Anda di halaman 1dari 89

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI

PADA NY.. UMUR..TAHUN.. P.. A.. ... POST PARTUM DENGAN ABSES PAYUDARA

DI ...

2014

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah

Program Studi D-III Kebidana Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sains Al Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo

Disusun oleh :

ALIA FEBRIANA

NIM : 0610300415401120001

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN JAWA TENGAH

DI WONOSOBO

TAHUN 2014
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta

pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasasarkan

pancasila. Oleh karena itu, pembangunan di bidang kesehatan harus dilaksanakan sebagai bagian

integral dari pembangunan nasional. Salah satu indikator untuk menentukan derajad kesehatan

suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi.

Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit seorang

perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan,dan nifas.

Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan

meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas ( Riswandi, 2005 ). AKI di

Indonesia masih tertinggi di Negara ASEAN. Sehingga target Millenium Development Goalds

(MDGs) AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup (Barata,

2008).

Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu

dan bayi di Indonesia Pada masa ini terjadi beberapa perubahan, salah satunya perubahan pada

payudara untuk mempersiapkan masa laktasi atau menyusui. Menyusui bayi adalah salah satu

ekspresi cinta seorang ibu, tetapi banyak kesulitan yang dialami seorang ibu dalam

pelaksanaannya. Kesulitan yang terjadi antara lain puting datar atau terbenam, puting lecet,

payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses payudara. Abses payudara

merupakan lanjutan dari mastitis. Mastitis yaitu infeksi kelenjar mammae pada masa nifas dan

menyusui. Insidennya sekitar 2 %, gejala-gejala mastitis supuratif jarang muncul sebelum


sampai akhir minggu ketiga atau keempat. Infeksi hampir selalu unilateral dan pembengkakan

bermakna biasanya mendahului inflamasi. Payudara menjadi keras dan memerah, dan sang ibu

mengeluhkan nyeri, sekitar 10 % mastitis dengan abses mammae.

Masalah payudara yang sering terjadi pada masa nifas sebenarnya dapat dicegah dengan

dilakukannya asuhan pada ibu nifas secara dini salah satunya adalah dengan perawatan payudara

dan KIE tentang cara menyusui yang benar.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan menurut 7 langkah Varney secara

komprehensif pada pasien dengan Abses payudara

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data

2. Mahasiswa mampu melakukan intepretasi data dasar

3. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial

4. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kebutuhan segera

5. Mahasiswa mampu melakukan intervensi

6. Mahasiswa mampu melakukan implementasi

7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi

1.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Suatu metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya

jawab secara langsung pada klien atau keluarga.


2. Observasi

Suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan secara langsung

baik itu pemeriksaan umum, khusus, maupun penunjang pada klien.

3. Studi Dokumentasi

Suatu teknik pengumpulan data dengan melihat data yang sudah ada dalam status

klien dan data penunjang lainnya.

4. Studi Pustaka

Penulis menggabungkan teori yang berkaitan dengan kasus yang dibahas sebagai suatu

penunjang untuk memberikan asuhan pada klien.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB 1 Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, tujuan, teknik pengumpulan data dan sitematika penulisan.

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Terdiri dari konsep dasar masa nifas, konsep abses payudara, konsep manajemen asuhan

kebidanan pada klien post partum dengan abses payudara.

BAB 3 Tinjauan Kasus

Terdiri dari pengkajian, interpretasi dasar, identifikasi diagnosa dan masalah potensial,

identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.

BAB 4 Pembahasan

BAB 5 Penutup

Terdiri dari kesimpulan dan saran


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Masa Nifas

2.1.1 Definisi

Masa nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin ( menandakan akhir

periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil.

Periode pemulihan pasca partum berlangsung sekitar 6 minggu (Varney, 2003).

Masa nifas adalah periode selama dan tepat setelah kelahiran dan 6 minggu berikutnya saat

terjadi involusi kehamilan normal (Cunningham,2004).

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai saat kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama

kira-kira 6-8 minggu ( Sarwono, 2006).

2.1.2 Tahapan masa nifas

Menurut Sitti Saleha (2009), tahapan yang terjadi pada masa nifas dibagi dalam 3 periode,

yaitu:

1. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Pada masa ini sering terjadi banyak

masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah, dan suhu.

2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,

lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapat makanan dan cairan, serta dapat

menyusui dengan baik.

3. Periode late postpartum (1minggu-5 minggu)


Pada tahap ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling

KB.

2.1.3 Perubahan fisiologis dan anatomis puerperium

1. Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada

kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari

kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun

masuk ke dalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gram

2. Lokia

Lokia adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selam puerperium.

Karena perubahan warnanya, nama diskriptif lokia berubah menjadi lokia rubra, serosa atau alba.

a. Lokia Rubra

Berwarna merah karena mengandung darah.Ini adalah lokia pertama yang mulai keluar segera

setelah kelahiran dan terus berlanjut selama dua hingga tiga hari pertama pasca partus lokia rubra

terutama mengandung darah dan jaringan desidua.

b. Lokia serosa
Mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari likia rubra, lokia ini berhenti sekitar 7 hingga

8 hari kemudian dengan warna merah muda, kuning, atau putih hingga transisi menjadi lokia

alba. Lokia serosa terutam mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit.

c. Lokia alba

Mulai terjadi sekitar hari ke sepuluh pasca partum dan hilang sekitar pariode dua minggu. Pada

beberapa wanita, lokia ini tetap ada pada saan pemeriksaan pasca partum. Warna lokia alba putih

krem dan terutama mengandung leukosit dan sel desidua.

Lokia mempunyai karakteristik bau, Seperti aliran menstruasi. Bau lokia ini paling kuat

pada lokia serosa. Bau tersebut lebih kuat lagi jika bercampur dengan keringat dan harus secara

cermat dibedakan dengan bau tidak sedap yang mengidentifikasi adanya infeksi (Helen Varney,

2003:960)

3. Vagina dan perineum

Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami bebrapa derajat

edema dan memar, dan celah pada introitus.Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum,

tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagian tidak lagi edema.Ukurannya

menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga pascapartum.Ruang vagina

selalu sedikit lebih besar daripada sebelum kelahiran pertama. Akan tetapi, latihan pengencangan

otot perineum akan mengembalikan tonusnya dan memungkinkan wanita secara perlahan

mengencangkan vaginanya. Pengencangan ini sempurna pada akhir puerperium dengan latihan

setiap hari.

4. Payudara (mamae)

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses

menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis yakni produksi ASI dan sekresi ASI (let down
reflec). Selama smbilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya

untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang

dihasilkan plasenta tidak lagi menghambat kerja kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin.

Sampai hari ketiga efek prolaktin bisa dirasakan.Pembulu darah payudara menjadi bengkak terisi

darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan sakit.

5. Sistem pencernaan

Mual dan muntah terjadi akibat produksi saliva meningkat pada kehamilan trimester I, gejala

ini terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung kurang lebih 10 minggu juga terjadi pada

ibu nifas. Pada ibu nifas terutama yang mengalami partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus

paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah

penekanan, pengaruh psikis takut BAB akibat jahitan pada perineum.

6. Sistem perkemihan

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal

pada akhir minggu keempat setelah melahirkan.Pemeriksaan sistokopik segera setelah

melahirkan menunjukan tidak hanya edema dan hiperemia dinding kandung kemih, tetapi sering

kali terdapat ekstravasasi darah pada submukosa.Diuresis yang norml dimulai segera setelah

persalinan sampai hari kelima.Jumlah urin yang keluar dapat melebihi 3000 ml per hari. Ureter

dan pelvis renalis yag mengalami distensi akan kembali normal pada 2-8 minggu setelah

persalinan.

7. Sistem muskulosketetal

Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan

persalinan berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.Tidak jarang ligamentum rotundum

mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang.Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang
mengendur dapat diatasi dengan latihan tertentu.Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis

kembali secara perslahan-lahan.

8. Sistem endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin terutama

pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. Oksitosin berperan dalam pelepasan

plasenta, mempertahankan kontraksi sehingga mencegah perdaarahan.Pada masa nifas, isapan

bayi saat menyusu merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu

dalam proses involusi uterus. Menurunnya kadar estrogen merangsang kelenjar pituitari bagian

belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk

merangsang produksi ASI. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar

hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah.Disamping itu, progesteron

mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.

9. Perubahan tanda-tanda vital

a. Suhu. Suhu tubuh wanita postpartum tidak lebih dari 37,2 0 C. Setelah partus dapat naik

kurang lebih 0,5 0 C dari keadaan normal. Setelah 2 jam pertama postpartum umumnya suhu

akan kembali normal. Jika suhu lebih dari 380 C kemungkinan terjadi infeksi.

b. Nadi dan pernapasan. Nadi berkisar 60-80 kali permenit setelah partus dan dapat terjadi

brakikardi. Bila terjadi takikardi dan suhu tidak panas kemungkinan terjadi perdarahan.

Pernapasan akan meningkat setelah persalinan dan akan normal kembali.

c. Tekanan darah. Pada beberapa kasus akan ditemukan keadaan hipertensi postpartum dan akan

menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit penyerta dalam ½ bulan tanpa

pengobatan.

10. Sistem hematologi dan kardiovaskular


Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak 15.000

selama persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pascapersalinan.

Jumlah hemoglobion dan hematokrit serta eritrosit akan sangat bervariasi pada awal masa nifas

sebagai akibat dari volume darah, plasma, dan sel darah yang berubah. Jika hematokrit pada hari

pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi dari pada saat persalinan awal,

maka klien dianggap kehilangan darah yang cukup banyak. 2 % tersebut sama dengan 500 ml

darah.

2.1.4 Proses Adaptasi Psikologis

Menurut Sitti (2009), periode adaptasi psikologis masa nifas yang dikemukakan oleh Reva

Rubin terjadi pada tiga tahap, sebagai berikut:

1. Taking in period

Timbul pada hari 1 sampai 2 hari post partum ibu masih sangat pasif dan bergantung pada orang

lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman persalinan yang

dialaminya, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

2. Taking Hold period

Berlangsung 3-4 hari post partum. Ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam

menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap peraawatan bayi.Pada masa ini ibu menjadi

sangat sensitive sehingga membutuhkan bimbingan dan dukungann perawat untuk mengatasi

kritkan yang dialami ibu.

3. Letting go period

Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah.Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab

dan menadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.

2.1.5 Peran bidan, Program dan kebijakan teknis pada masa nifas
1. Peran bidan

a. Memberi dukungan yang terus-menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan

kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.

b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.

c. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman.

2. Program dan kebijakan

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali.Kunjungan ini bertujuan untuk

menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi serta menangani

masalah-masalah yang terjadi.

a. Kunjungan 6-8 jam setelah persalinan

1) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan melakukan rujukan bila perdarahan

berlanjut.

3) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana

mencegah perdarahan pada masa nifas akibat atonia uteri

4) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.

5) Mengajarkan cara mempererathubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

7) Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran atau sampai keadaaan ibu dan bayi dalam eadaan stabil.

b. Enam hari setelah persalinan

1) Memastiakan involusi berjalan dengan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus

tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.


2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca persalinan.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.

5) Memberikan konseling kepada ibu tentang asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan

bagaimana menjagha bayi agar tetap hangat.

c. Dua minggu setelah persalinan

Sama seperti asuhan 6 hari setelah persalinan

d. Enam minggu setelah persalinan

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang dialami ibu maupun bayinya.

2) Memberi konseling untuk KB secara dini.

(Sitti, 2009)

2.1.6 Kebutuhan Dasar

Menurut Sitti (2009), ada beberapa kebutuhan dasar pada masa nifas antara lain nutrisi dan

cairan, ambulasi, eliminasi, personal higiene, istirahat dan tidur, aktivitas seksual, dan latihan

dan senam nifas.

1. Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius karena nutrisi yang baik

dapat mempercepat penyembahan ibu dan mempengaruhi ASI. Ibu menyusui harus memenuhi

kebutuhan akan gizi sebagai berikut :

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.

c. Minum sedikitnya 3 liter air/hari

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayi melalui

ASI.

2. Ambulasi (early ambulation)

Ambulasi dini ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum

bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secara cepat untuk dapat berjalan dan secara

berangsur-angsur. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu dengan penyulit. Keuntungan

ambulasi dini ialah: Ibu merasa lebih kuat dan sehat, Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

Early ambulataion memungkinkan pelayan kesehatan mengajarkan ibu untuk merawat bayi

selama di rumah sakit.

3. Eliminasi

a. Buang Air Kecil (BAK)

Ibu diminta untuk BAB 6jam pasca persalinan. Jika dalam 8 jam ibu belum berkemih atau sekali

berkemih belum melebihi 100 cc, maka lakukan katerisasi. Tetapi apabila kandung kemih penuh,

tidak perlu menunggu hingga 8 jam untuk melakukan katerisasi. Penyebab retensio urin antara

lain berkurangnya tekanan intraabdominal, otot perut masih lemag, edema, dan dinding kandung

kemih kurang sensitif.

b. Buang Air Besar (BAB)

Ibu post partum diharapkan dapat berdefekasi setelah 2 hari pasca melahirkan. Jika ibi belum

BAB, berikan obat pencahar peroral atau perrektal.Jika setelah diberikan obat pencahar, tetapi

ibu belum bisa BAB, maka lakukan huknah.

4. Personal higiene

Pada masa postpartum ibu mudah terinfeksi.Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting

untuk mencegah infeksi. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh terutama perineum,
mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun, anjurkan ibu mengganti

pembalut minimal 2 kali sehari, sarankan ibu mencuci tangan denga sabun dan air, sarankan ibu

untuk tidak menyentuh daerah kelamin apabila terdapat jahitan.

5. Istirahat dan tidur

Hal-hal yang dapat dilakukan ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur, antara lain

anjurkan ibu untuk istirahat secukupnya mencegah kelelahan, sarankan ibu tidur saat bayi tidur,

menjelaskan pada ibu akibat kurang istirahan misalnya mengurangi produksi ASI,

memperlambat proses involusi uterus,, dapat menyebabkan depresi dan ketidakmampuan

merawat bayi.

6. Aktivitas seksual

Aktivitas seksual ibu harus memenuhi syarat antara lain secara fisik aman untuk memulai

hubungan seks saat darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jari kedalam

vagina tanpa rasa sakit.

7. Latihan dan senam nifas

Setelah persalinan terjadi involusi uterus pada hampir seluruh organ tubuh terutama organ

reproduksi.

2.1.7 Patologi Masa Nifas

Masa nifas merupakan masa rawan yang rawan bagi ibu. Menurut Sitti (2009) Patologi yang

sering terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:

1. Infeksi masa nifas

Adalah infeksi pada traktus genetalia setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi

plasenta.

2. Perdarahan dalam masa nifas


Penyebab perdarahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut:

a) Sisa plasenta dan polip plasenta

b) Endometritis puerperalis

c) Sebab-sebab fungsional

d) Perdarahan luka

3. Infeksi saluran kemih

Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini dihubungkan dengan

hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam

yang terlalu sering, kontaminasi kuman dari perineum, atau kateterisasi yang sering.

4. Patologi menyusui

Masalah menyusui pada umumnya terjadi dalam dua minggu pertama masa nifas. Berikut adalah

masalah-masalah yang biasanya terjadi dalam pemberian ASI:

a) Putting susu lecet

b) Payudara bengkak

c) Saluran susu tersumbat

d) Mastitis

e) Abses payudara

2.2 Konsep AbsesPayudara

2.2.1 Definisi

Abses merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis (Soetjiningsih, 2003).

Harus dibedakan antara mastitis dan abses.Abses payudara merupakan kelanjutan atau

komplikasi dari mastitis.Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara

tersebut (Sitti, 2009).


Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara (Sulistyawati,2009).

2.2.2 Etiologi

Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit

normal (staphylococcus aureus).Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk

ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal

menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.

Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker

payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui

mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).

Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut :

1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka

2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.

3. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan

gangguan, kadang bias menyebabkan abses.

4. Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

a. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.

b. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.

c. Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.

2.2.3 Patofisiologi

Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga

terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri (staphylococcus aureus)atau kuman

masuk kedalam payudara sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus

kemudian terjadi infeksi yang tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
2.2.4 Gejala

Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau

syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :

1. Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh, membengkak

dan adanya nyeri tekan).

2. Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu

benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit

diatasnya menipis.

3. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise

4. Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)

5. Gatal- gatal

6. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.

Sedangkan menurut (Siti,2009) gejala yang dirasakan oleh ibu dengan abses payudara adalah

sebagai berikut:

1. Ibu tampak lebih parah sakitnya

2. payudara lebih merah mengkilap

3. benjolan lebih lunak karena berisi nanah, Sehinnga perlu insisi untuk mengeluarkan nanah

tersebut (Sitti,2009)

2.2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada klien dengan abses payudara adalah sebagai berikut:

1. Teknik menyusui yang benar

2. Kompres air hangat dan dingin

3. Terus menyusui pada mastitis


4. Susukan dari yang sehat

5. Senam laktasi

6. Rujuk

7. Pengeluaran nanah dan pemberian antibiotic bila abses bertambah.

Jika Ibu akan dilakukan pembedahan maka dukunglah Ibu untuk tetap menyusui. Untuk

menjamin agar menyusui yang baik terus berlansung, penatalaksanannya sebaiknya harus

dilakukan sebagai berikut:

1. Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan

2. Bayi terus dapat menyusui pada payudar yang sehat

3. Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ib tidak dapat menyusui selama lebih dari 3

jam, bayi harus diberi makanan lain.

4. Sebagai persiapan bagian dari persiapan bedah, ibu dapat memeras ASI-nya dari payudara

yang sehat, dan ASI tersebut diberikan pada bayi dengan cangkir saat ibu dalam pengobatan.

5. Segera setelah ibu sadar kembali ( bila ibu tersebut diberi anastesi umum ), atau segera setelah

pembedahan selesai ( bila digunakan anatesi lokal ), ibu dapat menyusui kembali pada payudar

yang sehat.

6. Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapat kembali menyusui dari payudara

yang terkena. Hal ini biasanya mungkin dilakukan dalam beberapa jam, kecuali pembedahan

dekatpada puting susu. Ibu harus diberi analgesikyang diperlukan untuk mengontrol nyeri dan

memungkinkan menyusui kembali lebih dini.

7. Biasanya ibu membutuhkan bantuan terlatih untuk membantu bayi mengenyut payudara yang

terkena kembali, dan hal ini dapat membutuhkan beberapa usaha sebelum bayi dapat menghisap
dengan baik. dorongan ibu u ntuk tetap menyusui, dan bantu ibu untuk menjamin kenyutan yang

baik.

8. Bila payudara yang terken tetap memproduksi ASI, penting agar bayi dapat mengisap dan

mengeluarkan ASI dari payudar tersebut, untuk mencegah statis ASI dan terulangnya infeksi.

9. Bila pada mulanya bayi tidak mau mengenyut atau mengisap payudra yang terkena, penting

untuk memeras ASI sampai bayi mulai mengisap kembali.

10. Bila produksi ASI pada payudara berhenti, pengisapan yang sering merupakan jalan yang efektif

untuk merangsang peningkatan produksi.

11. Untuk sementara waktu bayi dapat terus menyusu pada payudara yang sehat. Biasanya bayi

dapat menyusu cukup hanya dari satu payudar, sehingga ia cukup mendapatakan makanan

sementara produksi ASI dari payudara yang terkena pulih kembali.

12. Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara.

2.2.6 Pencegahan

1. Jagalah agar payudara selalu bersih. Jika timbul retak-retak atau sakit putting, susui bayi

dengan waktu yang lebih singkat tetapi lebih sering.

2. Oleskan sedikit minyak sayur atau minyak bayi (baby oil) pada putting setiap kali selesai

menyusui (werner, 2010).


BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian :24 Januari 2013 Jam : 08.30 WIB


No register :-

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama klien : Ny. “A”
Umur : 22 tahun
Agama : Katolik
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Penghasilan :-
Alamat : Kediri, Jawa Timur

Nama suami : Tn. “S”


Umur : 25 tahun
Agama : Katolik
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : ± Rp 800.000
Alamat : Kediri, Jawa Timur

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan melahirkan bayinya 10 januari lalu dan sekarang payudaranya terasa sangat sakit
dan nyeri, berwarna merah dan seperti berisi nanah.
3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit tertentu seperti penyakit menahun (darah tinggi, penyakit
gula darah, TBC, anemia), penyakit menurun (hipertensi, penyakit gula darah), dan penyakit
menular (TBC, penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS).
b. Penyakit sekarang
Ibu mengatakan saat ini payudaranya sedang sakit tapi tidak sedang menderita penyakit tertentu
seperti penyakit menahun (hipertensi, DM, TBC, anemia), penyakit menurun (hipertensi, DM,
gangguan pembekuan darah), dan penyakit menular (TBC, IMS termasuk HIV/AIDS).
c. Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit tertentu seperti penyakit
menahun (darah tinggi, penyakit gula darah, TBC, anemia), penyakit menurun (hipertensi,
penyakit gula darah), dan penyakit menular (TBC, penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS).
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Amenorhoe :- Dismenorhoe : tidak
Menarche : 13 tahun Fluor albus : tidak
Lama : 3-5 hari HPHT : 10/04/2012
Banyak : 2-3x ganti pembalut TP/HPL : 03/01/2013
Siklus : 28 hari/ teratur
b. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Persalinan
Tgl/Bln/Th Kehamilan Anak Usia
No Temp Jenis Penol. Penyulit Nifas
persalinan UK anak
JK BB PB

c. Riwayat Kehamilan sekarang, persalinan dan nifas sekarang


Ibu mengatakan bayinya ini kehamilan pertama.Dengan usia kehamilan 9 bulan. Periksa hamil 6
kali , di bidan.
Keluhan selama hamil: awal kehamilannya mual muntah.
Penyuluhan yang pernah didapat: gizi untuk ibu hamil, periksa kehamilan harus rutin,dan tanda-
tanda persalinan.
Riwayat persalinan :
Melahirkan tanggal 10 Januari 2013 jam 10.30 WIB secara normal ditolong oleh bidan di BPS.
Penyulit tidak ada.
JK : perempuan,BBL: 2,9 kg, PBL: 48 cm, bayi langsung menangis, dilakuakn IMD.
Riwayat nifas :
pemberian ASI: Hari pertama setelah bayi lahir, bayi juga diberi susu formula, sekitar hari ke-7
puting susu ibu lecet dan ibu tidak memberikan ASI lagi pada bayinya sampai sekarang.

5. Riwayat KB
Ibu belum pernah menggunakan KB apapun, dan rencananya ibu akan menggunakan KB pil

6. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama : ± 1 th
Usia pertama menikah : 21 thn

7. Riwayat Psikososial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan masyarakat baik. Ibu senang dengan kelahiran
bayinya, tapi saat ini ibu sangat cemas dengan keadaanya.

8. Riwayat Budaya
Ibu mengatakan 7 hari kelahiran bayinya diadakan acara pasaran, ibu juga dilarang untuk
memakan makanan seperti ayam dan ikan asin.

9. Perilaku kesehatan
Jamu :ibu terkadang minum jamu
Merokok : ibu tidak merokok
Minum minuman keras :ibu tidak minum minuman keras/beralkohol
10. Pola kebiasaan sehari-hari
No Pola Kebiasaan
Selama Nifas
1 Nutrisi Makan : 3 kali/hari (porsi sedang, nasi, sayur, tempe, tahu dan
terkadang buah.
Minum : air putih 6-7 gelas/hari, terkadang minum teh dan susu
2 Eliminasi BAB : 1-2 kali/hari (konsistenti:lunak)
BAK : 3-4 kali/hari (konsistensi cair, warna khas)
3 Istirahat Ibu mengatakan sejak 2 hari yang lalu tidak dapat
bersitirahat dengan nyaman karena payudara tersa sakit dan
panas.
4 Personal Mandi 2x/hari, sekaligus sikat gigi
Higiene Ganti pakian dalam 1-2 kali x/hari

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmetis
Keadaan emosional : kooperatif
TTV : TD : 110 / 60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37,8 0 C
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Rambut : warna hitam, bersih, tidak ada ketombe
Wajah : simetris, tidak oedema, tidak ada chloasma ekspresi wajah meringis,
ibu tampak cemas dan tidak tenang.
Mata : simetris kanan/kiri, sclera putih, conjungtiva merah muda, tidak
ada strabismus.
Hidung : tidak ada polip dan sekret
Telinga : tidak ada serumen
Mulut : bibir kering, lidah bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada
caries
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe maupun viva
jugularis
Dada : tidak ada tarikan intercosta, payudara tidak simetris, pada payudara
sebelah kanan, terdapat pembengkakan, berwarna merah mengkilat dan puting menonjol.
Abdomen : tampak linea nigra, striae livida, tidak ada luka bekas operasi
Genitalia : bersih, tidak ada varices maupun odema, bekas jahitan perineum
sudah kering .
Ekstremitas : simetris kiri/kanan, tidak ada oedema, tidak ada kekakuan sendi
b. Palpasi
Dada : Benjolan pada payudara sebelah kanan lebih lunak karena berisi
nanah
TFU : tidak terba

3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Tanggal pengkajian : 24 Januari 2013 Jam : 08.55 WIB

Diagnosa : P1001 post partum hari ke-14 dengan abses payudara


Data Subyektif : Ibu mengatakan melahirkan bayinya 10 januari lalu dan sekarang
payudaranya terasa sangat sakit dan nyeri, berwarna merah dan seperti berisi nanah.
Data Obyektif:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmetis
Keadaan emosional : stabil
TTV : TD : 110 / 60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37,8 0 C
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Wajah : simetris, tidak oedema, tidak ada chloasma ekspresi wajah
meringis, ibu tampak cemas dan tidak tenang,
Dada : tidak ada tarikan intercosta, payudara tidak simetris, pada
payudara sebelah kanan, terdapat pembengkakan, berwarna merah mengkilat dan putting
menonjol
Abdomen : tampak linea nigra, striae livida, tidak ada luka bekas operasi
Genitalia : bersih, tidak ada varices maupun odema, bekas jahitan perineum
sudah kering .
b. Palpasi
Dada : Benjolan pada payudara sebelah kanan lebih lunak karena berisi
nanah
TFU : tidak terba

Masalah 1: Nyeri
· Data subyektif: ibu mengatakan payudaranya terasa sangat sakit dan nyeri
· Data obyektif : -. ekspresi wajah meringis
-. Payudara bengkak dan terdapat benjolan berisi nanah
Masalah 2: Cemas
· Data subyektif : Ibu mengatakan sangat cemas dengan keadaanya
· Data obyektif : Ibu tampak cemas dan tidak tenang

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Penyebaran infeksi ke bagian tubuh yang lainnya
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kompres air hangat dan dingin

V. INTERVENSI
Tanggal: 24 Januari 2013 Jam:09.10

Diagnosa : P1001 post partum hari ke-14 dengan abses payudara


Tujuan : Abses payudara tertasi dan tidak terjadi komplikasi lain.

Kriteria Hasil :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmetis
Keadaan emosional : stabil
TTV : TD : 100 / 70- <140/90 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
RR :16-24 x/menit
Suhu : 36,5-37,5 0 C
- Payudara simetris
- Putting menonjol
- Tidak adanya pembengkakan dan abses,
- Payudara lembek dan tidak tegang
- laktasi lancar.
- Involusi uterus berjalan normal
- Ibu tidak merasa panas dan atau menggigil
Intervensi :
1. Beri penjelasan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini
R : Ibu dan keluarga lebih mengerti kondisi ibu saat ini dan memudahkan bidan dalam
melakukan tindakan selanjutnya.
2. Lakukan kompres air hangat dan dingin
R : Kompres hangat dingin dapat menimbulkan vasokontriksi dan vasodilatasi pada pembulu
darah yang dapat mengurangi rasa nyeri pada payudara ibu
3. Beri penjelasan pada ibu untuk tetap menyusui bayi dari payudara yang sehat
R : Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan mencegah abses pada payudara yang sehat
4. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk untuk mendapat penangan lebih lanjut
dari dokter
R : Abses yang terjadi pada payudara harus diinsisi untuk dikeluarkan dan itu harus dilakukan
oleh dokter.

5. Lakukan persiapan rujukan


R: Rujukan berjalan lancar dan tepat waktu

Masalah1: Nyeri
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- ekspresi wajah ibu tidak meringis
- payudara simetris, tidak ada nyeri tekan
- proses laktasi lancar.
Intervensi:
- lakukan kompres air hangat dan dingin
R: Kompres hangat dingin dapat menimbulkan vasokontriksi dan vasodilatasi pada pembulu
darah yang dapat mengurangi rasa nyeri pada payudara ibu

Masalah 2: Cemas
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria hasil :
- Ibu tampak tenang
Intervensi :
- Jelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini dan yakinkan ibu bahwa keadaanya akan
kembali pulih.
R: Dukungan psikologis yang diberikan oleh petugas kesehatan akan membuat ibu labih
memahami kondisinya sekarang.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal: 24 Januari 2013 Jam: 09.20 WIB

Diagnosa : P1001 post partum hari ke-14 dengan abses payudara


Implementasi:
1. Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini
TTV: : TD : 110 / 60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37,8 0 C
Payudara bagian kanan ibu mengalami abses payudara dan yang bagian kiri dalam keadaan
sehat
2. Makukan kompres air hangat dan dingin
Kompres hangat dan dingin dilakukan secara bergantian masing-masing 15-20 menit untuk
mengurangi nyeri
3. Memberikan penjelasan pada ibu dan membantu ibu untuk tetap menyusui bayi dari payudara
yang sehat
4. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk untuk mendapat penangan lebih
lanjut dari dokter
5. Mekukan persiapan rujukan

Masalah1: Nyeri
Implementasi :
Melakukan kompres air hangat dan dingin
Kompres hangat dan dingin dilakukan secara bergantian masing-masing 15-20 menit untuk
mengurangi nyeri

Masalah 2: Cemas
Implementasi:
Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini dan meyakinkan ibu bahwa keadaanya akan
kembali pulih.
VII. EVALUASI
Tanggal: 24 Januari 2013 Jam: 10.00 WIB

Diagnosa : P1001 post partum hari ke-14 dengan abses payudara


S :- Ibu mengatakan telah mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh bidan
- Ibu dan keluarga setuju untuk dilakukan rujukan
O : Ibu menganggukan kepala saat diberi penjelasan
A : P1001 post partum hari ke-14 dengan abses payudara
P : Rujuk Ibu segera untuk mendapat penganganan lebih lanjut

Masalah 1: Nyeri
S : Ibu mengatakan nyeri payudaranya sedikit berkurang

O : Ekspresi wajah ibu tampak mulai tenang

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan kompres hangat dan dingin

Masalah 2: cemas
S : Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan dari bidan dan yakin akan kembali
sembuh
O : Ekspresi wajah ibu tampak sedikit lebih tenang dibandingkan sebelumnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : berikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarga
BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam melakukan asuhan kebidanan pada NY. “A” P1001 post partum hari ke-14 dengan

abses payudara, pada pembahasan adalah membandingkan antara teori dan kasus yang ada.

Untuk pengkajian baik pada teori maupun kasus tidak terdapat kesenjangan karena pengkajian

dimulai dari data subjektif di mana data dan keterangan yang diperoleh didapat langsung dari

klien, begitu pula pada data objektif.

Pada interpretasi data dasar tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yaitu diagnosa dan

masalah yang ditetapkan pada kasus didasarkan pada data yang telah diperoleh dari hasil

pengkajian. Pada diagnose dan masalah potensial pun disesuaikan dengan teori yang ada.

Untuk identifikasi kebutuhan segera yaitu kompres dengan air hangat dan dingin yang bisa

membantu menurunkan nyeri pada pasien, sesuai yang ada pada teori. Pada intervensi serta

implementasi juga tidak ada kesenjangan yaitu baik pada teori maupun pada kasus semua yang

sudah direncanakan dapat diimplementasikan.

Pada evaluasi asuhan kebidanan yang diharapkan adalah adanya perubahan ke arah yang

lebih baik dengan adanya tindakan yang diberikan dan pada kasus didapatkan hasil bahwa

dengan dilakukannya kompres dan dukungan psikologis pada pasien, membantu pasien merasa

lebih baik, dan pasien dirujuk untuk mendapat penanganan lebih lanjut dari dokter.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Masa nifas merupakan hal penting yang perlu diperhatikan karena pada masa ini terjadi

beberapa perubahan, salah satunya perubahan pada payudara untuk mempersiapkan masa laktasi

atau menyusui. Menyusui bayi adalah salah satu ekspresi cinta seorang ibu, tetapi banyak

kesulitan yang dialami seorang ibu dalam pelaksanaannya. Salah satu kesulitan yang dihadap ibu

adalah terjadinya abses payudara. Seperti kasus yang telah diuraikan pada bab 3, dalam

menghadapi pasien dengan abses payudara petugas kesehatan harus mampu memberikan asuhan

kebidanan secara komperhensif dan memberikan dukungan psikologis secara penuh pada pasien.

Akhir dari pelaksanaan asuhan kebidanan, yang diharapkan adalah adanya perubahan ke

arah yang lebih baik dengan adanya tindakan yang diberikan dan pada kasus didapatkan hasil

bahwa dengan dilakukannya kompres dan dukungan psikologis pada pasien, membantu pasien

merasa lebih baik, dan pasien dirujuk untuk mendapat penanganan lebih lanjut dari dokter.

5.2 Saran

5.2.1 Petugas kesehatan

1. Diharapkan petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya harus selalu sesuai dengan

standar prosedure opersional yang berlaku.

2. Petugas kesehatan harus bisa memberikan solusi ataupun pengobatan pada pasien terutama

pada abses payudara, dan merujuk pasien sesegera mungkin untuk mendapatkan pengobatan

lanjut.
3. Memberikan penjelasan kepada ibu nifas tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dan cara

menyusui yang benar.

5.2.2 Mahasiswa

Mempelajari secara cermat pemberian asuhan kebidanan terutama pada pasien post partum

dengan abses payudara serta pendokumentasian berdasarkan 7 langkah varney.

DAFTAR PUSTAKA

Bari, dkk. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Cuningham. 2004. Obstetri William, Edisi 21. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Soetjiningsih. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanaan pada Ibu Nifas. Jakarta: EGC.
Varney, Helen. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Werner,dkk. 2010. Where There is No Doctor. Yogyakarta: ANDI;YEM.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada saat ini penyakit peradangan payudara sangat merajala lela pada kalangan wanita
khususnya pada wanita yang masih pertama kali hamil. Penyakit yang menyerang payudara
ternyata tak hanya kanker payudara saja. Ada penyakit lain yang tak kalah berbahayanya yaitu
abses mammae. Abses mammae ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan
menyusui. Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau puting payudaranya lecet karena
menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus. ABSES MAMMAE
merupakan istilah medis untuk peradangan payudara. Gejalanya antara lain payudara memerah,
terasa sakit serta panas dan membengkak. Bila semakin parah, maka suhu tubuh meningkat
hingga lebih dari 38 derajat Celcius dan timbul rasa lelah yang sangat.
Abses ini biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3
bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami abses mammae pada
beberapa minggu pertama setelah melahirkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dalam pembahasan tentang abses payudara, penyusun menentukan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. apa definisi dari abses payudara ?
2. apa saja penyebab abses payudara ?
3. bagaimana penatalaksanaan dari abses payudara ?

1.3. TUJUAN PEMBAHASAN


a. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien denan abses
mammae

b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian abses mammae
2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab abses mammae
3. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien abses
mammae
4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan abses mammae
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Abses payudara adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian
sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-
sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam
rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah
yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah
didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung pada lokasi abses.
B. ETIOLOGI
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit
yang normal (Staphylococcus aureus).
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu).
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam
waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.
Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama
setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan
menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh
sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah
mengalami infeksi.

Suatu Infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara :


Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :


Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
Terdapat gangguan system kekebalan.

Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya infeksi payudara.
Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri ke jaringan payudara.
Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut mastitis dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting, dan dermatitis yang mengenai putting.
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan
atau retakan dikulit (biasanya pada putting susu). Abses payudara bisa terjadi disekitar putting,
bisa juga diseluruh payudara.

C. GEJALA
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ
atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan adanya
nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu
benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
diatasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
D. PATOFISIOLOGI
Luka atau lesi pada putting terjadi  peradangan  masuk (organisme ini biasanya dari
mulut bayi)  pengeluaran susu terhambat  produksi susu normal  penyumbatan duktus 
terbentuk abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel
darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi bses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan
roentgen, USG atau CT scan.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses pecah dengan sendirinya san
mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang secara perlahan karena tubuh menghancurkan
infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi. Abses tidak pecah dan bisa meninggalkan
benjolan yang keras.

E. PENANGANAN
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke
pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-sia.
Antibiotic bisa diberikan setelah suatu abses mongering dan hal ini dilakukan untuk mencegah
kekambuhan. Antibiotic juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
Sebaiknya dilakukan pemijatan dan p emompaan air susu pada payudara yang terkena untuk
mencegah pembengkakan payudara.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau
ibuprofen) karena kedua obat tersebut aman diberikan untuk ibu menyusui dan bayinya.
BAB III
KASUS

Jakarta - Kelahiran buah hati tentulah membawa berjuta-juta kebahagiaan. Tapi hati-hati! Ada
bahaya mengancam sang ibu. Yaitu terjadi abses mammae. Inilah yang diderita Ny.Maria Phasa
hingga ia tidak ingin selalu menyusui bayinya setiap kali ia melihat bayinya.setiap kali ia
menyusui banyinya ia merasa kesakitan pada payudaranya..Perempuan kelahiran 15 januari 1984
ini sebenarnya sangat ingin sekali menyusui bayinya,dan dia memeriksakan sakitnya ke RS
setempat,dan dokter mengatakan dia menderita abses mammae,dan dianjurkan untuk segera
diinsisi ..
BAB IV
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Dilakukan pada hari kamis tanggal 20 Desember 2010 di RS Budi, Jakarta jam 10.00 WIB.

I. DATA SUBYEKTIF
Biodata
Nama istri : Ny. M Nama suami : Tn. R
Umur : 26 th Umur : 31 thn
Agama : Katolik Agama : katolik
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Kawin : kawin Kawin : kawin
Umur kawin : 21 thun Umur kawin : 26 thun
Lama kawin : 5 tahun Lama kawin : 5 tahun
Alamat : Jakarta Barat Alamat : Jakarta Barat

v Keluhan Utama
Klien mengatakan payudaranya terasa sakit dan membengkak sehingga tidak bisa
menyusui bayinya.

v Riwayat Menstruasi
a. Menarche Umur : 14 Tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 7 Hari
d. Banyaknya :
- Hari ke 1 – 2 = 3 Kotek penuh per hari
- Hari ke 4 – 7 = 2 kotek penuh per hari
e. Konsistensi :
- Hari ke 1 – 2 = kental ada gumpalan
- Hari ke 4 – 7 = encer dan tidak ada gumpalan
f. Warna :
- Hari ke 1 – 2 = Merah Tua
- Hari ke 3 – 6 = merah segar
g. Bau : khas, tidak berbau busuk
menorhoe : Ada biasanya pada hari pertama tidak selalu terjadi, rasa nyeri pada perut yang masih normal
tidak sampai menyebabkan pingsan
i. Flour Albus : Sebelum dan sesudah menstruasi, tidak bau
j. HPHT : 15-3-2010
k. HPL : 22-12-2010
l. UK : 9 bulan

v Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas


4 RIWAYAT PERSALINAN, NIFAS SEKARANG

Persalinan Nifas Umur


Su
Ham L H Tempat Lam anak
mi Penol peny Kelain menyu
il ke / UK / persali a KB sekaran
ke ong ulit an sui
P M nan nifas g
Abses
9 7 tida
1 1 L H BPS Bidan - mama tidak 7 hari
bln hari k
e

v Riwayat persalinan saat ini


Persalinan berlangsung normal tanpa indikasi ditolong oleh bidan rinda. Bayi lahir tanggal 13
Desember 2010, jam 13.00 WIB. Jenis kelamin laki-laki. BB 3000 gram PB 48 cm, AS 6-8, tidak
ada kelainan konginental, anus ada.
v Riwayat imunisasi
· Imunisasi : imunisasi TT sebelum menikah 1 kali dan TT kedua setelah kehamilan 2 minggu
· Obat-obatan : Fe, Kalk. Vitamin
· He
ü Kebutuhan nutrisi ibu hamil, seperti :
Dianjurkan minum susu hamil
Banyak makan buah-buahan
ü Perlunya ANC atau pemeriksaan kehamilan yang rutin, untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin
· Kegunaan pemberian imunisasi TT yaitu mencegah terjadinya infeksi tetanus
· Personal hygiene

v Riwayat kesehatan
Ø Riwayat kesehatan yang lalu
1. Apakah pernah menderita penyakit menular?
Ä Tidak ada penyakit menular
seperti Hepatitis, Aids, PMS (penyakit menular seksual), Typoid.
2. Apakah pernah menderita penyakit menurun?
Ä Tidak ada penyakit menurun ( Herediter )
seperti Diabetes Melitus ( DM ), hipertensi
3. Apakah pernah menderita penyakit menahun?
Ä Tidak ada penyakit menahun (kronis)
seperti TBC, Asma.
4. Apakah pernah menderita infeksi virus?
Ä Tidajk pernah menderita infeksi virus lain
Seperti TORCH ( Toksoplasmosi Rubela Citomegalovirus )
5. Apakah klien pernah mempunyai alergi terhadap makanan/minuman,obat-obatan?
Ä Tidak ada riwayat alergi terhadap obat atau makanan tertentu.
6. Apakah pernah mengalami kecelakaan/operasi: IYA/TIDAK?
Ä Tidak pernah kecelakaan atau operasi

Ø Riwayat kesehatan suami atau keluarga


1. Apakah pernah menderita penyakit menurun?
Ä Tidak ada penyakiit herediter atau keturunan.
Contoh : DM (Diabetes mellitus), Hipertensi.
2. Apakah pernah menderita penyakit menular?
Ä Tidak ada penyakit menular
Contoh : Hepatitis, AIDS, Tipoid
3.Apakah pernah menderita infeksi virus?
Ä Tidak ada virus lain Torch ( Toksoplasmosi Rubela Citomegalovirus )
4. Apakah pernah menderita penyakit menahun?
Ä Tidak ada penyakit Menahun
Contoh : Asma, TBC
5.Apakah pernah mengalami kecelakaan/operasi: IYA/TIDAK?
Ä Tidak pernah kecelakaan atau operasi

v Keadaan Psiko-Sosial-Budaya
Ø Psiko
Ä Klien mengatakan ini kehamilan pertama,kehamilan diharapkan tetapi klien merasa sedih karena
tidak bisa menyusui bayinya.
Ø Sosial
Ä Hubungan klien dengan suami, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar baik. Klien tinggal
bersama suami. Dalam mengambil keputuisan saling memberi masukan secara bijaksana
Ø Budaya
Ä Klien ada kebiasaan minum jamu atau pantangan makanan yang berbau amis.

v Pola kegiatan sehari-hari


Ø Pola Nutrisi
a. Selama hamil
Makan : 3 x 1 hari dengan menu nasi, sayur-sayuran, lauk
pauk,tahu,tempe,daging/ikan dan buah.
Porsi : 1 ½ piring
Minum : Air putih : 6 gelas / hari
Teh hangat : 1 gelas / hari (pagi hari)
b. Selama nifas
Makan : 2 x per hari dengan menu nasi, sayur-sayuran, lauk pauk (tahu dan tempe) dan buah.
Porsi : 1 piring
Minum : Air putih : 7 Gelas / hari
Susu : 2 gelas / hari (untuk ibu hamil)

Ø Pola eliminasi
a. Selama hamil
BAB : 1 kali / hari rutin
BAK : 5 Kali / hari
b. Selama nifas
BAB : 1 Kali / hari
BAK : 9 Kali / hari

Ø Pola aktivitas
a. Selama hamil
Klien melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri
Ä Nyapu
Ä Ngepel
Ä Mencuci piring
Ä Mencuci baju
b. Selama nifas
Klien melakukan kegiatan hanya memasak

Ø Pola istirahat
a. Selama hamil
Siang : Tidur siang 2 jam,mulai 11.30-13.30 WIB
Malam : Tidur malam 8 jam,mulai 21.00-05.00 WIB
b. Selama nifas
Siang : Tidur siang 3 jam,mulai 11.00 - 14.00 WIB
Malam : Tidur malam 10 jam , mulai 20.00 – 06.00 WIB
Ø Pola Personal Hygene
a. Selama Hamil
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 3 kali sehari, cuci rambut 1 kali / 2 hari, ganti pakaian dalam 2
kali sehari, ganti celana 2 x /hari.
b. Selama nifas
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, cuci rambut 1 kali /2 hari, ganti pakaian dalam 2
kali sehari, ganti celana 3 x/hari.

Ø Pola Seksualitas
a. Selama hamil
Karena merasa tidak nyaman, takut terjadi keguguran, akan hal-hal yang dapat membahayakan
kandungannya seperti kecacatan.
b. Selama nifas
Belum pernah melakukan hubungan seksual.
v Ketergantungan
Ø Selama hamil
Klien tidak pernah ketergantungan dengan obat-obatan tertentu, tidak minum jamu-jamuan

II. DATA OBYEKTIF


Kedaan umum : lemas
Kesadaran : Composmentis/sadar
Postur tubuh : normal
Cara berjalan : tegak
Tinggi Badan : 157 cm
Berat badan sekarang : 49 Kg
Lila : 24 cm

v TTV (Tanda Tanda Vital)


Suhu : 38º C
Nadi : 70-80 x per menit normalnya
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Respirasi : 20 x per menit
v Pemeriksaan Fisik
pala : Tekstur rambut, warna hitam dan tidak bercabang, tidak ada kutu, ada
ketombe, tidak ada lesi, tidak ada benjolan.
Muka : Tidak Pucat, tidak oedema, tidak ada chloasma gravidarum.
ta : Simetris, conjungtiva merah muda, palpebra tidak oedema, sclera putih
keabu-abuan.
dung : Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung.
lut dan gigi : Bibir simetris, gigi tampak kotor, tidak ada ingus, tidak ada caries, gusi
tidak ada ginggivitas, tidak ada stomatitis.
elinga : Simetris, Tidak ada OMP, bersih, tidak ada serumen.
her : Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran vena juguraris, tidak ada pembesaran kelenjar lymfe.
yudara : Tidak Simetris terjadi pembengkakan, payudara berwarna merah, terdapat pus.
ksila : terdapat benjolan.
domen : tidak ada bekas luka SC
netalia : Genetalia bersih, lochea berwarna merah
nus : Bersih, tidak ada luka dan tidak ada hemoroid.
strimitas atas : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada penyakit kulit, kuku bersih
strimitas bawah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada penyakit kulit, kuku bersih
v Palpasi
her : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena
jugularis.
ayudara : payudara membengkak,terjadi nyeri tekan
bdoment : TFU : 2-3 jari dibawah pusat
v Auskultasi
ada : Bunyi jantung normal, pernapasan teratur, jelas
erut : tidak dilakukan

Kesimpulan :
Ny . M, K/U lemah, P1001, Post partum hari ke 7 dengan abses mamae

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


DATA DASAR DIAGNOSA / MASALAH
DS : Klien mengatakan bahwa setelah bayi lahir Diagnosa
P 1001, Postpartum hari ke 7dengan
tidak bisa menyusui bayinya dikarenakan
abses mamae.
payudaranya sakit dan membengkak.
DO :
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis
v TTV (Tanda Tanda Vital)
Suhu : 38º C
Nadi : 70-80 x per menit
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Respirasi : 20 x per menit

Abdoment : TFU: 2-3 jari dibawah pusat


payudara : tidak simetris,terjadi pembengkakan payudara
sebelah,terdapat pus,terdapat nyeri tekan.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Kebutuhan ASI bayi terpenuhi.
Bengkak dan sakit pada mamae ibu berkurang

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA


KONSULTASI DAN KOLABORASI
Berkolaborasi dengan dokter anak dan dokter SpOG
VI. VII INTERVENSI, IMLPEMENTASI, EVALUASI
Dx/Mx/Keb. Tujuan / kriteria INTERVENSI
keberhasilan
Dx: Tujuan : 1 BHSP
P 1001, .
Setelah dilakukan asuhan Rasional :
Postpartum
hari ke 7 Kriteria :pembengkakan dan Terjalin hubungan terapeutik
dengan abses sakit pada payudara dapat antara petugas dengan klien
mamae teratasi.
2Jelaskan keadaan ibu sekarang
TTV :
Rasional :
TD : 110/70-120/80 mmHg
Dengan mengetahui keadaanya
N : 60-100 x /menit
saat ini kx akan mengurangi
S: 38C
kecemasan ibu dan
RR: 16-20 x /menit
ibu tau penyebab penyakitnya
3 Yakinkan suami atau kelurga
untuk selalu memperhatikan ibu
Rasional:
Dengan memberikan perhatian
lebih pada ibu maka kejiwaan ibu
akan lebih tenang
4 Kompres air hangat payudara
selama 15-20 menit, 4x sehari
Rasional:
Untuk mengurangi nyeri
5 Berikan obat pereda nyeri
Rasional:
6. Untuk mengurangi nyeri

Berikan paracetamol 500 mg


tiap 4 jam sekli
Rasional :
7. Untuk menurunkan suhu tubuh

Lakukan insisi payudara pada px.


Rasional :
8 Untuk mengeluarkan
pus,mengurangi nyeri, dan
mempercepat penyembuhan

Kolaborasi dengan tim gizi dalam

9 pemberian diit
Rasional :
Untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi

Kolaborasi dengan tim medis


Rasional :
Untuk menentukan terapi
berikutnya
IMPLEMENTASI
Tanggal : 20-12-2010 / Pkl. 10.00 WIB
Dx/Mx/Keb. Implementasi
Dx: 1. Melakukan komunikasi terapiutik kepada ibu dengan
P1001 post bahasa yang
partum hari ke 7 Sopan agar ibu mau mengatakan semua keluhan yang ibu
dengan Abses rasakan
mamae
2. Menjelaskan keadaan ibu sekarang bahwa keadaanya
harus segara diobati dan memerlukan perawatan
3. Meyakinkan suami atau keluarga untuk selalu
memperhatikan keluarga.

4 Mengompres payudara selama 15 – 20 menit, 4x sehari


5.. Memberikan obat anti nyeri pada px
6. Memberikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali
7. Melakukan tindakan insisi pada payudara px
8. Melakukan kolaborasi dengan tim gizi
Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi berikutnya
9.
VII EVALUASI

Tanggal : 21-12-2010 / Pkl. 15.00 WIB


Diagnosa/Mslh/Kebt. Evaluasi
Dx: S : Klien mengatakan payudaranya sakit dan
P1001, post partum
membengkan
hari ke 7 dengan
abses mamae O : k/u : cukup
ibu bisa diajak komunikasi dengan baik
A : P1001, post partum hari ke 7 dengan abses
mammae
P : - Beri dukungan emosi ibu
- Yakinkan suami dan keluarga untuk selalu
memperhatikan ibu
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi

Evaluasi
Tgl 22-12-2010, jam 08.00 WIB
Dx : S : Klien mengatakan payudaranya masih sakit dan
P1001, post partum
bengkak
hari ke 8 dengan
abses mamae.
O : k/u cukup
ibu bisa diajak komunikasi dengan baik
A : P1001, post partum hari ke 10 dengan abses
mammae
P : Beri dukungan pada ibu
Yakinkan pada suami dan keluarga untuk selalu
memperhatikan ibu
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi
rongga tersebut. Biasanya abses disebabkan melalui beberapa cara :
ü Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril.
ü Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
ü Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Sedangkan Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan adanya
nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu
benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
diatasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi.
Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-sia.
Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.

B. Saran dan Kritik


Penulis dalam penyusunan makalah ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam kesempurnaan makalah ini, untuk itu saran
dan kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan demi penyusunan makalah-
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anemous www.google.com abses payudara


2. Diakses pada Tanggal 28 Desember 2008

3. Soedigmarto, M.Prof.1979. Perawatan Ibu.Surabaya


4. Pardoko R.H.dr.MPH. 1978. Perawatan Anak di Pusat Kesehatan. Surabaya
5. Taber Ben-Zion, MD. 1994. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: EGC.
ABSES PAYUDARA

A. DEFINISI
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri
menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi
rongga tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah
didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung pada lokasi abses.
Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan
oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang
sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan
menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.
Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan membentuk
sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul abses, yang
terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan kemerahan
panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan menjadi
berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam biasa
muncul ataupun tidak . pus dapat diaspirasi denagn spuit dan jarum berlubang besar. Diagnosis
banding abses payudara mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan karsinoma.
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit
normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri
masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker
payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui
mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi
ini sebenarnya terjadi pada perokok.
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga terjadi
peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara sehingga
pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang tidak
tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit
ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak
sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.

B. Etiologi
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit
normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri
masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker
payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui
mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai berikut :
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
3. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bias menyebabkan abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
3. Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.

C. PATOFISIOLOGI
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga terjadi
peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara sehingga
pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang tidak
tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.

D. GAMBARAN KLINIS
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau
syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
a. Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh,
membengkak dan adanya nyeri tekan).
b. Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih
karena kulit diatasnya menipis.
c. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise
d. Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
e. Gatal- gatal
f. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara
yang terkena.
Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:
a. Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi
b. Fisura putting susu
c. Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras
d. Warna kemerahan pada seluruh payudara atau local
e. Limfadenopati aksilaris yang nyeri
f. Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit
g. Suhu badan meningkat dan menggigil
h. Payudara membesar, keras da akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan
nanah bercampur air susu serta darah.

E. PEMERIKSAAN
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah
putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi abses, bisa dilakukan pemeriksaan roentgen, USG
atau CT scan.
F. PENANGANAN
a. Teknik menyusui yang benar.
b. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
c. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
d. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
e. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan.
f. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
g. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

G. TERAPI
a. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke
pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
b. Pecahkan kantong PUS dengan tissu forceps atau jari tangan
c. Pasang tampan dan drain untuk mengeringkan nanah
d. Tampan dan drain diangkat setelah 24 jam
e. Karena penyebab utamanya Staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisilin dengan dosis
tinggi, biasanya dengan dosis 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
f. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
g. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
h. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena untuk
mencegah pembengkakan payudara.
i. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.

H. PENCEGAHAN
Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan dengan
baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI dan bila tanda dini
seperti bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan cepat.
a. Terapi bedah
Bila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan insisi dan penyaliran,
yang biasanya membutuhkan anastesi umum, tetapi dapat juga dikeluarkan melalui aspirasi,
dengan tuntunan ultrasuara. Ultrasuara berguna untuk sebagi alat diagnostik abses payudara
dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus dengan bimbingan ultrasuara dapat bersifat
kuratif. Hal ini kurang nyeri dan melukai dibandingkan insisi dan penyaliran, dan dapat
dilakukan dengan anastesi lokal, hal ini sering dilakukan pada pasien yang menjalani rawat
jalan.
b. Pengobatan sistemik dengan antibiotik sesuai dengan sensitivitas organisme biasanya
dibutuhkan sebagai tambahan. Namun antibiotik saja tanpa dilakukannya pengeluaran pus tidak
mempunyai arti. Sebab dinding abses membentuk halangan yang melindungi bakteri patogen
dari pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang efektif
dalam jaringan terinfeksi
c. Dukungan untuk menyusui
Kita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan Perawatan dengan abses payudara ia dapat
melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan membahayakan bayinya dapat menyusui
bayinya yang lain dikemidian hari. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki peran yang
sangat penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang harus dilakukan
27780
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI DENGAN
INFEKSI PAYUDARA
Dosen Pengampu :
Barbara Cendy Sabatini, S.ST,M.Kes

KELOMPOK 2
1.YAYUK JANUARTI 11140047
2. TIKA PUSPITA SARI 11140066
3. ANA LESTARI 11140063
4. NITA ROSMALA 11140064
5. DEWI ANDRIANISARI 11140087
6. ISNA PRIANA 11140095

P UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIV BIDAN PENDIDIK
TAHUN 2013/2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berisi tentang “Asuhan Kebidanan pada
Ibu Nifas dengan Infeksi Payudara” dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta menambah
wawasan tentang masalah pada ibu nifas dengan infeksi payudara ,dimulai dari pengenalan
definisi,gejala,penyebab,factor resiko,contoh askeb dan penatalaksanaannya.Penulisan makalah
ini di dasarkan pada data sekunder dari beberapa informasi baik dari buku maupun internet yang
membahas tentang ibu hamil dan ibu bersalin.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dan dapat
manambah wawasan kita mengenai lebih dalam tentang nifas dengan infeksi payudara. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini..

Yogyakarta, 31 Maret 2013

Tim penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………...2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi……………………………………………………………………..3
2.2 Penyebab…………………………………………………………………...4
2.3 Klafikasi……………………………………………………………………4
2.4 Etiologi………………………………………………………………..........5
2.5 Gejala-Gejala……………………………………………………………….7
2.6 Diagnosa…………………………………………………………………....8
2.5 Penatalaksanaan…………………………………………………………….8
2.6 Pencegahan………………………………………………………………....9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………...10
3.2 Saran……………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perempuan mendapatkan anugerah untuk dapat hamil, melahirkan, dan menyusui.
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu didunia berhasil menyusui bayinya tanpa
membaca buku tentang cara menyusui, bahkan ibu yang buta huruf mampu untuk menyusui
bayinya. Kebanyakan perempuan memilih untuk segera menyusui bayinya setelah melahirkan
dan pada minggu keenam masa nifas terdapat kurang dari 60 persen perempuan yang masih
menyusui bayinya ( Jones, 2002 ).
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa
masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham akan
masalah itu, kegagalan menyusui sering dianggap problem pada anak saja. Masalah dari ibu yang
sering timbul selama menyusui dapat dimulai sejak masa kehamilan, pada masa pasca persalinan
dini, dan masa pasca persalinan lanjut. Masalah yang sering timbul pada ibu yang sedang
menyusui I putting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, dan mastitis sampai
terjadi abses payudara( Suradi, 2004).
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mamma ,terutama
primipara.Infe ksi terjadi melalui luka pada putting susu,tetapi juga melalui peredaran
darah.Penyakit yang menyerang payudara ternyata tidak hanya kanker saja ,ada penyakit lain
yang tak kalah berbahayanya.Yaitu mastitis atau biasa disebut dengan radang payudara.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian infeksi payudara ?
b. Apa saja penyebab infeksi payudara ?
c. Apa saja gejala-gejala infeksi payudara ?
d. Bagaimana cara mendiagnosisnya ?
e. Bagaimana penatalaksanaan infeksi payudara ?
f. Cara pencegahan infeksi payudara ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengatahui pengertian infeksi payudara
b. Untuk mengetahui Apa saja penyebab infeksi payudara
c. Untuk mengetahui Apa saja gejala-gejala infeksi payudara
d. Untuk mengetahui Bagaimana cara mendiagnosisnya
e. Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan infeksi payudara
f. Untuk mengetahui Cara pencegahan infeksi payudara
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan(Mastitis) pada mamma, terutama
pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi juga melalui peredarahan
darah. Penyakit yang menyerang payudara ternyata tidak hanya kanker payudara saja. Ada
penyakit lain yang tidak kalah berbahayanya. Yaitu mastitis atau biasa juga disebut dengan
radang payudara.
Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini
terjadi karena ibu tidak menyusui atau puting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini
bisa terjadi pada satu atu kedua payudara sekaligus.
Mastitis merupakan peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi.
Penyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis
puerperalis.
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui.
Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara. Infeksi
terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Mastitis
ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam,
menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Terjadi beberapa minggu setelah
melahirkan. Infeksi ini biasanya terjadi kira-kira 2 minggu setelah melahirkan yang disebabkan
adanya bakteri yang hidup di pemukaan payudara. Kelelahan, stres, dan pakaian ketat dapat
menyebabkan penyumbatan saluran air susu dan payudara yang sedang nyeri, jika tidak segera
diobati bisa terjadi abses.
Mastitis dapat terjadi di beberapa bagian daerah payudara diantaranya: mastitis dibawah
areola mamae, mastitis ditengah-tengah mamae, mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari
kelenjar-kelenjar antara mamae dan otot-otot dibawahnya
2.2 Penyebab
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit
yang normal (Staphylococcus aureus).Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke
dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu).
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam
waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada
beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan
menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.Perubahan hormonal di dalam
tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran
yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi.
2.3 Klasifikasi Mastitis
a. Menurut Bentuknya
1. Mastitis catarralis adalah mastitis yang paling ringan. Disini ditemukan radang dan degenerasi
dan degenerasi pada parenchym (epitel) saluran-saluran air susu besar.
2. Mastitis parenchymatosa Adalah radang yang meluas hingga asinus pembentuk air susu, jadi
hingga parenchym yang mementuk air susu.
3. Mastistis interstitialis Radang terutama ditemukan di dalam interstisium (jar.ikat)
b. Menurut pembagian patologik anatomik mastitis
1. Mastitis catarrhalis yakni radang pada saluran susu yang halus.
2. Mastitis parenchymatosa radang parenchym pembentuk air susu.
3. Mastitis Phlegmonosa dimaa radang ini meluas dalam jaringan ikat. Oleh karena itu
dinamakan jg mastitis interstitialias. Terlihat pada perlukaan dan infesi ambing .
4. Mastitis purulenta (apestomatosa) , disertai pembentukkan abses-abses.
5. Mastitis necriticans memperlihatkan regresi luar biasa dengan nekrosa kering (necrosa
koagulasi)
6. Mastitis indurativa dimana kelenjar digantikan oleh jaringan ikat. Sekresi air susu berhenti .
ambingnya akan terasa keras, lingkarannya bertambah atau berkurang. Mastitis ini dapat terjadi
pada 3 kuartir.
7. Mastitis specifica disebabkan oleh tuberculosis dan aktimikosis.

2.4 Etiologi
Mastitis dapat disebabkan karena keradangan biasa atau oleh agen infeksi seperti bakteri
dan jamur. Bakteri yang dapat menimbulkan mastitis antara alain adalah :
1. Staphylococcus aureus.
Merupakan bakteri utama yang paling sering menyebabkan mastitis. Dapat menyebabkan
mastitis subklinis maupun klinis. Memiliki protein A pada membrannya sebagai faktor virulensi,
yang bersifat antifagositik dengan cara berikatan dengan bagian dari IgG untuk mengacaukan
opsonisasi. Selain itu, polisakarida yang ada di kapsulanya juga bersifat antifagositik.
Staphylococcus menghasilkan produk ekstraseluler seperti katalase, koagulase, staphylokinase,
lipase, dan hyaluronidase. Semuanya berperan untuk menembus membran mukosa, kecuali
katalase. Katalase digunakan untuk mengubah oksigen peroksida menjadi oksigen dan air. Selain
itu, lipase juga berfungsi untuk melindungi bakteri ini dari asam lemak bakterisisdal pada saluran
mammae. Bentukan akut dari Staphylococcus adalah beberapa kebengkakan dan sekresi purulent
dan fibrosis.

2. Puerperal Mastitis
Disebabkan karena adanya sumbatan pada ductus payudara oleh bakteri Staphilococcus
aureus yang masuk melalui puting payudara ataupun sobekan/ luka pada payudara. Puerparal
mastitis ini biasanya menyerang wanita pasca bersalin hingga 3 bulan selama masa menyusui
3. Non-Puerparal Mastitis
Dalam banyak kasus, Non-Puerperal Mastitis tidak disebabkan oleh inflamasi bakteri,
namun dapat disebabkan oleh Hyperprolactinemia, kasus hormon tiroid, merokok, adanya nanah
dalam payudara, diabetes dan pengaruh beberapa faktor pengobatan. Dalam keadaan ini,
terjadinya resiko perulangan penyakit, abses dan infeksi lanjutan lebih besar daripada puerperal
mastitis
Ø Faktor Predisposisi
a. Umur
Sebuah studi retrospektif menunjukan bahwa wanita berumur 21- 35 tahun lebih sering terkena
mastitis
b. Paritas.
Primipara mempunyai faktor resiko lebih besar.
c. Serangan sebelumnya.
Pada beberapa studi,terdapat bukti bahwa serangan mastitis cenderung berulang
d. Melahirkan. Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan resiko mastitis.
e. Gizi.
Antioksidan dari Vit.E,Vit A, dan selenium diketahui mengurangi resiko mastitis.
f. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
2.5 Gejala
Gejalanya berupa:
1. nyeri payudara
2. benjolan pada payudara
3. pembengkakan salah satu payudara
4. jaringan payudara membengkak, nyeri bila ditekan, kemerahan dan teraba hangat
5. gatal-gatal
6. pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena
7. demam.

Perbedaan Tanda dan Gejala

Bendungan ASI Mastitis Abses Payudara


· Nyeri payudara dan · Nyeri payudara · Nyeri payudara
tegang, kadang payudara · Benjolan pada
· Benjolan pada
mengeras dan membesar. payudara payudara
· Biasanya terjadi antara
· Pembengkakan pada · Jaringan payudara
hari 3-5 pasca persalinan. salah satu payudara membengkak dan teraba
· Biasanya bilateral · Jaringan payudara hangat.
muncul bertahap membengkak, nyeri bila · Nipple discharge
menyebabkan demam ditekan, kemerahan dan (keluar cairan dari putting
dan tidak berhubungan teraba hangat susu, bisa mengandung
dengan gejala sistemik. · Gatal-gatal nanah)
· Payudara biasanya · Pembesaran kelenjar
hangat saat disentuh getah bening ketiak pada
sisi yang sama

2.6 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Jika tidak sedang menyusui, bisa dilakukan mammografi atau biopsi payudara.
2.7 Pengobatan
1. Payudara dikompres dengan air hangat.
2. Untuk mengurangi rasa sakit dan demam dapat diberikan pengobatan analgetika-
antipiretik. (asetaminofen, ibuprofen (Thylenol))
3. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
4. Pompa pada payudara untuk mengosongkan payudara
5. Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan.
6. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya.
7. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup.
8. Jika ibu demam tinggi (< 39oC), periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya
infeksi streptokokal.
9. Pada abses di tangani dengan pembedahan untuk mengeluarkan abses. Jika terjadi abses,
bawa penderita ke Rumah Sakit untuk mendapatkan antibiotik intravena, aspirasi atau
insisi. Setiap cairan aspirasi dilakukan pemeriksaan histologik untuk menyingkirkan
keganasan, dapat pula dilakukan drainase

Segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada bayi dihentikan dan diberikan
pengobatan sebagai berikut :
1. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
2. Sangga payudara
3. Kompres dingin
4. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
5. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

Komplikasi infeksi payudara

Jika infeksi payudara sangat berat maka kemungkinan dapat terjadi abses. Jika telah
terjadi abses maka pengobatannya adalah dengan melakukan drainase yaitu pembersihan dan
pengaliran cairan dan nanah pada payudara yang mengalami abses

2.8 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
1. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
2. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara
memompanya
3. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada puting susu
4. Minum banyak cairan
5. Menjaga kebersihan puting susu
6. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mastitis adalah suatu peradangan pada jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau
tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara), yang
disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus
aureus). Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Dan biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3%
wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.Abses
payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani
dengan baik, sehingga memperberat infeksi. Dengan gejala sakit pada payudara ibu tampak lebih
parah, payudara lebih mengkilap dan berwarna merah, benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus tahu dan mampu mengatasi mastitis.Sehingga
presenstase wanita yang mempunyai resiko untuk menderita mastitis dapat ditangani dengan
semaksimal mungkin dan secepat mungkin .
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati.2008.Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta:Mitra Cendikia
Saleha.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni.2007.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta:Fitramaya
Mansjoer,arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius
Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
http://www.fadlie.web.id/?p=2355.DiUnduh,25Januari2013–08:20PM.html
http://www.detikhealth.com
ABSES PAYUDARA

1.Abses payudara

Merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah untuk kambuh. peluang
kekambuhan bagi yang pernah mengalaminya berkisar di antara 40-50 persen.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus aureus.
Bakteri yang secara alami bisa ditemukan pada kulit manusia itu bisa masuk apabila ada luka
pada payudara terutama di sekitar puting susu Merupakan komplikasi akibat peradangan
payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua post partum (setelah melahirkan),
karena adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.

Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani
dengan baik, sehingga memperberat infeksi.

Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh
infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama
dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan
menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista

2. Gejala dan tanda

 Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.


 Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
 Benjolan terasa lunak karena berisi nanah. Kadang-kadang keluar cairan nanah melalui
puting susu. Bakteri terbanyak penyebab nanah pada payudara adalah stafilokokus aureus
dan spesies streptokokus.
 Pada lokasi payudara yang terkena akan tampak membengkak.Bengkak dengan getah
bening dibawah ketiak
 nyeri dan teraba masa yang fluktuatif / ‘empuk
 sensasi rasa panas pada area yang terkena
 Demam dan kedinginan, menggigil
 Rasa sakit secara keseluruhan
 Malaise, dan timbul limfadenopati pectoralis, axiller, parasternalis, dan subclavia.

Diagnosis:

Untuk memastikan diagnosisnya perlu dilakukan aspairasi nanahmya


Differensial diagnosisnya galactoele, fibroadenoma dan carcinom

3. Penyebab & Faktor Risiko

Penyebab
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan
pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui.
Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada
masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.

Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker
payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui
mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi
ini sebenarnya terjadi pada perokok.

Faktor risiko

 Diabetes mellitus
Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor risiko utama, beberapa faktor lain
ternyata dapat meningkatkan risiko abses payudara. Hal ini terungkap dalam sebuah
penelitian di University of Iowa, yang dipublikasikan dalam Journal of The American
College of Surgeons edisi Juli 2010.

 Perokok berati
salah satu faktor yang dimaksud adalah rokok, yang dapat meningkatkan risiko abses
payudara 6 kali lipat dibanding pada wanita yang tidak merokok. Selain itu, rokok juga
membuat peluang kekambuhan melonjak hingga 15 kali lipat. Dari sejumlah pasien yang
mengalami kekambuhan, 60 persen di antaranya merupakan perokok berat. Oleh karena
itu, peneliti menyarankan para pendeita abses yang merokok untuk menghentikan
kebiasaanya agar risiko kambuh bisa dikurangi.

Dalam penelitian ini, para ahli melibatkan 68 wanita yang mengalami abses payudara, termasuk
43 wanita perokok dan 9 wanita yang memiliki tindik di putingnya. Seluruh partisipan tidak
memiliki riwayat kanker payudara dan tidak sedang menjalani penyinaran dengan radiasi
maupun operasi payudara dalam 12 bulan terakhir.

 faktor berikutnya yang baru pertama kali diungkap adalah tindik di bagian puting susu.

Risiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang putingnya ditindik cenderung
meningkat pada kurun waktu hingga 7 tahun sejak tindik dibuat.

 Infeksi setelah melahirkan


 Kelelahan
 Anemia
 Penggunaan obat steroid
 Rendahnya sistem imun
 Penanaman silicon

4. Pencegahan
 Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal yang
sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s exercises dapat dimulai
sejak 38 minggu kehamilan. Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas
jari atau satu jari dan jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan
lembut ditarik dengan arah horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah
horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa kali
per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu. Metode alternatif adalah penarikan
puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat kehamilan.
 Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.
 Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D
 Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara
 Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
 Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan
cara memompanya
 Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada
puting susu.
 Minum banyak cairan
 Menjaga kebersihan puting susu
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

5. Penanganan dan pengobatan

Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar :

1. Teknik menyusui yang benar.

2. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.

3. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.

4. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.

5. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan.

6. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.

7. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

Terapi : Evakuasi abses dengan cara dilakukan operasi (insisi abses) dalam anestesi umum.
Setelah diinsisi, diberikan drain untuk mengalirkan sisa abses yang ‘mungkin’ masih tertinggal
dalam payudara.

Abses / nanah kemudian diperiksa untuk kultur resistensi dan pemeriksaan PA.
Jika abses diperkirakan masih banyak tertinggal dalam payudara, selain dipasang drain juga
dilakukan bebat payudara dengan elastic bandage. Setelah 24 jam tindakan, pasien kontrol
kembali untuk mengganti kassa. Pasien diberikan obat antibiotika dan obat penghilang rasa sakit.

Penanganan yang dapat dilakukan antara lain :

pengeluaran susu terhambat dilakukan untuk mastitis adalah pemanasan lokal, antipiretik dan
analgesik ringan, pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan ASI atau memompa,
dan terapi antibiotika oral. Namun jika sudah terjadi abses, perlu diberikan antibiotik intravena,
aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan aspirasi perlu dilakukan pemeriksaan
histologik untuk menyingkirkan keganasan.

Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4 kali/hari.


Diberikan antibiotik dan untuk mencegah pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan dan
pemompaan air susu pada payudara yang terkena.

Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta dianjurkan untuk
berhenti menyusui.

Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau
ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, sarwono,2009. Ilmu kebidanan.jakarta


2. Sulistyawati, ari,2009. Buku ajar asuhan kebidanaan pada ibu nifas. Jakarta
3. Hyre, anne.2001. asuhan kebidanan care. jakarta : pusdinakes
4. Syaipudin, abdul bari.2001. paduan pelayanan kesehatan, Jakarta: yayasan bina pustaka.
ABSES PAYUDARA

Author: An-Nisa | at:14.58 | |


I. Definisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi
rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah
didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung pada lokasi abses.
Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya
disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan
gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung
memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.

Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan
membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul
abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan
kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan
menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini
demam biasa muncul ataupun tidak . pus dapat diaspirasi denagn spuit dan jarum berlubang
besar. Diagnosis banding abses payudara mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan karsinoma.

(WHO, hal 20)

Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada
kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri
masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.

Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan
kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak
menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting
susu). Kondisi ini sebenarnya terjadi pada perokok.

Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga
terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara
sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang
tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.

Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.

II. Etiologi
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada
kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri
masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan
kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak
menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting
susu).
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai
berikut :
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
3. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bias menyebabkan abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
3. Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.

III. PATOFISIOLOGI
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga
terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara
sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang
tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.

IV. GAMBARAN KLINIS


Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ
atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :

 Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh,


membengkak dan adanya nyeri tekan).

 Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya
tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat
benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.

 Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise

 Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)

 Gatal- gatal

 Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena.

Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:
 Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi
 Fisura putting susu
 Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras
 Warna kemerahan pada seluruh payudara atau lokal
 Limfadenopati aksilaris yang nyeri
 Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit
 Suhu badan meningkat dan menggigil
 Payudara membesar, keras da akhirnya pecah dengan borok serta
keluarnya cairan nanah bercampur air susu serta darah.
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana ; 317)

V. PEMERIKSAAN
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel
darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi abses, bisa dilakukan pemeriksaan roentgen,
USG atau CT scan.

VI. PENANGANAN
a. Teknik menyusui yang benar.
b. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.

c. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.

d. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.

e. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.

f. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.

g. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

VII. TERAPI
a. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke
pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
b. Pecahkan kantong PUS dengan tissu forceps atau jari tangan
c. Pasang tampan dan drain untuk mengeringkan nanah
d. Tampan dan drain diangkat setelah 24 jam
e. Karena penyebab utamanya Staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisilin dengan dosis tinggi,
biasanya dengan dosis 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
f. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
g. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
h. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena untuk
mencegah pembengkakan payudara.
i. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.

VIII. PENCEGAHAN
Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan
dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI dan bila tanda
dini seperti bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan
cepat.

 Terapi bedah
Bila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan insisi dan
penyaliran, yang biasanya membutuhkan anastesi umum, tetapi dapat juga dikeluarkan melalui
aspirasi, dengan tuntunan ultrasuara. Ultrasuara berguna untuk sebagi alat diagnostik abses
payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus dengan bimbingan ultrasuara dapat
bersifat kuratif. Hal ini kurang nyeri dan melukai dibandingkan insisi dan penyaliran, dan dapat
dilakukan dengan anastesi lokal, hal ini sering dilakukan pada pasien yang menjalani rawat
jalan.

Pengobatan sistemik dengan antibiotik sesuai dengan sensitivitas organisme biasanya


dibutuhkan sebagai tambahan. Namun antibiotik saja tanpa dilakukannya pengeluaran pus tidak
mempunyai arti. Sebab dinding abses membentuk halangan yang melindungi bakteri patogen
dari pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang efektif
dalam jaringan terinfeksi

 Dukungan untuk menyusui


Kita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan Perawatan dengan abses payudara ia dapat
melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan membahayakan bayinya dapat menyusui
bayinya yang lain dikemidian hari. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki peran yang
sangat penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang harus dilakukan
dengan kondisi seperti ini.
Untuk menjamin agar menyusui yang baik terus berlansung, penatalaksanannya sebaiknya harus
dilakukan sebagai berikut:
1. Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan
2. Bayi terus dapat menyusui pada payudar yang sehat
3. Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ib tidak dapat menyusui selama lebih dari 3 jam,
bayi harus diberi makanan lain.
4. Sebagai persiapan bagian dari persiapan bedah, ibu dapat memeras ASI-nya dari payudara yang
sehat, dan ASI tersebut diberikan pada bayi dengan cangkir saat ibu dalam pengobatan.
5. Segera setelah ibu sadar kembali ( bila ibu tersebut diberi anastesi umum ), atau segera setelah
pembedahan selesai ( bila digunakan anatesi lokal ), ibu dapat menyusui kembali pada payudar
yang sehat.
6. Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapat kembali menyusui dari payudara yang
terkena. Hal ini biasanya mungkin dilakukan dalam beberapa jam, kecuali pembedahan
dekatpada puting susu. Ibu harus diberi analgesikyang diperlukan untuk mengontrol nyeri dan
memungkinkan menyusui kembali lebih dini.
7. Biasanya ibu membutuhkan bantuan terlatih untuk membantu bayi mengenyut payudara yang
terkena kembali, dan hal ini dapat membutuhkan beberapa usaha sebelum bayi dapat menghisap
dengan baik. dorongan ibu u ntuk tetap menyusui, dan bantu ibu untuk menjamin kenyutan yang
baik.
8. Bila payudara yang terken tetap memproduksi ASI, penting agar bayi dapat mengisap dan
mengeluarkan ASI dari payudar tersebut, untuk mencegah statis ASI dan terulangnya infeksi.
9. Bila pada mulanya bayi tidak mau mengenyut atau mengisap payudra yang terkena, penting
untuk memeras ASI sampai bayi mulai mengisap kembali.
10. Bila produksi ASI pada payudara berhenti, pengisapan yang sering merupakan jalan yang efektif
untuk merangsang peningkatan produksi.
11. Untuk sementara waktu bayi dapat terus menyusu pada payudara yang sehat. Biasanya bayi
dapat menyusu cukup hanya dari satu payudar, sehingga ia cukup mendapatakan makanan
sementara produksi ASI dari payudara yang terkena pulih kembali.
Sedangkan menurut pendapat ahli mengatakan bahwa :
a. Segera setelah melahirkan menyusui bayi dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusife.
b. Melakukan perawatan payudara dengan tepat dan benar. Masase payudara, kompres hangat dan
dingin, pakai bh yang menyokong kedua payudara .

c. Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH tidak boleh
terlalu sempit dan menekan payudara.

d. Segera mengobati puting susu yang lecet, bila perlu oleskan sedikit ASI pada puting
tersebut.Bila puting bernanah atau berdarah, konsultasikan dengan bidan di klinik atau dokter
yang merawat

e. Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan pada
payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada
dokter atau bidan.

f. Biasakan untuk menyusui secara rutin bergantian pada kedua payudara kanan dan kiri.

g. Bila menemui kesulitan seperti puting payudara tenggelam atau ASI tidak bisa lancar keluar
tetapi payudara tampak mengeras tanda berproduksi ASI maka konsultasikan dengan bidan cara
memerah ASI dengan benar agar tidak terjadi penumpukan produksi ASI

h. Biasakan untuk menyusui bayi hingga kedua payudara terasa kosong dan bila bayi tampak sudah
kenyang namun payudara masih terasa penuh atau ASI menetes deras, segera kosongkan dengan
cara memerah secara manual menggunakan jari - jari tangan menekan pada areola ( lingkaran
hitam sekitar puting ), simpan ASI di kulkas jangan di buang, bisa diberikan kembali dengan
cara menyuap ke mulut bayi menggunakan sendok atau biarkan bayi mencecap dengan cawan
kecil setelah ASI dihangatkan.

i. Seorang ibu harus menjaga tangan dan putting susunya bersih untuk menghindari kotoran dan
kuman masuk ke dalam mulut bayi. Dengan cara mencuci kedua tangannya dengan sabun dan
air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui Hal ini juga menghindari putting
susu sakit dan infeksi pada payudara.
j. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.Setelah menyusui,
puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D.

k. Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara.


INFEKSI PAYUDARA

A. Definisi

Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Pada infeksi yang
berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara).
Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara kronik.
Dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting, dan
dermatitis yang mengenai puting.

B. Penyebab
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang
normal (Staphylococcus aureus). Bakteri sering kali berasal dari mulut bayi dan masuk kedalam
saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit biasanya pada putting susu.
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu
1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun
dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh
sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah
mengalami infeksi.

C. Gejala
Gejalanya berupa:
- Nyeri payudara
- Benjolan pada payudara
- Pembengkakan pada salah satu payudara
- Jaringan payudara membengkak, nyeri bila ditekan, kemerahan dan teraba hangat
- Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
- Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena
Demam
- Infeksi payudara

D. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang
menyusui, bisa dilakukan mammografi atau biopsi payudara.

E. Pengobatan
1. Mastitis
Ø Berikan antibiotika :
- Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari
- atau Eritromisim 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
Ø Bantulah agar Ibu :
- Tetap meneteki
- Kompres dingin selama 15-20 menit, 4 kali/hari sebelum meneteki untuk mengurangi
bengkak dan nyeri
Ø Berikan paracetamol 500 mg per oral
Ø Evaluasi 3 hari
2. Abses payudara
Ø Berikan antibiotika :
- Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari
- ATAU Eritromisim 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
Ø Drain abses
- Anastesia umum di anjurkan
- Lakukan insisi radial dari batas putting ke lateral untuk menghindari cedera atau duktus
- Gunakan sarung tangan steril
- Tampon longgar dengan kassa
- Lepaskan tampon 24 jam, ganti dengan tampon kecil
Ø Jika masih banyak pus, tetap berikan tampon dalam lubang dan buka tepinya
Ø Yakinkan ibu untuk:
- Tetap meneteki meskipun masih keluar nanah
- Gunakan kutang
- Kompres dingin selama 15-20 menit, 4 kali/hari sebelum meneteki untuk mengurangi
bengkak dan nyeri
Ø Berikan paracetamol 500 mg bila perlu
Ø Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau
ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
Ø Evaluasi 3 hari

F. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
· Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
· Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara
memompanya
· Gunakan tehnik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan atau luka pada
putting susu
· Minum banyak cairan
· Menjaga kebersihan putting susu
· Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

Perbedaan Tanda dan Gejala

Bendungan ASI Mastitis Abses Payudara


1. Nyeri payudara dan
1. Nyeri payudara 1. Nyeri payudara
2. Benjolan pada payudara
2. Benjolan pada
tegang, kadang payudara
3. Pembengkakan pada payudara
mengeras dan membesar.
salah satu payudara 3. Jaringan payudara
2. Biasanya terjadi antara
4. Jaringan payudara membengkak dan teraba
membengkak, nyeri bila hangat.
hari 3-5 pasca persalinan
ditekan, kemerahan dan
4. Nipple discharge
3. Biasanya bilateral
teraba hangat (keluar cairan dari putting
muncul bertahap
5. Gatal-gatal susu, bisa mengandung
Pembesaran kelenjar nanah)
menyebabkan demam
getah bening ketiak pada
dan tidak berhubungan
sisi yang sama
dengan gejala sistemik.

Payudara biasanya hangat

saat disentuh

JBD. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai