OLEH:
STIESIA SURABAYA
2019
A. LATAR BELAKANG
Kertas kerja merupakan suatu dasar dalam penerapan standar auditing terutama dalam
hal pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Konsep-konsep dasar dalam auditing digunakan
sebagai dasar perencanaan audit. Diantara konsep-konsep yang ada, konsep materialitas dan
risiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam merencanakan dan
melakukan kegiatan audit. Konsep materialitas merupakandasar penerapan standar auditing
terutama standar pekerjaan lapangan dan standarpelaporan. Dengan konsep ini, auditor
menentukan standar hal-hal yang tergolongmaterial atau tidak material. Hal ini menjadi
sangat penting karena pendapat yangdiberikan auditor merupakan pendapat terhadap hal-hal
yang bersifat materialsaja. Maka ruang lingkup pemeriksaan dan penentuan pendapat yang
akan diberikan, bergantung pada interprestasi dan pemahaman auditor terhadap nilai-nilai
yang termasuk dalam hal yang material ataupun tidak material.Sedangkan konsep risiko
merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya,atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material.
1. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern yang terkait.
Penilaian risiko bawaan merupakan pertimbangan mengenai hal-hal yang mungkin
memiliki dampak yang mendalam terhadap asersi-asersi untuk semua atau banyak akun
dan hal-hal ang hanya berkaitan dengan asersi spesitifk untk suatu akun spesifik.
Risiko bawaan dapat lebih besar untuk beberapa asersi daripada untuk asersi-asersi
lainnya. Risiko bawaan muncul secara independent dari audit laporan keuangan. Oleh
karena itu, auditor tidak dapat mengubah tingkat actual dari risiko bawaan. Akan tetapi,
auditor dapat mengubah tingkat risiko bawaan yang dinilai.
2. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian
intern entitas.
3. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.
Risiko deteksi dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi dari risiko prosedur analitis dan
risiko pengujian terinci. Dalam menentukan risiko deteksi auditor juga harus
mempertimbangkan kemungkinan akan membuat suatu kekeliruan.
Dalam perencanaan audit, suatu tingkat risiko deteksi yang direncanakan dapat diterima
untuk prosedur analitis dan pengujian terinci ditentukan untuk setiap asersi yang
signifikan dengan menggunakan model risiko audit.
F. RISIKO AUDIT PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN DAN TINGKAT SALDO
AKUN
1) Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk)
Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko audit
keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung
oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal
kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji material.
2) Risiko Audit Individual
Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun secara individual, risiko
audit keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun-akun yang berkaitan. Risiko audit
individual perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu seringkali sangat
penting karena besar saldonya atau frekuensi transaksi perubahan. Dari pengalaman audit
di tahun sebelumnya, auditor dapat menaksir risiko audit atas akun tertentu.
2. Pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah ( lower level of control risk
approch )
Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat
kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya
melaksanakan sedikit pengujian substantif.
2. Prosedur Analitikal
Prosedur analitikal sebagai prosedur penilaian risiko membantu mengidentifikasi hal-
hal yang mempunyai implikasi terhadap laporan keuangan dan audit. Sebagai contoh,
segala sesuatu yang bersifat luar biasa, seperti transaksi atau peristiwa luar biasa, angka-
angka yang terlalu tinggi, rasio yang melenceng dan tren yang ganjil.
Disamping sebagai prosedur penilaian risiko, prosedur analitikal juga dapat digunakan
sebagai prosedur audit selanjutnya dalam:
a. Memperoleh bukti mengenai asersi laporan keuangan. Ini adalah prosedur analitikal
substantif;
b. Melakukan riviu menyeluruh atas laporan keuangan pada atau menjelang akhir audit.
Hasil prosedur analitikal dibandingkan dengan informasi yang dikumpulkan untuk:
a Mengidentifikasi risiko salah saji yang material mengenai asersi yang
terkandung dalam unsur-unsur laporan keuangan yang signifikan;
b. Membantu merancang sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit selanjutnya.