Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
taufiqnya kepada penyusun sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini penyusun buat dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan
oleh Dosen pada mata kuliah “Energi Alternatif” pada Jurusan Teknik Kimia
Akademi Minyak dan Gas Balongan.
Penyusun sadari bahwa masih banyak kesalahan dalam makalah ini. Untuk
itu, penyusun perlu saran dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan makalah ini
dari pembaca.
Pada akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan
terutama para pembaca umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biomassa
2.2 Pemanfaatan Biomassa Sebagai Sumber Energi
2.2.1 Biodiesel
2.2.2 Biogas
2.3 Pemanfaatan Biomassa untuk Bahan Bakar Transport
2.4 Penerapan Konversi Biomassa
2.4.1 Biobriket
2.4.2 Gasifikasi
2.4.3 Pirolisa
2.4.4 Liquification
2.4.5 Biokimia
2.4.6 Karbonisasi
2.5 Potensi Biomassa di Indonesia
2.6 Dampak Positif dan Negatif dari Biomassa
2.6.1 Dampak Positif
2.6.2 Dampak Negatif
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.2.2 Biogas
Sejak berabad-abad tinja binatang maupun tinja manusia
dimanfaatka untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kesuburan
dan produktivitas tanah. Dengan kian banyak dipergunakannya rabuk
buatan, sampah-sampah itu tidak lagi dipergunakan untuk maksud-
maksud tersebut, sehingga tanah ini tidak lagi mendapatkan humus,
yang diperlukan organisme-organisme lain tanah secara
keseluruhannya, sehingga lambat laun menjadi steril.
Dekomposisi bahan-bahan organik di bawah kondisi-kondisi
anaerobic menghasilkan suatu gas yang sebagian besar terdiri atas
campuran metan dan arang dioksida. Gas ini dikenal sebagai gas rawa
atau biogas. Campuran gas ini adalah hasil dari fermentasi atau
peranan anaerobic disebabkan sejumlah besar jenis organisme mikro,
terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi ini
adalah dari 30°C hingga kira-kira 55°C.
Prinsip kimia ynag tersangkut dalam pembentukan biogas
adalah prinsip terjadinya fermentasi dari semua karbohidrat, lemak dan
protein oleh bakteri metan, bilamana tidak dicampur dengan udara.
Satu gram bahan selulosa menghasilkan 825 cm3 gas tekanan
atmosferik yang terdiri atas 50% CH4 dan 50% CO2.
Salah satu lemak menghasilkan 1,25 liter biogas tekanan
atmosferik yang terdiri atas 68% CH4 dan 32% CO2. Tergantung dari
komposisi bahan-bahan yang dipakai, suhu dan lama dekomposisi,
dapat dicatat variasi yang besar mengenai komposisi sebagaimana
terlihat pada Tabel 1. Komposisi Biogas. Untuk proses fermentasi tinja
tidak diperlukan tambahan sesuatu bahan kecuali air, yaitu untuk tiap 4
bagian tinja ditambah 5 bagian air.
Tabel 2.1 Komposisi Biogas
Penjelasan Rumus Persentase
Metan CH4 55-65%
Karbon Dioksida CO2 36-45%
Nitrogen N2 0-3%
Hidrogen H2 0-1%
Oksigen O2 0-1%
Hidrogen Sulfida H2S 0-1%
Sumber: Energy Resources development Series No.19, Escap,
Bangkok.
Contoh Pengaplikasian Biogas
Pembuatan Biogas dari Kotoran Sapi
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang
berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan
organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan
adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya
dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester
tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknyaÿ
biogas yang diinginkan. Lahanÿ yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk
membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen,
batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang
sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester.
Disamping digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur)
dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk
organik padat dan pupuk organik cair.
Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan
proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:
1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur
dengan perbandingan pada bak penampung sementara. Bentuk
lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester.
2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan.
Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka
agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester
terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur
kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak
1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH)
sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah
digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8
karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10
sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai
menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas
akan menyala.
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk
menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai
hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang
selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu
sehingga dihasilkan biogas yang optimal.
2.4.3 Pirolisa
Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas
(pyro) pada suhu yang lebih dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat
beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder.
Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan),
sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel
dan gas/uap hasil pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa
adalah penguraian karena panas, sehingga keberadaan O2 dihindari
pada proses tersebut karena akan memicu reaksi pembakaran.
2.4.4 Liquification
Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke
cairan dengan proses kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau
perubahan dari padat ke cairan dengan peleburan, bisa juga dengan
pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan lain
untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada
batubara dan gas menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi
dan memudahkan dalam pemanfaatan
2.4.5 Biokimia
Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara
proses biokimia. Contoh proses yang termasuk ke dalam proses
biokimia adalah hidrolisis, fermentasi dan an-aerobic digestion. An-
aerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau selulosa
menjadi CH4 dan gas lain melalui proses biokimia.
Selain anaerobik digestion, proses pembuatan etanol dari
biomassa tergolong dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya
dengan karbohidrat atau glukosa dapat difermentasi sehingga terurai
menjadi etanol dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat harus mengalami
penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu menjadi glukosa. Etanol hasil
fermentasi pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi dan tidak
sesuai untuk pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti
bensin. Etanol ini harus didistilasi sedemikian rupa mencapai kadar
etanol di atas 99.5%.
2.4.6 Karbonisasi
Karbonisasi merupakan suatu proses untuk mengkonversi
bahan orgranik menjadi arang, pada proses karbonisasi akan
melepaskan zat yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2,
formaldehid, methana, formik dan acetil acid serta zat yang tidak
terbakar seperti seperti CO2, H2O dan tar cair. Gas-gas yang
dilepaskan pada proses ini mempunyai nilai kalor yang tinggi dan
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada proses
karbonisasi.
2.5 Potensi Biomassa di Indonesia
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber
energi jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan
perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan
untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai
bahan bakar nabati memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan
efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada
limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan.
Kedua, penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih
mahal dari pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat
penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih
sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.
Selain pemanfaatan limbah, biomassa sebagai produk utama untuk
sumber energi juga akhir-akhir ini dikembangkan secara pesat. Kelapa sawit,
jarak, kedelai merupakan beberapa jenis tanaman yang produk utamanya
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Sedangkan ubi kayu, jagung,
sorghum, sago merupakan tanaman-tanaman yang produknya sering ditujukan
sebagai bahan pembuatan bioethanol.
Potensi biomassa yang besar di negara, hingga mencapai 49.81 GW
tidak sebanding dengan kapasitas terpasang sebesar 302.4 MW. Bila kita
maksimalkan potensi yang ada dengan menambah jumlah kapasitas terpasang,
maka akan membantu bahan bakar fosil yang selama ini menjadi tumpuan dari
penggunaan energi. Hal ini akan membantu perekonomian yang selama ini
menjadi boros akibat dari anggaran subsidi bahan bakar minyak yang
jumlahnya melebihi anggaran sektor lainnya.
Energi biomassa menjadi penting bila dibandingkan dengan energi
terbaharukan karena proses konversi menjadi energi listrik memiliki investasi
yang lebih murah bila di bandingkan dengan jenis sumber energi terbaharukan
lainnya. Hal inilah yang menjadi kelebihan biomassa dibandingkan dengan
energi lainnya. Proses energi biomassa sendiri memanfaatkan energi matahari
untuk merubah energi panas menjadi karbohidrat melalui proses fotosintesis
yang selanjutnya diubah kembali menjadi energi panas.
Dalam pemanfaatannya, terdapat beberapa kendala penghambat
pengembangan energi biomassa di Indonesia, khususnya untuk produksi energi
listrik, seperti:
1. Harga jual energi fosil, misal; minyak bumi, solar dan batubara, di Indonesia
masih sangat rendah. Sebagai perbandingan, harga solar/minyak disel di
Indonesia Rp.380,-/liter sementara di Jerman mencapai Rp.2200,-/liter, atau
sekitar enam kali lebih tinggi.
2. Rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen utamanya
belum dapat dilaksanakan di Indonesia, jadi masih harus mengimport dari
luar negeri.
3. Biaya investasi pembangunan yang tinggi menimbulkan masalah finansial
pada penyediaan modal awal.
4. Belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, karena masih
terbatasnya studi dan penelitian yang dilkakukan.
5. Secara ekonomis belum dapat bersaing dengan pemakaian energi fosil.
6. Kontinuitas penyediaan energi listrik rendah, karena sumber daya energinya
sangat bergantung pada kondisi alam yang perubahannya tidak tentu.
3.1 Kesimpulan
Biomassa merupakan produk fotosintesis yakni butir-butir hijau daun
yang bekerja sebagai sel-sel surya, menyerap energi matahari dan
mengkonversi karbon dioksida dengan air menjadi suatu senyawa karbon,
hydrogen dan oksigen.
Energi biomassa adalah sumber energi terbarukan yang ditemukan
dalam tanaman. Tanaman mengambil energi dari matahari dalam proses
fotosintesis dan menggunakannya untuk memproduksi dan tumbuh biomassa.
Energi biomassa dibuat ketika biomassa dikumpulkan dan dibakar perlahan
untuk membuat uap. Generator kemudian menggunakan uap untuk
mengubahnya menjadi panas dan energi.
Pemanfaatan biomassa sebagai sumber energy:
1. Biodiesel
2. Biogas
Penerapan konversi biomassa:
1. Biobriket
2. Gasifikasi
3. Pirolisa
4. Liquification
5. Biokimia
6. Karbonisasi
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber
energi jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan
perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan
untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati.
Pemanfaatan energi biomassa sebagai sumber energi khususnya
sebagai bahan baku produksi energi listrik mempunyai kelebihan atau dampak
positif, antara lain:
1. Merupakan sumber energi paling murah karena jumlahnya melimpah
tersedia di alam bisa dikatakan gratis.
2. Dapat diperoleh dengan mudah misalnya sampah atau limbah disekitar kita.
3. Biaya operasional sangat rendah, hal ini karena bahan baku tersedia
melimpah dan gratis.
Berikut ini beberapa dampak negatif dari penggunaan energi biomassa:
1. Naiknya harga bahan baku pangan.
2. Kerusakan pada alam.
3. Sumber Terbatas
4. Menyebabkan Polusi
3.2 Saran
Berdasarkan uraian dan kesimpulan yang telah disusun maka penyusun
ingin memberikan saran, untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sumber
energi maka pemanfaatan sumber energi tersebut harus lebih dikembangkan
terutama energi biomassa. Namun dalam pengembangannya harus ada aspek-
aspek yang harus diperhatikan, salah satunya adalah lingkungan. Selain itu
penggunaan energi harus diperhatikan. Hemat energi berarti mencegah
terjadinya krisis energi. Semoga masyarakat luas dapat mempraktikan teknologi
dalam makalah ini secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Kadir, Abdul. 2005. Energi : Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi
Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
http://dinisafia99.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-dan-cara-pembuatan-biogas.html
(diakses pada tanggal 15 April 2019)
http://igietpoetra.blogspot.co.id/2014/12/makalah-energi-biomassa.html
(diakses pada tanggal 15 April 2019)
http://www.amazine.co/27018/6-kelebihan-kekurangan-energi-biomassa/
(diakses pada tanggal 15 April 2019)
http://www.indoenergi.com/2012/07/mengenal-biomassa.html
(diakses pada tanggal 15 April 2019)
http://www.kliksma.com/2015/05/pengertian-energi-biomassa.html
(diakses pada tanggal 15 April 2019)
http://www.pengertianku.net/2015/07/pengertian-biogas-dan-biodiesel-dilengkapi-
manfaatnya.html (diakses pada tanggal 15 April 2019)