PROPOSAL
Oleh :
EPPY SASMITA
NIM.2016.03.029
PROPOSAL
Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada
Program Studi D III Kebidanan
di STIKes Banyuwangi
Oleh :
EPPY SASMITA
NIM.2016.03.029
Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru
Lahir dengan Bayi Berat Lahir Rendah “ adalah bukan hasil karya orang lain baik sebagian
maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apa bila pernyataan ini
tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi.
Banyuwangi, ............................
Yang Menyatakan
Eppy Sasmita
NIM. 2016.03.029
Mengetahui,
Oleh :
Mengetahui
Ka. Prodi D III Kebidanan
STIKES Banyuwangi
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir Ini :
Nama : Eppy Sasmita
NIM : 2016.03.029
Judul : Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Bayi Berat Lahir Rendah
Di Ruang Perinatologi RSUD Blambangan Banyuwangi
Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Ujian Laporan Tugas Akhir Program Studi D III
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi.
Pada Tanggal,................................
MENGESAHKAN
TIM PENGUJI
TANDA TANGAN
Mengetahui
Ketua STIKes Banyuwangi
DR. H. Soekardjo
NUPN. 9907159603
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan BBLR“, sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D III Kebidanan
STIKes Banyuwangi.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu
Kepada :
1. Bapak DR. H. Soekardjo, selaku Ketua STIKes Banyuwangi, yang telah memberikan
2. Ibu Indah Christiana, SST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Akhir ini.
3. Ibu Indah Christiana, SST., M.Kes, selaku pembimbing utama yang telah memberikan
4. Ibu Desi Trianita, SST, M.Kes selaku pembimbing pendamping pendamping yang telah
5. Segenap Ibu dan Bapak Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan serata Staff Tata
6. Ruang Perinatologi yang telah memberikan izin untuk melakukan penyusunan LTA di
RSUD Blambangan.
7. Mamak dan Bapak tercinta sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tiada
terhingga kupersembahkan semua ini kepada mamak dan bapak yang telah memberikan
bantuan material maupun non material, kasih sayang, dorongan, dan cinta kasih, yang
tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas
terimakasih Mamak dan Bapak selalu meyakinkan aku bahwa aku pasti sembuh dan
suatu hari bisa menyelesaikan studi ku, terimakasih untuk semua yang telah kalian
korbankan untuk putri kalian satu satu nya. Semoga ini menjadi langkah awal untuk
membuat mamak dan bapak bahagia karena ku sadar selama ini belum bisa berbuat yang
lebih.
8. Ananda Donny Septiyansah adik saya satu satu nya, tiada yang paling mengharukan saat
kumpul bersama mu, walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang
tidak akan bisa tergantikan, maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aku akan
9. Terimakasih untuk Bude dan Pakde yang selalu mendoakan ku serta menjaga ku di sini
10. Terimakasih untuk Ayah dan Mama yang sudah menganggap saya sebagai anak sendiri
yang selalu ada buat saya disini, yang selalu merawat saya dikala saya sakit, yang selalu
mendoakan saya, serta mendukung saya dalam menyelesaikan Proposal Laporan Tugas
akhir ini.
11. Terimakasih untuk mas Ramadani atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaran nya untuk
Tugas akhir ini. Terimakasih selalu menjaga ku disini dan selalu memastikan bahwa aku
dalam keadaan baik-baik saja. Terimakasih selalu mengusahakan apapun yang terbaik
untuk ku.
12. Terimakasih untuk Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah
memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis
menyadari sepenuhnya dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna, sehingga penulis mohon kritikan dan saran yang sifatnya membangun. Akhirnya
penulis hanya bisa berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi pembaca pada
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Kapasitas lambung berdasarkan umur pada bayi BBLR ........ 51
DAFTAR GAMBAR
BB : Berat Badan
PENDAHULUAN
Bayi berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan.
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial baik dari
faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin maupun faktor yang lain. Bayi berat
lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh
menjadi perhatian karena umumnya bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
adalah 15,5%, yang berarti sekitar 20,6 juta bayi tersebut lahir setiap tahun,
salah satu negara dengan tingkat tertinggi kejadian BBLR. Sekitar 27% bayi
yang lahir di India adalah BBLR. Asia Selatan memiliki kejadian tertinggi,
dengan 28% bayi dengan BBLR, Sedangkan Asia Timur / Pasifik memiliki
prevalensi bayi berat badan lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 persen dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3 persen sampai 38 persen dan
berdasarkan analisis lanjut SDKI angka BBLR sekitar 7,5 persen (SDKI,
2015).
terbesar kematian neonatal di Jawa Timur adalah berat badan lahir rendah
42%, asfiksia 25%, dan kelainan bawaan 16% (Purwida Lilik Haryati, 2018).
Dan berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur pada tahun
2016 di jawa timur dari 580.183 kelahiran bayi, sebanyak 20.836 mengalami
BBLR,dan pada tahun 2017 dari 578.579 kelahiran bayi, 14.882 mengalami
BBLR ( Badan Pusat Statistik Privinsi Jawa Timur , 2017) . Berdasarkan studi
153 bayi dari 576 kelahiran bayi, pada tahun 2018 mengalami penurunan
sebanyak 150 bayi dari 542 kelahiran bayi, faktor yang peling sering
menyebabkan bayi lahir dengan BBLR di RSUD Blambangan adalah usia ibu
LILA, paritas, dan berat janin dalam kandungan. Pemberian konsumsi gizi
untuk ibu hamil dianggap sesuai apabila dengan mengonsumsi berbagai zat
gizi tersebut ibu dapat melahirkan bayi dengan berat normal dan mampu
serta ibu yang tidak melakukan ANC mempunyai risiko untuk terjadi
bayi tersebut. Pada BBLR banyak sekali risiko terjadi permasalahan pada
sistem tubuh, oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. BBLR
dan termogulasi. Kematian perinatal pada BBLR adalah kali lebih besar
dari bayi normal. Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin
kehamilan bisa dilakukan pada saat pemeriksaan rutin ibu pada saat ANC.
Dalam pemeriksaan ANC kita dapat memantau berat badan janin serta
hamil agar tidak terjadi kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (
suhu tubuh normal pada BBLR adalah metode kangaroo mother care (
KMC ) atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang
angka BBLR, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir Dengan Berat Badan Lahir Rendah Di Ruang Perinatologi Rumah
Sakit Umum Daerah Blambangan Tahun 2019 dengan kasus Berat Bayi Lahir
Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi Rumah Sakit
1.3 Tujuan
2019.
1.4.1 Sasaran
1.4.2 Tempat
1.4.3 Waktu
1.5 Manfaat
Kebidanan pada bayi Baru lahir dengan Bayi Berat Lahir Rendah
2. Bagi Profesi
pada bayi dengan berat badan lahir rendah dengan tepat sesuai
3. Pendidikan
Rendah.
kematian bayi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Bayi Baru Lahir ( BBL ) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42
minggu dengan berat badan lahir antara 2.500-4.000 gram dan panjang badan
Bayi Baru Lahir ( BBL ) normal adalah bayi yang dilahirkan setelah usia
Bayi Baru Lahir ( BBL ) normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37-42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai 4.000 gram ( Vidia,
2016 ).
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan lahir
1. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 kali/menit kemudian turun
sampai 140 kali/menit — 120 kali/menit pada waktu bayi berumur 30 menit.
2. Pernafasan cepat pada menit menit pertama ( ±80 kali/menit ) disertai dengan
10. Refleks moro sudah baik, apabila di kagetkan akan memperlihatkan gerakan
memeluk
11. Graping refleks sudah baik, apabila diletakkan suatu benda di atas telapak
14. Eliminasi : baik urin, mekonium, akan keluar dalam 24 jam pertama,
Beberapa perubahan fisiologis yang di alami bayi baru lahir antara lain
yaitu :
1. Pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus
mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama kali.Pada umur
oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas
Prasekolah.2015:14
gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru- paru
(stimulasimekanik).
alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan
kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis, dalam keadaan anoksia
metabolisme anaerobik.
2. Suhu
mengalami stres dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi, suhu tubuh aksila pada bayinormal
panas yaitu :
1) Konduksi
melalui kontak langsung. Melalui proses ini, panas dari tubuh bayi
berpindah ke objek lain yang lebih dingin yang bersentuhan langsung
dengan kulit bayi. Meja, tempat tidur, atau timbangan yang suhunya lebih
rendah dari tubuh bayi akan menyerap tubuh bayi melalui mekanisme
2) Konveksi
bayi berpindah ke udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang di lahirkan
3) Radiasi
tubuh lebih rendah dari pada suhu tubuh bayi (Manggiasih & Jaya, 2016).
4) Evaporasi
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri, karena setelah lahir, tubuh
3. Sirkulasi darah
baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses penghantaran oksigen
Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh
Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi pada saat tali
puat dipotong, resistensi nya akan meningkat dan tekanan atrium kanan
dan tekanan atrium kanan juga menurun, proses tersebut membantu darah
mengalami proses oksigenasi ulang serta saat terjadi pernafasan pertama dapat
atrium kanan, dan terjadi penurunan atrium kiri, voramen ovale akan menutup
(Manggiasih, 2016).
4. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa
Bayi baru lahir akan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga
pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi
berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapatkan susu kurang lebih pada
hari keenam, pemenuhan kebutuhan energi bayi 60% di dapatkan dari lemak
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan
kadar natriumrelatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas.
proksimal
3. Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatus relatif kurang bila
7. Warna Kulit
Pada saat kelahiran tangan dan kaki warnanya akan lebih kelihatan
lebih gelap dari pada bagian tubuh lainnya, tetapi dengan berta,bahnya umur
2.1.4 Penilaian
1. APGAR Skor
Sumber: Wahyuni, Sari. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita Penuntun
normal
resusitasi
Penelitian APGAR 5 menit pertama dilakukan saat kala III persalinan
dengan menempatkan bayi baru lahir diatas perut pasien dan ditutupi dengan
baru lahir berdasarkan criteria di atas dituliskan dalam table APGAR skor
2. Ballard score
1) Kulit
kehamilan. Saat masa kelahiran semakin dekat, kulit tampak buram karena
sudah terdapat jaringan subkutan yang relatif tebal, kuku tangan dan kaki
sudah terbentuk sempurna dan tumbuh sedikit lebih panjang dari ujung jari.
menjadi tanda gawat janin pada bayi matur. Janin dengan usia gestasi
beberapa jam akan mewarnai kulit, kuku jari tangan dan kaki, serta tali
pusat dengan warna kehijau-hijauan, ini merupakan tanda gawat janin yang
lebih dini atau yang telah berlangsung lebih lama. Bayi postmatur (lebih
normal, dan kuku jari tangan yang panjang mungkin terdapat pewarnaan
yang retak disebut kulit kolodion. Bayi yang seperti ini sering kali
mengalami erosi, tetapi harus dibedakan dari lesi lepuh akibat infeksi
stafilokokus.
Aplasia kutis adalah kondisi kongenital berupa tidak adanya kulit,
yang biasanya terjadi meliputi suatu daerah yang kecil dan terlokalisasi.
ditemukan pada bayi baru lahir berat. Kulit menjadi keras dan dingin dan
2) Lanugo
pada tubuh bayi, terutama di punggung, dahi dan pipi. Lanugo lebih terlihat
Biasanya tidak terlihat lagi pada bayi lebih bulan. Dan rambut lanugo pada
bayi cukup bulan terdapat di punggung bagian atas dan bagian dorsal
ekstremitas.
kelahiran karena setelah itu kulit kaki akan segera mengering, dan lipatan
4) Payudara
ukuran. Penting sekali untuk meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada
kartilago dan pinna atas yang tidak tertutup, dan pinna yang dapat
bentuk telinga, lalu lipat ujung telinga kearah depan, berlawanan arah sisi
6) Genetalia
tampak. Genital wanita pada masa minggu ke-30 hingga ke-32 mempunyai
klitoris yang menonjol, dan labia mayora bentuknya kecil, serta letak antara
ke dua sisinya terpisah jauh. Pada usia minggu ke- 36 hingga ke-40, labia
hampir menutupi klitoris, dan juga pada masa lebih dari minggu ke-40,
skrotum dan ada atau tidaknya rugae. Kantong skrotum dapat diraba secara
neuromuskular :
2009). Pada saat bayi diam dan berbaring terlentang, periksa derajat fleksi
taksiran dan mencocokannya dengan nilai sudut yang ada pada alat
b. Pegang tangan bayi dan tempelkan lengan melewati leher ke bahu yang
d. Amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada
lembar kerja.
3) Rekoil tangan
perkembangan fleksi. Uji ini paling baik dikaji setelah satu jam pertama
melepaskan, siku bayi cukup bulan akan membentuk sudut kurang dari
900, dan secara cepat terjadi recoil hingga posisinya kembali ke posisi
fleksi. Lengan bayi preterm mempunyai waktu rekoil lebih lambat dan
4) Sudut popliteal
Fleksikan paha sampai ke arah abdomen atau daerah dada pada bayi baru
lahir, dan letakkan jari telunjuk anda yang lain di belakang pergelangan
Kemudian ukur sudut yang terbetuk. Hasilnya sangat beragam, dari tidak
terdapatnya resistensi pada bayi yang sangat matur, hingga didapati sudut
sebesar 80° pada bayi term. Dan sudut kurang dari 90° memiliki skor 5
(Ladewig, 2009).
5) Tanda scarf
b. Pegang tangan bayi dan tempelkan lengan melewati leher ke bahu yang
c. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus
d. Amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada
lembar kerja.
b. Siku diantara line axillaris anterior yang berlawanan dan garis tengah
toraks :1
6) Tumit ke kuping
b. Secara lembut tarik kaki menuju ke telinga, tetap pada sisi yang sama,
resistensi pada gerakan ini. Jika bayi baru lahir sebelumnya dilahirkan
1. Menangis
jelas dan aktif menangis. Tangis yang normal adalah kuat dan keras/ nyaring
(Hamilton, 2009).
2. Tidur nyenyak
Keadaan tidur tenang bayi jarang bergerak dan pernafasan lambat serta
Kedaan tidur REM bayi bernafas tidak teratur dan meringis serta
1) Aktif- sadar
2) Tenang -sadar
Keadaan sadar tenang bayi sadar tapi relaks, mata terbuka dan
terfokus .
3) Transisional
Menurut Sitiatava (2012), refleks yang dimiliki bayi baru lahir yaitu
sebagai berikut :
1. Reflek Moro
pada bayi. Respon pada bayi baru lahir berupa menghentakan tangan dan kaki
lurus kearah ke luar, lutut fleksi dan bayi mungkin menangis (Sitiatava, 2012).
2. Reflek menggenggam
obyek atau jari. Respon bayi berupa menggenggam dan memegang erat
(Sitiatava, 2012).
3. Reflek menghisap
Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagu disentuh. Sebagai
respon bayi akan menoleh dan membuka mulut untuk mengisap (Sitiatava,
2012).
4. Rooting Reflek
Rooting reflek terjadi ketika pipi bayi di usap atau di sentuh bagian
dihisap. Reflek menghisap dan mencari menghilang setelah bayi berusia sekitar
menghisap dan mencari adalah upaya untuk mempertahankan hidup untuk bayi
5. Terkejut
Bayi akan melakukan abduksi dan fleksi seluruh ekstremitas dan dapat
mulai menangis bila mendapat gerakan mendadak dan suara keras (Sitiatava,
2012).
6. Glabellar
Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketuk pertama pada batang
7. Babinsky
dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki digosok dari unit ke atas melintas
dalam posisi terlentang. Ketika kepala bayi digerakan ke kiri atau ke kanan,
tangan yang berlawanan. Reflek ini tidak dapat terlihat pada bayi usia 1 hari.
Reflek ini dapat diamati sampai bayi berusia 3-4 bulan. Reflek yang terus
9. Reflek Swallowing
putting susu ibu dan bayi akan berusaha mengisap lalu menelan. Proses
menelan ini yang disebut reflek swallowing. Reflek ini tidak akan hilang
(Sitiatava, 2012).
Sentuh atau tekan ujung lidah. Bayi akan menjulurkan lidah keluar.
melingdungi mata dari cahaya dan benda-benda asing, Jika bayi terkena sinar
atau hembusan angin, matanya akan menutup atau dia akan mengerjapkan
Reflek ini muncul sejak lahir dan berlangsung hingga sekitar satu tahun
telapak kakinya, maka jari-jari kakinya akan melekuk secara erat (Sitiatava,
2012).
2.1.7 Komplikasi
1. Asfiksia.
2. Gangguan nafas
3. Hipotermi/ Hipertermi
4. Dehidrasi
5. Ikterus
7. Tetanus neonatorm
8. Kejang
9. Cidera lahir
2. Kejang
5. Merintih
7. Sianosis sentral
Asuhan segera pada bayi baru lahir (neonatus) terdiri atas beberapa
1. Pencegahan Infeksi
terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir, bayi baru lahir
berikut.
defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir normal cukup bulan perlu
2) Memberikan obat tetes atau salep mata. Untuk pencegah penyakit mata
karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada
jam persalinan.
2. Mempertahankan Suhu Tubuh BBL dan mencegah Hipotermia.
1) Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir, kondisi bayi lahir basah
karena air ketuban atau aliran udara melalui jendela/ pintu yang terbuka
lebih cepat kehilangan suhu tubuh. Hal ini akan mengakibatkan serangan
2) Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir harus segera
ibu.
3) Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil. Pada BBL cukup
bulan dengan berat badan lebih dari 2500 gram dan menangis kuat bisa
menggunakan air hangat. Pada BBL bresiko yang berat badannya kurang
dari 2500 gram atau keadaanya sangat lemah jangan dimandikan sampai
suhu tubuhnya stabil dan mampu mengisap ASI dengan baik. (Maryuni,
2014).
2.2 Konsep Dasar Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
2.2.1 Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi kurang dari 2500 gram
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir berat badannya
saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2499). Bayi lahir rendah mungkin
prematur (Kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (Dismatur) (Saifudin, 2011).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa BBLR adalah bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yang dapat terjadi pada bayi prematur
2.2.2 Etiologi
1. Faktor Ibu
3) Usia ibu dan paritas, angka kejadian BBLR tertinggi di temukan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan usia < 20 tahun atau >35 tahun.
2. Faktor janin
infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan
kehamilan kembar/gemeli.
3. Faktor plasenta
dini.
4. Faktor lingkungan
Manifestasi klinis bayi BBLR menurut Sudarti & Afroh, (2013) sebagai
berikut :
6. Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus, daun
telinga elastis.
7. Dada: dinding thorax elastis, putting susu belum terbentuk.
11. Genetalia: laki-laki skrotum sedikit, testis tidak teraba, perempuan labia
12. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi luru garis telapak kaki
sedikit.
minggu dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, Berat badan kurang dari
2500 gram, PB 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang
10. Pembuluh darah kulit banyak terlihat peristaltic usus dapat terlihat.
14. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering dan
17. Pada wanita labia mayora belum menutupi labia minora, pada laki-laki
2.2.4 Klasifikasi
(BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram. Dalam hal ini
- Neonatus yang termasuk dalam BBLR mungkin merupakan salah satu dari
prematur dengan berat badan lahir yang sesuai dengan masa kehamilan .`
prematur dengan berat badan lahir kurang dari normal menurut usia
kehamilan
- Selain itu sesuai dengan kemajuan teknologi kedokteran, BBLR dibagi lagi
Birt Weigh (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir
2) Bayi dengan berat lahir amat sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan
1) ``Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir 1.500-
2.500gram.
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir
<1.500 gram.
3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) adalah bayi dengan berat lahir
Sedangkan menurut Ayuwari (2009), bayi dengan berat badan lahir rendah
1. Prematuritas murni
minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau
Kehamilan).
2. Dismaturitas
Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
cabang-cabang arteri uterine dan arteria ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus miometrium berupa arteri arkuarta dan arteri akuarta memberi cabang
arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan
arteri basalis memberi cabang arteri spiralis. Pada hamil normal, dengan sebab
yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis, yang
spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga
mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini
janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri
spiralis menjadi tetap kaku, dan keras, sehingga lumen arteri spiralis tidak
spiralis", sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan
533)
2.2.6 Adaptasi Fisiologis BBLR
1. Pengendalian suhu
disebabkan oleh produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas.
Kehilangan panas yang meningkat karena adanya permukaan tubuh yang relatif
besar dan tidak adanya lemak subkuta, tidak adanya pengaturan panas bayi
sebagian disebabkan oleh panas immature dari pusat pengatur panas dan
2. Sistem Pernapasan
paru pada bayi dengan berat 900 gram, Alveoli cenderung kecil, dengan
matur bayi dan lebih berat badanya makan akan semakin besar alveoli, pada
hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler, otot pernafasan bayi lemah dan
semua neonatus dan bayi preterm. Pada bayi neonatus dalam keadaan istirahat,
(Jaya, 2016).
3. Sistem Pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil/ lemah refleks hisap
dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu minum secara efektif,
seorang bayi dengan berat 900 gram memperlihatkan adanya sedikit lipatan
mukosa, glandula skretoris, demikian juga kurang berkembang. Perototan usus
yang lemah mengarah pada timbulnya distensi dan retensi bahan makanan
4. Sistem Sirkulasi
Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa bayi preterm
kerjanya lambat dan lemah. Terjadinya ekstrasistole dan bising yang dapat di
dengar pada atau segera setelah lahir. Sirkulasi perifer seringkali buruk dari
dinding pembulu darah intrakranial, hal ini merupakan sebab dari timbulnya
darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi arterm, tekanan menurun dengan
menurunnya berat badan. Tekanan sistolik pada bayi arterm sekitar 80 mmHg
dan pada bayi preterm yaitu 40-50 mmHg, untuk tekanan diastolik secara
proporsional rendah, bervariasi dari 30-45 mmHg. Nadi bervariasi antara 100-
160 kali/ menit cenderung ditemukan aritma, dan untuk memperoleh suara
yang tepat maka dianjurkan untuk mendengar pada debaran apeks dengan
5. Sistem Urinarius
glomerolus yang menurun, klirens urea dan bahan terlarutyang rendah. Hal ini
menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi. Hal
maturitas, pusat pengendali fungsi fital, misalnya pernafasan, suhu tubuh dan
pusat refleks kurang berkembang. Refleks seperti refleks leher tonik ditemukan
susunan syaraf yang buruk, maka bayi terkecil pada khususnya yang lemah,
lebih sulit untuk dibangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah (Jaya,
2016).
(peralihan) yang terjadi antara 24 dan 33-34 minggu. Selama setahun stadium
ini bayi bisa menjadi buta jika diberikan ksigen alam konsentrasi yang tinggi
8. Sistem Genital
Genital kecil pada wanit, labia minora tidak ditutpi labian mayora
hingga arterm. Pada laki-laki testis terdapat dalam abdomen dan skrotum atau
2.2.7 Komplikasi
1. Hipotermia
Dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36o sampai dengan 37o C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan
pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini
memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain itu hipotermi
dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan
otot-otot yang belum cukup memadai lemak subkutan yang sedikit belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif
lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
2) Kulit dingin
3) Akral dingin
4) Sianosis
2. Hipoglikemia
bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa
merupakan sumber bayi utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya
Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dl selama 72
jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/ dl.
bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dl. Tanda klinis
hipoglikemia :
1) Gemetar / tremor
2) Sianosis
3) Apatis
4) Kejang
5) Apnea intermiten
7) Kelumpuhan / letargi
8) Kesulitan minum
11) Hipotermia
12) Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul bersama-
sama).
3. Perdarahan intracranial
epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentang
4) Litargi
6) Apnea
10) Kejang
11) Kelumpuhan
13) Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinik
satupun
2.2.8 Pencegahan
Menurut Manggiasih (2016) risiko bayi BBLR dapat dicegah pada masa
4. Anjurkan ibu lebih banyak istirahat, bila kehamilan mendekati aterm atau
istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari keadaan normal
kehamilan.
2.2.9 Penatalaksanaan
Penanganan kebidanan bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah
1. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
2. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti, pakai topi untuk
suhu rectal dipertahankan antara 36° C s/d 37° C. Bayi berat rendah harus
inkubator , bayi dengan berat badan < 1.500 gram dengan suhu 35° C dan bayi
dengan berat badan 1500 gram sampai dengan 2500 gram dengan suhu
inkubator 33°C -34°C agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuh 37°C suhu
incubator dapat di turunkan 1°C perminggu untuk bayi dengan berat badan <
1500 gram secara berangsur-angsur ia dapat di letakan dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27° C -29° C. bila incubator tidak ada pemanasan
efektif karena metode ini adalah suatu teknologi tepat guna sebagai pengganti
incubator yang sederhana, murah dan sangat dianjurkan pada bayi BBLR, yang
1) Posisikan bayi diantara payudara, tegak, dada bayi menempel ke dada ibu,
2) Palingkan kepala bayi kesisi kanan atau kiri, dengan sedikit tengadah
4. Pencegahan infeksi
khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker,
gunakan baju/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar
5. Nutrisi
Pada bayi prematur reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna,
masih kurang di samping itu kebutuhan protein 3-5 gr perhari dan tinggi kalori
minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak menderita
lahir 2000 gram agar lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat
kurang 1500 gram diberi minum melalui sonde, permulaan cairan diberikan
cc/kg/BB/hari, Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya
1 minggu 30-90
1 bulan 90-150
3 bulan 150-200
1 tahun 20-360
2.3.1 Definisi
PMK adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus-menerus
dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif (Yongky dkk, 2012). Salah satu
cara untuk mengurangi kesakitan dan kematian BBLR adalah dengan Perawatan
Metode Kanguru (PMK) atau perawatan bayi lekat yang ditemukan sejak tahun
1983.
PMK adalah perawatan bayi baru lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu
(kontak kulit bayi dan kulit ibu) sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat. Perawatan
metode ini sangat menguntungkan untuk bayi berat lahir rendah (Atikah & Afroh,
2010).
2.3.2 Manfaat
Keuntungan dan manfaat PMK adalah suhu tubuh bayi tetap normal,
perlindungan bayi dari infeksi, berat badan bayi cepat naik, stimulasi dini, kasih
sayang, mengurangi biaya rumah sakit karena waktu perawatan yang pendek, tidak
memerlukan inkubator dan efisiensi tenaga kesehatan (Atikah & Afroh, 2010).
Adapun manfaat lain dari PMK yaitu ikatan emosional ibu dan bayi, posisi
bayi tegak akan membantu bayi bernafas secara teratur, menyiapkan ibu untuk
merawat bayi BBLR di rumah, melatih bayi untuk menghisap dan menelan secara
periodic)
5) Bayi lebih sering minum ASI dan lama menetek lebih panjang serta
9) Hubungan lekat bayi — ibu lebih baik serta berkurangnya kejadian infeksi
(Rahmayanti, 2011).
mempermudah pemberian ASI, ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi,
hubungan lekat bayi-ibu lebih baik, ibu sayang kepada bayinya, pengaruh
psikologis ketenangan bagi ibu dan keluarga (ibu lebih puas, kurang merasa
(Rahmayanti, 2011).
2011).
efisiensi tenaga karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri. Dengan
demikian beban kerja petugas akan berkurang. Bahkan petuas justru dapat
5. Ibu, suami atau pengganti ibu lainnya sehat dan mampu serta mampu merawat
(Maryunani, 2014).
1. PMK intermiten, yaitu PMK degan jangka waktu yang pendek (perlekatan
lebih dari satu jam per hari) dilakukan saat ibu berkunjung. PMK ini
2. PMK kontinu yaitu PMK dengan jangka waktu yang lebih lama daripada PMK
intermiten. Pada metode ini perawatan bayi dilakukan selama 24 jam sehari.
1. Posisi bayi
Beri bayi pakaian, beri topi , popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan lebih
dahulu kemudian letakkan bayi di dada ibu. Letakkan bayi diantara payudara
dengan posisi tegak atau vertikal, dada bayi menempel pada pada ibu. Posisi
ibu dijaga dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan
kesisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Ujung
pengikat tepat berada dibawah kuping bayi. Tungkai bayi haruslah dalam posisi
“kodok”, tangan harus dalam posisi fleksi. Ikatkan kain dengan kuat agar saat
ibu bangun dari duduk, bayi tidak tergelincir.Pastikan juga bahwa ikatan yang
kuat dari kain tersebut menutupi dada si bayi. Perut bayi jangan sampai
tertekan dan sebaiknya berada di sekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini ibu
4) Bayi dimasukkan dalam posisi kanguru, menggunakan topi, popok dan kaus
5) Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan
pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan
siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan
6) Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran besar, dan bayi diletakkan di
7) Setelah posisi bayi baik, baju kanguru diikat untuk menyangga bayi.
bayinya dalam posisi tegak lurus di dada ibu (skin to skin contact) seperti
Berikut adalah cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari baju kanguru,
bayi.
2. Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya
agar kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi saluran nafas ketika bayi
1. Selama penggunaan metode kanguru ibu atau pengganti ibu tidak memakai
Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian
(Varney, 2011).
1. Pengkajian
A. Data subyektif
1. Identitas
Umur : Umur ibu yang < 20 atau > 35 tahun berisiko tinggi
2011).
2016).
(Manggiasih, 2016).
2. Keluhan utama
keterangan ( Varney, 2012). Keluhan utama pada kasus ini yaitu ibu
dari bulan perkiraan akan tetapi BB rendah, ketuban pecah dini atau
(Manggiasih, 2016).
a. Pemeriksaan Perinatal.
b. Riwayat Natal
Apgar Score
mata, vit k, ada infeksi tali pusat/ tidak, ada sianosis/tidak, dan
6. Riwayat Imunisasi
a. Pola Nutrisi
frekuensi 30 cc/ hari. Bayi dengan berat lahir < 1.500 gram
diberi minum melalui sonde, permulaan cairan diberikan sekitar
2011).
b. Pola aktivitas
c. Pola Istirahat
BBLR lebih banyak tidur ( Bangun ketika BAB dan BAK dan
d. Pola eliminasi
kedua bayi diseka 2x/ hari, ganti pempres tiap kali BAB dan
B. Data Objektif.
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
Pada bayi BBLR gerak lemah, tangis lemah atau merintih (Wiknjosastro, 2010).
2010).
RR : Pada bayi dengan BBLR frekuensi pernafasan pada hari pertama 40-
(Wiknjosastro, 2010).
Nadi : Pada bayi BBLR denyut jantung berkisar 100 - 140 x/menit
(Hidayat, 2011).
2. Pemeriksaan Fisik
A. Inspeksi
Kepala : Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus,
2011)
Muka : Simetris, kulit kemerahan, ada sianosis/ tidak, ikterus/ tidak, pucat/
Mata : Simetris atau tidak, conjungtiva merah muda/ pucat, odema pada
(Dewi, 2011)
Mulut : Mukosa bibir lembab/ kering, stomatitis/ tidak, ada labio skhizis
atau palato skhizis atau tidak, lidah ada bercak putih/tidak, platum
Telinga : Simetris/ tidak, ada serumen/tidak, daun telinga tipis elastis, pada
2009)
jugularis.
Dada : Terdapat tarikan intercoste atau tidak, payudara simetris atau tidak,
tali pusat basah dan segar, tidak ada pendarahan tali pusat,
Laki-laki : Testis sudah turun ke skrotum/ belum, pada bayi (premature usia
Perempuan : Labia mayora belum menutupi labia minor pada bayi (Prematur
tebel/tipis, ada sianosis atau tidak, turgor kulit kulit kembali/ tidak >
B. Palpasi
vena jugularis.
(Arief, 2009)
C. Auskultasi
Dada : Tidak terdengar ronchi, dan wheezing, bunyi nafas normal atau
bersih.
D. Perkusi
3. Pemeriksaan Antopometri
BB lahir : Pada BBLR berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Lingkar kepala : Pada bayi dengan BBLR lingkar kepala kurang dari 30cm.
Lingkar Lengan : Pada bayi dengan BBLR LILA kurang dari 10 cm (Dewi,
2011).
Pemeriksaan Penunjang
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
Pemeriksaan Reflek
a. Reflek Moro
Reflek moro adalah Rangsangan mendadak yang menyebabkan lengan
terangkat ke atas dan ke bawah terkejut dan relaksasi dengan cepat. Pada
2010).
b) Reflek Rooting
Reflek rooting positif (mulut bayi mencari puting susu). Tidak ada respon
pada bayi BBLR untuk memalingkan muka bila pipi atau bibirnya
d. Reflek Sucking
Reflek ini terjadi apabila terdapat rangsangan pada bibir, yang disertai
e. Reflek Grasping
Jari-jari kaki bayi akan melekuk ke bawah bila jari diletakkan di dasar
Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala di putar ke satu sisi, pada
permukaan keras, pada bayi dengan BBLR reflek ini lemah (Wiknjosastro,
2010).
a. Identifikasi Diagnosa.
Data Subjektif :
d. Bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu atau lebih dari 37 minggu.
Data Objektif :
Data antropometri :
PB : kurang dari 45 cm
Pemeriksaan Fisik :
Kepala
Inspeksi : Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan
halus.
Genetalia :
belum turun.
(Arief, 2009)
Ekstremitas atas dan bawah : garis telapak kaki dan tangan sedikit, gerak lemah,
Reflek Rooting : Tidak ada respon pada bayi BBLR untuk memalingkan
Reflek Sucking : Respon menghisap yang lemah pada BBLR, muntah, batuk
Reflek Tonick Neck : Pada bayi dengan BBLR reflek ini tidak ada
(Wiknjosastro, 2010)
Reflek Walking : Pada bayi dengan BBLR reflek ini lemah (Wiknjosastro,
2010)
b. Identifikasi Masalah.
Ds : Bayi sesak
e. Hipotermi.
Do : Suhu kurang dari 35°C, akral bayi dingin, turgor kulit tidak bisa
4. Resiko Infeksi
Do : Kulit disekitar anus kemerahan, lembab pada daerah genetal dan anus
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi dengan hati-hati dan kritis pola atau
kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu
pasien mengatasi atau mencegah masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2011). Pada
Kalaborasi dengan dr SpA , menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dan
6. Intervensi
Kriteria Hasil:
- k/u baik
- kesadaran composmentis
Suhu : 36,5-37,5° C
RR : 40-60 x/menit
Intervensi Diagnosa :
fasilitas dan protap yang ada menunjang untuk membuat perencanaan tersebut
sesuai dengan diagnosa dan masalah yang ada (Maryanti, Dwi. 2011)
BBLR.
3. Observasi ttv
R/ deteksi dini adanya komplikasi.
R/ Pada bayi dengan BBLR reflek isap dan menelan masih lemah sehingga
perlu dilihat untuk pemberian minum. Jika bayi tidak mampu menelan
R/ Pada bayi BBLR dapat diberi minum ASI/PASI atau bayi dipuasakan.
Pada BBLR rentan terhadap resiko infeksi lebih baik diberi minum ASI
Kenaikan berat badan bayi dalam 1 hari yaitu 10-30 gram per hari.
Intervensi Masalah :
terpenuhi.
Kriteria hasil:Pernafasan teratur, RR 40-60x/menit, tidak ada bunyi
Intervensi.
R/ Bayi baru lahir mempunyai ketidak efektifan pola nafas dan untuk
ronchi.
nafas.
2) Hipotermi
Intervensi.
dilakukan observasi suhu bayi agar suhu bayi dalam batas normal
melalui konveksi.
4. Menyeka bayi
5. Ganti pempers bayi setiap kali basah/ BAB dan BAK dan ganti baju
R/ Bayi dengan BBLR bisa terjadi hipotermi sehingga jika pakaian dan
BAB lancar, BB bertambah sampai batas normal, turgor kulit elastis, bayi
Intervensi
dan output.
BB bayi lebih dari 10% dan berapa gram berat badan bayi
bertambah.
R/ Bayi dengan BBLR dengan berat badan < 1500 gram diberikan
4) Risiko Infeksi
Intervensi :
Kriteria Hasil : Tidak ada rash, tidak ada iritasi, tidak plebitis
Intervensi :
2. Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, lesi pada daerah yang
bayinya
6. Implementasi
perencanaan (Varney, 2011). Penatalaksanaan asuhan ini bisa dilakukan oleh klien
atau tenaga kesehatan lainnya. Pelaksanaan asuhan pada bayi BBLR disesuaikan
7. Evaluasi
Merupakan langkah terakhir untuk menilai keberhasilan dari rencana asuhan yang
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnose (Varney, 2011).
Untuk masalah ketidak efektifan pola nafas, evaluasi dapat dilakukan pada hari ke-3
risiko infeksi dilakukan pada hari ke- 3 setelah pegkajian, untuk masalah risiko
gangguan integritas kulit bisa di evaluasi 24 jam stelah pengkajian, sedangkan untuk
kecemasan orang tua dapat di evaluasi 24 jam stelah pengkajian, evaluasi yang
dilakukan lebih dari 24 jam sebelum evaluasi dilakukan tetap di kaji setiap hari dan di
PATOFISIOLOGI FISIOLOGIS
1. Faktor Ibu 1.Berat Badan Lahir 3. Jepit dan potong tali pusat
1.BBLR ( BB :
Rendah kurang dari
1.500-2.499 gram) 2.500 gram. 4. Hangatkan bayi
2. Faktor Plasenta
2.BBLSR (BB : 2.Panjang badan kurang 5. Lakukan IMD
3. Faktor Janin 1.000-1.499 gram) dari 45 cm.
6. Pemberian obat salep mata
3.Lingkar dada kurang dari
4. Faktor
Berhasil 3. BBLER 30 cm. 7. Sutik Vit. K
(BB<1.000gram)
KriteriaLingkungan
Hasil Dalam Batas Normal
4.Lingkar kepala kurang 8. Identifikasi bayi
dari 33 cm.
- Suhu dalam batas 9. Suntikkan Hb0
normal
- Reflek hisap dan
menelan
membaik Asuhan Kebidanan 7
Evaluasi
Penatalaksanaan langkah Varney
- Ada kenaikan BB
sebanyak 20-30 -Inkubator 1. Pengkajian
gram perhari
- Tidak terpasang Tidak berhasil - Metode kangguru 2. Interpretasi Data
oksigen Komplikasi - Menjaga pola per- Dasar
- Tidak ikterus sonal hygiene bayi
- Gangguan nafas - Memberi nutrisi 3. Identifikasi Diagnosa
- Ikterus
- hipotermi lewat sonde/ASI dan Masalah Potensial
- hipoglikemi eksklusif
- Sianosis - Observasi TTV 4. Identifikasi
Asuhan Pada BBL - Kerusakan kulit - Pencegahan Kebutuhan Segera
Normal Di Rumah - Asfiksia infeksi
5. Intervensi
- Jaga kehangatan
bayi 6. Implementasi
- Jemur bayi di pagi
hari 7. Evaluasi
- ASI ekslusif
- Perawatan bayi
sehari-hari
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Bagan 2.2 Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
dengan BBLR di RSUD Blambangan Banyuwangi tahun 2019
DAFTAR PUSTAKA
Bendhari dan haralkar. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta : PT Rajagrafida Persada.
Br Juliana. 2017. Asuhan Neonatus,Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Yogyakarta : CV Budi
Utama
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Jakarta : Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun
2016 . Jakarta : Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. 2017. Jakarta
: Depkes RI
Dewi, VN dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan kehamilan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba
medika
Indrayani. 2016. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta: CV. Trans Info Media
Kosim MS, Yunanti A, dan Usman A. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
Ladewig ML dan Patricia W. 2009. Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta :
EGC.
Lestiani D, 2012. Gambaran tingkat pengetahuan tentang BBLR di BPS Ny. Reno Sulistianti
Gemuh Kendal. Semarang : STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Manggiasih dan Jaya 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak. Jakarta : Trans Info Media.
Maryunani, A. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, Jakarta : CV. Trans Info
Media
Maryunani, A. 2014. Buku Saku Asuhan Bayi Dengan Berat Lahir Rendah, Jakarta : CV.
Trans Info Media
Morgan G dan Hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi Pandu Prakik. Jakarta: EGC
Muslihatun. WF., 2010. Asuhan Neonatal Bayi Dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya
Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta : Nuha Medika.
Rahmayanti. 2011. Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru Pada Ibu Yang Memiliki BBLR
Di Rumah Sakit Budi Kemuliaan. Jakarta : Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat.Jakarta
RSUD Blambangan. 2017. Buku Sensus Harian Bayi Baru Lahir Dengan Berat Badan Lahir
Rendah.Banyuwangi
Rukiyah AY dan Lia Y. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans
Info Media
Rukiyah dan Yuliati. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Anak dan Balita. Jakarta : CV Trans Info
Media
Saifuddin. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sitiatava. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Untuk Keperawatan Dan Kebidanan.
Jogjakarta : D-Medika
Sudarti & Afroh .F . 2013. Asuhan Keperawatan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Sondakh JS. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Erlangga
Sudarti dan Fauziah. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Wahyuni, Sari. 2011, Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Penuntun Belajar Praktik Klinik .
Jakarta : EGC
Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediartik. Vol. 1. Edisi 6. Jakarta: EGC
World Health Organization (WHO). 2016. Optimal Feeding Of Low Birth Weight Infants In
Low And Middle Incom Contries. Geneva: World Health Organization