A. Hakikat Agama
Agama pada hakikatnya adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan manusia. Secara bahasa, agama berasal dari bahasa Sangsekerta yang erat
hubungannya dengan agama Hindu dan Budha yang berarti tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi
turun temurun.
Adapun kata din dalam Islam mengandung arti menguasai, menundukkan, kepatuhan,
balasan atau kebiasaan. Din juga membawa peraturan berupa hukum yang harus dipatuhi, baik
dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun larangan yang harus ditinggalkan.
Unsur yang ada dalam sebuah agama adalah adanya keyakinan pada yang ghaib, adanya
kitab suci sebagai pedoman, adanya Rasul pembawanya, adanya ajaran yang bisa dipatuhi, dan
adanya upacara ibadah yang standar.
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi dua, yaitu agama wahyu dan agama bukan wahyu.
Agama wahyu adalah agama yang diterima oleh manusia dari Allah Sang Pencipta melalui
Malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Wahyu
dilestarikan melalui al-Kitab, Suhuf (lembaran-lembaran) atau ajaran lisan. Agama wahyu
menghendaki iman kepada Tuhan Pemberi wahyu, para rasul penerima wahyu dan kitab-kitab
kumpulan wahyu serta pesannya disebarkan kepada seluruh umat manusia.
Agama bukan wahyu (agama budaya) bersandar semata kepada ajaran seorang manusia
yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara
mendalam.
Ciri agama wahyu (langit) adalah (1) secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan
tumbuh dari masyarakat, melainkan diturunkan kepada masyarakat; (2) disampaikan oleh
manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya; (3) memiliki kitab suci yang bersih dari campur
tangan manusia; (4) ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai kecerdasan
dan kepekaan manusia; (5) konsep ketuhanannya adalah monotheisme mutlak (tauhid); dan (6)
kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.
Adapun ciri agama budaya (ardhi) adalah (1) tumbuh secara komulatif dalam masyarakat
penganutnya; (2) tidak disampaikan oleh utusan Tuhan; (3) umumnya tidak memiliki kitab suci,
walaupun ada akan mengalami perubahan dalam perjalanan sejarahnya; (4) ajarannya dapat
berubah-ubah sesuai perubahan akal pikiran penganutnya; (5) konsep ketuhanannya dinamisme,
animisme, politheisme, dan paling tinggi adalah monotheisme nisbi; dan (6) kebenaran ajarannya
tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.