikkan ke suhu tubuh (37,5°C), waktu setting

10
akan menurun. Suhu larutan memiliki efek yang serupa. Namun, jika suhu
air dinaikkan di atas 37,5°C, waktu setting akan meningkat, karena
dihidrat menjadi lebih larut di dalam air. Bahkan, hemihidrat tidak akan
setting sama sekali bila air mencapai 100°C.1
Bahan gipsum bersifat higroskopis (menyerap air dari udara) sampai
batas tertentu. Jika model plester, stone, atau die stone dibiarkan dalam
wadah terbuka selama beberapa hari, menyerap air dari udara, dan
permukaan partikel akan berubah menjadi dihidrat. Sehingga kelarutan
permukaan dihidrat menjadi rendah. Meskipun tampaknya dihidrat akan
bertindak sebagai akselerator (seperti terra alba), yang terjadi tidaklah
demikian. Untuk menghindari perubahan laju reaksi setting, gipsum
material harus disimpan dalam wadah tertutup untuk melindunginya dari
kelembaban. 1
6. Larutan Pengerasan
Tersedia larutan komersial yang bila dicampur dengan bahan
gipsum di tempat air, mengeraskan gipsum dan juga meningkatkan
ketahanan abrasi. Meningkatnya kekerasan dan ketahanan abrasi sangat
penting untuk bahan die, dimana akurasi diperlukan untuk memastikan
kecocokan yang tepat dari mahkota dan inlay. Larutan ini terdiri dari air,
30% silika koloid, dan bahan kimia lainnya. Rasio water-powder dari
larutan ini mungkin berbeda dari rasio powder-water, karena pada
umumnya bahan kimia yang terkandung di dalamnya mengurangi jumlah
air berlebih yang dibutuhkan untuk membasahi partikel hemihidrat dan
memberikan konsistensi cocok. Jumlah dari pengerasan yang diperoleh
tergantung dari bahan cetakan yang digunakan. Pengeras meningkatkan
kekerasan hanya sebesar 2% jika bahan cetak silikon digunakan, tetapi
mereka meningkatkan kekerasan 110% untuk bahan polieter.1
2.2.2 Properti Bahan Gipsum
1. Setting Time
Setting time total untuk bahan gipsum dapat dibagi ke dalam setting
time awal(initial setting) dan setting time akhir(final setting). Setting time

11
awal adalah interval waktu antara water dan powder dicampur dan waktu
campuran tidak bisa lagi dituangkan ke dalam cetakan. Karena itu, setting
time awal identik dengan working time dari bahan. Secara klinis, setting
time awal dapat diamati ketika bahan yang baru dicampur kehilangan
kehalusannya. Secara kimia, kerugian ini terjadi karena reaksi kimia dari
hemihidrat menghabiskan air yang menyerap ke dalam sebagian besar
bahan. Gipsum tidak boleh dimanipulasi ulang setelah setting time awal
karena masih encer dan terkadang fraktur. Setting time awal harus dalam
8 hingga 16 menit dari awal pencampuran menurut American National
Standards Institute – American Dental Association (ANSI-ADA)
Spesifikasi No. 25 (ISO 6873 [2000]).1
Setting time akhir didefinisikan sebagai waktu di mana konversi
hemihidrat menjadi dihidrat. Secara klinis, ini berarti bahwa gipsum dapat
dihilangkan dari cetakan atau dimanipulasi tanpa distorsi atau fraktur.
Setting time akhir sulit untuk dibedakan secara klinis tetapi dapat dideteksi
secara kasar oleh hilangnya panas dari reaksi. Secara tradisional, gipsum
memungkinkan untuk setting 45 hingga 60 menit seperti arbitrary time
beberapa bahan cetakan dapat mencapai setting akhir hanya dalam 20
menit. Setting terakhir diukur secara arbitrary time oleh kemampuan
jarum (Jarum Gilmore) untuk menembus ke dalam bahan. Menurut
definisi, bahan mencapai set terakhir ketika jarum Gilmore tidak bisa
menembus ke dalam massa yang ditetapkan di bawah beban yang
ditentukan.1
2. Hasil Reproduksi Detail
Reproduksi detail dari cetakan berdasarkan sifat kompatibel dan
interaksi antara bahan model dan bahan cetak. Bahan gipsum harus dapat
menghasilkan detail halus dalam cetakan sehingga model gipsum akan
seakurat mungkin. Untuk bahan die high strength, hasil yang detail sangat
penting karena presisi casting akan dibuat pada die gipsum. Seperti yang
ditunjukkan Gambar 2.2, permukaan gipsum yang melintang secara
inheren berpori. Karena itu, permukaan die gipsum relatif kasar

12
dibandingkan dengan jenis model dan material die lainnya, seperti bahan
epoksi.1

Gambar 2.2 Permukaan die stone melalui microskop elektron


Kekasaran ini membatasi kemampuan bahan gipsum untuk
mendapatkan detail cetakan yang baik, meskipun dari sudut pandang
praktis, hasil detail cukup untuk sebagian besar aplikasi. Hasil detail
diukur dengan menuangkan bahan gipsum ke cetakan logam dengan garis-
garis yang kedalamannya tergambar jelas. Kemampuan bahan mengalir
ke dalam dan mendaftar garis yang lebih halus dan digunakan untuk
menilai detail hasil. Penggunaan larutan pengerasan mengurangi porositas
bahan die dan dengan demikian sedikit meningkatkan reproduksi
detailnya.1
Jenis bahan cetak berperan penting dalam hasil detail bahan model
dan die. Untuk memperoleh detailnya, bahan die harus kompatibel secara
kimiawi dengan cetakan, dan juga harus membasahi bahan cetakan
dengan mudah — yaitu, bahan die tidak boleh bead up atau tahan mengalir
ke atas bahan cetakan. Kompatibilitas kimia adalah fungsi dari bagaimana
bahan dan cetakan berinteraksi(atau tidak berinteraksi) secara kimia.
Tabel 2.1 mencantumkan kompatibilitas jenis utama bahan model dan

13
cetakan. wetting adalah fungsi interaksi permukaan dari bahan model
dengan cetakan. Gipsum pada dasarnya adalah bahan berbasis air. Bahan
cetak juga bisa berbasis air, seperti alginat atau bahan agar; atau mereka
mungkin tidak berbasis air, seperti silikon additive atau polieter. Ketika
gipsum dituangkan ke bahan cetak berbasis air seperti alginat, terjadi
pembasahan yang baik, dan detail yang baik. Namun, ketika gipsum
dituangkan ke bahan berbasis air seperti silikon additive, pembasahan
dapat dikurangi. Mengurangi pembasahan membatasi kemampuan
gipsum untuk mengalir ke semua detail cetakan dan meningkatkan risiko
pembentukan gelembung di gipsum. Pembasahan yang ditingkatkan
dalam situasi ini dapat dicapai dengan menggunakan surfaktan(bahan
kimia khusus yang bertindak seperti sabun) baik dalam bahan cetak atau
disemprotkan ke bahan cetakan. Vibrasi stone yang efektif dapat
mengurangi jumlah gelembung dan meningkatkan reproduksi detail.1
Pembasahan cetakan oleh gipsum atau bahan lain dinyatakan secara
kuantitatif oleh sudut kontak gipsum pada bahan cetak(Tabel 2.4).
Semakin besar sudut kontak, semakin buruk pembasahan dan semakin
sulit untuk menuangkan cetakan bebas gelembung dengan reproduksi
detail yang baik. Surfaktan bertindak dengan mengurangi sudut kontak
gipsum pada bahan cetakan.1

Tabel 2.4 Hubungan antara Kontak sudut dan Jumlah gelembung pada
adonan stone berkekuatan tinggi

14
3. Kekuatan
Kekuatan bahan gipsum menunjukkan kemampuan bahan untuk
menahan fraktur. Kekuatan tekan bahan gipsum sangat bervariasi
menurut jenisnya. Plester memiliki kekuatan tekanan terendah karena
memiliki kelebihan air paling banyak(lihat Tabel 2.3 dan 2.5). Die stone
berkekuatan tinggi, di sisi lain, hampir empat kali lebih kuat dalam
kompresi karena jumlah air berlebih yang diminimalkan. Kekuatan tekan
adalah salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kekerasan dan
ketahanan abrasi bahan.1

Tabel 2.5 Kekuatan dan Perubahan Dimensi Produk Gyps


Spesifikasi ADA mensyaratkan bahwa suatu bahan mencapai
kekuatan tekan minimum 1 jam setelah setting (Spesifikasi ANSI-ADA
No. 25 [ISO 6873 (2000)] (lihat Tabel 2.5).Kekuatan tarik penting untuk
bahan gipsum karena merupakan ukuran kemampuan bahan untuk
melawan fraktur selama gaya lentur yang terjadi selama pelepasan
cetakan dari model. Karena bahan gipsum bersifat rapuh, akan cenderung
patah. Meskipun kekuatan tarik dari berbagai jenis bahan gipsum jauh
lebih rendah dari kekuatan tekan mereka(2,3 MPa untuk plester
dibandingkan 40 MPa untuk kekuatan tekannya), stone kekuatan tinggi
dan stone model memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi daripada
model plester.1

15
Ketika model atau die basah, kekuatan tariknya kira-kira setengah
dari kekuatannya saat kering(kelebihan air menguap). Karena hal ini,
banyak praktisi menunggu model dan die mengering sebelum digunakan.
Namun, pengeringan cepat pada suhu tinggi dalam oven tidak dianjurkan
karena menghilangkan air terikat pada dihidrat dan melemahkan struktur
kristal gipsum.1
4. Kekerasan dan Ketahanan Abrasi
Kekerasan permukaan dan ketahanan abrasi bahan gipsum penting
karena praktisi hanya menginginkan sedikit atau tidak ada kehilangan
bentuk yang terjadi pada model selama manipulasi untuk mempelajari
oklusi atau membuat restorasi. Kekerasan dan ketahanan abrasi berkaitan
dengan kekuatan tekan. Saat tekanan meningkat, kekerasan dan
ketahanan abrasi meningkat. Seperti dengan kuat tekan, kekerasan dan
ketahanan abrasi meningkat ketika bahan gipsum berada di kondisi
kering. Larutan pengeras juga meningkatkan ketahanan abrasi bahan
gipsum karena dapat meningkatkan kekuatan tekan dan mengurangi
kekasaran permukaan. Bahan gips secara signifikan lebih keras daripada
epoksi conter parts, tetapi peningkatan kekerasan ini tidak serta merta
diartikan sebagai ketahanan abrasi yang lebih baik karena bahan epoksi
umumnya lebih tahan abrasi. Kekuatan tekan merupakan faktor penting
dalam kekerasan dan ketahanan abrasi bahan gipsum.1
5. Akurasi Dimensi
Idealnya, model dan bahan cetakan tidak boleh mengembang maupun
melengket sehingga ukuran struktur oral tercetak secara akurat. Namun,
bahan gipsum sedikit mengembang saat setting. Jumlah ekspansi
tergantung pada jenis bahan gipsum dan sejumlah faktor lain. Model
plester umumnya paling mengembang, sedangkan material die umumnya
sedikit mengembang(lihat Tabel 2.5). Ekspansi berarti bahwa model dan
die akan menjadi sedikit lebih besar dari ukuran yang ditentukan oleh
cetakan. Ekspansi gipsum dalam cetakan bersifat kompleks dan tidak
seragam di segala arah. Oleh karena itu, untuk die, ekspansi bukal-lingual

16
mungkin tidak sama dengan ekspansi vertikal. Pengaturan ekspansi juga
dipengaruhi oleh w/p ratio; rasio tinggi(lebih banyak air) menyebabkan
ekspansi lebih sedikit. Produsen dapat menggunakan bahan kimia seperti
NaCl K2SO4 untuk mengubah setting ekspansi. Penambahan air untuk
bahan gipsum setelah pencampuran dapat meningkatkan setting
ekspansi. Jenis ekspansi ini disebut ekspansi hidroskopis. Airnya bisa
ditambahkan dalam jumlah diskrit, atau bahan gipsum campuran bisa
direndam dalam air. Ekspansi higroskopis dapat menjadi signifikan; high
strength stone dapat meningkat dari 0,05% ekspansi tanpa penambahan
air, menjadi hampir 0,1% dengan penambahan air. Ekspansi higroskopis
gipsum sangat penting dalam casting bahan investment dan saat gipsum
itu dituangkan ke bahan cetak berbasis air seperti alginat atau agar.
Dalam kasus terakhir, air di cetakan diserap oleh gipsum untuk
meningkatkan ekspansi model atau die.1
2.2.3.Manipulasi
Manipulasi yang tepat dari bahan gipsum sangat penting untuk
kinerjanya. Manipulasi dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu pengukuran
dan kombinasi bubuk dan cairan, spatulasi, penuangan, dan desinfeksi.1
1. Pengukuran dan Kombinasi Water-powder
Seperti dibahas sebelumnya, setiap bahan gipsum memiliki rasio
water-powder yang direkomendasikan(lihat Tabel 2.3). Rasio water-
powder mempengaruhi konsistensi campuran, kekuatan dari bahan,
ekspansi dan waktu setting. Karena itu, proporsi water dan powder dengan
benar sangat penting. Jumlah air diukur dengan menggunakan tabung
kecil silinder dalam mililiter, dan powder diukur pada skala berdasarkan
massa dan bukan berdasarkan volume. Banyak perusahaan telah membagi
powder menjadi paket campuran tunggal yang langsung bisa digunakan
tanpa menimbang. Namun, banyak praktisi membeli powder dalam
jumlah besar untuk menghemat pengeluaran. Jadi, menimbang massa
bubuk direkomendasikan dalam kasus ini. Pengguna yang berpengalaman
sering tidak mengukur water dan powder tetapi menambahkan powder ke

17
dalam water sampai konsistensi yang benar diperoleh. Meskipun kurang
akurat, metode ini mungkin memadai untuk plester dan stone jika
kekuatan dan dimensi perubahan tidak penting untuk aplikasi. Namun,
proporsi water-powder hampir selalu diukur die stone kekuatan tinggi
karena sifat fisiknya sangat penting untuk akurasi restorasi akhir.
pengguna tidak berpengalaman disarankan untuk mengukur semua bahan
sampai konsistensi yang tepat dengan bahan campuran benar.1
Ketika bubuk dan air ditambahkan ke mixer bowl, air harus
ditambahkan terlebih dahulu, kemudian bubuk ditaburkan ke dalam air
secara perlahan selama sekitar 30 detik. Teknik ini memungkinkan udara
yang terperangkap di dalam bubuk untuk menghilang, yang mengurangi
jumlah gelembung. Bahkan ketika mixer mekanis dengan vacuum
digunakan, disarankan menambahkan powder ke air. Kebanyakan praktisi
pemula memiliki kecemasan tentang setting dari bahan yang terlalu cepat
sehingga mereka cenderung menambahkan bubuk secara sekaligus untuk
membuat bahan tercampur dengan cepat. Pada kenyataannya, interaksi
water-powder tidak akan terjadi dengan baik tanpa spatulasi, sehingga
ketakutan ini sebagian besar tidak beralasan. Risiko porositas dalam
adonan jauh lebih besar daripada risiko setting material terlalu cepat.1
Special stone yang mudah dicampur dan diatur dengan cepat
(HandiMix, Whip Mix Corp., Louisville, KY) sekarang tersedia dalam
dosis unit kemasan untuk baki, pelindung mulut, dan gips khusus. Sebuah
cairan aktivator (30 mL) ditambahkan ke powder (120 g) dan dikocok
dengan tangan. Model siap untuk separasi dalam 10 menit. Bahan ini tidak
direkomendasikan untuk mahkota dan model bridge.1
2. Pencampuran(spatulation)
Pencampuran(spatulation) adalah mencampur bubuk dan air menjadi
satu dilakukan secara mekanis atau dengan tangan. Tindakan mencampur
bubuk dan air bersama-sama disebut spatulasi. Spatulasi bahan gipsum
dilakukan baik oleh tangan atau secara mekanis. Bahan plester biasanya
dicampur dengan tangan dalam rubber bowl. Stone mungkin tercampur

18
dengan baik secara mekanis atau dengan tangan, tetapi die stone high
strength hampir selalu tercampur secara mekanis.1
Ketika gipsum dicampur dengan tangan, massa water-powder diaduk
menggunakan spatula dengan laju sekitar dua putaran per detik selama
sekitar 1 menit. Banyak pengguna gipsum material tidak mengaduk
gipsum dengan baik, dan sifat fisik seperti kekuatan sebagai akibatnya.
Spatulasi yang tidak memadai seringkali disebabkan oleh ketakutan akan
materi akan setting sebelum dituang, meskipun ketakutan ini tidak
berdasar kecuali akselerator seperti terra alba telah digunakan dalam
campuran. Saat pencampuran, operator harus mengikis sisi mangkuk
dengan spatula untuk memastikan bahwa air membasahi semua powder.1
Ketika gipsum dicampur dengan power mixer, operator harus
mengaduk bubuk dan air bersama-sama menggunakan tangan selama
beberapa detik untuk memastikan bahwa mixer mekanis bekerja secara
efektif. Mixer mekanik adalah kekuatan yang terhubung ke saluran vakum
selama pencampuran, yang mengurangi udara dalam mangkuk dan jumlah
gelembung dalam campuran. Power-driven mixer biasanya digunakan
untuk mencampur bahan die dan memutar dengan kecepatan tinggi.
Dengan demikian, mengikuti arahan pabrikan untuk waktu pencampuran
sebenarnya sangat penting karena bahkan satu detik lebih atau kurang dari
pencampuran bisa mengubah secara signifikan sifat fisik gipsum atau sifat
setting time. Terlepas dari metode yang digunakan untuk mencampur
bahan, vibrator hampir selalu digunakan untuk membantu menghilangkan
gelembung apa pun itu yang terbentuk selama pencampuran. Biasanya,
campuran divibrasi selama 10 hingga 15 detik untuk memaksa gelembung
ke bagian atas campuran. vibrasi juga digunakan untuk memfasilitasi
penuangan gipsum ke dalam cetakan atau wadah lainnya. vibrasi secara
efektif mengurangi konsistensi bahan dan memungkinkannya mengalir.1
3. Menuangkan Model
Ada beberapa metode umum untuk menuangkan model atau gips.
Dalam metode pertama, strip wax lunak yang disebut boxing wax melilit

19
cetakan untuk membentuk cetakan untuk gipsum. Secara umum, wax
sekitar 1 cm di luar sisi cetakan untuk menyediakan dasar bagi model.
Dalam memanipulasi wax, harus berhati-hati agar untuk tidak merusak
bahan cetak. Campuran gipsum kemudian ditempatkan ke dalam cetakan
dengan spatula, dengan melakukan vibrasi untuk meningkatkan aliran
bahan kedalam cetakan. Harus dilakukan dengan hati-hati agar
memungkinkan bahan mengalir melewati cetakan dan menghindari udara
yang terjebak(porositas). Tambahkan gipsum sampai mold terisi penuh.
Sebagai alternatif, gigi dan jaringan lunak dapat dituangkan ke dalam
stone atau die stone dan dapat setting, dengan tuangan kedua dari plester
atau stone yang ditambahkan untuk melengkapi basis di waktu lain.
Keuntungan memiliki basis pada plester yang lebih lembut adalah lebih
mudah untuk memotongnya pada grinder.1
Metode kedua untuk menuangkan model dimulai dengan
menuangkan permukaan gigi dan jaringan lunak dalam gipsum seperti
yang sudah dijelaskan. Cetakan yang terisi kemudian bisa dibalik dan
ditempatkan di atas tumpukan gipsum yang baru dicampur ditempatkan
pada permukaan non absorber seperti lempengan kaca. Tumpukan ini
akan membentuk basis. Dengan metode ini, konsistensi bahan basis harus
cukup tebal agar cetakan tidak tenggelam ke basis. Sebelum basis setting,
bentuk basis dengan spatula yang direkomendasikan untuk mengurangi
waktu yang diperlukan untuk pemangkasan model setelah model setting.1
Metode ketiga untuk menuangkan model mirip dengan metode
kedua tetapi menggunakan wadah yang disebut model form untuk
membentuk basis cetakan. Terlepas dari metode yang digunakan untuk
menuangkan cetakan, cetakan tidak boleh dipisahkan dari gipsum selama
45 sampai 60 menit untuk memungkinkan terjadinya final-setting.
Pemindahan cetakan yang cepat sering membuat model fraktur, yang
karenanya memerlukan cetakan baru. Salah satu indikasi bahwa final-
setting sudah mulai terjadi saat model menjadi hangat. Panas adalah hasil

20
dari reaksi eksotermis ketika hemihidrat berubah menjadi dihidrat.
Pastikan alginat tidak mengering sebelum dituangkan.1
Selain mendistorsi cetakan, kualitas gipsum yang dituangkan ke
dalam cetakan yang kering sangat disayangkan karena alginat menyerap
air dari campuran gipsum. Selanjutnya, cetakan alginat harus dibilas
sepenuhnya dan didesinfeksi sebelum dituang. Setiap sisa air di bagian
rendah dari cetakan harus dihilangkan, atau gipsum akan rapuh karena
terlalu banyak air. Akhirnya, ujung-ujung cetakan alginat tidak dapat
mengering setelah dituangkan bersama gipsum karena menjadi keras dan
tidak fleksibel, yang meningkatkan risiko gigi patah saat cetakan dibuka.
Cetakan yang tertuang bisa tetap lembab jika menyimpannya di
lingkungan yang lembab, seperti humidor atau handuk kertas basah,
setelah setting awal.1
Posedur mengisi sendok cetak dengan bahan gips.
a. Tambahkan sejumlah kecil bahan campuran gipsum di satu
sudut dari cetakan.
b. Tempatkan cetakan pada vibrator untuk menghilangkan
gelembung dan kemudian tambahkan bahan gipsum.
c. Gunakan model former atau gunakan boxing wax untuk
mendapatkan bentuk lengkungan yang tepat.
d. Tambahkan gipsum ke model form, dan balikkan isi cetakan dan
tempatkan di dasar gipsum. Jangan biarkan sendok cetak
tertutupi secara berlebihan oleh gips.
e. Biarkan bahan gipsum setting selama 60 menit hingga dingin,
dan keringkan sebelum melepas model.
f. Pisahkan model dari cetakan.
g. Segera bersihkan sendok cetak kecuali jika sekali pakai. 1
4. Desinfeksi
Penyebaran Infeksi dalam rongga mulut dapat melalui darah,
saliva, atau jaringan infeksius lainnya. Saat pencetakan darah dan saliva
dapat menempel pada permukaan bahan cetakan, hal ini dapat menjadi

21
sumber terjadinya kontaminasi silang. Mikroorganisme dari rongga
mulut dapat bertahan pada permukaan hasil cetakan dan dapat berpindah
ke model stone. Mencuci atau membilas hasil cetakan dengan air yang
mengalir tidak sepenuhnya menghapus adanya mikroorganisme pada
permukaan hasil cetakan, oleh karena itu terdapat pedoman
pengendalian infeksi dalam perawatan kesehatan gigi bahwa semua
hasil cetakan harus dibersihkan, didesinfeksi dan dibilas menggunakan
larutan disinfektan sebelum ditangani di laboratorium. Terdapat dua
metode yang disarankan untuk mendesinfeksi bahan cetak yaitu metode
perendaman atau penyemprotan dengan bahan desinfektan. Saat
melakukan desinfeksi, faktor penting yang harus diperhatikan adalah
pengaruh teknik desinfeksi terhadap stabilitas dimensi bahan cetak.
Karena ketepatan hasil cetakan merupakan faktor yang sangat penting.8
Model, gips, dan cetakan dapat didesinfeksi dengan semprotan
iodophor sesuai dengan instruksi pabrik atau dengan pencelupan dalam
1:10 pengenceran 5% larutan natrium hipoklorit selama 30 menit.
Seharusnya model yang didesinfeksi diperiksa dengan cermat pada
permukaannya, karena tidak semua desinfektan kompatibel dengan
produk gipsum. Untuk model yang membutuhkan sterilisasi lengkap,
model gipsum dapat disterilkan dalam etilen oksida. Autoclave dan
chemiclave tidak dapat digunakan karena dapat merusak model. Secara
umum, desinfeksi cetakan daripada desinfeksi modelnya lebih disukai
karena lebih mudah dan mencegah kontaminasi ke dental laboratorium.1
2.3 Epoksi
Epoksi die digunakan dalam pembuatan mahkota, jembatan, dan inlay dapat
dituangkan ke dalam polieter, polisulfida, atau silikon bahan cetak elastomer,
meskipun separator harus digunakan dengan cetakan polisulfida untuk mencegah
epoksi dari ikatan dengan cetakan. Epoksi die lebih kuat dan lebih tahan abrasi
daripada die stone high strength, tetapi tidak seakurat atau stabil secara dimensi.1
Selain itu, bahan epoksi kental sehingga tidak mengalir dengan mudah.9

22
Bahan epoksi die adalah dua komponen sistem yang terdiri atas resin dan
pengeras. Sistem ini mirip dengan sistem yang digunakan untuk epoksi yang dijual
secara komersial. Resin adalah suatu bahan kental yang dikenal sebagai monomer,
dan contoh dari molekul resin monomer ditunjukkan sebagai berikut:

Pengerasnya adalah bahan kimia lain yang disebut polyamine menyebabkan


molekul monomer resin saling terhubung menjadi molekul besar. Proses
pencampuran ini disebut polimerisasi. Ketika polimerisasi terjadi, campuran
menjadi lebih tebal dan lebih tebal lagi dan secara bertahap mengeras secara
sempurna. Reaksi setting umumnya lebih lambat, dan mungkin butuh beberapa jam
agar polimerisasi lengkap. Pengeras bersifat toksik dan alergenic dan tidak boleh
berkontak dengan kulit selama manipulasi bahan.1
Bahan epoksi die memiliki waktu kerja sekitar 15 menit dan setting dalam 1
hingga 12 jam tergantung pada produk. Meskipun epoksi die tidak sekeras gipsum
die, tapi memiliki kekuatan tekan dan ketahanan abrasi yang unggul. Bahan epoksi
menyusut 0,03% menjadi 0,3% selama setting, berbeda dengan bahan gipsum yang
sedikit berkembang pada saat setting. Penyusutan bahan epoksi dapat berlanjut
hingga 3 hari setelah pencampuran. Karena bahan epoksi sangat kental saat dituang,
porositas dapat terjadi dengan mudah. Salah satu pabrikan meminimalkan porositas
dengan memusatkan cetakan setelah epoksi dituangkan. Pabrik lain menyediakan
epoksi dalam sistem pencampuran otomatis yang mirip dengan penjumlahan bahan
cetakan silikon yang meminimalkan porositas. Epoksi die seharusnya tidak
digunakan sampai 16 jam setelah penuangan, karena settingnya lambat. Namun,
setting bahan epoksi cepat telah dikembangkan yang sedikit fleksibel dan
memungkinkan pembuatan sisi dari komposit inlay dan restorasi onlay.1

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahan model dan die digunakan untuk membuat replika yang akurat dari
gigi pasien dan struktur mulut lainnya. Replika ini dapat digunakan untuk tujuan
diagnostik atau untuk membuat restorasi pada pasien. Beberapa jenis bahan
tersedia untuk tujuan ini, tetapi sejauh ini bahan berbasis gipsum merupakan
bahan yang paling umum digunakan. Produk gipsum tersedia dalam empat
bentuk umum: (1)plester; (2)dental stone; (3)dental stone high strength low
expansion; dan (4)dental stone high strength high expansion. Bentuk-bentuk ini
secara kimiawi identik dan hanya berbeda pada ukuran dan porositas pada
partikel bubuknya. Semua produk gipsum bereaksi dengan air untuk
membentuk massa yang keras. Jumlah air, kekuatan, ketahanan abrasi, dan
sifat-sifat lain dari gipsum tergantung pada bentuk gipsum yang digunakan.
Selain itu, gipsum juga tergantung pada manipulasi yang tepat. Selain bahan
gips, bahan epoksi juga terkadang digunakan sebagai bahan cetakan. Bahan
tersebut setting oleh reaksi kimia yang disebut polimerisasi dan memberikan
kekuatan, ketahanan abrasi dari die. Plastik die yang akurat dan model bisa
dicetak dari cetakan digital.
3.2 Saran
Penulis berharap, setelah membaca makalah ini pembaca mampu
memahami konsep bahan cetak serta meningkatkan potensi dalam penggunaan
bahan model dan die secara efektif dan efisien sehingga dapat memperoleh hasil
yang maksimal.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Powers JM, Wataha JC. Dental materials foundation and application. 11th Ed.
USA: Elsevier; 2017. Pp. 118-128

2. Octarina, Raharga J. The Effect of Sea Bag Storage on Dimensional Stability of


Alginat Impression Material. Scientific Dental Journal. September 2018;3:93

3. Gladwin M, Bagby M. Clinical Aspect of Dental Material. 4th ed. China:


Lippicott Williams & wikin’s; 2013. p. 130

4. Phinney DJ, Halstead JH. Dental material guide. New York: Delmar cengage
learning; 2009. pp. 347-357, 366-369, 374-376

5. Anusavice KJ. Phillips' science of dental materials. 11th ed. China: Sounders
Elsevier; 2003. pp. 274, 276

6. Hillary N,Trianingsih S,Indriani DJ. The Effect of K2SO4 solution on type III
Gipsum Surface Roughness. Journal Of Physics. 2017:884:1

7. Tegar Arbeansyah, Arif Saputra. Kajian Laboratorium Pengaruh Penambahan


Konsentrasi “Lignosulfonat”, “Halad 22a” Dan “R-21ls” Sebagai Retarder
Semen Kelas G, Terhadap Thickening Time, Compressive Strength
Danrheology Bubur Semen Seminar Nasional Cendekiawan. 2015 : 178

8. Santoso EDL, Widodo TT, Baehaqi M. Pengaruh Lama Perendaman Cetakan


Alginate Di Dalam Larutan Desinfeksi Glutaraldehid 2% Terhadap Stabilitas
Dimensi. Odonto Dental Journal. Desember 2014;1(2):35-36

9. Manapallil JJ. Basic Dental Material. 3rd Ed. New Delhi: Jaypee brother medical
publisher; 2010. pp.211

25

Anda mungkin juga menyukai