Anda di halaman 1dari 9

BAB I

TUGAS HIDUP MANUSIA

Setiap manusia haruslah mengetahui siapa dirinya, mengapa ia dilahirkan, apa tujuan dan
tugas hidupnya, berapa lama ia hidup di dunia, dan ke mana ia pergi setelah meninggalkan dunia
nanti?
Jika manusia tidak bisa menjawab dengan benar, maka hidupnya seperti manusia yang
hidup di hutan yang menutup auratnya dengan dedaunan. Mereka tidak berilmu. Mereka tidak
tahu tujuan dan tugas hidupnya. Mereka menjalani hidup seperti binatang yaitu kawin, beranak,
dan jika sudah dewasa anak di kawinkan lagi, demikian seturusnya dan terakhir mati.
Untuk mendapatkan jawaban yang benar kita lihat Alquran yang di buat oleh Allah. Yang
mana Allah juga menciptakan manusia, sudah barang tentu Allah-lah yang Maha Tahu akan
ciptaannya.

A. Hakikat Penciptaan Manusia


  
    
  
  
    
  
  
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? (QS ar-Rum [30]:
8).
  
  
    
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan
(juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS adz-Dzariyat
[51]: 20-21).
Manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah SWT, salah satu cara
penghambaan seseorang kepada Rabbnya dengan melihat proses penciptaan dirinya sendiri
sebagai bahan renungan dalam hidupnya, mengapa demikian?
Karena seseorang tidak akan pernah kuasa untuk bisa hadir di dunia dengan
kehendaknya sendiri, karena hakikat penciptaan pada dasarnya terjadi dengan izin-Nya.

1. Allah Pencipta Segala Sesuatu


     
    
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS az-Zumar
[39]: 62).

2. Manusia diciptakan dari air


   
  
    
 
“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan manusia itu (punya)
keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.” (QS al-Furqan [25]: 54).
Mushaharah artinya hubungan kekeluargaan yang berasal dari pernikahan, seperti
menantu, ipar, mertua dan sebagainya.

3. Manusia diciptakan dari (air) mani


   
“Dia telah menciptakan manusia dari mani.” (QS an-Nahl [16]: 4).

4. Manusia diciptakan dari tanah liat kering (lumpur)


   
    
   
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk.” (QS al-Hijr [15]: 28).
5. Rentetan proses penciptaan manusia
    
      
  
  
    
   
  
  
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu
hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat
demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahami(nya).” (QS al-Mukmin [40]: 67).

6. Semua jenis hewan diciptakan dari air


    
     
   
   
    
      
   
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu
ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang
sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS an-Nur
]24]: 45)

Jika seseorang mau belajar, memahami dan mentadaburi ayat-ayat-Nya dengan benar atas
segala ciptaan-Nya maka akan mengantarkan kesungguhan dalam penghambaan, ketundukan dan
kepatuhan kepada-Nya.

B. Proses Penciptaan Manusia


   
  
  
   
“Katakanlah: “Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (QS al-Mulk [67]: 23).

Alquran mengatakan bahwa manusia adalah hasil ciptaan Allah dan anugerah yang
diberikan kepada manusia sangatlah banyak sekali.
Alquran sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya berbicara mengenai petunjuk praktis
dan prinsip kehidupan umat manusia, namun berbicara juga mengenai proses penciptaan
manusia.
Tahapan Penciptaan Manusia
Di dalam Alquran proses penciptaan manusia terjadi dengan dua tahapan yang berbeda.
Tahapan pertama adalah tahapan primordial dan tahapan kedua adalah tahapan biologi.
1. Tahapan Primordial
Tahapan pertama adalah saat manusia pertama diciptakan pertama kali dari saripati tanah
dan diberikan ruh hingga bentuk yang seindah-indahnya. Hal ini dijelaskan dalam
beberapa ayat berikut :
     
    
     
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu),
dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya),
kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).” (QS al-An’am [6]: 2).
   
     
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah.” (QS Shaad [38]: 71).
   
    
   
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk.” (QS al-Hijr [15]: 28).
Di dalam ayat-ayat Alquran tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari
bahan dasar tanah yang kemudian dengan kekuasaan dan hukum-hukumnya dibentuk
rupa dan beragam fungsi dari fisik yang ada dalam tubuh manusia. Hal ini tentunya
dilakukan Allah pada manusia pertama yaitu Nabi Adam SAW. Hingga setelah itu ada
proses penciptaan manusia berupa hukum biologis.

2. Tahapan Biologi
Tahapan biologi adalah sunnatullah atau hukum Allah melalui proses biologis yang
terdapat dalam fisik atau tubuh manusia beserta segala perangkatnya. Proses biologi ini
membedakan hakikat manusia menurut Islam dengan makhluk lainnya yang tidak
memiliki ruh dan akal untuk mengambil keputusan saat dewasanya.
Proses tersebut adalah sebagai berikut:
 Nuthfah (inti sari tanah yang dijadikan air mani)
 Rahim (tersimpan dalam tempat yang kokoh)
 Alaqah (darah yang beku menggantung di rahim)
 Mudgah (Segumpal daging dan dibalut dengan tulang belulang)
 Ditiupkan ruh

Proses Setetes Mani dipancarkan


   
     
  
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung
jawaban)? Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim).” (QS
al-Qiyamah [75]: 36-37).

Di dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa proses penciptaan manusia berawal dari air
mani atau sperma yang terpancar. Namun hanya setitik yang menjadi manusia. Sehingga
Allah memberikan nikmat hidup melalui proses tersebut.
Sebelum adanya proses pembuahan dalam rahim wanita, ada kurang lebih 250 juta
sperma terpancar dari laki-laki pada satu waktu. Dari 250 juta sperma yang terpancar
hanya ada satu yang bisa bertemu dengan sel telur wanita atau ibu melalui saluran
reproduksi wanita.
   
   
     
    
 
“Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan
manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.”
(QS as-Sajdah [32]: 7-8).

Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim


    
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS al-Alaq [96]: 2).

Setelah melalui proses selama 40 hari, maka terjadilah gumpalan darah yang ada di dalam
rahim ibu. Proses ini berawal dari sperma yang bertemu dengan sel telur, menjadi sel
tunggal yang dikenal sebagai zigot. Setelah munculnya zigot, ia akan berkembang biak
dengan membelah diri menjadi gumpalan daging.
Zigot melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di tanah. Zigot
mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu sebagai proses pertumbuhannya.
Saat zigot yang tumbuh ini ada dalam tubuh ibu maka Allah SWT menggunakan istilah
alaqah yang artinya sesuatu yang menempel pada suatu tempat. Secara harfiah digunakan
untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

Pembungkusan Tulang oleh Otot


   
  
  
   
   
  
 
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS al-
Mu’minun [23]:14).
Menurut para ahli embriologi, tulang dan otot terbentuk secara bersamaan. Penelitian
berbagai ilmuan menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu sama persis
sebagaimana yang disampaikan di dalam Alquran.
Pada awalnya jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Setelahnya, sel-sel otot
yang terpilih di jaringan sekitar tulang bergabung membungkus tulang-tulang ini.

Hikmah dari Proses Penciptaan Manusia


1. Mengenal Kebesaran dan Kekuasaan Allah
Mencari tahu proses penciptaan manusia dan konsep manusia dalam Islam dengan
ilmu yang benar membuat kita semakin mengenal dan menghayati kebesaran Allah.
Tanpa menggunakan akal dan ilmu pengetahuan yang benar, kekuasaan dan
kebesaran Allah tidak akan mungkin tergali secara mendalam.
2. Semakin Tunduk pada Allah
Manusia yang memahami kebesaran dan kekuasaan Allah lewat proses penciptaan
manusia, maka dia akan mengenal betapa hebatnya Allah dengan segala hukum-
hukumnya. Dengan begitu, ia tidak akan mungkin bisa tunduk kepada selain Allah
dan mau untuk melaksanakan fungsi agama, mengimani rukun iman dan
menjalankan rukun Islam.
3. Tidak Sombong dan Angkuh
Dengan mengetahui proses penciptaan manusia maka kita tidak akan mungkin bisa
berlaku angkuh dan sombong. Kita akan menyadari bahwa manusia tidak memiliki
apapun dan tidak bisa apapun jika dibandingkan dengan kekuasaan Allah SWT.
Tidak ada bandingannya jika kita mau angkuh dan sombong karena manusia tidak
memiliki apa-apa. Semuanya adalah hasil pemberian Allah dan kenikmatan yang
Allah berikan.
C. Tugas Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
1. Manusia Sebagai Abdullah (Hamba Allah)
    
 
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.” (QS al-Dzariyat [51]: 56).
Dalam Tafsir Ibn Katsir dijelaskan bahwa Allah menciptakan jin dan manusia itu dengan
tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Nya, bukan karena Allah membutuhkan
mereka.
Ali bin Abi Thalib meriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Melainkan supaya mereka mau tunduk
beribadah kepada-Ku, baik secara sukarela maupun terpaksa.”

2. Manusia sebagai Khalifatullah(Pemimpin Allah)


   
   
 
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (QS al-Baqarah [2]: 30).

Dalam ayat ini, khalifah adalah manusia di bumi yang bertugas mengemban amanat dari
Allah. Manusia mengemban amanat kekhalifahan karena kualitas kemampuannya dalam
berpikir, menangkap dan mempergunakan simbol-simbol komunikasi.
Dalam Tafsir Ibn Katsir dijelaskan mengenai ayat ini, bahwa Allah SWT
memberitahukan ihwal penganugerahan karunia-Nya kepada anak cucu Adam, yaitu
berupa penghormatan kepada mereka dengan membicarakan mereka di hadapan para
malaikat, sebelum mereka diciptakan.

D. Tugas Manusia Terhadap Diri Sendiri dan Lingkungan.


1. Terhadap Diri Sendiri
1.1. Sabar
Yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu
dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
1.2. Syukur
Yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan
ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan
perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai
dengan aturan-Nya.
1.3. Tawaduk.
Yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda,
kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat
iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain
.
2. Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitar manusia, baik
binatang, tumbuhan maupun benda-benda yang tidak bernyawa. Pada dasarnya akhlak
yang diajarkan Alquran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai
khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan
manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta
bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaanya.

Anda mungkin juga menyukai