Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
taufiqnya kepada penyusun sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini penyusun buat dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan
oleh Dosen pada mata kuliah “Energi Alternatif” pada Jurusan Teknik Kimia
Akademi Minyak dan Gas Balongan.

Pada kesempatan ini penyusun ucapkan terima kasih yang sebesar –


besarnya kepada Dosen dan rekan – rekan mahasiswa dan mahasiswi yang telah
membantu penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.

Penyusun sadari bahwa masih banyak kesalahan dalam makalah ini. Untuk
itu, penyusun perlu saran dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan makalah ini
dari pembaca.

Pada akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan
terutama para pembaca umumnya.

Indramayu, April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biomassa
2.2 Pemanfaatan Biomassa Sebagai Sumber Energi
2.2.1 Biodiesel
2.2.2 Biogas
2.3 Pemanfaatan Biomassa untuk Bahan Bakar Transport
2.4 Penerapan Konversi Biomassa
2.4.1 Biobriket
2.4.2 Gasifikasi
2.4.3 Pirolisa
2.4.4 Liquification
2.4.5 Biokimia
2.4.6 Karbonisasi
2.5 Potensi Biomassa di Indonesia
2.6 Dampak Positif dan Negatif dari Biomassa
2.6.1 Dampak Positif
2.6.2 Dampak Negatif
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan energi besar-besaran telah membuat manusia mengalami
krisis energi. Ini disebabkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti
minyak bumi dan gas alam yang sangat tinggi. Sebagaimana kita ketahui, bahan
bakar fosil merupakan sumber daya alam yang tidak dapat kita perbarui.Untuk
mengatasi krisis energi masa depan, beberapa alternatif sumber energi mulai
dikembangkan, salah satunya adalah energi biomassa.Pada awalnya, biomassa
dikenal sebagai sumber energi ketika manusia membakar kayu untuk memasak
makanan atau menghangatkan tubuh pada musim dingin. Kayu merupakan
sumber energi biomassa yang masih lazim digunakan tetapi sumber energi
biomassa lain termasuk bahan makanan hasil panen, rumput dan tanaman lain,
limbah dan residu pertanian atau pengolahan hutan, komponen organik limbah
rumah tangga dan industri, juga gas metana sebagai hasil dari timbunan
sampah. Sebagai bahan bakar, biomassa perlu diolah terlebih dahulu agar dapat
dengan mudah dipergunakan. Proses ini dikenal sebagai konversi biomassa.
Beberapa proses tersebut adalah dengan mengubah biomassa menjadi briket
sehingga mudah disimpan, diangkut, dan mempunyai ukuran dan kualitas yang
seragam. Jenis konversi lain adalah mengubah biomassa melalui proses kimia
dan fisika seperti anaerobic digestion (peruraian tanpa bantuan oksigen) yang
menghasilkan gas metana, pirolisis (dekomposisi menggunakan panas) yang
menghasilkan produk bahan bakar padat berupa karbon dan produk lain berupa
karbon dioksida dan metana.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian biomassa?
2. Bagaimana pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi?
3. Bagaimana pemanfaatan biomassa untuk bahan bakar transport?
4. Bagaimana penerapan konversi biomassa?
5. Bagaimana potensi biomassa di Indonesia?
6. Bagaimana dampak positif dan negatif dari biomassa?

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah


1. Mengetahui pengertian biomassa.
2. Mengetahui pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi.
3. Mengetahui pemanfaatan biomassa untuk bahan bakar transport.
4. Mengetahui penerapan konversi biomassa.
5. Mengetahui potensi biomassa di Indonesia.
6. Mengetahui dampak positif dan negatif dari biomassa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biomassa


Biomassa merupakan produk fotosintesis yakni butir-butir hijau daun
yang bekerja sebagai sel-sel surya, menyerap energi matahari dan
mengkonversi karbon dioksida dengan air menjadi suatu senyawa karbon,
hydrogen dan oksigen. Senyawa ini dapat dipandang sebagai sebagai suatu
penyerapan energi yang dapat dikonversi menjadi suatu produk lain. Hasil
konversi senyawa itu dapat berbentuk arang atau karbon, alkohol kayu, ter dan
lain sebagainya. Energi yang disimpan itu dapat pula dimanfaatkan dengan
langsung membakar kayu itu, panas yang dihasilkan digunakan untuk memasak
atau untuk keperluan lain.
Biomassa adalah produk yang dikenal atau bahan yang ditemukan di
sebagian besar makhluk hidup. Hal ini dapat bahan hewan, bakteri, atau bahan
tanaman. Contoh tertua yang kita miliki dari energi biomassa saat ini adalah
kayu, yang dapat kita membakar untuk menghasilkan panas dan menciptakan
uap yang karenanya, menghasilkan energi.
Energi biomassa adalah sumber energi terbarukan yang ditemukan
dalam tanaman. Tanaman mengambil energi dari matahari dalam proses
fotosintesis dan menggunakannya untuk memproduksi dan tumbuh biomassa.
Energi biomassa dibuat ketika biomassa dikumpulkan dan dibakar perlahan
untuk membuat uap. Generator kemudian menggunakan uap untuk
mengubahnya menjadi panas dan energi.
2.2 Pemanfaatan Biomassa Sebagai Sumber Energi
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber
energi jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan
perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan
untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai
bahan bakar nabati memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan
efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada
limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan.
Kedua, penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih
mahal dari pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat
penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih
sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.
Selain pemanfaatan limbah, biomassa sebagai produk utama untuk
sumber energi juga akhir-akhir ini dikembangkan secara pesat. Kelapa sawit,
jarak, kedelai merupakan beberapa jenis tanaman yang produk utamanya
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Sedangkan ubi kayu, jagung,
sorghum, sago merupakan tanaman-tanaman yang produknya sering ditujukan
sebagai bahan pembuatan bioethanol.
2.2.1 Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang berasal dari
minyak nabati, atau biodiesel merupakan bahan bakar untuk mesin
diesel yang berasal dari minyak nabati setelah melalu proses kimia.
Biasanya sumber minyak nabati berasal dari minyak kelapa, minyak
biji jarak, minyak sawit dan sebagainya. Biodiesel merupakan bahan
bakar yang dapat mengurangi kerusakan pada lingkungan artinya
bahan bakar ini sangat ramah terhadap lingkungan.
Keunggulan atau kelebihan dari biodiesel yaitu :
1. Bahan bakar ini tidak beracun;
2. Tidak dapat menyebabkan efek rumah kaca, jadi biodiesel ini
sangat ramah lingkuangan;
3. Mudah sekali terurai dan bisa diperbaharui; dan
4. Dapat membuat mesin menjadi lebih awet atau tidak cepat rusak.

Sedangkan kekurangan dari biodiesel yaitu karena bahan


bakar ini berasal dari tanaman pangan, maka jika di gunakan secara
berlebihan dapat menimbulkan peningkatan harga pangan dan bahkan
dapat meningkatkan angka kelaparan,mungkin itu merupakan salah
satu alasan dari mengapa sampai saat ini biodiesel belum banyak
digunakan, sehingga masih mencari bahan baku biodiesel yang
potensial lainnya.

2.2.2 Biogas
Sejak berabad-abad tinja binatang maupun tinja manusia
dimanfaatka untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kesuburan
dan produktivitas tanah. Dengan kian banyak dipergunakannya rabuk
buatan, sampah-sampah itu tidak lagi dipergunakan untuk maksud-
maksud tersebut, sehingga tanah ini tidak lagi mendapatkan humus,
yang diperlukan organisme-organisme lain tanah secara
keseluruhannya, sehingga lambat laun menjadi steril.
Dekomposisi bahan-bahan organik di bawah kondisi-kondisi
anaerobic menghasilkan suatu gas yang sebagian besar terdiri atas
campuran metan dan arang dioksida. Gas ini dikenal sebagai gas rawa
atau biogas. Campuran gas ini adalah hasil dari fermentasi atau
peranan anaerobic disebabkan sejumlah besar jenis organisme mikro,
terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi ini
adalah dari 30°C hingga kira-kira 55°C.
Prinsip kimia ynag tersangkut dalam pembentukan biogas
adalah prinsip terjadinya fermentasi dari semua karbohidrat, lemak dan
protein oleh bakteri metan, bilamana tidak dicampur dengan udara.
Satu gram bahan selulosa menghasilkan 825 cm3 gas tekanan
atmosferik yang terdiri atas 50% CH4 dan 50% CO2.
Salah satu lemak menghasilkan 1,25 liter biogas tekanan
atmosferik yang terdiri atas 68% CH4 dan 32% CO2. Tergantung dari
komposisi bahan-bahan yang dipakai, suhu dan lama dekomposisi,
dapat dicatat variasi yang besar mengenai komposisi sebagaimana
terlihat pada Tabel 1. Komposisi Biogas. Untuk proses fermentasi tinja
tidak diperlukan tambahan sesuatu bahan kecuali air, yaitu untuk tiap 4
bagian tinja ditambah 5 bagian air.
Tabel 2.1 Komposisi Biogas
Penjelasan Rumus Persentase
Metan CH4 55-65%
Karbon Dioksida CO2 36-45%
Nitrogen N2 0-3%
Hidrogen H2 0-1%
Oksigen O2 0-1%
Hidrogen Sulfida H2S 0-1%
Sumber: Energy Resources development Series No.19, Escap,
Bangkok.
Contoh Pengaplikasian Biogas
Pembuatan Biogas dari Kotoran Sapi
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang
berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan
organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan
adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya
dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester
tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknyaÿ
biogas yang diinginkan. Lahanÿ yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk
membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen,
batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang
sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester.
Disamping digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur)
dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk
organik padat dan pupuk organik cair.
Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan
proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:
1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur
dengan perbandingan pada bak penampung sementara. Bentuk
lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester.
2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan.
Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka
agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester
terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur
kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak
1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH)
sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah
digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8
karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10
sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai
menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas
akan menyala.
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk
menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai
hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang
selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu
sehingga dihasilkan biogas yang optimal.

Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain


menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran
lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair
dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan
terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa
diperbaharui.
Dengan teknologi tertentu, gas methan dapat dipergunakan
untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik,
menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara sederhana,
gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan
penerangan menggunakan kompor gas sebagaimana halnya elpiji.
Perlu dikemukakan bahwa sisa tinja setelah diambil
biogasnya tidak kehilangan nilai sebagai pupuk alam. Selanjutnya
dapat dicatat pula bahwa biogas tidak berbau. Demikian pula sisa tinja
yang akan dipakai sebagai pupuk, tidak berbau.
Populasi sapi dan kerbau di Indonesia adalah sebesar 13.233
juta ekor pada tahun 1988. Rata-rata jumlah sapi dan kerbau tersebut
akan menghasilkan tinja sebanyak 68,8 ton bahan kering sehari yang
mengandung sebanyak 0,25 m3/kg bahan kering. Energi yang
terkandung didalamnya adalah sebanyak 86.018 juta kcal sehari.
Populasi kambing dan domba di Indonesia adalah sebesar
16,431 juta ekor yang menghasilkan tinja sebanyak 4,93 ton bahan
kering yang mengandung biogas sebanyak 0,25 m3/kg bahan kering.
Dengan demikian maka nilai kalori yang terkandung dalam tinja
tersebut adalah 6.146 juta kcal sehari.
Jumlah penduduk Indonesia pada saat ini telah mencapai 180
juta jiwa. Jumlah tinja yang dihasilkannya adalah sebanyak 12,44 ton
bahan kering sehari mengandung 0,40 m3/kg bahan kering biogas.
Jumlah energi yang terkandung dalam tinja itu adalah sebanyak 24.880
juta kcal sehari.
Pada penggunaan tinja untuk biogas tidak menghilangkan
fungsi tinja itu sebagai pupuk alami. Pada produksi biogas dalam
tangki pencerna juga sekaligus dihasilkan pupuk yang sudah matang,
yang bahkan tidak berbau berbeda dengan pupuk alam yang biogasnya
tidak diambil.

2.3 Pemanfaatan Biomassa untuk Bahan Bakar Transport


Kecuali kapal-kapal laut besar, yang dapat memakai energi nuklir
sebagai tenaga penggerak, dan kereta api listrik, yang dapat mempergunakan
tenaga listrik, pada umumnya alat-alat pengangkutan, seperti truk dan mobil,
tergantung dari minyak sebagai bahan bakar.
Salah satu kemungkinan yang banyak menarik perhatian, adalah
pembuatan alcohol, khususnya etanol, dari biomassa sebagai calon untuk
sebagian menggantikan minyak sebagai bahan bakar transport.
Etanol yang mempunyai rumus kimia C2H5OH antara lain dapat
dihasilkan dari bahan-bahan baku biomassa berikut:
1. Bahan-bahan yang mengandung hidrat arang dalam bentuk gula, seperti tebu
dan nipah.
2. Bahan-bahan yang mengandung hidrat arang dalam bentuk zat tepung
(starch) seperti kasava, ubi jalar, kentang dan sagu.
3. Bahan-bahan mengandung selulosa yang mengandung arang dengan bentuk
molekul yang lebih kompleks seperti kayu.

Proses pembuatan etanol pada asasnya terdiri atas langkah-langkah berikut:


1. Konversi hidrat arang menjadi gula yang dapat dicairkan dalam air.
2. Fermentasi gula menjadi etanol.
3. Pemisahan etanol dari air dan komponen-komponen lain dengan destilasi.
Keuntungan besar yang ada pada tebu adalah bahwa hidrat arangnya
sudah mempunyai bentuk yang seperti glukosa atau fruktosa, sehingga
langsung dapat difermentasi. Keuntungan kedua adalah bahwa ampas tebu yaitu
sisa tebu yang tidak dapat dipakai lagi, masih dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar sehingga proses pembuatan etanol dari tebu, tidak memerlukan
bahan bakar dari luar.
Pengembangan pembuatan etanol untuk bahan bakar transpor di
Indonesia ditangani oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Program BPPT dilandaskan kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut:
1. Peningkatan penghasilan petani dan transmigran.
2. Penyediaan lapangan kerja.
3. Diversifikasi energi.
4. Peningkatan kemampuan industri.
Berdasarkan hal-hal di atas, BPPT akan membuat satu pabrik
percobaan dengan kapasitas 5000 sampai 15.000 m3 setahun yang akan
menghasilkan alkohol dengan kemurnian 95%. Pabrik ini akan dibangun di
salah satu wilayah transmigrasi. Berkaitan dengan hal ini akan dibangun juga
satu pusat penelitian dengan wilayah seluas 10 ha, lengkap dengan laboratorium
dan fasilitas pendidikan dan latihan.
Wilayah yang dipilih adalah Tulang Bawang, di Lampung. Konstruksi
dimulai bulan April 1981 dan diharapkan bahwa akhir tahun 1982 produksi
telah mulai dapat dihasilkan.
Menurut Kompas (Jum’at, 29 Januari 1982) di Kawasan Industri
Cilacap Lomanis direncanakan untuk dibangun industry etanol dengan produksi
240.000 liter etanol sehari dengan kadar 99,6%. Bahan baku utama terdiri atas
singkong yang diperlukan sebanyak 4.800 ton sehari. Industri etanol ini akan
dibangun oleh investor dalam negeri yang bekerja sama dengan perusahaan
Swiss.
2.4 Penerapan Konversi Biomassa
Berikut ini merupakan beberapa penerapan teknologi konversi
biomassa yaitu:
2.4.1 Biobriket
Biobriket adalah salah satu cara yang digunakan untuk
mengkonversi sumber energi biomassa ke bentuk biomassa lain
dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya menjadi lebih teratur.
Briket yang terkenal adalah briket batu bara namun tidak hanya batu
bara saja yang bisa di bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang
sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu, dan limbah-limbah biomassa yang
lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga
tidak terlalu rumit. Di IPB terdapat banyak jenis-jenis mesin pengempa
briket mulai dari yang manual, semi mekanis, dan yang memakai
mesin.
2.4.2 Gasifikasi
Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan
sebagai proses konversi bahan selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi
(gasifier) menjadi bahan bakar. Gas tersebut dipergunakan sebagai
bahan bakar motor untuk menggerakan generator pembangkit listrik.
Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka program
penghematan dan diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan
membantu mengatasi masalah penanganan dan pemanfaatan limbah
pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Ada tiga bagian utama perangkat gasifikasi, yaitu:
1. Unit pengkonversi bahan baku (umpan) menjadi gas, disebut
reaktor gasifikasi atau gasifier.
2. Unit pemurnian gas.
3. Unit pemanfaatan gas.

2.4.3 Pirolisa
Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas
(pyro) pada suhu yang lebih dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat
beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder.
Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan),
sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel
dan gas/uap hasil pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa
adalah penguraian karena panas, sehingga keberadaan O2 dihindari
pada proses tersebut karena akan memicu reaksi pembakaran.

2.4.4 Liquification
Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke
cairan dengan proses kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau
perubahan dari padat ke cairan dengan peleburan, bisa juga dengan
pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan lain
untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada
batubara dan gas menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi
dan memudahkan dalam pemanfaatan
2.4.5 Biokimia
Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara
proses biokimia. Contoh proses yang termasuk ke dalam proses
biokimia adalah hidrolisis, fermentasi dan an-aerobic digestion. An-
aerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau selulosa
menjadi CH4 dan gas lain melalui proses biokimia.
Selain anaerobik digestion, proses pembuatan etanol dari
biomassa tergolong dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya
dengan karbohidrat atau glukosa dapat difermentasi sehingga terurai
menjadi etanol dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat harus mengalami
penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu menjadi glukosa. Etanol hasil
fermentasi pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi dan tidak
sesuai untuk pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti
bensin. Etanol ini harus didistilasi sedemikian rupa mencapai kadar
etanol di atas 99.5%.

2.4.6 Karbonisasi
Karbonisasi merupakan suatu proses untuk mengkonversi
bahan orgranik menjadi arang, pada proses karbonisasi akan
melepaskan zat yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2,
formaldehid, methana, formik dan acetil acid serta zat yang tidak
terbakar seperti seperti CO2, H2O dan tar cair. Gas-gas yang
dilepaskan pada proses ini mempunyai nilai kalor yang tinggi dan
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada proses
karbonisasi.
2.5 Potensi Biomassa di Indonesia
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber
energi jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan
perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan
untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai
bahan bakar nabati memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan
efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada
limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan.
Kedua, penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih
mahal dari pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat
penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih
sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.
Selain pemanfaatan limbah, biomassa sebagai produk utama untuk
sumber energi juga akhir-akhir ini dikembangkan secara pesat. Kelapa sawit,
jarak, kedelai merupakan beberapa jenis tanaman yang produk utamanya
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Sedangkan ubi kayu, jagung,
sorghum, sago merupakan tanaman-tanaman yang produknya sering ditujukan
sebagai bahan pembuatan bioethanol.
Potensi biomassa yang besar di negara, hingga mencapai 49.81 GW
tidak sebanding dengan kapasitas terpasang sebesar 302.4 MW. Bila kita
maksimalkan potensi yang ada dengan menambah jumlah kapasitas terpasang,
maka akan membantu bahan bakar fosil yang selama ini menjadi tumpuan dari
penggunaan energi. Hal ini akan membantu perekonomian yang selama ini
menjadi boros akibat dari anggaran subsidi bahan bakar minyak yang
jumlahnya melebihi anggaran sektor lainnya.
Energi biomassa menjadi penting bila dibandingkan dengan energi
terbaharukan karena proses konversi menjadi energi listrik memiliki investasi
yang lebih murah bila di bandingkan dengan jenis sumber energi terbaharukan
lainnya. Hal inilah yang menjadi kelebihan biomassa dibandingkan dengan
energi lainnya. Proses energi biomassa sendiri memanfaatkan energi matahari
untuk merubah energi panas menjadi karbohidrat melalui proses fotosintesis
yang selanjutnya diubah kembali menjadi energi panas.
Dalam pemanfaatannya, terdapat beberapa kendala penghambat
pengembangan energi biomassa di Indonesia, khususnya untuk produksi energi
listrik, seperti:
1. Harga jual energi fosil, misal; minyak bumi, solar dan batubara, di Indonesia
masih sangat rendah. Sebagai perbandingan, harga solar/minyak disel di
Indonesia Rp.380,-/liter sementara di Jerman mencapai Rp.2200,-/liter, atau
sekitar enam kali lebih tinggi.
2. Rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen utamanya
belum dapat dilaksanakan di Indonesia, jadi masih harus mengimport dari
luar negeri.
3. Biaya investasi pembangunan yang tinggi menimbulkan masalah finansial
pada penyediaan modal awal.
4. Belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, karena masih
terbatasnya studi dan penelitian yang dilkakukan.
5. Secara ekonomis belum dapat bersaing dengan pemakaian energi fosil.
6. Kontinuitas penyediaan energi listrik rendah, karena sumber daya energinya
sangat bergantung pada kondisi alam yang perubahannya tidak tentu.

Berdasar atas kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya


mengembangkan dan meningkatkan peran energi biomassa khususnya pada
produksi energi listrik, maka terdapat beberapa strategi yang mungkin
diterapkan, antara lain:
1. Meningkatkan kegiatan studi dan penelitian yang berkaitan dengan;
pelaksanaan identifikasi setiap jenis potensi sumber daya energi biomassa
secara lengkap di setiap wilayah; upaya perumusan spesifikasi dasar dan
standar rekayasa sistem konversi energinya yang sesuai dengan kondisi di
Indonesia; pembuatan "prototype" yang sesuai dengan spesifikasi dasar dan
standar rekayasanya; perbaikan kontinuitas penyediaan energi listrik;
pengumpulan pendapat dan tanggapan masyarakat tentang pemanfaatan
energi biomassa tersebut.
2. Menekan biaya investasi dengan menjajagi kemungkinan produksi massal
sistem pembangkitannya, dan mengupayakan agar sebagian komponennya
dapat diproduksi di dalam negeri, sehingga tidak semua komponen harus
diimport dari luar negeri. Penurunan biaya investasi ini akan berdampak
langsung terhadap biaya produksi.
3. Memasyarakatkan pemanfaatan energi terbarukan sekaligus mengadakan
analisis dan evaluasi lebih mendalam tentang kelayakan operasi sistem di
lapangan dengan pembangunan beberapa proyek percontohan.
4. Meningkatkan promosi yang berkaitan dengan pemanfaatan energi dan
upaya pelestarian lingkungan.
5. Memberi prioritas pembangunan pada daerah yang memiliki potensi sangat
tinggi, baik teknis maupun sosio-ekonomisnya.
6. Memberikan subsidi silang guna meringankan beban finansial pada tahap
pembangunan. Subsidi yang diberikan, dikembalikan oleh konsumen berupa
rekening yang harus dibayarkan pada setiap periode waktu tertentu. Dana
yang terkumpul dari rekening tersebut digunakan untuk mensubsidi
pembangunan sistem pembangkit energi listrik di wilayah lain.
2.6 Dampak Positif dan Negatif dari Biomassa
Semua jenis energi di alam baik itu yang tak terbarukan maupun
terbarukan pastinya tak lepas dari dampak yang ditimbulkan. Berikut ini
dampak positif dan dampak negatif dari pemanfaatan energi biomassa:
2.6.1 Dampak Positif
Ada banyak sumber energi alternatif yang dapat
dikembangkan. Biomassa pun bisa dijadikan salah satu alternatif yang
menjanjikan. Pemanfaatan energi biomassa sebagai sumber energi
khususnya sebagai bahan baku produksi energi listrik mempunyai
kelebihan atau dampak positif, antara lain:
1. Merupakan sumber energi paling murah karena jumlahnya
melimpah tersedia di alam bisa dikatakan gratis.
2. Dapat diperoleh dengan mudah misalnya sampah atau limbah
disekitar kita.
3. Biaya operasional sangat rendah, hal ini karena bahan baku tersedia
melimpah dan gratis.
4. Tidak mengenal problem limbah karena dari limbah justru akan
diperoleh energi biomassa.
5. Proses produksinya lebih ramah lingkungan karena proses
pembakarannya lebih sempurna, tidak meninggalkan residu atau
sisa pembakaran semisal CO2.
6. Tidak menyebabkan efek rumah kaca atau global warming.
7. Tidak terpengaruh kenaikkan harga bahan bakar.
8. Mengurangi polusi udara.
Pembakaran biomassa dari limbah pertanian dilakukan di
dalam ruang bakar menggunakan boiler untuk mengurangi efek
polusi asap karena pembakaran dalam industri menggunakan
peralatan kendali polusi untuk mengendalikan asap, sehingga lebih
efisien dan bersih daripada pembakaran langsung.
9. Mengurangi hujan asam dan kabut asap
Melalui pembakaran biomassa efek hujan asam ini akan
direduksi, karena pembakaran biomassa akan menghasilkan partikel
emisi asam sulfur (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) yang lebih
sedikit dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.
Pembakaran biomasa lebih efisien dan sempurna bila diproses
melalui karbonisasi karena akan menghasilkan bahan bakar yang
terbebas dari volatile matter atau gas mudah terbakar.

2.6.2 Dampak Negatif


1. Ekonomi
Dari segi ekonomi terutama biomassa yang diperoleh dari
bahan baku pangan semisal gandum, tebu dan jagung akan
memberikan dampak samping salah satunya naiknya harga bahan
baku pangan. Misalnya, di Jerman, 100 kilogram gandum
menghasilkan energi biomassa seharga 25 Euro. Tapi bila gandum
tersebut dijual sebagai bahan baku pangan, harganya hanya 18
Euro. Kini di sejumlah negara muncul kekuatiran bahwa para petani
bahan pangan beralih ke produksi tanaman untuk biomassa.
Padahal, produksi bahan pangan saat ini saja belum mencukupi
untuk menutup kebutuhan pangan dunia.
2. Lingkungan
Dampak lain penanaman produk pertanian untuk biomassa
adalah kerusakan pada alam. Misalnya, untuk mendapatkan lahan
pertanian baru, penduduk Afrika membuka hutan. Akibatnya siklus
kerusakan alam terus berlanjut. Penebangan pohon-pohon untuk
lahan pertanian menyebabkan karbondioksida dilepaskan ke udara.
Padahal karbondioksida atau CO2 adalah salah satu gas rumah kaca
penyebab pemanasan global.
3. Sumber Terbatas
Meskipun merupakan sumber energi terbarukan,
mendapatkan bahan biomassa bisa cukup sulit. Tanaman tertentu,
misalnya, tidak tumbuh setiap tahun. Proses pemanenan
(harvesting) serta pengolahan juga membutuhkan lebih banyak
sumber daya dan energi.
4. Menyebabkan Polusi
Poin ini bisa jadi merupakan ironi. Biomassa memang
dikenal mampu mengurangi efek rumah kaca dengan mengontrol
produksi metana. Hanya saja, jika tanaman dibakar langsung, maka
aktivitas ini juga akan melepaskan gas rumah kaca sama seperti
yang diemisikan oleh bahan bakar fosil.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Biomassa merupakan produk fotosintesis yakni butir-butir hijau daun
yang bekerja sebagai sel-sel surya, menyerap energi matahari dan
mengkonversi karbon dioksida dengan air menjadi suatu senyawa karbon,
hydrogen dan oksigen.
Energi biomassa adalah sumber energi terbarukan yang ditemukan
dalam tanaman. Tanaman mengambil energi dari matahari dalam proses
fotosintesis dan menggunakannya untuk memproduksi dan tumbuh biomassa.
Energi biomassa dibuat ketika biomassa dikumpulkan dan dibakar perlahan
untuk membuat uap. Generator kemudian menggunakan uap untuk
mengubahnya menjadi panas dan energi.
Pemanfaatan biomassa sebagai sumber energy:
1. Biodiesel
2. Biogas
Penerapan konversi biomassa:
1. Biobriket
2. Gasifikasi
3. Pirolisa
4. Liquification
5. Biokimia
6. Karbonisasi
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber
energi jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan
perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan
untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati.
Pemanfaatan energi biomassa sebagai sumber energi khususnya
sebagai bahan baku produksi energi listrik mempunyai kelebihan atau dampak
positif, antara lain:
1. Merupakan sumber energi paling murah karena jumlahnya melimpah
tersedia di alam bisa dikatakan gratis.
2. Dapat diperoleh dengan mudah misalnya sampah atau limbah disekitar kita.
3. Biaya operasional sangat rendah, hal ini karena bahan baku tersedia
melimpah dan gratis.
Berikut ini beberapa dampak negatif dari penggunaan energi biomassa:
1. Naiknya harga bahan baku pangan.
2. Kerusakan pada alam.
3. Sumber Terbatas
4. Menyebabkan Polusi

3.2 Saran
Berdasarkan uraian dan kesimpulan yang telah disusun maka penyusun
ingin memberikan saran, untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sumber
energi maka pemanfaatan sumber energi tersebut harus lebih dikembangkan
terutama energi biomassa. Namun dalam pengembangannya harus ada aspek-
aspek yang harus diperhatikan, salah satunya adalah lingkungan. Selain itu
penggunaan energi harus diperhatikan. Hemat energi berarti mencegah
terjadinya krisis energi. Semoga masyarakat luas dapat mempraktikan teknologi
dalam makalah ini secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Kadir, Abdul. 2005. Energi : Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi
Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

http://dinisafia99.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-dan-cara-pembuatan-biogas.html
(diakses pada tanggal 15 April 2019)

http://igietpoetra.blogspot.co.id/2014/12/makalah-energi-biomassa.html
(diakses pada tanggal 15 April 2019)

http://www.amazine.co/27018/6-kelebihan-kekurangan-energi-biomassa/
(diakses pada tanggal 15 April 2019)

http://www.indoenergi.com/2012/07/mengenal-biomassa.html
(diakses pada tanggal 15 April 2019)

http://www.kliksma.com/2015/05/pengertian-energi-biomassa.html
(diakses pada tanggal 15 April 2019)

http://www.pengertianku.net/2015/07/pengertian-biogas-dan-biodiesel-dilengkapi-
manfaatnya.html (diakses pada tanggal 15 April 2019)

Anda mungkin juga menyukai