Anda di halaman 1dari 2

Strategi Bertahan (Defensive Strategy)

Strategi defensif merupakan suatu strategi yang dibuat dengan tujuan agar perusahaan
melakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar,
termasuk mengalami kebangkrutan. 
Strategi defensif dapat dilakukan melaui tiga cara yaitu penciutan, divestasi, dan likuidasi.
a. Penciutan (Retrenchment)
Penciutan terjadi ketika suatu organisasi mengelompokkan ulang melalui pengurangan asset dan
biaya untuk membalikkan penjualan dan laba yang menurun. Kadang kala disebut pembalikan
atau strategi reorganisasional. Penciutan didesain untuk memperkuat kompetensi khusus dasar
suatu organisasi. Selama penciutan, para penyusun strategi bekerja dengan sumber daya yang
terbatas dan menghadapi tekanan dari pemegang saham, karyawan dan media. Penciutan dapat
melibatkan penjualan lahan dan gedung untuk memperoleh kas
yang diperlukan, mengurangi lini produk, menutup bisnis yang tidak memperoleh laba, menutup
pabrik yang tua atau kuno, mengotomatisasi proses, mengurangi jumlah karyawan dan
menciptakan sistem kontrol pengendalian beban.
b. Divestasi (Divestiture)
Strategi divestasi adalah strategi yang dilakukan dengan menjual satu divisi atau bagian dari
suatu organisasi. Divestasi sering digunakan untuk memperoleh modal segar untuk akuisisi atau
investasi strategis lebih jauh. Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi penciutan
untuk membebaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan
terlalu banyak modal atau yang tidak sesuai dengan tujuan kegiatan-kegiatan perusahaan yang
lain.
c. Likuidasi (Likuidation)
Likuidasi merupakan strategi yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara menjual seluruh asset
perusahaan, secara terpisah-pisah atau sepotong-potong untuk kekayaan berwujud. Likuidasi
adalah suatu pengakuan kekalahan dan memiliki konsekuensi yang bisa menjadi sebuah strategi
yang sulit secara emosional tetapi dengan cara ini lebih baik karena dengan menghentikan
operasi maka perusahaan dapat menghindari kerugian yang uang dalam jumlah yang besar.
Telstra Dome di Docklands
Misalnya, pada akhir 1990-an perusahaan telekomunikasi Australia Telstra menghadapi
ketakutan akan persaingan untuk pertama kalinya karena fakta bahwa pendatang baru
bernama Optus telah mengancam operasi perusahaan. Manajer Telstra tahu bahwa mereka harus
bertindak cepat dan memutuskan untuk menerapkan strategi defensif. Mereka menciptakan
model untuk memprediksi tanggapan konsumen dan Telstra mendesain ulang operasi internalnya
sehingga Optus berada dalam situasi yang rentan. 

Toko blockbuster di Australia


Misalnya, Blockbuster adalah salah satu perusahaan persewaan DVD terbesar dan diakui di
seluruh dunia. Ketika Netflix muncul di industri, Blockbuster harus mengambil strategi defensif
untuk melawan pesaing kuat itu. Perusahaan meluncurkan platform online di mana orang harus
membayar sedikit uang dan menonton film secara online. Strategi ini pada awalnya berguna
tetapi penawaran Netflix lebih disukai oleh banyak orang dalam hal
ekonomi. blockbusterbangkrut dan melikuidasi tokonya karena mereka kehilangan begitu banyak
uang. Ketika teknologi berubah, perusahaan cenderung memiliki lebih banyak risiko kehilangan
pelanggan potensial dengan perusahaan lain. 
Ada dua asumsi utama dari strategi defensif:
 Menyerang keuntungan, artinya perusahaan harus mencari cara untuk melemahkan
produk pesaing.
 Menyoroti risiko, artinya perusahaan harus mempertimbangkan risiko yang dapat
dihadapi dan melindungi mereknya.

Anda mungkin juga menyukai