PENDAHULUAN
Bayi berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Penyebab
terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial baik dari faktor ibu,
faktor plasenta, faktor janin maupun faktor yang lain. Bayi berat lahir rendah
(BBLR) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian
perinatal dan neonatal (Nugroho, 2015). BBLR perlu menjadi perhatian karena
umumnya bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah dapat menyebabkan komplikasi
Menurut WHO pada tahun 2015 di dunia terdapat kejadian BBLR adalah
15,5%, yang berarti sekitar 20,6 juta bayi tersebut lahir setiap tahun, 96,5% di
salah satu masalah utama di negara berkembang. India adalah salah satu negara
dengan tingkat tertinggi kejadian BBLR. Sekitar 27% bayi yang lahir di India
adalah BBLR. Asia Selatan memiliki kejadian tertinggi, dengan 28% bayi dengan
(WHO, 2015).
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 2015,
prevalensi bayi berat badan lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 persen dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3 persen sampai 38 persen dan lebih
berdasarkan analisis lanjut SDKI angka BBLR sekitar 7,5 persen (SDKI, 2015).
(USAID) mencatat bahwa angka kematian bayi di Jawa Timur masih tinggi, yaitu
di Jawa Timur adalah berat badan lahir rendah 42%, asfiksia 25%, dan kelainan
bawaan 16% (Purwida Lilik Haryati, 2018). Dan berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 di jawa timur dari jumlah
kelahiran 580.183, 20.836 mengalami BBLR,dan pada tahun 2017 dari jumlah
kelahiran 578.579, 14.882 mengalami BBLR ( Badan Pusat Statistik Privinsi Jawa
Timur , 2017) .
tahun 2017 sebanyak 153 bayi, pada tahun 2018 mengalami penurunan
sebanyak 150 bayi, faktor yang peling sering menyebabkan bayi lahir dengan
BBLR di RSUD Blambangan adalah usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 30 tahun.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap BBLR adalah usia kehamilan,
LILA, paritas, dan berat janin dalam kandungan. Pemberian konsumsi gizi
untuk ibu hamil dianggap sesuai apabila dengan mengonsumsi berbagai zat gizi
tersebut ibu dapat melahirkan bayi dengan berat normal dan mampu
ibu yang tidak melakukan ANC mempunyai risiko untuk terjadi BBLR
kelahiran prematur terjadi karena ketidak matangan sistem organ pada bayi
tersebut. Pada BBLR banyak sekali risiko terjadi permasalahan pada sistem
tubuh, oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. BBLR mempunyai
infeksi dan mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering
Kematian perinatal pada BBLR adalah kali lebih besar dari bayi normal.
Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah ( Riskesdes, 2014)
kehamilan bisa dilakukan pada saat pemeriksaan rutin ibu pada saat ANC.
Dalam pemeriksaan ANC kita dapat memantau berat badan janin serta
agar tidak terjadi kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ).
karena tipisnya cadangan lemak dibawah kulit dan belum matangnya pusat
pengatur panas diotak. Salah satu cara mempertahankan suhu tubuh normal
pada BBLR adalah metode kangaroo mother care ( KMC ) atau perawatan
bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak
dengan melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Berat Badan
Tahun 2019 dengan kasus Berat Bayi Lahir Rendah Di Ruang Perinatologi RSUD
Banyuwangi.
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum
tahun 2019.
1.4.1 Sasaran
1.4.2 Tempat
1.4.3 Waktu
1.5 Manfaat
Kebidanan pada bayi Baru lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah dengan
memberikan asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir dengan berat badan
berat badan lahir rendah dengan tepat sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.
3. Pendidikan
bayi dengan penerapan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir agar