Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah
persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai
usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku
dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan
mutu manajemen sekolah. Namun demikian, indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota,
menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan,
sebagian besar lainnya masih memprihatinkan. Dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Departemen Pendidikan
Nasional terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahan dan
pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah dan sedang
dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru.
Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang di dalamnya memuat usaha
pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G.
Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan
bahwa "educational change depends on what teachers do and think...". Pendapat
tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan
sangat bergantung pada " what teachers do and think", atau dengan kata lain
bergantung pada penguasaan kompetensi guru.
Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini agaknya
masih beragam. Sudarwan Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri
krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

1
(work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru
belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai,
oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan
kompetensi guru.
Berdasarkan masalah di atas, maka berbagai pihak mempertanyakan apa
yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita? Kurangnya pemahaman guru
akan tugasnya sebagai agen pembelajaran, merupakan salah satu faktor rendahnya
mutu pembelajaran. Guru sebagai agen pembelajaran harus memiliki beberapa
kompetensi diantaranya adalah kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Apabila guru mampu menguasai
kompetensi tersebut maka mutu pendidikan akan meningkat.
Dari uraian di atas, penulis selaku kepala sekolah melakukan terobosan
untuk menyikapi sekaligus memperbaiki pola-pola pemikiran yang salah dengan
memberikan pengarahan/pembinaan guru berbasis sekolah yang dinamakan
dengan (Lesson Study) secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-
prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar,
untuk membekali guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran.
Kata kuncinya adalah "rutinitas" penulis mempunyai keyakinan bahwa
dengan pengarahan secara rutin, terprogram dengan baik dan kontrol terhadap
persiapan guru sebelum melaksanakan tugas mengajar di kelas maka akan
terbentuk tenaga pendidik yang produktif/profesional dan mampu meningkatkan
mutu pembelajaran. Memang, dalam awal-awal pelaksanaan program ini ada
beberapa diantara guru yang menunjukkan sikap acuh tak acuh, tetapi dengan
kesabaran dan ketekunan akhirnya guru tersebut sangat antusias setelah
merasakan dampak dan manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan program
tersebut.
Hubungan kepala sekolah dengan guru-guru harus baik, tanggung jawab,
didasari dengan kejujuran, kesetiaan, keikhlasan dan kerjasama. Apabila
diibaratkan dalam satu keluarga, maka hubungan Kepala Sekolah dengan guru
guru lainnya harus berlangsung bagaikan hubungan satu saudara dengan saudara

2
lainnya, dan hubungan kepala sekolah dengan siswa harus seperti hubungan ayah
dengan anak.
Maka berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan upaya
perbaikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Ciela
1 Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut melalui Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) dengan judul: " Penerapan Lesson Study dalam Meningkatkan Kinerja
Guru Di SDN Ciela 1".

B. Rumusan Masalah
Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan guru dalam melaksanakan tugas mengajar agar mutu
pembelajaran meningkat?
2. Bagaimana pemahaman guru terhadap tugasnya sebagai agen pembelajaran?
3. Bagaimana guru menerapkan teknik praktek rencana pembelajaran di kelas
untuk meningkatkan mutu pembelajaran?
4. Apakah tingkat kesadaran dan tanggung jawab guru sebagai pendidik sudah
seimbang dengan tugas pokok dan fungsi yang dibebankan oleh pemerintah?

C. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti berupaya:
1. Melakukan pengamatan terhadap kinerja guru-guru.
2. Mengadakan supervisi klinis
3. Melakukan pembinaan dengan cara mengumpulkan guru SDN Ciela 1
Kecamatan Bayongbong dengan kegiatan (tidakan): Penjelasan tentang
pentingnya Lesson Study Secara Rutin.

D. Tujuan
Secara khusus tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab guru akan tugas pokok dan
fungsinya yang dibebankan oleh orang tua, masyarakat dan pemerintah.

3
2. Menyusun dan mengevaluasi perencanaan guru dalarn melaksanakan
tugas mengajar agar mutu pembelajaran meningkat.
3. Meningkatkan pemahaman guru terhadap tugasnya sebagai agen
pembelajaran.
4. Membentuk dan menciptakan disiplin kerja serta iklim budaya kerja
sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh alternatif solusi dalam
meningkatkan Kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran di
kelas
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Peran guru yang dapat berubah-ubah: siapapun dapat berperan
sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru pengamat
dilain waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling
mengerti serta mendukung diantara guru dan secara efektif
meningkatkan mutu proses belajar-mengajar. Memberikan keuntungan
dan kesempatan kepada para guru untuk dapat :
1) Memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang
akan dibelajarkan kepada siswa.
2) Memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran
untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting
sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa,
serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan.
3) Mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam
pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan
Lesson Study),

4
4) Belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat
menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada
siswa.
5) Mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat
merencanakan maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
b. Manfaat bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan baik bagi
pembinaan dan pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan mutu
pembelajaran dan pendidikan.
c. Manfaat Bagi Siswa
Siswa akan menikmati pembelajaran yang lebih tertib dan bermutu
karena guru telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.

5
BAB II
KAJIAN TEORITIS

Kajian teoritis adalah kajian atas tanggapan terhadap teori dan informasi
lain dengan masalah yang diidentifikasikan. Oleh karena itu sifatnya selektif
sedangkan penelitian hendaknya kritis, kreatif dan analitis.
Tujuan dan maksud kajian teoritis adalah untuk memperjelas
penganalisasian dan pembahasan masalah yang sedang diteliti. Penelitian yang
tidak ditunjang oleh sumber pustaka, diragukan kekuatannya secara ilmiah.
Ada beberapa sumber yang digunakan dalam kajian teoritis ini antara lain
buku-buku teks makalah, artikel, e-books, panduan dan sumber lain yang diakui
kebenaran ilmiah.
A. Tugas Pokok Kepala Sekolah
Tugas pokok Kepala Sekolah adalah merencanakan, melaksanakan
program manajamen sekolah termasuk memantau, menilai mensupervisi,
membina, dan melaporkan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, kinerja
sekolah dalam mengelola pendidikan. Sofyan Salim (2007) tugas yang harus
dilakukan Kepala Sekolah adalah melakukan pembinaan pengembangan
kualitas sekolah, kinerja sekolah, kinerja guru dan kinerja seluruh staf
sekolah. Kepala sekolah managerial pada dasarnya memberikan pembinaan,
penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses dan
sampai dengan hasil.
Fungsi Kepala Sekolah adalah sebagai mitra guru, pembaru (inovator),
penyuluh (konselor), pendorong (motivator), kerjasama (kolabolator),
penilaian (asesor), konsultan didalam melaksanakan tugas pokok dan
tanggung jawabnya terhadap kinerja guru dalam pembelajaran dan kinerja
kepala sekolah dalam mengelola pendidikan. Salim (2007) mengemukakan
Kepala Sekolah satuan pendidikan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi,
baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Adapun sasaran
supervisi akademik antara lain membantu guru dalam merencanakan kegiatan

6
pembelajaran dan atau bimbingan, mengembangkan interaksi pembelajaran
(metode, strategi, teknik, model, pendekatan dan lain-lain) yang tepat guna.
Manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan
kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan kelompok tersebut mencakup
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan
(actuating), dan pengawasan (controling) sebagai suatu proses untuk
menjadikan visi menjadi aksi.
Engkoswara (2001;2) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan
dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana
menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang
turut serta dalam mencapai tujuan yang di sepakati bersama.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa penataan mengandung makna
mengatur, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan. Sumber
daya terdiri dan sumber daya manusia (peserta didik, pendidik, dan pemakai
jasa pendidikan), sumber belajar dan kurikulum (segala sesuatu yang
disediakan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan), serta fasilitas
(peralatan, barang, dan keuangan yang menunjang kemungkinkan terjadinya
pendidikan). Tujuan pendidikan yang produktif berupa prestasi yang efektif
dan suasana atau proses efisien, sedangkan keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan yang produktif dapat dilihat dari sudut administrative psikologis,
dan ekonomis

B. Peran Kepala Sekolah


Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut
memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya.
Namun, jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari
setiap jenis kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun

7
dalam perspektif kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang
kompeten bukan sesuatu yang sederhana.
Untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan
upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Idochi Anwar
dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan bahwa "kepala sekolah
sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama
meningkatkan kompetensi profesional guru." Dalam perspektif kebijakan
pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala
sekolah yaitu, sebagai:(1) educator (pendidik); (2) manajer ; (3)
administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta
iklim kerja; dan (7) wirausahawan; Merujuk kepada tujuh peran kepala
sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan
diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan
peningkatan kompetensi guru.
1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di
sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus
terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar
disekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi
yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha
memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus
meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan efektif dan efisien.
2. Kepala sekolah sebagai manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus
dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan
pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah
seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas
kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan

8
profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang
dilaksanakan di sekolah, seperti : KKG tingkat sekolah, in house training,
diskusi profesional dan sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan
pelatihan di luar sekolah, seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau
mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
3. Kepala sekolah sebagai administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk
tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya.
Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan
kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat
kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya
dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan
kompetensi guru.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan
pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan
supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk
mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam
pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari
hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru
dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru
yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak
lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada
sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan
pembelajaran.
5. Kepala sekelah sebagai leader (pemimpin)
Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat
menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap
peningkatan kompetensi guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita
mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi

9
pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam
rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat
menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel,
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.
Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan
kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-
sifat sebagai berikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4)
berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang
stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa, 2003).
6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap
guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang
disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam
upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) para guru
akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan
menyenangkan; (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan
diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia
bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut;
(3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya; (4)
pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-
psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari
pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E.
Mulyasa, 2003).
7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan
Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan
dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya
dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta
memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap
kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan

10
yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang
berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi
gurunya.
Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas,
secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat
membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
C. Lesson Study Dalam Kegiatan Pembelajaran
Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas
belajar.
Lesson Study adalah program yang diterapkan oleh SISTTEMS,
(Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science
Education at Junior Secondary Level) yaitu bentuk kerjasama antara JICA
(Japan International Cooperation Agency) dan MONE / Depdiknas (Ministry of
National Education / Departemen Pendidikan Nasional) Indonesia.
Lesson Study bukan merupakan metoda atau strategi pembelajaran tetapi
kegiatan yang dapat menerapkan berbagai metoda dan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan situasi, kondisi, kemampuan komunitas pembelajaran serta
berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.
Lesson Study adalah metode yang berorientasi pada praktek untuk
meningkatkan keterampilan mengajar oleh guru-guru itu sendiri.
D. Teknik Lesson Study
Lesson Study biasanya terdiri dari tahapan-tahapan berikut:
1. Guru mempersiapkan rencana pembelajaran (PLAN-tahap perencanaan),
2. Salah seorang guru mempraktekkan rencana pembelajaran di kelas yang
sesungguhnya, sedangkan para guru pendamping yang lain dan kepala
sekolah mengamati pembelajaran tersebut (DO-tahap pembelajaran
terbuka),

11
3. Setelah pembelajaran, guru pengajar dan para guru pengamat
mendiskusikan hasil pembelajaran, kemudian disampaikan kepada kepala
sekolah untuk menyampaikan umpan balik pada guru pengajar.
Kelebihan dari metode ini adalah, peran guru yang dapat berubah-ubah:
siapapun dapat berperan sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi
guru pengamat dilain waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling
mengerti serta mendukung diantara guru dan secara efektif meningkatkan mutu
proses belajar-mengajar. Bermacam-macam istilah yang digunakan untuk metode
sejenis ini diberbagai sumber pustaka, misalnya: "action research", "coaching",
dan "clinical supervision".
Dalam program ini, Lesson Study akan digunakan sebagai istilah umum
untuk kegiatan yang berusaha untuk mengembangkan profesi guru. Revolusi
pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan Lesson Study telah menunjukkan
hasil yang luar biasa. Indikator keberhasilannya itu dapat dilihat diantaranya:
1. Tumbuhnya semangat guru dalam mencari dan menerapkan berbagai metoda
atau strategi pembelajaran. Hal ini dikarenakan setiap dilaksanakan
implementasi Lesson Study, guru dituntut untuk memilih metoda atau strategi
pembelajaran yang lain dari yang pernah dipakai dalam implementasi-
implementasi sebelumnya.
2. Tumbuhnya prinsip kolegalitas diantara guru-guru kelas . Hal ini ditunjukkan
dengan semakin efektifnya kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG).
Sebelumnya, kegiatan KKG itu, kalaupun ada, hanya terbatas bila
menghadapi ujian nasional saja. Bahkan kegiatan KKG pun biasanya
diselenggarakan oleh gugus, bahkan Kecamatan, yang tentu secara domisili
kesulitan dijangkau oleh transportasi, terutama di sekolah-sekolah yang
berada di pinggiran. Melalui kegiatan KKG yang diselenggarakan di Sekolah
sendiri (Base Camp), lebih mudah dijangkau oleh guru-guru anggota KKG,
sehingga silaturrahmi dan kolegalitas, sebagai ruh Lesson Study, dapat
tercipta.
3. Dukungan moril dan materil dari pimpinan sekolah semakin kuat. Hal ini bisa
dilihat pada setiap kegiatan Lesson Study melalui KKG mendapat dukungan

12
dari kepala sekolah. Bahkan hampir setiap kegiatan Lesson Study dihadiri
langsung oleh kepala sekolah-kepala sekolah, khususnya dalam satu base
camp. Tentunya, dengan dukungan yang besar dari pimpinan akan memberi
motivasi bagi untuk mengikuti kegiatan KKG. Tetapi sebaliknya, bila
pimpinan sekolah tidak memberi motivasi, maka gurunya pun tidak akan
semangat mengikuti kegiatan KKG.
4. Guru mendapat banyak pencerahan, selain dari teman sejawat, juga dari para
dosen pembimbing (fasilitator) yang setiap pertemuan selalu hadir untuk
memberikan dukungan, baik ketika melakukan PLAN (perencanaan), DO
(pelaksanaan/implementasi) dan SEE (refleksi).
Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kegiatan Lesson Study agar
berjalan lebih baik harus mendapat perhatian dan merupakan tugas dan tanggung
jawab bersama, baik bagi guru-guru, kepala sekolah, dinas pendidikan dan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terlibat langsung
dengan kegiatan Lesson Study.

D. Tahapan Lesson Study


Lalu bagaimana kiatnya agar Lesson Study yang kita lakukan efektif ?
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa
pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui
empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA).
Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam
Lesson Study, yaitu: (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3)
Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dan University of
Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
1. Form a Team : membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang
bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan
dengan Lesson Study.
2. Develop Student Learning Goals : anggota tim mendiskusikan apa yang akan
dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.

13
3. Plan the Research Lesson : guru-guru mendesain pembelajaran guna
mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan
merespons.
4. Gather Evidence of Student Learning : salah seorang guru tim melaksanakan
pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan,
mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
5. Analyze Evidence of Learning : tim mendiskusikan hasil dan menilai
kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa.
6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-
tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana
dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang
ada.
Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana
(2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan
secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study
1. Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson
Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti
tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan
fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat diketahui
berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan
pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk
memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis
kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan
dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang
benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala
kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran
berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir
pembelajaran.

14
2. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1)
kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru
yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang
telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang
dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca:
guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang
bertindak sebagai pengamat/observer).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan,
diantaranya
a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun
bersama.
b. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang
wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan
adanya program Lesson Study.
c. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan
mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi
guru maupun siswa.
d. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa,
siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan
menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan
disusun bersama-sama.
e. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan
untuk mengevalusi guru.
f. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo
digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan
kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
g. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan
diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya
proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa.

15
Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa
yang tercantum dalam RPP.
3. Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya
perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman
analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam
bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh
kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari
penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran,
dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus
atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan
dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah
disusun.
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran
secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan
terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-sarannya,
pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil
pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang
berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta
untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh
karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan
pembiearaan yang berlangsung dalam diskusi.
4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau
keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses
pembelajaran, baik pada tataran individual, maupun menajerial.
Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang
disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya
menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun
observer untuk mengembangkan proses pembelajaran kearah lebih baik.

16
Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah
sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh
sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan
manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini
kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan
keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih
dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya
dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat
semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin
pendidikan di sekolah.

17
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Sebagai mekanisme penelitian yang dapat menggambarkan tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan maka ditempuhlah prosedur penelitian tindakan
sekolah ini dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Pelaksanaan penelitian kualitatif ditempuh dengan cara penelitian lebih
banyak melibatkan norma-norma berfikir rasional dan logis berdasarkan data-
data atau kesimpulan yang terdapat pada buku panduan atau acuan literatur yang
dijadikan obyek penelitian. Dalam hal ini penelitian menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Menentukan Sumber Data
a. Jenis data
Data yang diperoleh adalah berupa informasi dan atau keterangan hasil
pengamatan terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode Lesson Study.
b. Sumber data pendukung diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Kepala Sekolah
2) Guru
c. Analisis Data
Setelah seluruh data yang diperlukan maka langkah selanjutnya adalah
mengolah data dan menganalisis data yang cara-caranya sebagai berikut:
1) Deduksi yaitu upaya memperoleh data yang bersifat khusus melalui
penalaran dan penganalisisan data-data yang bersifat umum.
2) Induksi upaya memperoleh data-data yang bersifat umum melalui
penalaran dan penganalisasian terhadap data yang bersifat khusus.
3) Menyandingkan beberapa keterangan atau data yang diperoleh untuk
mendapatkan argumentasi yang lebih serta mampu memberikan
kejelasan yang layak untuk dijadikan pegangan dalam penelitian.

18
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah guru kelas sebagai berikut :
Pangkat Jumlah
NO Nama Guru Kelas Ket.
/ Gol Jam
1 Yayan Daryani, S.Pd.SD. - 24 III
2 Eti Suryati, S.Pd.SD. - 24 IV
3 Tukiyah, S.Pd.SD - 24 V

C. Waktu Penelitian Tindakan Sekolah


Jadwal kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini direncanakan dan
dilaksanakan sebagaimana pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan
No Tanggal Siklus Tindakan
1 13 Peb. 2018 1 Pengamatan dan penilaian RPP guru-guru
2 15 Peb. 2018 1 Melakukan supervisi klinis
3 20 Peb. 2018 2 Mengadakan pembinaan melalui Lesson Study
4 23 Peb. 2018 2 Supervisi Akademik (pembuatan RPP)

D. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan Tindakan Sekolah dilakukan dengan penilaian terlebih
dahulu terhadap kebutuhan-kebutuhan guru yang diperoleh dari informasi
hasil pembicaraan dengan guru. Diperoleh kesimpulan bahwa guru memiliki
keterbatasan dalam menyusun RPP. Permasalahan ini diangkat menjadi isu
pembinaan dengan memberikan penyuluhan tentang penyusunan RPP.
Sebagai langkah pertama adalah melakukan penilaian terhadap RPP
yang disusun oleh guru dengan menggunakan instrumen penilaian RPP.
Teknik dan alat pengumpul data adalah menggunakan teknik observasi atau
pengamatan terhadap dokumentasi perangkat pembelajaran guru (RPP) dan
eksen pembelajarannya di kelas dengan menggunakan instrumen sebagai
berikut:

19
LEMBAR PENILAIAN

Petunjuk Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara


melingkari angka pada kolom skor (1,2,3,4,5) sesuai dengan kriteria sebagai
berikut :

1= sangat tidak baik


2= tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik

No Aspek yang dinilai Skore


Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak
1 menimbulkan penafsiran ganda dan mengandung perilaku 1 2 3 4 5
hasil belajar)
Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik
2 1 2 3 4 5
peserta didik)
Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi
3 1 2 3 4 5
dan kesesuaian dengan alokasi waktu)
Pemilihan sumber/media pembelajaran (sesuai dengan tujuan,
4 1 2 3 4 5
materi dan katakteristik peserta didik)
Kejelasan skenario pembelajaran (langkah-langkah, kegiatan
5 1 2 3 4 5
pembelajaran: awal, inti, dan penutup)
Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin
6 1 2 3 4 5
strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap)
7 Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4 5
8 Kelengkapan instrumen (soal, kunci, pedoman penskoran) 1 2 3 4 5
Skor Total ...................

2. Pelaksanaan Tindakan

Setelah dilakukan penilaian terhadap RPP, dilakukan penyuluhan


penyusunan RPP sesuai pedoman.

3. Observasi/Pengamatan
RPP yang sudah disusun dilaksanakan dikelas dengan menggunakan instrumen
sebagai berikut:

PENILAIAN MENGAJAR

20
Satuan Pendidikan : .................................................................................

Nama Guru : .................................................................................

Mata Pelajaran : .................................................................................

Hari/ Tanggal : .................................................................................

Aspek Nilai
No Indikator Deskriptor
Penilaian A B C D
1 Membuka Apersepsi 1. Membuka pelajaran dengan doa/salam/
Pelajaran memeriksa kehadiran peserta.
2. Mengajukan pertanyaan/ menggali
informasi berkaitan dengan kompetensi
yang akan dicapai.
3. Mengemukakan kompetensi yang akan
dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
4. Mengkaitkan peran/manfaat penguasaan
kompetensi dalam kehidupan peserta.
2 Melaksanakan Penggunaan 1. Metode yang digunakan melibatkan
kegiatan inti metode peserta mengalami / melakukan aktivitas
pembelajaran sesuai dengan
kompetensiyang akan dicapai.
2. Metode yang digunakan melibatkan
peserta menemukan prosedur/konsep/
prinsip/ karakteristik berkaitan dengan
kompetensi yang akan dicapai.
3. Metode yang digunakan melibatkan
peserta menerapkan apa yang telah
ditemukan dalam situasi yang baru/
konteks yang berbeda.
4. Metode yang digunakan mengharuskan
untuk mengukuhkan temuan peserta.
Penggunaan 1. Menggunakan media yang otentik.
media 2. Memberdayakan media yang ada
disekeliling peserta, yaitu lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
3. Media yang digunakan sesuai untuk
mencapai kompetensi yang akan dicapai.
4. Media yang digunakan memungkinkan
peserta melakukan pengamatan,
bertanya, mengumpulkan data,
menganalisis data dan menarik
kesimpulan.
Penguasaan 1. Guru mendemonstrasikan perilaku
kompetensi pembelajaran yang seharusnya dikuasai
peserta melalui contoh/pemodelan.
2. Tugas yang diberikan kepada peserta
mencerminkan tahapan untuk mencapai
kompetensi yang seharusnya dikuasai
peserta.
3. Guru memberikan balikan secara jelas
terhadap perilaku pembelajaran yang
sesuai/ tidak sesuai dengan kompetensi
yang seharusnya dikuasai peserta.
4. Guru dapat merespon pertanyaan dan
komentar peserta secara tepat dan

21
memadai.
Pembelajaran 1. Guru memberdayakan permainan/humor/
menyenangkan metode yang bervariasi untuk
menyegarkan suasana.
2. Peserta yang banyak melakukan aktivitas
pembelajaran dan peserta melaksanakan
aktivitas pembelajaran dengan gembira.
3. Peserta tidak takut mengajukan
pertanyaan/saran/pendapat.
4. Peserta tidak takut mengekspresikan
kegembiraan, misalnya dengan bertepuk
tangan.
Keterkaitan 1. Metode yang digunakan melibatkan
metode dengan peserta untuk melakukan kerjasama
pengembangan (Learning community).
kecakapan 2. Metode yang digunakan mendorong
peserta untuk mengajukan pertanyaan/
pendapat kritis dan kreatif.
3. Metode yang digunakan bersifat
menantang, sehingga mendorong peserta
melakukan aktivitas secara sungguh -
sungguh dan antusias.
4. Guru mendorong peserta
mengungkapkan apa yang telah
dipelajari.
Refleki dan Refleksi 1. Guru mendorong peserta
penilaian mengungkapkan kesan-kesan berkaitan
dengan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
2. Guru mendorong peserta
mengungkapkan kesan-kesan berkaitan
dengan pembelajaran yang telah
3 dilaksanakan.
3. Guru mendorong peserta
mengungkapkan saran untuk perbaikan
pembelajaran.
4. Guru memberikan penguatan/pujian
terhadap upaya/kerja keras yang telah
dilakukan peserta.
Penilaian 1. Guru melakukan penilaian sesuai dengan
kompetensi yang seharusnya dicapai.
2. Kriteria penilaian jelas dan dapat diukur.
3. Guru memberi kesempatan peserta untuk
melakukan self-assesment (penilaian
dirisendiri)/ peer-assesment (penilaian
antar teman) dengan kriterian yang telah
ditetapkan.
4. Penilaian dilaksanakan selama dan
setelah aktivitas pembelajaran (proses
dan produk).
Faktor Penggunaan 1. Ucapan jelas dan mudah dipahami.
penunjang bahasa 2. Menggunakan kosakata dan tata bahasa
baku.
4 3. Kalimat-kalimat yang digunakan
bervariasi, tidak monoton.
4. Pembicaraan lancar, tidak tersedat-sedat.
Rasa percaya 1. Tatapan mata dan gerak tubuh
diri menunjukkan sikap tenang.
2. Nada suara dan intonasi menunjukkan
sikap tegas, optimis dan tidak ragu-ragu.
3. Semua pertanyaan, tanggapan atau saran

22
dijawab dengan tenang, tidak gugup dan
penuh rasa optimis
4. Semua pertanyaan, tanggapan atau saran
dijawab dengan tenang, tidak gugup dan
penuh rasa optimis

Jumlah Seluruh Skor


Nilai

Cara pemberian nilai untuk setiap indikator :

Nilai A (skor 4) : Sangat baik, jika tiga atau empat deskriptor tampak/teramati
Nilai B (skor 3) : Baik, jika dua deskriptor tampak/teramati
Nilai C (skor 2) : Kurang, jika satu deskriptor tampak/teramati
Nilai D (skor1) : Sangat kurang, jika tidak ada deskriptor yang
tampak/teramati

Simpulan penilaian dan Rekomendasi :

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

4. Refleksi
Tindakan-tindakan tersebut diimplementasikan dalam tiga siklus tindakan
dan setiap siklus diakhiri dengan refleksi. Siklus pertama penilaian RPP
menghasilkan penilaian perlunya diberi penyuluhan penyusunan RPP. Siklus
kedua yaitu melakukan pembinaan melalui tekhnik Lesson Study dan siklus
ketiga menghasilkan pembicaraan lebih lanjut tentang supervisi akademik
(pembuatan RPP).

23
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Persiklus
Pelaksanaan PTS yang direncanakan oleh penulis dalam bentuk
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul "Upaya Peningkatan Kinerja
Guru Melalui Tekhnik Lesson Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman
Kanak-kanak Islam Terpadu Babussalam-Linggamulya " berjalan sesuai dengan
perencana an PTS.
Hasil penelitian yang direfleksi dari permasalahan yang menjadi fokus
penelitian menunjukan hasil yang membawa pengaruh positif pada guru. Terlihat
dari hasil penelitian.
Hasil penilaian dapat terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2
REKAPITULASI HASIL PENILAIAN

Nilai Hasil Evaluasi


No Nama
Siklus I Siklus II
1 Yayan Daryani, S.Pd.SD. 26 33
2 Eti Suryati, S.Pd.SD. 27 35
3 Tukiyah, S.Pd.SD 28 34
Jumlah 81 102
Rata-rata 27 34

Keterangan :
Penguasaan guru dalam melakukan pembelajaran mengalami peningkatan
dari siklus pertama ke siklus kedua setelah diberikan teknik short briefing
secara rutin mengenai penyusunan RPP yang benar, materi pelajaran yang
akan disampaikan dari siklus ke siklus. Siklus ke I mencapai rata-rata nilai 27
Siklus ke II mencapai 34 dari 3 guru kelas.

24
Berdasarkan temuan-temuan yang didapat selama mengadakan penelitian
terhadap pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai kepala sekolah dan penerapan
metode Lesson Study secara rutin sebelum guru melakukan tugas mengajar
menunjukkan adanya peningkatan produktifitas, profesional dan mutu
pembelajaran di kelas.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru-guru di SDN Ciela I UPTD Pendidikan TK,


SD dan NF Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut.

Tabe1 3 DAFTAR PERSONIL GURU NON PNS SDN CIELA 1

Mengajar di
No Nama Guru Gol Jabatan
kelas
1 Yayan Daryani, S.Pd.SD. Guru Kelas III
2 Eti Suryati, S.Pd.SD. Guru Kelas IV
3 Tukiyah, S.Pd.SD Guru Kelas V

C. Pembahasan Tiap Siklus

Kondisi awal sebelum diterapkan metode Lesson Study secara rutin


sebelum guru melakukan tugas mengajar menunjukkan:

1. Kurangnya kesadaran dan tanggung jawab guru akan tugas pokok dan fungsi
yang dibebankan oleh pemerintah.

2. Kurangnya perencanaan yang matang dalam melaksanakan tugas dan belum


siapnya guru untuk mengadakan perubahan kearah yang lebih maju sesuai
dengan perkembangan dunia pendidikan.

3. Kurangnya pemahaman guru akan tugasnya sebagai agen pembelajaran.

4. Belum terbentuknya disiplin sekolah dan iklim budaya kerja sekolah yang
mengacu pada peningkatan mutu pembelajaran.

25
Pemahaman guru terhadap tugas sebelum diterapkannya pendekatan
tersebut adalah dalam melaksanakan tugasnya hanya mengandalkan persiapan
seadanya bahkan kadang sama sekali tidak ada persiapan. Hal ini terjadi karena
fungsi kontrol sebagai salah satu tugas kepala sekolah tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Disamping itu seolah-olah guru hanya sekedar melaksanakan tugas
tanpa ada perancanaan yang matang dan tidak berpikir bagaimana hasil akhir
setelah melaksanakan tugas mengajar. Dapat dibayangkan jika seorang kepala
sekolah tidak mempunyai kemampuan untuk mengatur, memimpin, mengelola
atau mengadministrasikan sumber daya meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pembinaan terhadap guru-guru sebagai bawahannya.
Teknik Lesson Study dikemas agar menarik, memukau dan apa yang
kepala sekolah sampaikan langsung masuk dan dapat diaplikasikan dalam
kegiatan pembelajaran oleh guru-guru.
Pertama kali yang harus disadari adalah apa yang akan kita sampaikan.
Kepala sekolah harus memahami visi sekolah. Visi sekolah akan menurunkan
Misi yang sekolah buat dalam waktu yang pendek. Misi yang sekolah buat inilah
yang akan menurunkan culture kerja. Culture kerja inilah yang kemudian akan
memunculkan Motivasi kerja. Jadi dengan memahami Visi, kepala sekolah akan
dapat menciptakan budaya kerja dalam tim sekolah dan sekaligus memunculkan
motivasi personil.
Yang kedua, yang harus kepala sekolah sadari bahwa pada saat teknik
Lesson Study dimulai, kepala sekolah harus menyadari secara sepenuhnya bahwa
teknik ini adalah teknik yang berkesinambungan, yang akan membutuhkan waktu
untuk bisa beradaptasi dengan teknik baru, maka diperlukan keuletan dan
kesabaran dalam mengolah manajemen di sekolah.
Strategi melaksanakan Lesson Study berdasarkan hasil penelitian penulis:

26
1. Perencanaan (Plan)

Gambar 3.1.
Guru secara kolaborasi mengidentifikasi permasalahan pembelajaran dan
menghasilkan perangkat pembelajaran

a. Identifikasi Masalah Pembelajaran

1) Materi Ajar
a) kedalaman materi
b) kesesuaian dengan tuntutan kurikulum
c) tingkat kesulitan
2) Strategi Pembelajaran
a) pendahuluan memotivai siswa belajar
b) kegiatan inti aktivitas belajar yang diharapkan rancangan interaksi
siswa dengan bahan ajar rancangan interaksi siswa dengan siswa
rancangan interaksi siswa dengan guru
c) penutup aktivitas siswa yang diharapkan untuk menyimpulkan
pelajaran

b. Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran

1) Silabus

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

27
3) Lembar Kegiatan Siswa

4) Alat tes

c. Menentukan Observer

1. Kepala Sekolah
2. Guru
3. Pengawas Sekolah

d. Menentukan Guru Model (pelaksana pembelajaran di kelas)

2. Pelaksanaan (Do)

Gambar 3.2. Guru model mengajar dan observer mengobservasi


pelaksanaan pembelajaran
a. Pertemuan singkat (briefing) dipimpin fasilitator (kepala sekolah)
b. Guru model mengemukakan rencana singkat (rencana pembelajaran,
tujuan, kedudukan materi ajar dalam kurikulum, perkiraan kemungkinan
respon siswa).
c. Kepala sekolah mengingatkan observer untuk tidak mengintervensi proses
belajar mengajar.
d. Observer dipersilahkan memilih tempat strategis sesuai rencana
pengamatan.
e. Guru model melaksanakan proses belajar mengajar.

Observasi Observer membuat catatan tentang:

1. Komentar siswa dalam diskusi.

28
2. Kerja sama siswa.

3. Aktivitas belajar.

4. Strategi penyelesaian masalah.

Pedoman observer:

a. Kejelasan tujuan pembelajaran.


b. Aktivitas mengarah ke pencapaian tujuan.
c. Langkah-langkah pembelajaran berkaitan mendukung pemahaman siswa.
d. Media pembelajaran mendukung pencapaian tujuan.
e. Diskusi kelas membantu pemahaman konsep.
f. Materi ajar sesuai tingkat kemampuan siswa.
g. Penggunaan pengetahuan awal untuk mendukung pemahaman konsep.
h. Pertanyaan guru mendorong dan memfasilitasi cara berpikir siswa.
i. Pemberian penghargaan gagasan siswa.
j. Kesimpulan didasarkan pendapat siswa.
k. Kesimpulan sesuai tujuan.
l. Pemberian penguatan.

3. Refleksi (See)

a. Menentukan fasilitator.
b. Fasilitator mengenalkan observer dengan spesifikasi bidang ilmu.
c. Fasilitator menyampaikan agenda refleksi.
d. Fasilitator menyampaikan aturan main.
1) berbicara dengan tertib (jadi pendengar yang baik)

2) berbicara sopan tidak untuk mengadili guru model

3) setiap peserta diberi kesempatan berbicara

4) berbicara berdasarkan temuan pengamatan

29
5) masukan difokuskan pada "bagaimana siswa belajar"

e. Guru model menyampaikan :


1) kejadian yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan harapan.
2) sesuatu yang berubah dari rencana.
f. Team pengembang memberi komentar.
g. Fasilitator memberi kesempatan observer berkomentar
h. Fasilitator mempersilahkan tenaga ahli merangkum diskusi.
i. Fasilitator mengucapkan terimakasih dan mengumumkan kegiatan
Lesson Study berikutnya

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam bab


sebelumnya melalui " Penerapan Lesson Study dalam Meningkatkan Kinerja
Guru Di SDN Ciela 1" dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program yang rutin dan berkesinambungan merupakan kunci


keberhasilan dalam melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
2. Pada "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study
Secara Kolaboratif dan Rutin Di Bayongbong kabupaten Garut" ternyata
mampu membentuk tenaga pendidik yang produktif/profesional dan mampu
meningkatkan mutu pembelajaran.
3. Dengan adanya terobosan dan inovasi melalui pendekatan Lesson Study
Secara Kolaboratif dan Rutin Di SDN Ciela I ternyata ada pengaruh yang
besar terhadap hasil belajar siswa.

Dengan demikian Lesson Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di sekolah


dasar Ciela 1 ternyata dapat meningkatkan mutu pembelajaran di kelas II, III, dan
IV SDN Ciela 1 Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, guru dituntut untuk melaksanakan beberapa


hal dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam meningkatan
penguasaan materi pelajaran dan keaktifan siswa dalam belajar. Adapun hal-hal
yang harus dilakukan guru diantaranya :
1. Menentukan tujuan pembelajaran (lesson) satuan (unit) pelajaran, dan mata
pelajaran yang efektif.
2. Mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa.
3. Memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan paraguru.

31
4. Menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai para siswa.
5. Menentukan pelajaran secara kolaboratif.
6. Mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa.
7. Mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan.
8. Melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan
pandangan siswa dan koleganya.
Disamping itu, pengalaman dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah
(PTS) perlu adanya kelompok kerja antara guru, untuk saling tukar pikiran dan
pengalaman, serta saling membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi
sehari-hari dalam tugas yang diemban dalam mengajar.

32
DAFTAR PUSTAKA

Hendayana S. .2006. Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan


Keprofesionalan Guru (Pengalaman JUSTEP-JICA).Garut: UPI Press.
Parmin dan Siti Aminah.2008. Menerapkan Lesson Study Dalam Pembelajaran di
MI Madariful Huda Pati. Laporan Penelitian Dosen Muda. FMIPA:
Universitas Negeri Semarang.
Widhiartha, Putu Ashintya. Dwi Sudarmanto. Nining Ratnasingsih. 2008. Lesson
Study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik Pendidikan Non Formal.
Surabaya: Prima Printing.
Yusak, Muchlas. 2008. Lesson Study: Pengembangan Profesi Guru Secara
Berkelanjutan Berbasis Sekolah. Semarang: LPMP Jawa Tengah.
http://www.slideshare.net/aminhers/lesson-study, Lesson Study - Presentation
Transcript, 2010

33

Anda mungkin juga menyukai